Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A. Pengertian Masyarakat majemuk dan masyarakat multietnis

1. Masyarakat Majemuk.
Pernahkah kamu mengagumi keindahan sebuah taman bunga? Apa yang ada di benak
kamu waktu melihat keindahan tersebut? Keindahan taman bunga terletak pada keragaman atau
kemajemukan warna-warni bunga yang sedang bermekaran.
Taman bunga tersebut bisa menjadi perumpamaan bagi masyarakat Indonesia yang
majemuk. Indonesia kaya akan berbagai ras, suku bangsa, adat istiadat, bahasa dan agama.
Kekayaan bangsa Indonesia tersebut yang membedakan dengan bangsa lain.
Ada beberapa tokoh yang mengidentifikasikan masyarakat majemuk atau masyarakat
multikultural.
1. Clifford Geertz
Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi dalam subsistem-subsistem
yang berdiri sendiri-sendiri dan terikat dalam ikatan-ikatan primordial.
2. Dr. Nasikun
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai
dimana nilai tersebut dianut oleh berbagai kesatuan sosial, sehingga para anggota
masyarakatnya kurang memiliki homogenitas kebudayaan ataupun kurang memiliki
dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain, serta kurang memiliki loyalitas
terhadap masyarakat sebagai kesatuan.
Menurutnya, adanya keanekaragaman budaya menyebabkan masyarakat majemuk
memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
a. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.
b. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama/konsensus.
c. Sering muncul konflik sosial (kurang integrasi)
d. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secara
relative-rigid dan murni.
3. J.S. Furnival
Mengatakan bahwa masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat dalam sistem nilai
yang dianut oleh beberapa kesatuan sosial yang menjadi bagiannya sedemikian rupa
sehingga anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Furnival mengklasifikasikan masyarakat majemuk (multikultural) ke dalam empat
katagori berdasarkan konfigurasi dan komunitas etniknya :
a. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang adalah masyarakat majemuk yang
terbentuk atas beberapa kelompok atau etnik yang mempunyai kekuatan kompetitif
seimbang. Dalam pembentukan masyarakat yang stabil dibutuhkan adanya koalisi
lintas etnik.
b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominant adalah masyarakat majemuk yang
terbentuk atas beberapa kelompok ataupun etnik dengan kekuatan kompetitif tidak
seimbang dimana salah satu memiliki kekuatan kompetitif yang lebih besar
(mayoritas) dan mendominasi kelompok lain.
c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominant adalah keadaan di mana dalam
suatu masyarakat terdapat satu kelompok etnik minoritas yang memiliki kompetitif
unggul, sehingga mendominasi dalam kehidupan ekonomi, politik masyarakat.
d. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi adalah masyarakat yang terbentuk atas
beberapa kelompok serta etnik di mana di dalamnya tidak terjadi dominasi baik dari
segi politik maupun ekonomi karena semua kelompok jumlahnya kecil. Pada
masyarakat majemuk dengan fragmentasi pada umumnya stabil walaupun terdapat
potensi konflik yang disebabkan rendahnya kemampuan.
4. Pierre L. Van den Berghe
Mengatakan bahwa masyarakat majemuk memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering memiliki
subkebudayaan berbeda-beda satu dengan lainnya.

Kelompok Sosial 1
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus mengenai nilai-nilai yang bersifat mendasar.
d. Secara relatife sering mengalami konflik-konflik antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya.
e. Secara relatife tumbuh integrasi sosial di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan di bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang
lain.
Dengan demikian kita dapat mempunyai gambaran bahwa masyarakat majemuk itu
adalah suatu masyarakat yang memiliki lebih dari satu sistem budaya. Satu sistem budaya
biasanya melekat dalam kehidupan satu suku bangsa. Sistem budaya tersebut juga merupakan
warisan dari generasi pendahulunya pada suku bangsa tersebut, yang mencakup bahasa, sistem
religi, kesenian, ilmu pengtahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian. Sistem budaya ini
menjadi sarana untuk menyelenggarakan kehidupan bagi suku bangsa dalam kehidupan sehari-
hari. Masyarakat majemuk biasanya akan mempunyai ciri-ciri :
a. Memiliki lebih dari satu sistem budaya dan sistem tata nilai.
b. Sub-sub kebudayaannya serta kelembagaan sosialnya lebih bersifat
nonkomplementer artinya satu dengan lainnya tidak saling mendukung.
c. Relatif lebih sulit membentuk suatu integrasi budaya. Bahkan seolah-olah
integrasi sosial budaya cenderung terpaksa.
d. Relatif sering terjadi perubahan-perubahan baik dalam kelembagaan maupun
dalam sistem sosial budayanya.
e. Mempunyai peluang yang lebih banyak untuk terjadi kompetisi hidup dan konflik
sosial.
Selain bangsa yang majemuk juga tidak semua terdiri dari beberapa sistem budaya. Ada
beberapa bangsa atau Negara yang bersifat homogen antara lain, Austria, Botswan, Denmark,
Jerman, Eslandia, Jepang, Belanda, Maroko, Norwegia, Portugal, Somali dan Swaziland.

Masyarakat multietnis
Masyarakat multietnis adalah masyarakat atau bangsa yang memiliki lebih dari satu jenis
ras. Di Indonesia setidaknya terdapat 3 jenis ras asli Indonesi yaitu ;
a. Ras Asiatik Mongoloid
Ras ini merupakan ras asli Asia seperti ras bangsa Jepang, Cina dan Korea termasuk
juga masyarakat Indonesia di bagian tengah yaitu di pulau Sulawesi.
b. Ras Malayan Mongoloid
Ras ini merupakan ras asli kawasan Asia Tenggara sebagai ras-ras bangsa Malaysia,
Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar dan Indonesia terdapat di kawasan Indonesia
barat terutama masyarakat di pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Bali serta di pulau
Kalimantan.
c. Ras Melanesoid
Ras ini merupakan ras asli kawasan Australia, Papua Nugini, Tasmania, Selandia
Baru, Melanesia dan Mikronesia. Di Indonesia menyebar di kawasan Irian Jaya,
Flores, dan pulau-pulau lain di Nusa Tenggara Timur.

2. Faktor-faktor kemajemukan masyarakat Indonesia.


Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai macam keragaman, faktor-faktor
yang menyebabkan kemajemukan Indonesia adalah sebagai berikut;
a. Keadaan geografis Indonesia merupakan kepulauan, yang terdiri atas kurang lebih 13.667
pulau besar dan kecil, tersebar sepanjang 3.000 mil dari barat ke timur dan 1.000 mil dari
utara ke selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya kelompok sukubangsa saling terpisah
karena mendiami pulau yang sangat terbatas hubungannya antara satu pulau dan pulau
lainnya.
b. Letak geografis Indonesia terletak di antara dua samudra dan dua benua sehingga sangat
strategis menerima pengaruh dari luar. Akibatnya, Indonesia memiliki kemajemukan

Kelompok Sosial 2
dalam hal agama. Terdapat enam agama besar di Indonesia, yaitu Hindu, Buddha, Islam,
Katholik, Protestan dan Konghucu.
c. Keanekaragaman cara hidup masyarakat Indonesia terutama disebabkan oleh iklim, curah
hujan, dan kesuburan tanah yang berbeda. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
paling tidak dapat menimbulkan dua lingkungan ekologis sebagai berikut:
1) Pertanian sawah (wet-rice-cultivation) di Jawa dan Bali.
2) Pertanian ladang (pertanian sawah kering), bahkan pertanian ladang berpindah-
pindah (shifting cultivation) yang banyak dijumpai diluar Jawa.

B. Pengertian dan Tipe Kelompok Sosial

1. Pengertian Kelompok Sosial

Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang
mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan
tumbuhnya perasaan bersama. Selain difinisi tersebut, ada beberapa ahli yang memberikan
difinisi mengenai kelompok sosial.
a. Roucek dan Warren.
Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang
diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
b. D.A. Wila Huky.
Kelompok sosial adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi satu sama lain.
c. Mayor Polak.
Kelompok sosial adalah suatu grup, yaitu sejumlah orang yang saling berhubungan satu
sama lain dan antarhubungan itu bersifat sebagai struktur sosial.
d. Strak.
Kelompok sosial adalah sebuah kelompok yang mencakup dua atau lebih orang yang
memelihara pola-pola hubungan yang stabil/tetap selama rentang waktu tertentu.
e. Giddens.
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi satu sama lain secara
teratur.
f. R. K. Merton.
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang
telah mapan.
g. Horton dan Hunt.
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang sama-sama memiliki kesadaran tentang
keanggotaan bersama dan interaksi antara mereka.
h. Johnson.
Kelompok sosial adalah dua atau lebih orang yang saling berinteraksi dengan cara-cara
yang terpola, dan dikenali sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan oleh orang
lain.

Dalam suatu kelompok masyarakat, seseorang harus dapat membedakan dua kepentingan,
yaitu ia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
individu, manusia pada dasarnya mempunyai hasrat yang besar untuk mengutamakan
kepentingan diri sendiri. Namun sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin dapat hidup
tanpa bantuan orang lain secara berkelompok.
Menurut D. A. Wila Huky ada beberapa ciri yang mendasari suatu kelompok sosial ;
a. Kelompok selalu terdiri atas paling sedikit dua orang dan dapat terus bertambah jumlah
anggotanya. Dua orang ini haruslah yang dapat memberikan respon mental.
b. Kelompok-kelompok sebenarnya tidak selalu terbentuk karena memenuhi persyaratan
jumlah anggotanya, yang terpenting adalah di antar mereka ada saling interaksi dan
berkomunikasi.

Kelompok Sosial 3
c. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat
timbal balik. Komunikasi satu arah tidak membentuk interaksi kelompok. Angota-
anggota kelompok harus saling memenuhi satu sama lain.
d. Kelompok-kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetepi juga bisa
bersifat sementara atau jangka pendek. Kelompok-kelompok ini ada hanya sepanjang
adanya interaksi timbal balik.
e. Kelompok dan ciri kehidupan kelompok dapat ditemukan di antara kehidupan binatang,
misalnya semut, kera, harimau, dan sebagainya.
f. Minat dan kepentingan bersama merupakan warna utama pembentukan kelompok.
Walaupun demikian, dapat juga pembentukan kelompok tanpa adanya persamaan minat
dan kepentingan.
g. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan pada situasi yang beraneka ragam, di mana
dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu.
h. Kelompok merupakan satu kesatuan dalam diri sendiri. Ia memiliki warna dan ciri
tersendiri yang berbeda dengan lainnya, bahkan berbeda dengan anggota-anggotanya
secara pribadi.
Walau begitu, tidak semua manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial. Menurut
Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia harus memenuhi beberapa syarat untuk dapat
disebut sebagai kelompok sosial antara lain sebagai berikut :
a. Setiap kelompok harus menyadari bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.
b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya dalam
kelompok tersebut.
c. Adanya faktor yang dimiliki bersama, misal politik, bahkan musuh bersama yang dapat
menjadi pengikat atau pemersatu sehingga hubungan antara satu dengan lainnya
bertambah erat.
d. Bersetruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
e. Bersistem dan berproses.

2. Tipe Kelompok Sosial

Kelompok sosial banyak sekali ragamnya akan terlihat dari beberapa aspek yang
mempengaruhinya, antara lain :
a. Berdasarkan besar kecilnya kelompok.
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota kelompok akan mempengaruhi
kelompok dan pola interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya satu
orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monad
dikembangkan menjadi dua orang atau diad dan tiga orang atau triad, dan kelompok-
kelompok kecil lainnya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok.
Derajat interaksi ini dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial yang berbeda.
Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga, masyarakat desa, akan mempunyai
kelompok yang anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal
ini berbeda dengan kelompok sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di
mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah.
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial atas dasar
wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi
(association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan
tertentu. Jadi, antara anggota sebuah community dan association harus menyadari adanya
kepentingan-kepentingan bersama walaupun tidak terperinci.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan.
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok
yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama.
Namun, sebuah community mempunyai kepentingan yang relative tetap (permanen).
Kelompok Sosial 4
e. Berdasarkan derajad organisasi.
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi,
seperti negara, TNI, perusahaan, dan sebagainya. Namun ada kelompok sosial yang
hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum bahwa tipe-tipe kelompok sosial
adalah:
a. Katagori statistik, yaitu pengelompokkan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya
kelompok umur.
b. Katagori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama,
misalnya IDI, IBI, PGRI dan sebagainya.
c. Kelompok sosial, misalnya keluarga batih.
d. Kelompok tidak teratur, yaitu berkumpulnya orang-orang di suatu tempat pada waktu
yang sama karena adanya pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang
menonton sepak bola.
e. Organisasi formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan.

C. Macam-macam Kelompok Sosial yang Teratur

Di atas telah disinggung adanya beberapa persyaratan tertentu agar dapat dikatakan
sebagai kelompok sosial. Di bawah ini ada beberapa contoh dari macam-macam kelompok sosial
yang sering kalian jumpai di masyarakat.
1. In-Group dan Out-Group
In-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasi dirinya dalam
kelompok tersebut. Sifat in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan
anggota kelompok. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok akan menggunakan istilah
“kami” atau “kita”, sedangkan yang bukan anggota kelompok atau yang di luar kelompok akan
dikatakan sebagai “mereka”.
Perasaan in-group dan out-group dalam masyarakat multikultural sesungguhnya sangat
berbahaya apabila berkembang, sebab perasaan in-group dan out-group yaitu perasan dalam dan
luar kelompok dapat menjadi dasar lahirnya sikap etnosentrisme, karena para anggota suatu
kelompok mempinyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang ada dalam
kelompoknya adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan apa yang ada dalam kelompok lain.
Etnosentrisme itu sendiri adalah suatu sikap atau paham yang memandang kebudayaan lain
dengan sudut pandang atau dengan menggunakan tolak ukur kebudayaan sendiri.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-
kepentingannya tidak selalu sama. Pada masyarakat primitive yang masih terbelakang
kehidupannya biasanya akan mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok
sendiri dan kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang tidak saling kenal berjumpa maka
hal pertama yang dilakukan adalah mencari hubungan antara keduanya. Jika mereka dapat
menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanyapun akan bersahabat karena keduanya
adalah anggota dari kelompok yang sama tetapi bila tidak ditemukan adanya persamaan dan
kesamaan keluarga maka mereka adalah musuh sehingga merekapun akan bereaksi. Pada
masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok sehingga mungkin saja saling
tumpang tindih dengan kelompok luarnya.
2. Primary Group dan Secondary Group
Primery group atau kelompok primer adalah kelompok sosial yang memiliki ciri adanya
saling mengenal antaranggotanya, kerja sama yang erat dan bersifat pribadi serta interaksi
berlangsung secara tatap muka dengan jumlah anggota yang sedikit dan berdekatan secara fisik.
Dalam kelompok primer, seperti keluarga, klan, atau sejumlah sahabat, hubungan sosial
cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai
pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan, berbagai pengalaman,
mempergunjingkan gossip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah
persahabatan. Hubungan primer murni hanya terjadi pada masyarakat yang masih sederhana
organisasinya.

Kelompok Sosial 5
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas
banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara
pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial
bersifat formal, impersonal, dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada asas manfaat
(utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi
sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu
penting, tetapi cara kerjanya.
Kelompok sekunder dapat berbentuk serikat pekerja, kerja sama dagang, Persatuan
OrangTua Murid dan Guru (POMG), atau terdiri atas dua orang individu yang tawar-menawar
secara singkat di depan loket pembayaran. Kelompok ini lahir hanya untuk memenuhi sebagian
tujuan khusus yang terbatas yang hanya melibatkan sebagian dari kepentingan para anggotanya.
3. Paguyupan (Gemeinschaft) dan Patembayatan (Gesellschaft)
Konsep paguyupan (gemeinschaft) dan patembayatan (gesellschaft) merupakan konsep
yang kurang lebih sama dengan konsep kelompok primer dan kelompok sekunder yang
dikembangkan oleh Ferdinand Tonnies. Kedua istilah ini secara umum dapat diterjemahkan
sebagai komunitas (community) dan masyarakat (society).
Paguyupan dapat diartikan sebagai kelompok sosial atau kehidupan bersama di mana para
anggotanya terikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal, serta didasarkan
pada perasaan cinta atau perasaan batin yang kuat. Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan
organis. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan,
tukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri paguyuban menurut Tonnies :
a. Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra.
b. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi dalam arti khusus untuk beberapa orang
saja.
c. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain.
Dalam paguyuban terdapat adanya kemauan bersama (common will), adanya suatu
pengertian bersama (understanding), serta kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari
kelompok tersebut.
Di dalam masyarakat selalu akan dijumpai salah satu dari bentuk paguyuban berikut ini :
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemainschaft by blood) yaitu paguyuban yang
merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh : keluarga,
kelompok kekerabatan.
b. Paguyuban karena tempat (gemainscaft of place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari
orang-orang yang berdekatan tempat tinggal, sehingga dapat saling tolong menolong,
contoh : Rt, Rw, arisan dan sebagainya.
c. Paguyuban karena jiwa-fikiran (gemainscaft of mind) yang merupakan paguyuban yang
terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama,
idiologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat
paguyuban karena darah atau keturunan.
Sedangkan patembayatan (gesellschaft) adalah kelompok sosial dengan ikatan lahir yang
bersifat pokok dan berlaku dalam waktu yang singkat (bersifat kontraktual) serta berbentuk
perkumpulan organisasi formal, badan usaha, dan sebagainya.
Ada beberapa ciri pokok gesellscaft :
a). Terbatas pada urusan tertentu.
b). Merupakan hubngan antar peran dan status.
c). Bersifat public life.
Kelompok sosial dalam patembayatan pada umumnya terjadi dalam hubungan perjanjian yang
berdasarkan ikatan timbal balik, seperti ikatan antarpedagang, organisasi buruh, dan lain-lain.
Seseorang menjadi anggota suatu patembayatan karena mempuyai kepentingan-kepentingan
rasional, sehingga kepentingan-kepentingan individu berada di atas kepentingan hidup bersama.
Tonnies menyesuaikan kedua bentuk kehidupan bersama manusia yang pokok tersebut diatas,
dengan dua bentuk kemauan asasi manusia, yaitu yang dinamakan Wesenwille dan Kurwille.
Wesenwille adalah bentuk kemauan yang dikodratkan, yang timbul dari keseluruhan kehidupan
alami. Di dalam wesenwille, perasaan dan akal merupakan kesatuan dan kedua-duanya trikat
pada kesatuan hidup yang alamiah dan organis.
Kelompok Sosial 6
Kurwille adalah bentuk kemauan yang dipimpin oleh cara berfikir yang didasarkan pada akal.
Kurwille trsebut adalah kemauan yang ditujukan paa tujuan-tujuan tertentu dan rasional
sifatnya.Terhadap tujuan-tujuan mana, unsure-unsur kehidupan lainnya hanyalah sebagi alat
belaka. Wesenwille selalu menimbulkan Paguyuban sedangkan Kurwille selalu menjelma
Patembayatan.
Perbedaan antara gemeinscaft dan gesellscaft
No Gemeninscaft Gesellscaft
1 Personal / pribadi Impersonal
2 Informal Formal, kontraktual
3 Tradisional Nilai guna (utilitarian)
4 Sentimental Realita
5 Umum Khusus
4. Formal Group dan Informal group.
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja
diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Kriteria
rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan
mengoordinsikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yg
bersifat khusus. Jika hubungan anggota formal group dan semua kegiatan berdasarkan pada
aturan sebelumnya yang sudah ditentukan, tidaksemua masalah dapat ditanggulangi. Hal ini
karena proses interaksi sosial dan kegiatan dalam organisasi tidak mungkin dapat dijalankan
semua.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Misalnya,
sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian
administrasi, dan lingkungan sekitarnya. Organisasi seperti itu biasanya dinamakan birokrasi.
Menurut Max Weber, organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri :
a. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang mempunyai tugas-
tugas jabatan.
b. Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
c. Suatu sistem peraturan pempengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
d. Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya
keteraturan organisasi.
e. Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat
orientasi imperasional.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur
dan organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-
pertemuan yang berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah kepentingan-
kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique), yaitu suatu
kelompok tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik
tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya
“antarkita” saja.
5. Membership Group dan Reference Group.
Membership group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan
keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-
perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan mempengaruhi derajat interaksi di dalam
kelompok tadi sehingga adakalanya seseorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan
kelompok tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu. Keadaan ini dapat
dijumpai pada kelompok informal.
Terdapat beberapa katagori pemecahan kelompok bukan anggota (non membership) yaitu
sebagai berikut :
a. Kemampuan Memenuhi Syarat Suatu Kelompok Sosial
Orang bukan anggota suatu membership group yang tidak memenuhi syarat bisa
dibedakan dengan bukan anggota yang memenuhi syarat tapi tidak berafiliasi dengan
kelompok yang bersangkutan. Pembedaan ini penting untuk memenuhi persyaratan
apakah yang dibutuhkan agar orang-orang bukan anggota tersebut berorientasi pada
Kelompok Sosial 7
norma-norma yang berlaku dalam kelompok. Orang-orang bukan anggota yang
memenuhi syarat pada umumnya lebih mudah menyesuaikan diri dengan norma
kelompok.
b. Sikap terhadap Keanggotaan kelompok
Orang-orang bukan anggota juga bisa dibedakan berdasarkan sikap mereka terhadap
suatu kelompok. Terdapat orang yang sangat menginginkan menjadi anggota kelompok,
ada orang yang bersikap masa bodoh, dan ada pula orang yang tidak menginginkannya.
c. Kelompok Terbuka dan Tertutup
Kelompok tertutup pada umumnya ingin mempertahankan pola-pola interaksinya yang
telah ada sehingga keanggotaannya terbatas. Contohnya informal group orang-orang yang
berasal dari strata tertentu. Sedangkan Kelompok terbuka adalah kelompok yang ingin
memperluas keanggotaannya sehingga keanggotaannya bersifat terbuka. Contohnya
adalah partai politik, kelompok ini menginginkan anggota sebanyak-banyaknya.
d. Ukuran Waktu bagi Bukan Anggota
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (ia bukan
anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang
bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok
tadi. Misalnya seseorang yang ingin menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan
untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang
perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.
Terdapat dua tipe umum reference group, yaitu sebagai berikut :
a. Tipe Normatif (Normative type)
Adalah kelompok sosial yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe
ini merupakan sumber nilai bagi individu baik yang menjadi anggota maupun bukan
anggota suatu kelompok.
b. Tipe Perbandingan (Comparison Type)
Adalah pegangan bagi individu dalam menilai kepribadiannya. Tipe ini dipakai sebagai
anggota perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorng.
Apabila teori reference group dihubungkan dengan nonmembership maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Bukan anggota yang memenuhi syarat (calon anggota). Mereka mempunyai
kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok di mana pada
akhirnya ia menjadi anggota.
b. Bukan anggota yang bersikap masa bodoh dan tidak menganggap kelompok sebagai
reference groupnya.
c. Bukan anggpta yang tetap tidak ingin menjadi anggota namun tetap menganggap suatu
kelompok sebagai reference groupnya.
d. Perbedaan antara bekas anggota dengan orang-orang yang bukan anggota menjadi
penting karena adanya realita bahwa pada umumnya beks-bekas anggota tidak akan mau
mengganggap bekas kelompoknya sebagai reference groupnya. Sebab penanggalan
keanggotaan pada umumnya didasarkan pada adanya konflik antara kepentingan-
kepentingan kelompok sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan dalam nilaidan pola
perilaku.
6. Kelompok Okupasional dan Volenter.
Pada awalnya suatu masyarakat dapat melakukan pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam
masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Tetapi, sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia, sistem pambagian kerja berubah. Pada masyarkat seperti ini, sudah
berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga
masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya masing-masing. Bahkan. saat ini sudah
bermunculan pabrik-pabrik di mana pekerjanya bertanggung jawab atas satu unsur tertentu saja
dari keseluruhan hasil produksi. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar fungsinya,
muncul kelompok okupional yang merupakan kelompok terdiri atas orang-orang yang
melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar peranannya di dalam
mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Dengan semakin berkembangnya masyarakat, pengkususan juga dikembangkan secara
ilmiah dan dipusatkan pada lembaga-lembaga pendidikan. Mereka yang lulus dari lembaga
Kelompok Sosial 8
tersebut akan menjadi tenaga yang terampil dan menguasai ilmu yang dipelajarinya. Melalui
keahlian mereka membantu masyarakat untuk menyelesaikan fungsi-fungsi tertentu.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komuniksi, hamper tidak ada masyarakat yang
tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya
ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak
semua kepentingan individu warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibat dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyrakat secar keseluruhan,
muncullah kelompok-kelompk volenter. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai
kepentingan sama, namuk tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas
jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volenter dapat memenuhi kepentingan-
kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara
luas.
Kelompok-kelompok volenter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan-kepentingan
primer. Kepentingan-kepentingan primer harus dipenuhi, oleh karena manusia harus hidup wajar.
Yang antara lain :
a. Kebutuhan akan sandang, papan, dan pangan.
b. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda.
c. Kebutuhan akan harga diri.
d. Kebutuhan akan mengembangkan potensi diri.
e. Kebutuhan akan kasih saying.
Kepentingan-kepentingan sekunder misalnya adalah kebutuhan akan rekreasi. Dengan pelbagai
ragam landasan itu, timbul aneka macam kelompok volenter, yang mungkin berkembang
menjadi kelompok-kelompok yang mantap, karena diakui masyarakat umum.

D. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur.

Setelah membicarakankelompok sosial yang teratur maka kini tiba waktunya untuk
secara garis besar menguraikan kelompok-kelompok sosial yang secara relative tidak teratur,
misalnya kerumunan, publik dan sebagainya.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada waktu
yang bersaman. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik.
Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga dapat
mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera mati setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena
itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara. Walaupun tidak
terorganisir kerumunan juga bisa mempunyai seorang pemimpin, akan tetapi tidak mempunyai
sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan sosial. Artinya, interaksi di dalamnya bersifat
spontan dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadir dan berkumpul mempunyai kedudukan
sosial yang sama. Akibatnya identitas seseorang biasanya akan tenggelam apabila orang yang
bersangkutan ikut serta dalam kerumunan.
Karena sifatnya yang sepontan maka di dalam kerumunan tidak ada alat pengendalian
sosial. Bahkan norma-norma dalam masyarakat sering membatasi terjadinya kerumunan.
Masyarkat-masyarakat tertentu melarang atau membatasi terjadinya demonstrasi. Hal ini terjadi
dikarenakan suatu kerumunan yang sudah beraksi, mepunyai kecenderungan untuk merusak, dari
pada membangun sesuatu.
Secara garis besar kerumunan dapat dibedakan menjadi :
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
1). Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences), merupakan
kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya,
menonton film, mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2). Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), yaitu
kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai
persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan yang bersifat sementara.
1). Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations), misalnya orang
yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
Kelompok Sosial 9
2). Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panic (panic crowds), yaitu
orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya.
Dorongan dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai
kecenderungan untuk mempertinggi rasa panic. Misalnya, ada kebakaran dan gempa
bumi.
3). Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena ingin
melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma hukum.
1). Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik
yangbertentangan dengan norma-norma yang brlaku. Misalnya, aksi demonstrasi.
2). Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan yang hamper
sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma
masyarakat. Misalnya orang-orang yang mabuk.
Dapat disimpulkan bahwa kerumunan akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Merupakan kumpulan orang-orang dalam suatu tempat yang tidak terorganisir.
b. Keberadaannya bersifat sementara.
c. Kedatangannya dalam suatu tempat tertentu didasarkan pada reaksi terhadap rangsangan
yang sma secara bersama-sama dalam batas lingkungan tertentu.
d. Kontrol diri sangat lemah ddan tenggelam dalam karakteristik kelompok.
e. Mudah bertindak destruktif.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, public lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsusng melalui alat-alat komunikasi, seperti
pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya.
Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu public mempunyai pengikut-
pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak
ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga sulit.
Guna memudahkan poses pengumpulan public digunakan berbagai cara di antaranya adalah
dengan menggandeng nilai-nilai sosial atau tradisi masyarakat bersangkutan. Bisa pula dilakukan
dengan menyiarkan pemberitaan baik yang bersifat benar maupun palsu.
Secara umu dapat diketahui adanya beberapa ciri publik :
a. Suatu kelompok yang bukan merupakan kesatuan (kelompok yang tidak teratur).
b. Interaksi di antara anggota-anggotanya berlangsung secara tidak langsung dan pada
umumnya berlangsung memalalui media massa.
c. Perilaku public didasarkan perilaku individu.
d. Tidaksaling mengenal satu sama lain dan keanggotaannya terdiri berbagai lapisan
msyarakat.
e. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah.
f. Minat yang sama tidak menjamin ada kesamaan pendapat/opini terhadap suatu masalah.
g. Berusaha untukmenguasai masalah tersebut.
h. Adanya kecenderungan berfikir rasional.
3. Massa.
Massa adalah kumpulan manusia dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri dari orang-orang dari segala lapisan dan tingkat sosial dalam masyarakat.
b. Bersifat anonym dan heterogin.
c. Tidak ada interaksi dan interrelasi satu dengan yang lain karena masing-masing
terpisah.
d. Tidak bisa bertindak secara teratur dikarenakan ikatan sosial/organisasinya sangat
longgar.
e. ADanya sikap yang kurang kritis dan mudah percaya pada pihak lain.
f. Sangat mudah tersinggung, terkadang muncul fanatic berlebihan, bersemangat, dan
berani serta bisa berbuat sesuatu tanpa memikirkan tanggung jawab.
g. Dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu massa terlihat (berkumpul dalam satu
tempat) dan massa tidak terlihat (keberadaannya berpencar di banyak tempat)

Kelompok Sosial 10
E. Masyarakat Setempat

Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah
(dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu. faktor utama yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar
batas wilayah. Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk
menggarisbawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis
tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu saja belum cukup untukmembentuk suatu
masyarakat setempat. Pada umumnya anggota masyarakat setempat memiliki ikatan solidaritas
yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, meskipun pada masyarakat modern di
mana perkembangan teknologi dan komunikasi semakin pesat mengakibatkan ikatan pada tempat
tinggalnya semakin berkurang namun dapat memperluas wilayah pengaruh masyarakat yang
bersangkutan. Hal ini masih dibutuhkan adanya perasaan komuniti (community sentiment).
Terdapat beberapa unsur perasaan komuniti, yaitu :
1. Seperasaan.
Unsur seperasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan
sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut. Akibatnya, mereka dapat
menyebutnyasebagai “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
2. Sepenanggungan.
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompokdan keadaan masyarakat sendiri
memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan.
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada
komuniti yang meliputi kebutuhan fisik maupun biologis.
Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat dapat digunakan empat kriteria yang
saling berhubungan :
a. Jumlah penduduk.
b. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman.
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat.
d. Organisasi masyarakat yang bersangkutan.

Kelompok Sosial 11

Anda mungkin juga menyukai