Anda di halaman 1dari 3

Resume Kuliah Hukum Internasional

Nama: Jaki Rahman

NIM: 6211191150

Kelas: D

Persyaratan terbentuknya diatur oleh perjanjian montevideo, yang mana di sana


tertuliskan bahwa, dalam pembentukan sebuah negara dibutuhkannya empat
persyaratan, yaitu :

a. Adanya penduduk tetap atau permanen


b. Mempunyai wilayah
c. Mempunyai pemerintahan
d. Pengakuan dari negara lain

Namun yang menjadi pembahasan inti pembahasan dalam perkuliahan ini, terletak
pada poin b, yaitu wilayah dari sebuah negara.

Wilayah sebuah negara awal mulanya terbagi menjadi tiga dimensi, namun
seiring perkembangan zaman, saat ini wilayah dari sebuah negara bertambah menjadi
empat dimensi yang di antara lainya adalah:

a. Darat
b. Laut
c. Udara
d. Angkasa

Wilayah darat, merupakan salah satu dimensi dari sebuah negara, yang ketentuan
pengklaimannya cenderung bebas, karena dalam hal mendapatkan sebuah wilayah
darat, sebuah negara bebas menggunakan cara apa pun selama itu sesuai dengan
hukum internasional yang berlaku. Dalam hal ini sebuah negara dapat mendapatkan
sebuah wilayah negara dengan cara-cara berikut yaitu:

a. Turun-temurun dari sebangsanya


b. Dari peperangan, atau okupasi sebuah negara atau daerah lain
c. Utis posidentis yuris, yang mana merupakan, warisan dari bangsa yang
sebelumnya menduduki

Utis posidentis yuris biasanya digunakan oleh negara-negara dunia ketiga bekas
jajahan. Seperti halnya Indonesia yang mendapatkan warisan daerah dari penjajahnya
yaitu Belanda. Hal ini juga yang menyebabkan Indonesia tidak memiliki hak atau
kedaulatan di negara bagian Malaysia yang terletak di pulau Kalimantan, Timor-Leste,
dan di daerah Papua Barat (Papua Nugini). Karena secara utis posidentis, ketiga
daerah tersebut tidak termasuk daerah jajahan belanda, yang menyebabkan Indonesia
tidak memiliki hak untuk mengklaim ketiga daerah tersebut.

Wilayah laut, dalam hal wilayah laut ini, mula-mulanya diterapkannya hukum Mare
Liberum yang mana berarti kebebasan laut, dalam Mare Liberum, seluruh kawan lautan
merupakan kawasan yang bebas, tidak ada negara yang berhak memilikinya, jadi tidak
ada batasan-batasan kedaulatan sebuah negara dalam kelautan, namun hukum ini
berkembang yang melahirkan adanya hukum Mare Clausum, atau yang berarti laut
tertutup. Dalam Mare Clausum, sebuah negara berhak memiliki kelautan tertutup atau
eksklusif, menurut hukum internasional yang berlaku sekarang daerah kedaulatan
sebuah negara adalah 12 mil atau 19km dari titik terluar daratan sebuah negara, dan
ditambah dengan 12mil lagi yang bisa diberlakukan hukum tertentu saja, yang mana
biasanya dipakai sebagai check point atau poin pengecekan sebuah kapal yang akan
memasuki daerah kedaulatan sebuah negara, dan ada pula tambahan lagi yang disebut
sebagai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mana luasnya merupakan 200mil dari titik
terluar daratan sebuah negara, dalam ZEE sebuah negara. Dalam ZEE sebuah negara
tidak memiliki kedaulatan atau hak untuk menerapkan hukum-hukum dalam daerah
tersebut.

Terlepas dari daerah kedaulatan laut sebuah negara, dan ZEE yang berlaku, laut
lepas sisanya merupakan daerah bebas, atau bisa kita sebut dengan Mare Liberum,
laut lepas tersebut tidak berhak dimiliki oleh siapa pun. Pada hal ini, sempat terjadi
perdebatan dalam halnya daerah laut yang dimiliki oleh negara kepulauan, yang
menyebabkan adanya zona bebas yang terletak di antara pulau-pulau bagian negara
tersebut. Hal tersebut yang memicu terciptanya Deklarasi Djuanda, yang menyatakan
bahwa negara kepulauan Indonesia berhak memiliki daerah kelautan yang tertutup.
Yang mana pada akhirnya Indonesia mendapatkan hak eksklusifitas tersebut melalui
hukum laut terbaru yaitu UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea).

Untuk wilayah udara, terdapat adanya prinsip romawi cuius est solum, yang berarti
bahwa barang siapa yang memiliki tanah, ia juga memiliki apa yang berada di dalam
dan juga ruang yang berada di atasnya tanpa batas. Yang berarti sebuah negara
memiliki kedaulatan penuh dalam ruang udara yang terletak di atas wilayah daratan
negara tersebut. Hal ini didukung juga oleh perjanjian Chicago Convention, yang berisi
bahwa sebuah negara mempunyai kedaulatan penuh dan eksklusif di atas wilayah
mereka, wilayah yang dimaksud adalah wilayah darat, dan wilayah laut negara tesebut.

Wilayah angkasa, wilayah ini merupakan dimensi baru dari wilayah negara yang
terlahir akibat kemajuan zaman atau teknologi dunia. Semenjak Amerika pertama kali
dapat memasang bendera mereka dibulan, menjadikan adanya perdebatan tentang
kekuasaan wilayah angkasa, yang menyebabkan terbentuknya resolusi hukum angkasa
di PBB, yang menciptakan konvensi Internasional Co-operation in the Peaceful Uses of
Outer Spaces pada tahun 1961. Perjanjian tersebut berisikan bahwa wilayah angkasa
merupakan wilayah bebas, dan tidak ada negara yang berhak memiliki kedaulatan di
sana, namun sebuah negara bebas mengeksplorasi dan menggunakan angkasa
selama itu bertujuan damai. Konvensi tersebut menyebabkan terciptanya perjanjian
The Outer Space Treaty yang berisikan, bahwa eksplorasi dan penggunaan bulan
beserta benda-benda angkasa lainya, harus dilakukan untuk keuntungan dan
kepentingan semua negara, terlepas dari tingkat ekonomi maupun perkembangannya,
dan merupakan provinsi bagi seluruh manusia.

Anda mungkin juga menyukai