41 83 1 SM
41 83 1 SM
1, April (2015)
HALREV
Hasanuddin Law Review
Submitted: Dec 13, 2014; Reviewed: Feb 9, 2015; Accepted: Mar 6, 2015
Abstract: This research reviews the meaning of law through state in legal framework
of “Rechtstaat” and how the implementation and implications for the liberty (peoples)
in Indonesia. The type of study was a normative research (doctrinal research) by using
existing conceptual approach. The outcomes of the research indicate that the Rule of
Law is necessary to make the concept rechtstaat becomes more dynamic and able to deal
with social changes in society and make the law more autonomous than other authorities
such as political intervention. Furthermore, Implementation of freedom in the context of
state law is interpreted narrowly and only considers justice can be done if the procedural
law can be obeyed by all citizens. The main purpose of the application of the Rule of Law
is the limitation of authority and power reduction obligations of citizens, so that it will
produce a doctrine of jurisprudence based on the rights (right centered jurisprudence).
76
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
hanya dijatuhi hukuman antara 1 dan 2 ta- Ketaatan masyarakat terhadap hukum
hun. Sedangkan, 87 kasus divonis 3-5 tahun, bukan diukur dengan penegakan kepatuhan
13 kasus atau 2,94 persen divonis 6-10 ta- secara kaku dan statis berdasarkan kaidah-
hun. Adapun yang dihukum lebih dari 10 ta- kaidah normatif yang dikawal oleh para
hun hanya dua kasus atau 0,45 persen.6 penegak hukum. keberlakuan hukum harus
Sosiolog dari Universitas Indonesia dilihat dan diukur dari perilaku masyarakat
Imam Prasodjo7 mengatakan, hukuman yang yang taat akan hukum. Ukuran untuk memu-
diberikan kepada Nenek Minah dan AAL itu lai suatu perbuatan secara bebas, yang tidak
menggambarkan bahwa proses hukum yang diukur dalam wadah peraturan nasional, me-
mati dari tujuan hukum itu sendiri. Hukum, lainkan terbentuk melalui perilaku masyara-
kata dia, hanya mengikuti aturan formal, kat yang sadar hukum sebagaimana yang
tidak memperhitungkan subtansi dan hati telah ditegaskan di dalam konstitusi. Kelima
nurani. Realitanya, hukum hanya tajam sila Pancasila yang dicantumkan secara im-
jika ke bawah dan tumpul jika berhadapan plisit dalam konstitusi, sebenarnya meru-
dengan kalangan atas. Hukum seharusnya pakan cerminan perilaku (yang diharapkan)
peka terhadap rasa ketidakadilan yang terus dalam kehidupan bermasyarakat di Indone-
dialami rakyat. sia.9
Implementasi hukum perlu dilihat seb- Telah dijelaskan bahwa istilah negara
agai suatu sistem yang ada setelah muncul- hukum bukan sekedar ingin menegaskan
nya masyarakat, sehingga perspektif posi- perbedaan antara Machtstaat dan Rechtsta-
tivisme yang melihat hukum hanya sebagai at, tetapi yang paling penting adalah konsep
tulisan-tulisan (aturan) tidak cukup untuk tentang suatu negara tidak lagi dijalankan
memahami hukum secara komprehensif. Se- dengan menggunakan kekuasaan melainkan
bab tanpa masyarakat, maka hukum tertulis harus diselenggarakan berdasarkan hukum.
hanyalah benda mati semata.8 Hukum yang Dalam pandangan lmer B. Flores,10 perbe-
diterapkan secara ketat oleh negara, hanya daan klasik diantara kedua rezim hukum ini,
akan memicu resistensi dari masyarakat. merupakan salah satu masalah konvensional
6
Kompas.com, sebagaimana dikutip pada la- yang menghubungkan antara hukum, kebe-
man website: http://nasional.kompas.com/ basan dan aturan tentang hukum, sebagaima-
read/2012/01/06/09445281/Kejamnya.Keadi-
lan.Sandal.Jepit, [Diakses pada tanggal 21 na yang dinyatakan oleh Dikatakan masalah
Juni 2014]. klasik, sebab penegasan pemisahan antara
7
Ibid.
8
Satjipto Rahardjo. (2009). Hukum dan Peri- hukum dan kekuasaan terkadang sulit untuk
laku. Jakarta: Kompas, hlm. 20-21, hukum dilakukan. Bahkan kekuasaan diperlukan
harus dilihat tidak hanya sebagai peraturan
(rule) tetapi juga perilaku (behavior). Negara untuk menegakkan hukum.
hanya menyiapkan fasilitas melalui pembu-
atan hukum dan untuk selebihnya diserahkan
kepada rakyat. Artinya pilihan ada di tangan 9
Bandingkan dengan Satjipto Rahardjo, Ibid,
rakyat, apakah menggunakan hukum atau ti- hlm. 154-155
dak. Dalam sosiologi dikenal dengan fenome- 10
lmer B. Flores, Law, Liberty and the Rule
na “hukum yang tidur”. Contoh di Indonesia of Law (in a Constitutional Democracy),
adalah ketika mahasiswa menjatuhkan peme- Georgetown Public Law and Legal Theory
rintahan Soeharto. Research Paper No. 12-161, 2013, page 78.
77
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
METODE 12
Zainuddin Ali. (2011). Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah pene- Hukum. Ed. 1 Cet. 3. Jakarta: Sinar Grafika,
hlm. 24-25.
litian hukum normatif atau yang disebut 13
Peter Mahmud Marzuki. (2009). Penelitian
Hukum. Cetakan Kelima. Jakarta: Kencana,
11
Aswanto, Op.cit, hlm. 4 hlm. 93-95.
78
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
be identical with the law or, at least. with tentang memberikan kebahagian kepada se-
a specific, a relatively centralized legal tiap orang, yang nantinya pasti akan berten-
order, that is, the national legal order in
contradistinction to the international, tangan dengan kebahagiaan orang lain. Se-
highly decentralized, legal order. Just as hingga kebahagiaan hanya bisa dijamin oleh
the pure theory of law eliminates the dual-
suatu tatanan sosial dalam arti kebahagian
ism of law and justice and the dualism of
objective and subjective law. so it abolish- dalam satu kelompok, dengan terpenuhinya
es the dualism of law and State. By doing kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang oleh
so it establishes a theory of the State as
an intrinsic part of the theory of law and penguasa masyarakat, yakni pembuat hu-
postulates a unity of national and interna- kum, dianggap sebagai kebutuhan yang ha-
tional law with a legal system comprising rus dipenuhi. Perbedaan antara liberalisme
all the positive legal orders”.14
dan sosialisme, sebagian besar bukan meru-
Melihat pernyataan di atas, maka tam- pakan tujuan masyarakat melainkan persoa-
pak jelas bahwa Hans Kelsen menolak diko- lan tentang cara yang tepat untuk mencapai
tomi antara Hukum dan Negara. Komunitas suatu tujuan tertentu oleh orang-orang.
yang eksis menurutnya hanyalah merupakan Penentuan inilah yang tidak dapat di-
simbol yang tidak berarti. Hubungan timbal- tentukan secara ilmiah. Sebab ide tentang
balik yang terjadi dalam masyarakat menun- keadilan merupakan fenomena sosial, pro-
jukkan adanya suatu tatanan sistem norma, duk masyarakat, dan oleh sebab itu berbeda
sehingga tatanan hukum secara konkret sesuai dengan kondisi masyarakat itu, ban-
adalah negara. Keteraturan sosial harus di- yaknya individu yang memiliki kesamaan
anggap identik dengan hukum atau setida- pertimbangan nilai bukanlah bukti bahwa
knya terpusat pada kepada hukum. Teori hu- pertimbangan itu benar. Kriteria keadilan,
kum murni oleh Hans Kelsen, pada dasarnya seperti juga kriteria kebenaran tidak bergan-
menghilangkan perbedaan antara hukum dan tung pada banyaknya pertimbangan tentang
keadilan sekaligus menepis perbedaan an- realitas atau pertimbangan nilai yang dibuat.
tara hukum secara objektif dan hukum yang Sehingga teori hukum dan teori tentang neg-
bersifat subjektif. Sebab kerinduan akan ke- ara harus dianggap sama, dan merupakan
adilan merupakan kerinduan abadi manusia postulat dari kesatuan hukum nasional dan
akan kebahagiaan. Kerinduan inilah yang internasional, dengan sistem hukum yang
tidak dapat ditemukan oleh manusia sebagai terdiri dari semua perintah hukum positif.16
seorang individu yang terisolir dan hanya Berdasarkan uraian singkat di atas,
dapat ditemukan dalam masyarakat, sehing- maka negara hukum (rechtstaat) sebenarnya
ga keadilan adalah kebahagiaan sosial.15 menitikberatkan pada sistem hukum yang
Jelaslah bahwa keadilan tidak dapat ada pada suatu negara. Sistem hukum
diukur dalam pengertian yang asli yaitu tersebut berasal dari eropa kontinental yang
biasa disebut civil law atau modern roman
14
Imer Flores. Op.cit, dalam istilah Kelsen
law yang proses kelahirannya dimulai dari
dianggap sebagai “weak Thesis”, hlm. 80.
15
Hans Kelsen. (2011). Teori Umum Tentang suatu perjuangan yang bersifat revolusioner.
Hukum dan Negara. Cetakan keempat.
Bandung: Nusa Media, hlm. 3-6. 16
Ibid, hlm. 7-10.
79
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Tabel 1
Perbedaan antara Rechstaat dan Rule of Law
Keterangan:
Dalam tabel di atas maka nampak adanya perbedaan diantara keduanya. Konsep rechtstaat
berpedoman pada hukum yang tertulis (normatif) sehingga terkesan lebih statis dan kaku,
sedangkan konsep Rule of Law memiliki sifat yang lebih dinamis, yang tidak hanya berdasarkan
hukum yang tertulis namun juga yang tidak tertulis. Dapat dikatakan bahwa diantara kedua
konsep ini terdapat satu persamaan yaitu untuk membatasi kekuasaan yang ada pada pemerintah.
Sedangkan konsep rule of law merupakan widely differing legal theories. As much as
suatu konsep yang lahir dari negara anglo an ideality as an ideal, the words “Rule of
Law” have served a wide range of purpos-
saxon yang berkembang secara evolusioner.17 es, stretching from political sloganeering
Secara singkat dapat dijelaskan perbedaan to the protection of individual rights from
the power of government”.18
diantara konsep Rechstaat dan Rule of Law
melalui Tabel 1. Selain untuk menyatukan perbedaan
Sejalan dengan konstruksi pemikiran di antara teori-teori yang ada, maka konsep
tersebut, maka seharusnya perbedaan-per- Rule of Law telah melayani mulai dari slo-
bedaan yang terdapat dalam hukum dan gan politik sampai kepada perlindungan ter-
negara, masalah substansi dan prosedural, hadap hak-hak individu melalui keku-asaan
hukum dan keadilan, membuat konsep Rule pemerintah, sehingga kemudian oleh Nadia
of Law (aturan hukum/keteraturan hukum) E. Nedzel ditambahkan bahwa yang paling
merupakan suatu konsep yang berfungsi fundamental dari konsep Rule of Law adalah
sebagai pedoman untuk menyatukan teori- pembatasan kekuasaan pemerintah untuk
teori yang sangat berbeda. Terkait hal ini, mencegah politisasi dan korupsi, sehingga
John P. Reid, menyatakan: kebebasan individu dan pembangunan eko-
“Rule of Law” is an expression both nomi dapat lebih ditingkatkan.19 Pembatasan
praised and ridiculed by adherents of op- 18
Nadia E. Nedzel. (2010). The Rule of Law: Its
posite political philosophies, and it is a
History and Meaning in Common Law, Civil
principle claimed as the lodestar for Law, and Latin American Judicial Systems,
Richmond Journal of Global Law and
17
Philipus M. Hadjon, sebagaimana dikutip Business, p. 61.
dalam Majda El-Muhtaj. (2012). Hak Asasi 19
Ibid., argues first that the globalized definition
Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Cetakan of the Rule of Law – i.e. the quasi-Hayekian
keempat. Jakarta: Kencana, hlm. 21 Rechtsstaat (German) or ´etat de droit (French)
80
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
81
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Tabel 2
Unsur-unsur Rechtstaat dan Rule of Law terkait Individual Liberty
hukum yang berada di sekitarnya.22 tersebut, konsep Rule of Law lebih memberi-
Hukum memang harus dipaksakan, kan jaminan perlindungan kepada kebebasan
tetapi pelaksanaannya tunduk pada hukum. individu dengan memberikan penegasan
sehinggga apa yang tercermin dalam masya- dalam konstitusi suatu negara. Penegasan ini
rakat sebagai perwujudan hukum yang memuat pengertian bahwa kebebasan indi-
sesungguhnya dapatlah dijadikan sebagai vidu telah menjadi sesuatu yang mendasar
pedoman untuk tidak mengabaikan rasa yang diakui keberadaan dan pemberlakuan-
keadilan, dengan melakukan implementasi nya dalam suatu negara hukum. dengan
yuridis secara bijaksana dan memihak kepada demikian, selama terkait dengan hak men-
kepentingan masyarakat tanpa terkecuali. dasar dari setiap individu, tidak ada satupun
produk undang-undang yang dapat mengha-
Implementasi dan Implikasi Kebebasan langi dan membatasi kebebasan yang konsti-
Individu (Individual Liberty) dalam Kon- tusional tersebut.
sep Negara hukum Dalam teori klasik tentang manusia,
Pembahasan ini beranjak dari aspek antro- seringkali disebut sebagai mahluk yang
pologis tentang kebebasan yang dimili-ki bersifat sosial dan individual. Namun tinda-
oleh manusia. Namun sebelum membahas kan-tindakan manusia terkadang cenderung
secara lebih terperinci maka perlu dipaparkan untuk mementingkan unsur ego individual
terlebih dahulu tentang unsur-unsur yang untuk saling menguasai diantara manusia
terdapat dalam konsep Rechtstaat dan lainnya. Dalam pandangan Lenski, seorang
konsep Rule of Law sebagaimana diuraikan individu dalam kehidupan sosialnya tidak
pada Tabel 2. memikirkan kepentingannya sendiri. Justru
Berdasarkan tabel pada tabel 2 di atas, sebaliknya, apabila dikonfrontasikan den-
maka nampak bahwa selain menyinggung gan keputusan-keputusan yang memaksanya
soal pembatasan kekuasaan di kedua konsep untuk harus memilih antara kepentingan
sendiri atau kelompoknya atau kepentingan
22
Paul Scholten. (2011). Struktur Ilmu Hukum orang lain menyangkut tawaran-tawaran ter-
(de Structuur Der rechtswetenschap). Cetakan
ketiga. Bandung: Alumni, hlm. 85-92 batas, maka seorang individu hampir selalu
82
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
83
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
Selanjutnya tentang kebebasan positif, yaitu yang tidak berimbang. Ujungnya adalah
tentang siapa yang menjadi sumber kontrol, terciptanya suatu pemahaman yang keliru
sehingga suatu kebebasan tersebut dapat tentang keadaan riil yang terjadi dalam suatu
atau tidak dapat dilakukan. Dalam konteks negara. Kebalikannya, Putusan Supreme
Internasional, maka kedua konsep ini meru- Court Amerika serikat, piagam Magna
pakan dasar dalam mengatur hubungan antar charta, deklarasi hak Asasi Manusia, statuta
negara dan sekaligus merupakan pemikiran Roma, merupakan wujud resistensi manusia
dasar lahirnya prinsip non-intervention dan terhadap kekuasaan yang berlebihan,
self detemination.26 sehingga dibutuhkan adanya suatu hukum
Penyerahan inisiatif dan kebebasan se- yang bermoral.28
cara menyeluruh kepada masyarakat, seperti Sebagai panduan publik, ada beberapa
yang terjadi pada abad ke 19 menyebabkan imperatif yang mesti dijadikan sebagai
terbukanya lubang yang sangat lebar dalam prinsip-prinsip moralitas hukum:29
masyarakat khususnya dalam struktur sosia- a. Hukum harus menjadi milik semua
lnya. Maka dirasakan perlunya campur tan- orang menuju baik.
gan negara agar kualitas hidup masyarakat b. Hukum tidak boleh dimonopoli indi-
tidak lagi terlalu jauh merosot. Negara ber- vidu atau kelompok tertentu.
posisi untuk menjamin kesejahteraan umum c. Panduan publik itu harus benar-benar
warganya dengan menyusun suatu program menjadi ruang publik dimana kebe-
kesejahteraan sosial. Sehingga negara ini ke- naran, kebaikan dan keadilan, dibela
mudian menjadi negara kesejahteraan yang dan dipertahankan.
merupakan kompromi dari ideologi sosialis d. Hukum sebagai panduan publik harus
dan liberalisme demi keadilan sosial yang dibentuk dan dirawat menurut nilai-
lebih baik.27 nilai publik.
Kebebasan seringkali disalahgunakan e. Norma hukum harus lahir dari persetu-
dan dipolitisasi secara tidak bertanggung juan bersama atas dasar komunikasi
jawab untuk mencapai kepentingan kelom- tanpa paksaan antar semua golongan
pok. Dalam dunia pers dan jurnalistik misal- dalam masyarakat.
nya, seringkali kebebasan pers disalah- f. Para penjaga dan pengawal panduan
gunakan untuk dimanfaatkan sebagai publik itu, harus tunduk pada nilai-
kendaraan politik masyarakat tertentu. nilai dan norma-norma publik yang
Alhasil, masyarakat sebagai tujuan utama melekat pada jabatan dan tugas yang
pemberitaan media, memperoleh informasi diembannya.
g. Segala penghianatan terhadap kewa-
26
Rafika Nur. (2013). “Pengaturan Self Deter- jiban merawat panduan publik tersebut
mination dalam Hukum Internasional (Studi
Kemerdekaan Negara Kosovo).” Jurnal harus dianggap sebagai tindakan ter-
Hukum Internasional, Fakultas Hukum cela bagi kepentingan publik.
Universitas Hasanuddin, I(1): 69-90.
27
Satjipto Rahardjo. (2009). Negara Hukum 28
Yovita A. Mangesti dan Bernard L. Tanya,
yang Membahagiakan Rakyatnya, Cetakan Op.cit, hlm. 25
kedua. Yogyakarta: Genta, hlm. 17-20 29
Ibid., hlm. 5
84
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
85
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)
***
86