Mi-2b Modul Pembuatan Jamban Keluarga
Mi-2b Modul Pembuatan Jamban Keluarga
MODUL:
PEMBUATAN
JAMBAN KELUARGA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok
bahasan, dengan uraian sebagai berikut:
Langkah 2
Diskusi Singkat tentang Topik (brain storming)
Langkah 3
Penyampaina Materi
Langkah 4
Praktek
Langkah 5
Implementasi
Langkah 6
Refleksi dan Rangkuman
Dalam penentuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak
tergantung pada :
1) Keadaan daerah datar atau lereng;
2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir,
tanah liat atau kapur.
b. Uraian Singkat
Kakus atau jamban jemplung sesuai untuk daerah yang
tanahnya mudah menyerap air serta sulit dalam pengadaan air
bersih. Kontruksinya cukup sederhana. Kakus dibuat dengan
cara menggali tanah sebagai lubang penampungan. Lalu
diperkuat dengan bahan penguat, biasanya bronjong atau
anyaman bambu, serta diatasnya dibuat bangunan penutup
yang dapat dipindahkan bila lubang telah penuh. Untuk
c. Bahan
1) Bambu
2) Kayu
3) Bahan atap atau genteng
4) Bahan dinding/penutup
5) Paku
d. Peralatan
1) Cangkul/alat penggali tanah
2) Gergaji
3) Golok
4) Palu Alat pertukangan lain
e. Pembuatan
1) Gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih,
tergantung kebutuhan.
2) Paku bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya
pada dinding lobang untuk menahan longsor.
3) Tutup lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan
penutup seperti pada Gambar.
4) Lubang khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan
penutup yang dapat diangkat.
5) Untuk menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank
perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan gas.
6) Bangunan jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi
udara dan sinar masuk.
7) Bangunan diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah
dipindahkan.
8) Lokasi dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau
perumahan.
f. Penggunaan
Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang
telah disediakan pada banguan penutup dengan tata cara :
1) Tutup lubang dibuka
2) Jongkok tepat diatas lubang
3) Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah
selesai lubang ditutup kembali
g. Pemeliharaan
1) Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu
dibersihkan secara teratur.
2) Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan
harus diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
h. Keuntungan
1) Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah
dilaksanakan sendiri tanpa memerlukan persyaratan khusus.
2) Biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi atau cukup
terjangkau oleh masyarakat.
3) Daerah bekas lokasi jamban menjadi subur
4) Bangunan bisa dipindahkan
i. Kerugian
1) Lubang tinja bila penuh tidak bisa dimanfaatkan kembali
karena kontruksinya tidak tetap.
2) Sulit untuk memperhitungkan ketahanan kekuatan kontruksi
penguat lubang dan bangunan jamban.
3) Kurang nyaman
4) Dari segi kesehatan, jamban sistem ini dianggap kurang
higinis karena berbau serta memungkinkan timbulnya lalt
dan serangga lain.
5) Kurang aman untuk anak-anak.
b. Uraian Singkat
Sistem ini sesuai untuk daerah yang mudah mendapatkan
air bersih. Pada jamban leher angsa tinja tidak langsung jatuh
ke lubang penampungan kotoran. Lubang pembuangan kotoran
dilengkapi dengan mangkokan seprti leher angsa. Bila pada
mangkokan tersebut dituangi air, pada bagian leher angsa akan
tertinggal air yang menggenang yang berfungsi sebagai penutup
lubang.
c. Bahan
1) Batako/batu bata
2) Mangkokan leher angsa atau kloset pasir
3) Bahan atap
4) Semen
5) Kayu
6) Papan atau bahan dinding batu kali dan kerikil
7) Pipa pralon besar dan kecil
8) Ijuk
d. Peralatan
1) Gergaji
2) Alat pertukangan kayu dan batu
e. Pembuatan
Kontruksi kakus sistem leher angsa ada 3 macam :
1) Bak penampungan kotoran langsung di bawah lubang
pembuangan.
2) Bak penampungan kotoran di samping bawah lubang
pembuangan dengan penghubung pipa saluran dan bak
reapan.
3) Seperti 2 dimana bak resapan sebagai penyaring.
Bentuk kloset yang dipakai dapat dipilih sistem jongkok atau
sistem duduk.
Ketiga kontruksi jamban tipe ini dapat dilihat pada gambar berikut :
f. Penggunaan
1) Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak
lengket
2) Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3) Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran
bersih
g. Pemeliharaan
1) Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas
penyakit.
2) Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak
pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk
tetap berperan aktif.
3) Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
4) Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset
tidak cepat rusak.
5) Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam
air misal : kertas, kain bekas, dll.
h. Keuntungan
1) Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang
tinggi.
2) Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak
cepat penuh.
3) Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher
angsa.
4) Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
5) Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
6) Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.
i. Kerugian
1) Selalu menguras bila bak penampung penuh lumpur.
2) Biayanya cukup mahal dan perlu keahlian teknis.
3) Bagi masyarakat yang belum biasa menggunakan perlu
bimbingan.
b. Uraian Singkat
Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya
terletak pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya.
Jumlah septik tank ganda mempunyai dua atau lebih lubang
penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan bergilir setelah
salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang
telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya
kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk.
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan
menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak
pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan
jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan.
Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan
dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah
dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
c. Bahan
1) Batako/batu bata
2) Kayu/bambu
3) Papan atau bahan dinding
4) Pasir
5) Bahan atap (seng, genteng)
6) Semen
7) Pipa plastik/ pralon besar dan kecil
8) Batu kali dan kerikil
9) Kawat
10) Tali
11) Kloset atau mangkokan leher angsa.
d. Peralatan
1) Cangkul/alat penggali
2) Alat pertukangan kayu dan batu
e. Pembuatan
1) Pilih satu model bak penampung pada Gambar 1.
f. Penggunaan
1) Tutup lubang pembuangan dibuka
2) Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
3) Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air
secukupnya.
g. Pemeliharaan
1) Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar
pupuk (untuk menghindari dinding bak).
2) Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.
3) Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari
serangga dan bau.
h. Keuntungan
1) Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
2) Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos
(setelah 2 tahun) tanpa efek kesehatan.
3) Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
4) Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung
(gangguan, serangga, bau).
i. Kerugian
1) Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
2) Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.
VII. REFERENSI
LIPI (1991), Buku Panduan Air dan Sanitasi. Pusat Informasi wanita
dalam pembangunan PDII – LIPI, Jakarta.
Udin Jabu, Dkk. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air
Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan
Lingkungan, Pusdiknakes, Jakarta
Warsito, Sidik (1988) Kakus Sederhana Bagi Masyarakat Desa,
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.