Anda di halaman 1dari 26
y MAteriAuiras, Risiko, DAN STRATEGI Aupit PENDAHULUAN B: PENDAHULUAN Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam audit laporan keuangan karena keduanya mempengaruhi penerapan standar auditing, Khususnya standar pekerjaan Japangan, dan stondar pelaporan, Auditor petla mempertimbangkan materialitas dan risiko audit untuk menentukan silat atau jenis, saat, dan luas prosedur audit. Auditor juga perl mempertimbanghan materialitas dan risiko audit dalam melakukan evaluasi atas femuan My diperoleh melalui penerapan prosedur audit tersebut, Penggunaan konsep materialitas dan risiko audit dal. clit, fercermin dalam laporan audit bentuk baku. Laporan audit bentuk baku mencantumkan frasa “keyakinan memadai atau reasonable assurance, Frasa tersebut secara tidak langsting, menyalakan Pengakuan auditor mengenai keberadaan risiko audit, Salah satu komponen audit adalah risiko bawaan. Risiko bawaan elalu ada dan tidak dapat dihilanghan melalui penerapan risiko audit, Oleh karena itu, auditor hanya dapat menyatakant “keyakinan memadai”, bukan “keyakinan sepenuhnya’, Laporan audit bentuk baku juga mencantumkan frasa “menyajikan secara wajat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansl yang berlaktt umum’, Frasa tersebut menyatakan pengakuan auditor bahwa audit yang dilakukan tidak ditujukan untuk mencari kesalahan kecil yang tidak material, Suatu kesalahan dianggap merupakan suatu kesalahan kecil yang tidak material apabila kesalahan tersebut tidak akan mengubah keputusan pemakai laporat Keuangan. Frasa tersebut menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung, salah saji material, Penvlitian empiris menunjukkan bahwa adanya perbedaan dan persamaan standar auclit mengenai materialitas dan risiko audit dapat mengarahkan pada kondisi, waktit dan Juas pekerjaan audit yang, dilakukan (Colbert, 1996). Dipindai dengan CamScanner Avorming 1 = Avour Haunt MATERIALITAS Ada beberapa definisi tentang materialitas. [Al, dalam SPAP-nya, mendefinisikan materialitas sebagai: “besarnya nilai yang dihilangkan atau salah sqji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan Kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut” Sedang FASB, melalui Statement of Financial Statements Concept no. 2, mendefinisikan materialitas sebagai: “besarnya kealpaan dan salah sajiinformasi akuntansi, yang di dalam lingkungan tersebut membuat kepercayaan seseorang berubah atau terpengaruh oleh adanya kealpaan dan salah saji tersebut. ” Jadi, materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi, Standar auditing seksi 312 “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam: a. Perencanaan audit. b. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor harus mempertimbangkan materialitas untuk merencanakan audit dan merancang prosedur audit. Dengan mempertimbangkan materialitas, auditor dapat merancang prosedur audit secara efisien dan efektif, Dengan demikian, prosédur audit tersebut dapat digunakan untuk menghimpun bukti audit kompeten yang cukup. Bukti audit kompeten yang cukup dapat dijadikan dasar yang memadai untuk melakukan evaluasi terhadap kewajaran laporan keuangan. Auditor perlu mempertimbangkan materialitas pada saat akan mengeluarkan pendapat. Material tidaknya suatu kondisi atau masalah akan membedakan pendapat yang akan diberikan. Sebagai contoh adalah adanya pembatasan lingkup audit oleh Klien. Apabila pembatasan tersebut tidak material, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, Tetapi apabila pembatasan tersebut sangat material dan mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, maka auditor harus menolak untuk memberikan pendapat. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau 128 Dipindai dengan CamScanner Bas 6. Mareauauras, Resixo, oan Srearecr Avort PenoAHULUAN keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam suatu hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Hal ini dapat terjadi akibat dari penerapan yang keliru terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum penyimpangan fakta, atau dihilangkannya informasi yang diperlukan. Berkaitan dengan pertimbangan mengenai materialitas, auditor harus mempertimbangkan: a. Ukuran dan karakteristik satuan usaha. b. Kondisi yang berkaitan dengan perusahaan. c. Informasi yang diperlukan-pihak yang mengandalkan laporan keuangan. Jumlah yang material untuk laporan keuangan perusahaan kecil bisa jadi sangat tidak material bagi perusahaan besar. Kesalahan pencatatan kas sejumlah Rp1.000.000,00 merupakan jumlah yang sangat material bagi perusahaan kecil yang mempunyai aset bersih Rp10.000,000.00. Sementara itu, kesalahan sejumlah yang sama dapat merupakan kesalahan yang tidak material bagi perusahaan yang mempunyai aset bersih sejumlah Rp200 miliar. Tingkat materialitas untuk laporan keuangan perusahaan yang terancam bangkrut adalah lebih rendah daripada tingkat materialitas perusahaan yang mempunyai likuiditas dan solvabilitas yang baik. Semakin jelek kondisi perusahaan, semakin tidak bisa ditolerir salah saji yang terjadi. Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Karena sifatnya yang relatif maka tingkat materialitas dapat berubah. Selama pelaksanaan audit, tingkat materialitas bisa berubah-ubah karena: a. Kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi perusahaan berubah. b. Tambahan informasi tentang Klien mungkin diperoleh selama pelaksanaan audit. Tingkat materialitas awal yang direncanakan (planning materiality) suatu perusahaan dapat berubah karena kedua hal tersebut. Sebagai contoh, tingkat materialitas yang direncanakan bagi perusahaan yang terancam bangkrut adalah 05% dari modal sendiri. Apabila perusahaan itu dapat melepaskan diri dari masalah kebangkrutan tersebut, maka tingkat materialitas akan dinaikkan misalnya menjadi 1% dari modal sendiri. - Sebagaimana dikemukakan di atas konsep materialitas ini diterapkan di dalam merencanakan pelaksanaan audit. Dalam perencanaan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: @. Materialitas tingkat laporan keuangan. b. Materialitas tingkat saldo akun. 129 = = ———— Dipindai dengan CamScanner Avomng = Anoun Hatin Materialitas Tingkat Laporan Keuangan Materialitas laporan keuangan (financial statement materiality) adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, Auditor menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor tentang kewajaran adalah mengenai laporan keuangan secara keseluruhan dan tidak sepotong-sepotong. Laporan keuangan mengandurg salah sajiyang material apabila mengandung kekeliruan dan ketidakberesan yang secara individu maupun kolektif sangat penting pengaruhnya terhadap kewajaran laporan keuangan. Salah saji dapat disebabkan: a. Salah penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum. b. Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya. ¢. Penyembunyian informasi yang mestinya perlu diungkapkan. Ada beberapa tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan, yaitu: a. Laporan rugi laba yaitu materialitas yang berhubungan dengan total pendapatan laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. b. Neraca yaitu materialitas yang didasarkan atas total aktiva, total aktiva lancar, modal kerja, serta ekuitas pemegang saham. Dalam pertimbangan pendahuluan tentang materialitas, auditor menentukan materialitas tiap laporan keuangan seperti tersebut di atas. Sebagai contoh, materialitas laporan rugi laba Rp5.000.000,00 sedang materialitas neraca | Rp2.000,000,00. 5 Auditor, untuk kepentingan perencanaan, harus menggunakan “jumlah terkecil ingkat’salah saji yang dianggap material untuk setiap laporan keuangan’, karena: a. laporan keuangan saling berkaitan, Jadi salah satu laporan keuangan mengandung salah saji materialitas, maka akan mempengaruhi laporan keuangan yang lainnya, a b. Prosedur auditing dipakai untuk lebih dari satu laporan keuangan dan saling berkaitan. Pertimbangan materialitas meliputi pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Ukuran materialitas kuantitatif misalnya 2,5% dari laba bersih sesudah pajak, 1% dari total aktiva, dan sebagainya, Sedang ukuran materialitas yang kualitatif berkaitan dengan penyebab terjadinya salah saji misalnya karena pelanggaran hukum, Pertimbangan kuantitatif yang menyatakan tidak material, secara ssw : ij i 4 —_—— Dipindai dengan CamScanner Sao 6. Marans, Riso, oan Srrarect Avort Penownnuan kuantitatif dapat material karena mungkin berkaitan dengan ketidakberesan dan pelanggaran hukum tersebut, Pertimbangan materialitas melibatkani pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. a. Pedoman kuantitatif, Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas. Berikut adalah gambaran mengenai beberapa pedoman yang digunakan dalam praktik. * SX hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar) ¥% hingga 1% dari total aktiva 1% dari ekuitas ~ ¥a% hingga 1% dari pendapatan kotor Suatu persentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau total pendapatan. . Suatucontoh mengenai pedoman ini terakhir disajikan dalam Gambar 6.1, yang menunjukkan tabel yang digunakan oleh lima besar kantor akuntan publik (the big five) untuk menghitung perencanaan materialitas, Contohnya, sebuah perusahaan memiliki total aset sebesar Rp44.000.000.000 dan total pendapatan sebesar Rp31.000.000.000, maka materialitas petencanaan (planning materiality)- nya sebesar Rp22.140.000 yang diperoleh dengan cara (Rp17.800,000 + ((0.00031 X (Rp44.000.000.000 - Rp30.000.000.000))) Jumlsh yang lebih besar antara total Materialitas Kelebihan di atas aset dengen total pendapatan Lebih dari Kurang dari 300 juta, I milyar 856.000 + 0,00145 300 juta 1 milyar 3 milyar 1.840.000 + 0,00100 1 milyar 3 milyar 10 milyar 3.830.000 + 0,00067 3 milyar 10 milyar 30milyar | 8.550.000 + 0,00046 10 milyar 30 milyar [V7 100 milyar |" 17.800.000 + 0,00031 30 milyar 100 milyer 300 milyar 39,700,000 + 0,00021 100 milyar 300 milyer zs. | 82,600,000 +0,00015 300 milyar Gambar 6.1 Tingkat Materialitas Berdasarkan Persentase Variabel dari Total Aktiva atau Pendapatan b. Pertimbangan kualitatif. Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji, Salah satu yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material, Hal ini dapat terjadi misalnya ketika Dipindai dengan CamScanner ‘Avornng 1 - Asput HAUN salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar hukum oleh klien, Penemuan atas terjadinya hal-hal tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang serupa. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun Materialitas pada tingkat saldo akun sering disebut juga dengan tolerable mis- statement. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji maksimurm yang boleh ada dalam saldo akun sehingga belum atau tidak dipertimbangkan sebagai salah saji material. Ada hubungan erat antara tolerable misstatement dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual tidak material, bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan keuangan. Pengalokasian Materialitas Laporan Keuangan pada Akun Pengalokasian materialitas laporan keuangan pada akun-akun baik neraca maupun laporan rugi laba lebih sering didasarkan atas neraca. Alasan yang mendasari hal itu adalah bahwa setiap salah saji pada laporan rugi laba pasti akan mempengaruhi neraca. Di samping itu, akun neraca relatif lebih sedikit daripada akun laporan rugi laba. Pengalokasian materialitas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Besar relatif akun. b. Besar variabel akun. c. Pertimbangan profesional. Dalam membuat pengalokasian, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan salah. saji dalamakun. Sebagai contoh, salah saji lebih mudah terjadi pada persediaan daripada aktiva tetap. Oleh karena itu, materialitas yang dialokasikan pada akun persediaan akan lebih besar daripada akun aktiva tetap. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya untuk memeriksa akun dalam melakukan pengalokasian. Sebagai contoh, biaya untuk melakukan pemeriksaan atas rekening piutang dagang pada umumnya lebih besar daripada biaya pemeriksaan aktiva tetap. Oleh karena itu, materialitas yang dialokasikan pada akun piutang dagang akan lebih besar daripada akun aktiva tetap. Tingkat materialitas salah saji akun mempunyai hubungan terbalik dengan bukti. Materialitas yang dipertimbangkan tinggi, maka bukti yang diperlukan akan relatif lebih sedikit daripada materialitas yang rendah, Berkurangnya bukti yang diperlukan akan menurunkan biaya auditing, 132 Dipindai dengan CamScanner + faa 6. Mannevurns, Risixo, pan Srearccr Avorr Penonmnunnt Perlu dibedakan secara jelas antara materialitas tingkat saldo akun dengan akun yang material, Semakin rendah tingkat materialitas berarti semakin Kecil tingkat kesalahan yang dapat ditolelis. Semakin kecil tingkat kesalahan yang dapat citolerir semakin banyak bukti yang diperlukan, Semakin material eoate akun, semakin banyak bukti yang harus dihimpun dan semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan, Akun piutang dagang lebih material daripada akun carat berharga bagi perusahaan perdagangan. Oleh karena itu, bukti yang harus dihimpun pada pemeriksaan piutang dagang harus lebih banyak, Pertimbangan Materialitas Oleh Auditor Berdasarkan penelitian empiris terhadap beberapa hal yang mempengaruhi auditor dalam menentukan besarnya materialitas (materiality judgement), Faktor- faktor tersebut adalah (Carpenter, 1992): 1. Faktor Individu Auditor Karakteristik personal mempunyai pengaruh terhadap tingkat keyakinan auditor mengenai keputusan materialitas. Penentuan besarnya materialitas juga dipengaruhi oleh pengalaman auditor yang bersangkutan. 2. Faktor Eksternal Perusahaan Informasi non keuangan yang bersifat kontekstual dapat pula digunakan oleh auditor praktisi dalam penentuan materialitas. Faktor kontekstual tersebut antara lain faktor jenis industri perusahaan auditor dan kondisinya. . Tingkat Pengaruh Suatu Akun Besarnya pengaruh yang diberikan suatu akun terhadap laba bersih merupakan faktor terpenting dalam menentukan besarnya tingkat materialitas audit. 4. Faktor Kondisi Kantor Akuntan Publik . Penentuan tingkat materialitas audit dipengaruhi oleh struktur dari kantor akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit. RISIKO AUDIT “Risiko” menurut arti katanya adalah kemungkinan adanya konsekuensijelek/ tidak menguntan gkan, rugi dan lain sebagainya. Semua orang pasti menghadapt nisiko, Pada saat seseorang mengendarai mobil misalnya, tentu ada risiko teat kecelakaan. Investasi surat berharga yang dimiliki, misalnya, ada risiko rugi karena arjloknya harge, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan auctor, juga mempunyai risiko, Secora hukum dan etika profest auditor dituntut untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan atas dasar kebenaran dalam art kewajaran. Auditor mungkin saja salah dalam memberikan pendapatnya, do oo - 133 Dipindai dengan CamScanner Avorn 1 - Aso Haun dapat dituntut oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan, Ini berarti risiko. Tidak seperti di negara yang sudah maju, di Indonesia masalah risiko ini belum begitu populer atau diperhatikan. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan Keuangan yang mengandung salah saji material. Audit Risk and Materiality in Con- ducting an Audit (SAS Nos. 47 dan 82), AU 312.02, mendefinisikan risiko audit (au- dit risk) adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko’audit yang mau diterima auditor mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat keinginannya mengekspresikan pendapat yang tepat. Sebagai contoh, keinginan kepastian ketepatan pendapat adalah 90% maka risiko auditnya adalah 100% dikurangi 90% yaitu sama dengan 10%. Tingkat risiko audit dapat juga dinyatakan dalam bentuk kualitatif seperti rendah, sedang, atau tinggi. Tingkat risiko audit yang dianggap standar adalah 5%, dan tingkat risiko audit tidak pernah akan tidak ada atau nol. Selain risiko audit, auditor sebenarnya juga menghadapi risiko kerugian praktik profesionalnya akibat dari tuntutan pengadilan, publikasi negatif, atau peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan laporan keuangan yang telah diaudit dan dilaporkannya. Risiko ini dikenal sebagai risiko usaha. Risiko ini tetap dihadapi oleh auditor meskipun ia telah melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan telak melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya. Penelitian empiris terhadap risiko bisnis ini menyimpulkan bahwa risiko bisnis yang tinggi meningkatkan jumlah jam audit tapi tidak fee per jam sehingga akan meningkatkan total fee audit. Hal ini terjadi karena dengan tingginya risiko audit mendorong auditor untuk meningkatkan upaya auditnya (Bell, 2001). Standar auditing seksi 312 “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan risiko audit dalam: a. Perencanaan audit. b. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit untuk merencanakan audit dan merancang prosedur audit. Dengan mempertimbangkan risiko audit, auditor dapat merancang prosedur audit secara efisien dan efektif, Semakin kecil risiko audit, semakin banyak bukti yang diperlukan, Oleh karena itu, semakin kecil risiko audit, semakin banyak dan semakin intensif prosedur audit yang harus diterapkan. Dengan demikian, prosedur audit tersebut dapat digunakan untuk menghimpun bukti audit kompeten yang cukup. Bukti- audit kompeten yang cukup dapat 134 | Dipindai dengan CamScanner Ban 6. Mareauurras, Reso, oan Srrarecr Avorr PENDAHULUAN dijadikan dasar yang memadai untuk men; keuangan. Meningkatnya laba yang dilaporkan dalam la meningkatkan Kemungkinan tejadinya laporan Keuangen yorg meet kecurangan (fraudulent financial reporting) sehingga akan meningkatken a audit. Keseluruhan risiko audit akan meningkat jika auditor sematasmata menggunakan laporan keuangan dari auditan (Newman, 2000). igevaluasi terhadap kewajaran laporan TIPE-TIPE RISIKO AUDIT Menurut Taylor dan Glezer tipe risiko audit pada dasarnya ada dua, yaitu: 1. Risiko tipeI Adanya risiko bahwa suatu saldo akun mengandung kesalahan yang jika digabungkan dengan kesalahan-kesalahan pada saldo akun yang lain, dapat mengakibatkan laporan keuangan salah saji secara material. Hal ini diakibatkan oleh adanya kesalahan yang dilakukan oleh pegawai klien dalam memproses suatu transaksi akuntansi. Contoh: Karena kesalahan Klien dalam memposting mengakibatkan kesalahan sebesar Rp600.000,- dalam piutang dagang. Kesalahan tersebut tidak material namun ketike digabung dengan kesalahan dalam akun yang lain jumlah kesalahan tersebut menjadi Rp2.500,000,- Jika ternyata penghasilan bersih perusahaan hanya sebesar Rp25.000.000,- maka laporan keuangan menjadi salah saji secara material. Risiko tipe I ini terdiri atas risiko bawaan dan risiko pengendalian. Kedua risiko ini tidak dapat dikendalikan oleh auditor tapi dapat dinilai. 2. Risiko tipe II . Adanya risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan seperti dalam risiko tipe I di atas. Contoh: . Auditor memilih sampel yang kecil dari piutang dagang untuk konfirmasi, ternyata dari sampel tersebut tidak mengandung akun yang salah. Auditor percaya bahwa piutang dagang tersebut telah disajikan secara wajar walaupun sebenarnya tidak. Risiko ini merupakan risil auditor. ko deteksi, Risiko ini dapat dan harus dikendalikan Dipindai dengan CamScanner Avornne 1 = Anouc Haun, KOMPONEN RISIKO AUDIT Komponen risiko audit, pada umumnya terdiri atas tiga, yaitu: a. Risiko bawaan (inherent risk). b._ Risiko pengendalian (contro! risk). ¢. Risiko deteksi (detection risk). Risiko Bawaan Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern _ yang terkait. Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat diubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun. Meskipun demikian, apabila auditor berkesimpulan bahwa usaha untuk mengevaluasi risiko bawaan tidak sebanding dengan pengurangan prosedur audit, maka auditor harus menetapkan risiko bawaan pada tingkat maksimum pada saat merancang prosedur audit. Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keterjadian kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai merupakan suatu aset yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih terlihat jelas keberadaannya. Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan untuk banyak akun. Berikut merupakan beberapa faktor yang menentukan risiko bawaan pada banyak akun: a. Profitabilitas perusahaan secara relatif dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya, Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin kecil risiko bawaannya. b. Jenis usaha dan sensitivitas operasi. Perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan lebih besar risiko bawaannya daripada perusahaan ekspedisi karena bidang keuangan sangat sensitif terhadap perubahan kurs mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga. Oleh karena itu, semakin sensitif operasi suatu Perusahaan, semakin tinggi risiko bawaannya. Bidang usaha yang sangat dipengaruhi perkembangan teknologi, dan kompetisi usahanya ketat, mengakibatkan risiko bawaan yang tinggi. ¢. Masalah kelangsungan usaha, Perusahaan yang sedang menghadapi masalah kebangkrutan mempunyai risiko bawaan yang tinggi. d. Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun 136 sg sti Dipindai dengan CamScanner five 6. Manaus Rosno, oan Siparrat Auore Pruoannwan sebelumnya. Risiko bawaan perusahaan akan dinilai lebih tinggi apabila banyak salah saji yang terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya, e. Integnitas, reputasi, dan Pengetahuan akuntansi dari manajemen, Semakin baik integritas, reputasi, dan Pengetahuan tentang akuntansi yang dimi manajemen Klien, semakin kecil risiko bawaannya, Berikut meng akan beberapa faktor yang menentukan risiko bawaan suatu akun tertentu: 3. Auditabilitas akun atau transaksi, Semakin tinggi tin, semakin rendah risiko bawaan pada akun tersebut. b. Kerumitan masalah akuntansi yang terkait. Masalah akuntansi terkait meliputi masalah pengakuan dan kerumitan penilaian akun, Masalah akuntansi yang rumit akan meningkatkan risiko audit. ©. Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi pada audit tahun sebelumnya. Risiko bawaan pada suatu aktn akan dinilai tinggi apabila banyak salah saji yang terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya, Fektor faktor tersebut oleh Sofyan Safti Harahap dengan beberapa tambahan disejikan dalam Tabel 6.1. pada halaman 140, igkat auditabilitas akun, Risiko Pengendalian Ristko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah Saji material yang dapat ‘erjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat Fada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur Pengendalian intern Perusahaan. Risiko pengendalian tidak pernah mencapai angka nol karena Pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan keyakinan penuh bahwa Semue salah saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Fisiko pengendalian merupakan fungsi dari efektivitas struktar pengendalian Heed gemakin efektif struktur pengendalian intern perusahaan Klien, semakin kecil risiko pengendaliannya. Penetapan tisiko Pengendalian didasarkan atas Keculupan bukti audit yang menyatakan bahwa strekier pengendalian inter klien adalah efektif, Ada dua macam risiko pengendalian yaitu: a. Actual level of control risk. b of control risk yang ditentukan dengan melakukan modifikasi prosedur untuk menghimpun Pemahaman struktur pengendalian intern terkait dengan asersi, dan prosedur untuk melaksanakan fest of control. Pada saat perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko Pengendahan yang direncanakan (planned assessed level of control risk) urtak setiap 137 Dipindai dengan CamScanner Avorng 1 - Avout Haun asersi yang signifikan. Planned assessed level of control risk ini ditentukan berdasar asumsi tentang efektivitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern yang relevan. Planned assessed level of control riskjuga dapat ditentukan berdasarkan informasi audit tahun sebelumnya. Pada saat pengevaluasian hasil akhir atas temuan audit, risiko bawaan aktual akan dapat diketahui. Actual assessed level of control risk ditentukan berdasar bukti mengenai pemahaman struktur pengendalian intem klien yang diperoleh selama tahap pengujian audit. FAKTOR-FAKTOR. Gaya Manajemen Didominasi oleh Didominasi oleh satu engawasan kelompok | orang, ‘Sikap manajementerhadaplaporan Konservatif ‘Agresif keuangan [Tingkat perputaran pegawai stafakuntansi_| Normal Tinggi Reputasi dalam masyarakat/dunia usaha | Jujur Dikhawatirkan Tekanan terhadap pencapaian anggaran Sedikat Sangat tinggi Tingkat profitabilitas dibandingkanrata- | Pantasdankonsisten | Tidakpantas dan rata masa lalu berfluktuasi Tingkat perubahan usaha ‘Stabil Cepat Keadaan usaha Schat Tertekan ‘Sistem organisasi Sentralisasi Desentralisasi Isu tentang akuntansi yang ramit Tidakada Banyak Kesulitan dalam pemeriksaan transaksi Sedikit Banyak dan saldo perkiraan Kesalahan yang ditemukan pada Sedikit dan tidak Banyak permulaan audi material Tingkat sensitivitasterhadap perubahan | Relatiftidaksensitif | Sangatsensitif tingkat bungo, inflasi dan keadaan ekonomi Masalah kelangsunganhidup Tidakadayangserius | Diragukanadaaktor yangmempengaruhi | kelangsungan kelangsungan hidup [Hubungan dengan Klien Klien lama KlienBara Danlainlain Tabel 6.1, Beberapa Indikator Risiko Bawaan 138 Dipindai dengan CamScanner sthagenineony faa 6. Maneuuias, Rasico, aay Smarect Auosr Penoannvan Risiko Deteksi _ Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi, Risiko deteksi tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian, Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi, Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi, Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Hal ini disebabkan risiko deteksi merupakan fungsi dari efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor, Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencanaan yang memadai, dan supervisi atau Pengawasan yang tepat, penerapan prosedur audit yang efektif, serta penerapan standar pengendalian mutu. Jadi, semakin efektif prosedur audit yang diterapkan auditor, semakin kecil risiko deteksi aktualnya. Pada tahap perencanaan audit, planned assessed level of detection risk untuk setiap asersi signifikan ditentukan dengan cara menerapkan model risiko audit. Actual evel of detection risk dapat diubah auditor dengan cara memodifikasi sifat, penentuan waktu, dan luas test substantif yang dilakukan atas suatu asersi. Dalam menentukan risiko deteksi, auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan kesalahan seperti kesalahan penerapan prosedur auditing atau salah melakukan interpretasi terhadap bukti-bukti audit yang telah dihimpun. Ada perbedaan yang mendasar antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan risiko deteksi. Kedua risiko terdahulu ada terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor sendiri. Selanjutnya, risiko deteksi dapat lagi dibagi ke dalam dua jenis risiko yaitu risiko review analitis (Analytical Review Risk), dan risiko tes substantif (Substantive Tests Risk). Risiko Review Analitis Risiko review analitis adalah risiko yang timbul karena prosedur-prosedur review analitis tidak dapat mendeteksi kesalahan yang material. Risiko Tes Substantif Risiko tes substantif adalah risiko kesalahan material tidak dapat dideteksi melalui penggunaan prosedur tes substanti Selain risiko-risiko tersebut di atas, risiko di dalam audit dapat pula dibagi alas risiko sampling (Sampling Risk), dan risiko non sampling (Non Sampling Risk). Jenis risiko terjadi karena auditor bekerja atas dasar pengujian suatu sampel bukti, bukan pengujian seluruh bukti. Risiko sampling merupakan risiko bahwa 139 Dipindai dengan CamScanner Avorn 1 = Anou Haun, kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil pengujian terhadap karakteristik tertentw dari sampel atas item tertentu berbeda dengan kesimpulan yang dibuat dari seluruh populasi yang diuji, Jadi tidak mencerminkan populasi, Sedangkan risiko non sampling merupakan bagian dari risiko audit yang tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi lebih banyak dihasilkan dari faktor lain, seperti kesalahan faktor manusia, kesalahan penerapan prosedur audit untuk tujuan audit tertentu, dan salah menginterpretasikan hasil suatu sampel, Pembahasan lebih rinci tentang jenis risiko ini dikemukakan pada Bab 10. HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN RISIKO AUDIT Seperti telah dikemukakan sebelumnya, komponen risiko audit terdiri dari isiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi Getection risk). Hubungan antar komponen risiko audit dapat dirumuskan dalam suatu model sebagai berikut: AR=IRxCRxDR trisiko audit (audit risk) IR __ : risiko bawaan (inherent risk) isiko pengendalian (control risk) DR :risiko deteksi (detection risk), Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Oleh Karena itu, sudut pandang model tersebut dialihkan ke risiko deteksi menjadi: DR= AR: (IRx CR) Sebagai contoh, keinginan kepastian ketepatan pendapat adalah 95%, risiko bawaannya 50%, risiko pengendaliannya 50%, maka risiko deteksinya dapat dihitung sebagai berikut: Risiko auditnya adalah satu atau 100% dikurangi 95% yaitu sama dengan 5%. DR = AR: (IRxCR) = 0,05: (05x 0,5) = 02 = 20% 140 Dipindai dengan CamScanner i Ban 6. Mareautras, Risixo, oan Staareat Avorr PevoAHutuay Apabila auditor memutuskan bahwa risiko bawaan tidak dapat dikuantifikasi, maka IR-nya adalah 1, Dengan demikian, risiko deteksinya adalah: DR = AR: (IRxCR) = 0,05: (1x05) Apabila auditor memutuskan bahwa risiko bawaan tidak dapat dikuantifikasi, dan evaluasi terhadap efektivitas struktur pengendalian intem tidak efisien, maka risiko deteksinya besamya sama dengan risiko audit. Dengan model diatas berarti: DR = AR: (IRxCR) 0,05 : (1X1) = 0,05 = 5% Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkaitan dengan kondisi Klien, Risiko deteksi dapat dikendalikan oleh auditor. Oleh arena itu, auditor mengendalikan risiko audit dengan cara menyesuaikan risiko deteksi sesuai dengan assessed level of inherent risk and control risk. Pemahaman model risiko audit ini sangat penting dalam menentukan planned acceptable level of detection risk. HUBUNGAN TINGKAT KEINGINAN KEPASTIAN/ KEYAKINAN DENGAN KOMPONEN RISIKO Seperti telah dikemukakan pada awal pembahasan tentang risiko bahwa risiko audit mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat keinginan kepastian/ keyakinan. Semakin besar/tinggi tingkat keinginan kepastian (confidence level) maka semakin kecil/rendah risiko audit. Padahal komponen risiko audit ada tiga. Dari tiga komponen tersebut antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan risiko deteksi berhubungan terbalik. Semakin tinggi risiko bawaan dan atau risiko pengendalian semakin rendah risiko deteksi. Dengan demikian hubungan searah terjadi antara tingkat keinginan kepastian dengan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian. Hal yang sama antara tingkat risiko deteksi dengan tingkat risiko audit keseluruhan. Tabel berikut ini memberikan sebuah contoh tingkat keinginan kepastian dari segi kualitatif dalam hubungannya dengan tingkat risiko bawaan dan risiko Pengendalian dari segi kuantitatif, dan dilanjutkan dengan contoh penggunaannya. 141 Dipindai dengan CamScanner Avornnc 1 - Asou_ Haun sratesrii Tingket Keinginan Kep Prosentase Risiko (kuantitatif) (kuantitatif) q i got. | Risike Bawaan Risiko Pengendalian i Rendah 0.8 03 Fl Sedang 0.9 06 i Tinggi 1 0.8 Tabel 6.2, Hubungan Tingkat Keinginan Kepastian dengan Risiko Bawaan dan Pengendalian . Contoh 1: Misalkan sebuah perusahaan atau Klien digolongkan sebagai perusahaan yang risikonya rendah-dengan tingkat risiko audit (AR) = 5%, IR = 80%, jadi tidak maksimum (karena perusahaan risikonya rendah misalnya usahanya yang stabil), * dan CR =30% (Karena perusahaan risikonya rendah misalnya SPI-nya kuat,). Dari kemungkinan tersebut berarti Risiko Deteksinya adalah: DR = 0,05: (0,80x0,30) 0,05 : 0,24 0,2083 20,83% Dengan demikian minimum confidence level-nya adalah 100% - 20,83% =79,17% Contoh 2: Misalkan sebuah perusahaan atau klien digolongkan sebagai perusahaan yang risikonya tinggi dengan tingkat risiko audit 5%, IR = 100%, jadi diambil maksimum. (Karena klien baru, dan teknologi tinggi), dan CR = 70% (karena SPI nya agak lemah). Bila demikian adanya, maka risiko deteksinya adalah: DR 0,05 : (1,00 x0,70) 0,05 : 0,7 = 00714 = 714% Dengan demikian minimum: confidence level-nya adalah 100% - 7,14% = 92,86% Pengembangan Model Model yang telah dibahas diatas adalah model yang umum digunakan. Model yang dikemukakan di atas dapat pula dikembangkan menjadi: 142 ——__— Dipindai dengan CamScanner Bus 6. Mareeturas, Rosine, caw Srearect Avorr Penoanuuant AR = IRxCRx ARRX STR atau AK =IRXCRx DRxXSR = Audit risk IR = Inherent Risk cR = Control Risk ARR = Analytical Review Risk STR = Substantive Tests Risk Sampling Risk = Detection Risk MATRIKS KOMPONEN RISIKO. Kell dan Boynton menghubungkan antar komponen risiko ke dalam suatu matriks. Menurut mereka beberapa auditor yang menyatakan risiko secara kualitatif menggunakan matriks tersebut di dalam menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk mencapai tingkat risiko audit tertentu. Dalam hal ini risiko audit yang diambil biasanya adalah rendah. Ukuran kualitatif dari komponen risiko yang digunakan pada pembuatan matriks tersebut adalah maksimum, tinggi, moderat rendah, dan sangat rendah. Berikut ini contoh dari matriks komponen risiko, seperti yang dikemukakan oleh Kell dan Boynton. Tabel 6.3, Matriks Komponen Risiko 'Risike Pengendali Risike Bawaan f - zs 3 Makeimum ‘Tinggi 1 erat. aI Tingkat risiko detcsi yang dapat diterima untuk mencapai isi aut ‘yang rendah =“ ‘SangatRendah | SangatRendah | _Rendah Rendah Tinggi Sangat Rendah_|_Rendah Rendah Moderat Moderat Rendah Rendah Moderat. Tinggi Rendah Rendah ‘Moderat Tinggi sersitertentu “Tes substantif mungkin tidak diperlukan untuk a 143 Dipindai dengan CamScanner i Avormis 1 = Ago Haunt Matriks di atas menunjukkan konsistensi dari model risiko audit yakni tingkat tisiko deteksi yang dapat diterima berhubungan terbalik dengan tingkat tisiko bawaan dan risiko pengendalian, Misalnya jika risiko bawaan ditentukan ti inggi, dan risiko pengendalian ditentukan moderat, maka tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, Hubungan Risiko Audit dengan Bukti Audit Risiko mempengaruhi bukti audit. Risiko judgement yang dilakukan auditor mengenai kecukupan audit mempunyai hubungan terbalik dengan bukti audit, © audit dan risiko deteksi, semakin sedikit bukti audit yang Hubungan Timbal Balik antara Materialitas, Terdapat suatu hubun, suatu hubungan timbal mengilustrasikan hub ketiga konsep tersebi Fsiko audit Konstan dan mengurangitingkat materialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan untuk an. Dengan cara yang sama, jika kita dan mengurangi buktiaudit, maka risiko gkaran. Atau jika kita ingin Risiko Audit, dan Bukti Audit gan timbal balik antara materialitas daz 1 balik pula antara risiko audit dan bukti ungan-hubungan ini, ut. Sebagai contoh, jik in bukti audit dan audit. Gambar 6.2 dan juga hubungan timbal balik antara ‘a dalam Gambar 6.2 kita menetapkan melengkapi lingkar: materialitas konstan katkan untuk melengkapi lin menetapkan tingkat audit harus diting! Gambar 6,2 Hubungan Timbal Balik antara Materia litas, Risiko Audit, dan Bukti Audit 144 ——____ Dipindai dengan CamScanner to Mrs, Risin, cy Sr Auorr Pexouncuny STRATEGI AUDIT PEN DAHULUAN Tujuan auditor dalam perencanaan d; dit an pelaks i menurunkan risiko audit pada tingkat serendah mans ee aalah untuk 1. Primarily substantive approach. 2. Lower assessed level of control risk approach. Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, audito ; faktorfaktor sebagai berikut, mempertimbangkan a, Planned assessed level of control risk. b. Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian intern yang dihimpun. c. Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian, d. Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin. ‘Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed level of control risk) yang tinggi berarti auditor menganggap bahwa struktur pengendalian intern lien adalah sangat efektif dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji. Oleh karena itu, auditor harus menguji kebenaran anggapannya tersebut. Auditor lebih banyak melakukan pengujian pengendalian. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed level of control risk) yang rendah, berarti auditor menganggap bahwa struktur pengendalian intern klien sangat tidak efektif dan tidak akan dapat mencegah terjadinya salah saji. Oleh karena itu, auditor kemudian mengujiapakah salah saji yang tak terdeteksi oleh pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif. Luas pemahaman auditor terhadap pengendalian intern juga mempengaruhi pemilihan strategi audit. Apabila auditor sangat memahami pengendalian intern Klien, maka auditor dapat memilih strategi audit primarily substantive approach. Apabila auditor kurang memahami struktur pengendalian intern Klien, maka auditor dapat memilih strategi audit lower assessed level of control risk approach. Strategi audit pendahuluan bukanlanperipres spes pal a en rosedur auditing. Strategi audit pendahuluan merupakan ” pendahuluon mcrae pendeka tan rs akan dipakai dalam melaksanakan audit, 145 irasraas cea ocean Dipindai dengan CamScanner Avormc 1 - Asou Haun Primarily Substantive Approach Pada strategi ini, auditor lebih men, pengujian pengendalian. Auditor relat memperoleh pemahaman mengenai st ini lebih banyak dipakai dalam audit lama. \gutamakan pengujian substantif daripada if lebih sedikit melakukan prosedur untuk truktur pengendalian intern klien. Strategi yang pertama kali daripada audit atas klien Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap Perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut: a. Pengendalian yang terkait dengan suatu asersi tidak efektif. Oleh karena itu, salah saji tidak akan dapat dicegah atau dideteksi oleh struktur pengendalian intem Klien. Auditor kemudian menguji apakah salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit. Dengan demikian, auditor akan lebih banyak melakukan pengujian substantif b. Biaya untuk melaksanakan: * ‘prosedur tambahan untuk men, dalian intern fest of control untuk mendukung lower assessed level of control risk melebihi biaya untuk melaksanakan test substantif yang lebih ekstensif. ighimpun pemahaman struktur pengen- Kedua kondisi ini biasanya terkait dengan asersi akun: * yang dipengaruhi terutama oleh transaksi tidak rutin atau jarang terjadi seperti aktiva tetap, utang obligasi dan modal saham, * yang sangat memerlukan jurnal penyesuaian seperti akumulasi depresiasi. Lower Assessed Level of Control Risk Approach Auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantif pada strategi ini. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujian substantif. Auditor tetap melakukan pengujian substantif meskipun tidak seekstensif pada primarily substantive approach, Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur Pengendalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit atas Klien lama daripada audit yang pertama kali atas Klien baru. Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap Perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut: 2. Pengendalian yang terkait dengan suatu asersi dirancang dengan baik, dan sangat efektif. Struktur pengendalian intern klien yang sangat efektif tersebut akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji. Oleh karena itu, 146 S| Dipindai dengan CamScanner a0 6. Marenucras, Resco, oan Srearect Auorr Penoannuan auditor harus menguji apakah st efektif dalam mendeteksi salah s: pengendalian. b. Biaya untuk melaksanakan: * /prosedur tambahan untuk men pengendalian intern, * fest of control untuk mendukung lower assessed level of control risk lebih rendah daripada biaya untuk melaksanakan tes substantif yang lebih ekstensif, ¢ Akun yang diperiksa adalah akun yang dipengaruhi transaksi rutin, dan volumenya tinggi. Contoh akun seperti itu, adalah: + penjualan, + piutang dagang, + persediaan, + biaya gaji dan upah. truktur pengendalian intern klien benar-benar ji. Auditor lebih banyak melakukan pengujian ghimpun pemahaman struktur KECURANGAN (FRAUD) Pengertian Pengertian kecurangan (fraud), menurut The Association of Certified Fraud Examines (ACFE) dalam Vanasco (1998) adalah: “Allmultifariators means which human ingenuity can devise, and which are resorted toby one individual to get advantage over ancther by false suggestions or suppression ofthe truth, and includes all surprise, trick, cunning, or dissembling and any unfair way by which another cheated.” Menurut ACFE ini, kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat digunakan untuk mendapat keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau mengelabui dan cara tidak jujur yang lain. AICPA dan IAI tidak membedakan secara jelas apakah kecurangan tersebut merupakan kesalahan yang berakibat salah saji material atau tidak, yang perlu diperhatikan adalah faktor yang mendasari alasan kecurangan atau fraud, yaitu tindakan yang, mendasari dari salah saji material (misstatement) apabila disengaja berarti termasuk Jraud (kecurangan), tetapi jika tidak disengaja berarti error (kesalahan), 147 Dipindai dengan CamScanner_ Avormne 1 - Asour Haun Macam Fraud SAS no. 82, Consideration of Fraud in'a Financial Statement Audit, mengungkapkan setidaknya terdapat dua macam fraud yaitu fraudulent financial reporting dan misap- Propriation of assets. LAL (2001) menjelaskan dalam SPAP seksi 316 menyatakan fel serupa yaitu: 1 Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan yaitu salah Saji atau penghilangan dengan sengaja jumlah atau pengungkapan dalam {aporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, 2 Salah sajiyang timbul dari perlakuan yang tidak semestinya. Hal ini serin disebut dengan penyalahgunaan atau aktiva entitas yang berakibat laporan Prinsip akuntansi yang berterima w gkali penggelapan berkaitan dengan pencurian keuangan tidak disajikan sesuai dengan mum di Indonesia. ‘Tanggung Jawab Auditor Atas Fraud Fraud dalam perusahaan sebenamya merupakan tanggung jawab manajemen untuk mencegah dan men, ghalangi erjadinya dengan menyusun suatu lingkungan Pengendalian yang positif dan aktivitas pengendalian yang memadai. Namun demikian sesuai dengan harapan masyarakat akan peran auditor, sekaligus kemungkinan manajemen untuk melakukan fraud untuk kepentingannya, maka auditor mempunyai tanggung jawab untuk menemukan dan mengungkapkan kecurangan yang terjadi dalam perusahaan. Namun demikian tanggung jawab inisebenamya masih terbatas untuk: merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu perlu dibedakan antara audit laporan keuangan dan fraud audit. Penugasan audit laporan keuangan bertujuan untuk menyatakan pendapat tentang, Kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima mum. Fraud audit dilakukan dalam penugasan terpisah dari audit atas laporan Keuangan yang dilakukan sesuai dengan GAAS, Dalam fraud audit seringkali telah terdapat dugaan terjadinya kecurangan atau suatu kecurangan memang telah ditemukan, akuntan diberi penugasan untuk mengumpulkan bukti atau untuk bertindak sebagai saksi ahli dalam kaitannya dengan proses peradilan atas kecurangan tersebut. Auditor tidaklah diminta memberikan opini mengenai laporan keuangan secara keseluruhan (Jane Mancino, 1997). SPAP seksi 316 paragraf 12 menyatakan bahwa auditor harus secara khusus menaksir salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam mendesain 148 ey Dipindai dengan CamScanner B45 6. Marcaveras, Riso, oan Stearect Auorr Pruomeauay tsebut tidak selalu mi Ktor-faktor tersebut telah diamati seringkali ada dalam Keadaan yang di dalamnya terjadi kecurangan, Aspek penting dalam melakukan suatu audit secara profesional adalah ku audito perilak * berupa skeptisme profesional. Auditor hares secara obyektif mengevaluasi semua bukti dan kondisi yang diol auditor mendapati adanya yang mengundurkan terutama jika ‘integritas Klien is juga tethadap on going client Tans mempekerjakan anggota tim audit yang terdahule dalans perusahaannya, terutama terhadap personel tersebut. SAS 82 mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan pengendalian dalam Konteks penentuan risiko atas salah saji yang material yang dapat mengarah pada Kecurangan. Gambar 6.3 menggambarkan pertimban \gan auditor dengan adanya nisiko kecurangan (culdlan dari tulisan Andrew H. Barnett, 1998). Dipindai dengan CamScanner Avornng 1 ~ Asout Haun, { ‘Mempertimbangkan keberadaan faktor risiko kecurangan Menentukan risikosalah saji yang material yang mengacu pada kecurangan Apakah penentuan tersebut mengindikasikai suatu kebutuhan akan respon audit tambahan? Mengembangkan respon audit yang memadai Membuat pengujian audit dan mengevaluasi hasil tes it Mengkomunikasikan hasil tersebut kepada manajemen Gambar 6.3. Pertimbangan Auditor atas Risiko Kecurangan RANGKUMAN Dua konsep penting dalam audit laporan keuangan adalah materialitas, dan risiko audit. Kedua konsep ini dipertimbangkan untuk menentukan sifat atau jenis, saat, dan luas prosedur audit. Kedua konsep ini tercermin dalam laporan audit bentuk baku. 150 Dipindai dengan CamScanner Baa 6. Marcaucras, Riso, own Smartest Auorr PENDANULUAN Materialitas dan risiko audit harus dipertimbangkan baik dalam perencanaan audit maupun pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Materialitas merupakan besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi. Laporan keuangan mengandung salah saji mate- Hal apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Materialitas terbagi dua tingkat yakni tingkat laporan keuangan, dan tingkat saldoakun. Akun-akun yang secara individual tidak material bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan keuangan, Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit tidak sama dengan risiko usaha. Risiko usaha akan tetap ada walau audit sudah dilakukan dengan semestinya. Risiko audit dipertimbangkan agar auditor dapat merancang prosedur audit secara efisien dan efektif. Prosedur audit yang dirancang tersebut digunakan untuk menghimpun bukti audit kompeten yang cukup, Tipe risiko audit ada dua yaitu risiko I dan risiko tipe II. Sementara komponen risiko audit ada tiga yakni risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Selanjutnya risiko deteksi terbagi lagi atas risiko review analitis, dan risiko tes substantif. Selain itu, risiko audit dapat pula dibagi atas risiko sampling dan risiko non sampling. Hubungan antara komponen risiko audit digambarkan dalam suatu model yaitu DR = AR:(IR X CR). Risiko tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk matriks komponen risiko audit. Hubungan antara risiko audit dengan bukti mempunyai sifat terbalik. Semakin tinggi risiko audit dan risiko deteksi, semakin sedikit bukti yang diperlukan, Sementara risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan searah dengan kecukupan bukti, 4. ~ Risiko audit perlu dlusahakan senda miungkin. Oleh karena itu, auditor perlu membuat strategi pendahuluan dalam auditnya. Strategi yang dapat dipilih adalah primarily substantive approach dan lower assesed level of control risk approach. Auditor mempunyai tanggung jawab atas kecurangan yang mungkin terjadi dalam perusahaan auditan sehingga dalam melakukan proses audit auditor harus mempertimbangkan besarnya risiko audit. 151 Dipindai dengan CamScanner Avorme 1 Avon Hus KONSEP DAN ISTILAH PENTING DALAM BAB INI + Actual essssed level of control risk + Actual oe efcontrol risk + Actual eve of detection risk + Analyticetrcico risk + Assessed eel ofinerent risk and contra isk + Asssed level ofcontral isk + Audit risk (Rsiko Audi) + Ault Strategy Stategi Audi) + Contra Risk Risiko Pengendalian) + Detection Risk (Risiko Deteks) + Finencialsttenent materiality + Fraudulent fnencial reporting + Hubungan Risiko Audit dengan Bukti Audit ‘+ Inherent Risk (Risiko Bawaen) regularities + Meteiality (Materalias) 3 Materittyoffnanciel statement lvl (MaterialitasTingkat Laporan Keuangan) + Meteriaity of eccount balance eel (Materialitas Tingkat Saldo Akin) + Non sampling risk (Risiko Non Sampling) + Planned acceptable vel of detection risk + Planned assessed level of control risk + Planned assessed lve of detection risk ‘+ Plazing materiality (Materialita Perencansar) + Sampling Risk (Risiko Sampling) + Substantive test risk (Risiko Pengujian Substantif) + Type Risk (Risko Tipe ty + Type Risk (Risiko Tipe I) Bre 6. Marans, Reso, can Srancs rr Povowenin, PERTANYAAN/SOAL LATIHAN UNTUK BAB INI 1. Apa yang dimaksud dengan materialitas? 2 Dalam hal apa sojakah menurut SA Seksi 312, konsep materialitas harus dipertimbangkan oleh auditor? Jelaskan! 3. Jelaskan dua tingkat materialitas dalam auditing! 4 Pertimbangan materiabitas melibatkan pertimbangen kuantitatif dan kualitatif, Jelaskan yang dimaksud dengan: 2. Pertimbangan Kuantitatif b, Pertimbangan Kualitatif 5. Menurut Carpenter, 1992 faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besamya materialitas (materiality judgement)? 6 Sebuah perusahaan memiliki total aset sebesar Rp$.000.000.000 dan total endapatan sebesar Rp9,000,000.000. Hitunglah berapakah materialitas erencanaan (planning materiality) nya? 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan risike? Apa pula yang dimaksud dengan tisiko audit? 8. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tipe-tipe risiko audit! 9. Sebuthan dan jelaskan secara singkat komponen risiko audit! 10. Sebutkan beberapa faktor dan indikator rsiko bawaant! 11. Gambarkan sebuah matriks komponen risiko audit! 12. Bagaimana hubungan risiko audit dengan bukti audit? 15, Sebutkan dan jelaskan dua altematifstrategi audit! 14. Apayang dimaksud dengan kecurangan fr)? Sebuthan dan elashan macam- ‘macam Kecurangan (aud)! 15, Bagaimana tanggung jawab auditor atas fud? 152 153 Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai