Anda di halaman 1dari 8

Kontrasepsi Alamiah

Tediany Pramesti Dewantari


1815153
Pembimbing: dr. Dani, M.Kes.

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk
itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk
1
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen.

Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:

1. Fase Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya
belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya
menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan
yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.

2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun.Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih
mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.

3. Fase Mengakhiri Kesuburan

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak
hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas
tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan
untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009). Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:

● aman pemakaiannya dan dapat dipercaya


● efek samping yang merugikan tidak ada
● kerjanya dapat diatur menurut keinginan
● tidak mengganggu hubungan persetubuhan
● tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian
● cara penggunaannya sederhana
● harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
1
● dapat diterima oleh pasangan suami istri

Kontrasepsi Alami

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Artinya, hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
atau minuman apapun lainnya. Metode amenorea laktasi dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila
ibu menyusui secara penuh (full breastfeeding); lebih efektif bila pemberian asi delapan kali atau
lebih per hari, ibu belum haid, dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Metode ini dapat efektif
hingga 6 bulan pertama setelah melahirkan. Setelahnya, harus dilanjutkan dengan pemakaian
2
metode kontrasepsi lainnya.
Cara kerja metode amenorea laktasi adalah dengan menekan dan menunda terjadinya
ovulasi karena peran hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan menekan pelepasan sekresi
gonadotropin sehingga terjadi ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita sehingga ovulasi
3
tidak terjadi.

Keuntungan yang didapatkan dari kontrasepsi metode ini antara lain, efektivitas yang
tinggi pada 6 bulan pertama pasca persalinan. Tingkat keberhasilannya mencapai 98%. Metode
ini juga tidak mengganggu proses hubungan seksual, tidak memberikan efek samping sistemik,
dan tidak perlu pengawasan medis. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk dilakukan
dan tidak membutuhkan biaya apapun.
Keuntungan non kontrasepsi metode ini untuk bayi antara lain mendapatkan kekebalan
pasif dari IgA yang diberikan melalui ASI, mendapatkan sumber asupan gizi yang terbaik dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal. Selain itu, bayi juga terhindar dari
keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang
dipakai. Keuntungan non kontrasepsi metode ini untuk ibu antara lain mengurangi perdarahan
pasca salin, mengurasi risiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan
2
bayi.

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


Metode keluarga berencana alamiah terdiri dari beberapa metode berbeda diantaranya
metode lendir serviks atau metode ovulasi billings (MOB), metode pantang berkala atau sistem
kalender, dan metode suhu basal. Ketiga metode ini membutuhkan peran ibu untuk mengetahui
dan mencatat masa suburnya setiap bulan, untuk menunjang keberhasilan dari kontrasepsi.
Metode ini cukup efektif bila dijalankan dengan tertib dan cenderung tidak memiliki efek
samping. Dalam menjalankan metode kontrasepsi ini, dibutuhkan peran dari ibu dan pasangan
untuk secara sukarela menghindari hubungan seksual pada masa subur ibu jika tidak ingin terjadi
kehamilan.
Manfaat kontrasepsi yang didapatkan dari metode keluarga berencana alamiah antara lain
dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan, tidak ada risiko kesehatan yang
berhubungan dengan metode kontrasepsi, tidak ada efek samping sistemik yang ditimbulkan, dan
cenderung murah atau tanpa biaya. Manfaat non kontrasepsi yang didapatkan dari metode
pantang berkala antara lain meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana,
menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan istri, dan memungkinkan
meningkatkan relasi atau hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri.
Metode kontrasepsi ini dinilai sebagai metode kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per
100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Untuk metode lendir serviks, bila aturan
ditaati dengan benar, kegagalan bisa mencapai 0% (kegagalan hanya terjadi bila pasangan
dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar aturan untuk mencegah kehamilan). Efektivitas
sangat tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi. Pada metode
ini, dibutuhkan pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis-jenis kontrasepsi demi
mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.
Penggunaan metode keluarga berencana alamiah cenderung dapat dilakukan oleh seluruh
perempuan yang menginginkan kontrasepsi. Pada keadaan tertentu seperti perempuan dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur, masih bisa dilakukan metode lendir serviks. Kontraindikasi
metode KBA ini adalah pada perempuan yang pasangannya tidak kooperatif dalam menjalankan
pantang hubungan seksual dalam waktu tertentu.
Metode pantang berkala untuk kontrasepsi dijalankan dengan prinsip tidak melakukan
hubungan seksual di masa subur. Dalam perhitungan siklus menstruasi, masa subur terjadi dekat
dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda kesuburan seperti keluarnya lendir
yang lebih encer dari liang vagina. Untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus
terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. Antara kedua waktu tersebut hubungan
seksual harus dihindari.
Metode ovulasi billings atau metode lendir serviks merupakan metode dengan
memperhatikan lendir yang keluar dari vagina. Metode ini sulit dijalankan pada perempuan yang
sedang mengalami infeksi vagina atau serviks karena kondisi lendir menjadi sulit dinilai.
Beberapa kondisi lendir serviks didefinisikan sebagai berikut.
● Hari-hari kering. Terjadi setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai satu
sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering.
● Hari-hari subur. Terjadi ketika terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap
subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket. Lendir
subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur sudah dimulai.
● Hari puncak. Merupakan hari terakhir adanya lendir paling licin, mulur, dan ada perasaan
basah.

Untuk menjalankan proses kontrasepsi, lendir mungkin berubah pada hari yang sama.
Periksa lendir setiap kali ke toilet dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan yang sangat basah di
siang hari. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur dan beri tanda pada
catatan ibu dengan kode yang sesuai. Pantang hubungan seksual untuk paling sedikit satu siklus
sehingga ibu akan mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan. Pada hari kering
setelah haid, aman untuk melakukan hubungan seksual selang satu malam (aturan selang-seling).
Hal tersebut akan menghindari ibu dari kebingungan akan cairan sperma dan lendir. Segera
setelah ada lendir jenis apapun atau perasaan basah muncul, hindari hubungan seksual atau
kontak seksual. Setelah hari puncak, hindari hubungan seksual untuk 3 hari berikut siang dan
malam. Hindari juga hubungan seksual pada waktu haid karena pada siklus yang pendek, ovulasi
dapat terjadi pada hari-hari haid.
Saat ini, metode pantang berkala dan metode suhu basal sudah tidak diajarkan lagi oleh
pengajar KBA. Kedua metode tersebut dinilai kurang efektif karena tingkat kegagalannya yang
cukup tinggi, yaitu lebih dari 20% dan waktu pantang senggama yang lebih lama. Di Indonesia
dengan surat dari BKKBN Pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S. 002/E2/90,
tanggal 28 Desember 1990, metode ovulasi billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu
metode KB Mandiri.
Metode lain yang termasuk kedalam metode keluarga berencana alamiah adalah metode
simtomtermal. Untuk menjalankan metode ini, ibu harus memiliki data untuk metode lendir
serviks dan metode suhu basal. Ibu dapat menentukan masa subur dengagn mengamati suhu
tubuh dan lendir serviks.
Setelah darah haid berhenti, ibu dapat melakukan hubungan seksual pada malam hari
pada hari kering dengan berselang sehari selama masa tidak subur. Ini merupakan aturan selang
hari kering (aturan awal), yang merupakan aturan yang sama dengan metode lendir serviks. Masa
subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah aturan awal. Ibu
pantang melakukan hubungan seksual sampai masa subur berakhir. Ibu juga pantang melakukan
hubungan seksual sampai hari puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi. Apabila aturan ini
tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur, selalu ikuti aturan yang paling
2
konservatif yaitu aturan yang mengidentifikasi masa subur yang paling panjang.

3. Sanggama Terputus (Coitus Interuptus)


Sanggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi, dengan
tujuan agar sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma
dan ovum. Dengan demikian, kehamilan dapat dicegah.
Manfaat kontrasepsi dari metode ini antara lain efektif jika dilaksanakan dengan benar,
tidak mengganggu produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak
ada efek samping sistemik yang ditimbulkan, dapat digunakan setiap waktu, dan tidak
membutuhkan biaya apapun.
Manfaat non kontrasepsi yang didapat dari metode ini antara lain meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana dan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam antar pasangan.
Efektivitas metode ini sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
sanggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 - 27 kehamilan per 100
perempuan per tahun). Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis. Keterbatasan yang paling sering dialami dalam menjalankan
metode ini adalah memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
Metode ini dapat dipakai untuk suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana, pasangan yang mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode lain,
pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera, pasangan yang memerlukan metode
sementara sambil menunggu metode lainnya, pasangan yang membutuhkan metode pendukung,
dan pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
Metode ini tidak dapat dipakai untuk suami dengan pengalaman ejakulasi dini, suami
yang sulit melakukan sanggama terputus, suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis,
istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama, pasangan yang kurang dapat saling
2
berkomunikasi, dan pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.
Daftar Pustaka

1. Prijatni I, Rahayu S. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Diakses dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-
Komprehensif.pdf pada 4 Maret 2021.
2. Editor, Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, et al. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Ed 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014.
3. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6776267/. Diakses pada 4 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai