Anda di halaman 1dari 12

Hasanuddin Law Review Vol. 1 No.

1, April (2015)

HALREV
Hasanuddin Law Review

Memaknai “Hukum Negara (Law Through State)” dalam


Bingkai “Negara Hukum (Rechtstaat)”
The Meaning of Law Through State in Legal Framework
of “Rechtstaat”

Jeffry Alexander Ch. Likadja


Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana.
Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang, 85001, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Tel./Fax: +62-380-881580 E-mail: jeffrylikadja@gmail.com

Submitted: Dec 13, 2014; Reviewed: Feb 9, 2015; Accepted: Mar 6, 2015

Abstract: This research reviews the meaning of law through state in legal framework
of “Rechtstaat” and how the implementation and implications for the liberty (peoples)
in Indonesia. The type of study was a normative research (doctrinal research) by using
existing conceptual approach. The outcomes of the research indicate that the Rule of
Law is necessary to make the concept rechtstaat becomes more dynamic and able to deal
with social changes in society and make the law more autonomous than other authorities
such as political intervention. Furthermore, Implementation of freedom in the context of
state law is interpreted narrowly and only considers justice can be done if the procedural
law can be obeyed by all citizens. The main purpose of the application of the Rule of Law
is the limitation of authority and power reduction obligations of citizens, so that it will
produce a doctrine of jurisprudence based on the rights (right centered jurisprudence).

Keywords: Individual Liberty; Rechstaat;Rule of Law

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konsep ketaatan


hukum dalam bingkai negara hukum (rechstaat) dan bagaimana implementasi dan
implikasi prinsip kebebasan (individu) dalam negara hukum di Indonesia. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode penelitian normatif (doctrinal research)
dengan mengggunakan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendekatan Rule of Law diperlukan untuk membuat konsep negara hukum (Rechtstaat)
menjadi lebih dinamis dan mampu menghadapi dinamika perubahan yang terjadi di
masyarakat, serta membuat hukum lebih otonom dari intervensi otoritas lainnya semisal
politik. Implementasi kebebasan dalam konteks negara hukum masih dimaknai secara
sempit dan hanya mengangap keadilan dapat terlaksana jika hukum prosedural dapat
dipatuhi oleh semua warga negara. Tujuan utama dari penerapan Rule of Law adalah
pembatasan kekuasaan otoritas dan pengurangan kewajiban-kewajiban warga negara,
sehingga akan menghasilkan suatu ajaran ilmu hukum yang berpusat pada hak (right
centered jurisprudence).

Kata Kunci: Kebebasan Individu; Rechstaat; Rule of Law


Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

PENDAHULUAN dalam keadaan nyata seperti yang terjadi di


Telah tegas tercantum dalam konstitusi se- lapangan (realitas hukum).
bagai hukum tertinggi (the highest law) Perundang-undangan saat ini, dira-
bahwa Indonesia adalah negara hukum.1 sakan belum mampu menciptakan rasa ke-
Semangat untuk menempatkan hukum seba- adilan yang dicita-citakan oleh para pencari
gai ujung tombak pembaharuan hukum ini, keadilan. Sebut saja misalnya, ketentuan
pada prinsipnya memiliki tujuan agar hukum pasal-pasal terkait pencurian dalam KUHP
dapat mengambil perannya sebagai panglima yang masih dapat digolongkan sebagai suatu
reformasi demokrasi. Implementasi hukum sanksi yang represif. Tujuannya adalah un-
sebagai panglima adalah aturan-aturan yang tuk memberikan efek jera bagi si pelaku. Pa-
menitikberatkan pada pembatasan kekua- dahal korelasi yang tegas antara penerapan
saan guna mencegah absolutisme yang men- sanksi secara represif dengan efek jera yang
garah kepada “onregmatigedaad” bahkan diharapkan belum tentu berbanding lurus.
berbuah tindakan “ongrondwetting” (berten- Kasus pencurian sendal yang dilaku-
tangan dengan undang-undang dasar).2 kan seorang anak berusia 15 tahun sehingga
Pembatasan kekuasaan bagi para pen- harus menjalani proses persidangan menjadi
guasa dan penegak hukum lainnya, mem- sangat ironis, jika dibandingkan dengan ban-
buktikan bahwa hukum memiliki keterkaitan yak koruptor yang lepas dari jeratan hukum.5
yang sangat erat dengan struktur sosial yang Peraturan yang represif dan terlalu kaku
ada di sekitarnya. Hubungan saling mem- dalam penerapannya tentunya mencederai
pengaruhi antara aparat penegak hukum, rasa keadilan dalam masyarakat. Tengoklah
aturan itu sendiri dan masyarakat merupakan kasus Nenek Minah (55) asal Banyumas
hubungan yang bersifat interaktif.3 Hukum yang divonis 1,5 tahun pada 2009, hanya
ibarat sebuah topeng yang menutupi wujud karena mencuri tiga buah Kakao yang harg-
asli sebenarnya. Hukum yang terdapat dalam anya tidak lebih dari Rp 10.000. Bahkan, un-
kitab-kitab undang-undang (geschreven) tuk datang ke sidang kasusnya, Nenek yang
seringkali berbeda dengan keadaan yang ter- sudah renta dan buta huruf itu harus memin-
jadi di masyarakat.4 Masyarakat sebenarnya jam uang Rp 30.000 untuk biaya transportasi
tidak perlu bertanya tentang hukum formal dari rumah ke pengadilan yang memang ja-
yang ada, namun seharusnya melihat hukum raknya cukup jauh.
Sebagai perbandingan, data yang di-
1
Lihat, Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. lansir oleh Indonesian Corruption Watch
2
Aswanto. (2012). Hukum dan Kekuasaan, (ICW) menunjukan koruptor rata-rata hanya
Relasi Hukum, Politik dan Pemilu. Yogyakarta:
Rangkang Education, hlm. 3. dihukum di bawah dua tahun. Pada 2010, se-
3
Satjipto Rahardjo. (1980). Hukum, Masyarakat banyak 269 kasus atau 60,68 persen hanya
dan Pembangunan. Bandung: Alumni, hlm.
141-142.
4
Ibid, sebagai catatan, hukum oleh Satjipto 5
Tribun News, sebagaimana dikutip pada
Rahardjo diumpamakan sebagai bedak yang laman website: http://www.tribunnews.com/
menutupi wajah aslinya. Ibaratnya, jika ingin nasional/2012/01/07/korupsi-kakap-lolos-
menilai seorang wanita, maka temuilah dia pencuri-sandal-diadili [Diakses pada tanggal
sewaktu bangun tidur., hlm. 148-153. 20 Juni 2014].

76
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

hanya dijatuhi hukuman antara 1 dan 2 ta- Ketaatan masyarakat terhadap hukum
hun. Sedangkan, 87 kasus divonis 3-5 tahun, bukan diukur dengan penegakan kepatuhan
13 kasus atau 2,94 persen divonis 6-10 ta- secara kaku dan statis berdasarkan kaidah-
hun. Adapun yang dihukum lebih dari 10 ta- kaidah normatif yang dikawal oleh para
hun hanya dua kasus atau 0,45 persen.6 penegak hukum. keberlakuan hukum harus
Sosiolog dari Universitas Indonesia dilihat dan diukur dari perilaku masyarakat
Imam Prasodjo7 mengatakan, hukuman yang yang taat akan hukum. Ukuran untuk memu-
diberikan kepada Nenek Minah dan AAL itu lai suatu perbuatan secara bebas, yang tidak
menggambarkan bahwa proses hukum yang diukur dalam wadah peraturan nasional, me-
mati dari tujuan hukum itu sendiri. Hukum, lainkan terbentuk melalui perilaku masyara-
kata dia, hanya mengikuti aturan formal, kat yang sadar hukum sebagaimana yang
tidak memperhitungkan subtansi dan hati telah ditegaskan di dalam konstitusi. Kelima
nurani. Realitanya, hukum hanya tajam sila Pancasila yang dicantumkan secara im-
jika ke bawah dan tumpul jika berhadapan plisit dalam konstitusi, sebenarnya meru-
dengan kalangan atas. Hukum seharusnya pakan cerminan perilaku (yang diharapkan)
peka terhadap rasa ketidakadilan yang terus dalam kehidupan bermasyarakat di Indone-
dialami rakyat. sia.9
Implementasi hukum perlu dilihat seb- Telah dijelaskan bahwa istilah negara
agai suatu sistem yang ada setelah muncul- hukum bukan sekedar ingin menegaskan
nya masyarakat, sehingga perspektif posi- perbedaan antara Machtstaat dan Rechtsta-
tivisme yang melihat hukum hanya sebagai at, tetapi yang paling penting adalah konsep
tulisan-tulisan (aturan) tidak cukup untuk tentang suatu negara tidak lagi dijalankan
memahami hukum secara komprehensif. Se- dengan menggunakan kekuasaan melainkan
bab tanpa masyarakat, maka hukum tertulis harus diselenggarakan berdasarkan hukum.
hanyalah benda mati semata.8 Hukum yang Dalam pandangan lmer B. Flores,10 perbe-
diterapkan secara ketat oleh negara, hanya daan klasik diantara kedua rezim hukum ini,
akan memicu resistensi dari masyarakat. merupakan salah satu masalah konvensional
6
Kompas.com, sebagaimana dikutip pada la- yang menghubungkan antara hukum, kebe-
man website: http://nasional.kompas.com/ basan dan aturan tentang hukum, sebagaima-
read/2012/01/06/09445281/Kejamnya.Keadi-
lan.Sandal.Jepit, [Diakses pada tanggal 21 na yang dinyatakan oleh Dikatakan masalah
Juni 2014]. klasik, sebab penegasan pemisahan antara
7
Ibid.
8
Satjipto Rahardjo. (2009). Hukum dan Peri- hukum dan kekuasaan terkadang sulit untuk
laku. Jakarta: Kompas, hlm. 20-21, hukum dilakukan. Bahkan kekuasaan diperlukan
harus dilihat tidak hanya sebagai peraturan
(rule) tetapi juga perilaku (behavior). Negara untuk menegakkan hukum.
hanya menyiapkan fasilitas melalui pembu-
atan hukum dan untuk selebihnya diserahkan
kepada rakyat. Artinya pilihan ada di tangan 9
Bandingkan dengan Satjipto Rahardjo, Ibid,
rakyat, apakah menggunakan hukum atau ti- hlm. 154-155
dak. Dalam sosiologi dikenal dengan fenome- 10
lmer B. Flores, Law, Liberty and the Rule
na “hukum yang tidur”. Contoh di Indonesia of Law (in a Constitutional Democracy),
adalah ketika mahasiswa menjatuhkan peme- Georgetown Public Law and Legal Theory
rintahan Soeharto. Research Paper No. 12-161, 2013, page 78.

77
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Negara hukum berdasarkan pada juga penelitian hukum doktrinal (doctri-


supremasi hukum, sehingga yang seharusnya nal research).12 Penelitian dilakukan secara
menjadi tolak ukur “Supremasi Hukum” kualitatif dengan bertumpu pada studi ke-
adalah tujuannya, yaitu dalam mewujudkan pustakaan (library research) dengan meng-
sistem pemerintahan yang menjunjung tinggi gunakan pendekatan perundang-undangan
hak asasi manusia dan menjamin segala warga (statute approach), pendekatan kasus (case
negaranya bersamaan kedudukannya di approach) dan pendekatan konseptual (con-
dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib ceptual approach) sebagai pisau analisis:13
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
itu dengan tidak ada kecualinya; menjunjung
Tinjauan Umum Konsep Rechtstaat dan
tinggi asas peradilan yang bebas, dalam arti
Rule of Law
tidak tunduk pada kekuasaan yang lain; dan
Konsep Rechstaat atau negara hukum
legalitas dalam arti semua aspek kehidupan
merupakan konsep yang sering diidentikkan
kenegaraan yang meliputi aspek alami dan
dengan Rule of Law. Namun, terdapat
sosial (asta gatra).11
perbedaan yang sangat jelas dari kedua
Keadilan, legalitas dan supremasi hu-
konsep ini. “Negara Hukum” terdiri dari
kum merupakan suatu alat untuk menghargai
dua suku kata, negara dan hukum, yang jika
Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat
dimaknai secara terpisah tentunya memiliki
HAM). Namun, dengan banyaknya aturan-
arti yang berbeda pula. Negara biasanya
aturan yang ada saatnya, keadaaan di Indone-
diasumsikan sebagai bentuk diplomatik
sia tidak dirasakan menjadi lebih baik. Pene-
dari suatu entitas nyata (masyarakat) yang
litian ini bertujuan untuk mengurai konsep
memiliki hukum untuk menjaga keteraturan.
negara hukum dengan menaruh perhatian
Sedangkan hukum selalu dipahami sebagai
pada penerapan prinsip kemerdekaan/kebe-
produk dari suatu negara yang bertujuan
basan (liberty), prinsip Legalitas dan Prinsip
untuk memelihara ketertiban hukum (recht-
Keadilan (equity) serta kontribusi ketiganya
order). Hans Kelsen menyatakan;
terhadap penegakan hak asasi manusia.
Austin shares the traditional opinion
Beranjak dari konstruksi permasalah- according to which law and State are two
an di atas, objek tulisan ini diarahkan pada different entities, although he docs not go
kecenderungan tidak diterapkannya prinsip- far as most legal theorists who present the
State as the creator of the law, as the power
prinsip rule of law dalam konsep negara hu- and moral authority behind the law. as the
kum (rechstaat) dan bagaimana implemen- god of the world of law. The pure theory
of law shows the true meaning of these
tasi dan implikasi kebebasan individu (indi-
tigurative expressions. It shows that the
vidual liberty) dalam bingkai negara hukum. State as a social order must necessarily

METODE 12
Zainuddin Ali. (2011). Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah pene- Hukum. Ed. 1 Cet. 3. Jakarta: Sinar Grafika,
hlm. 24-25.
litian hukum normatif atau yang disebut 13
Peter Mahmud Marzuki. (2009). Penelitian
Hukum. Cetakan Kelima. Jakarta: Kencana,
11
Aswanto, Op.cit, hlm. 4 hlm. 93-95.

78
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

be identical with the law or, at least. with tentang memberikan kebahagian kepada se-
a specific, a relatively centralized legal tiap orang, yang nantinya pasti akan berten-
order, that is, the national legal order in
contradistinction to the international, tangan dengan kebahagiaan orang lain. Se-
highly decentralized, legal order. Just as hingga kebahagiaan hanya bisa dijamin oleh
the pure theory of law eliminates the dual-
suatu tatanan sosial dalam arti kebahagian
ism of law and justice and the dualism of
objective and subjective law. so it abolish- dalam satu kelompok, dengan terpenuhinya
es the dualism of law and State. By doing kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang oleh
so it establishes a theory of the State as
an intrinsic part of the theory of law and penguasa masyarakat, yakni pembuat hu-
postulates a unity of national and interna- kum, dianggap sebagai kebutuhan yang ha-
tional law with a legal system comprising rus dipenuhi. Perbedaan antara liberalisme
all the positive legal orders”.14
dan sosialisme, sebagian besar bukan meru-
Melihat pernyataan di atas, maka tam- pakan tujuan masyarakat melainkan persoa-
pak jelas bahwa Hans Kelsen menolak diko- lan tentang cara yang tepat untuk mencapai
tomi antara Hukum dan Negara. Komunitas suatu tujuan tertentu oleh orang-orang.
yang eksis menurutnya hanyalah merupakan Penentuan inilah yang tidak dapat di-
simbol yang tidak berarti. Hubungan timbal- tentukan secara ilmiah. Sebab ide tentang
balik yang terjadi dalam masyarakat menun- keadilan merupakan fenomena sosial, pro-
jukkan adanya suatu tatanan sistem norma, duk masyarakat, dan oleh sebab itu berbeda
sehingga tatanan hukum secara konkret sesuai dengan kondisi masyarakat itu, ban-
adalah negara. Keteraturan sosial harus di- yaknya individu yang memiliki kesamaan
anggap identik dengan hukum atau setida- pertimbangan nilai bukanlah bukti bahwa
knya terpusat pada kepada hukum. Teori hu- pertimbangan itu benar. Kriteria keadilan,
kum murni oleh Hans Kelsen, pada dasarnya seperti juga kriteria kebenaran tidak bergan-
menghilangkan perbedaan antara hukum dan tung pada banyaknya pertimbangan tentang
keadilan sekaligus menepis perbedaan an- realitas atau pertimbangan nilai yang dibuat.
tara hukum secara objektif dan hukum yang Sehingga teori hukum dan teori tentang neg-
bersifat subjektif. Sebab kerinduan akan ke- ara harus dianggap sama, dan merupakan
adilan merupakan kerinduan abadi manusia postulat dari kesatuan hukum nasional dan
akan kebahagiaan. Kerinduan inilah yang internasional, dengan sistem hukum yang
tidak dapat ditemukan oleh manusia sebagai terdiri dari semua perintah hukum positif.16
seorang individu yang terisolir dan hanya Berdasarkan uraian singkat di atas,
dapat ditemukan dalam masyarakat, sehing- maka negara hukum (rechtstaat) sebenarnya
ga keadilan adalah kebahagiaan sosial.15 menitikberatkan pada sistem hukum yang
Jelaslah bahwa keadilan tidak dapat ada pada suatu negara. Sistem hukum
diukur dalam pengertian yang asli yaitu tersebut berasal dari eropa kontinental yang
biasa disebut civil law atau modern roman
14
Imer Flores. Op.cit, dalam istilah Kelsen
law yang proses kelahirannya dimulai dari
dianggap sebagai “weak Thesis”, hlm. 80.
15
Hans Kelsen. (2011). Teori Umum Tentang suatu perjuangan yang bersifat revolusioner.
Hukum dan Negara. Cetakan keempat.
Bandung: Nusa Media, hlm. 3-6. 16
Ibid, hlm. 7-10.

79
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Tabel 1
Perbedaan antara Rechstaat dan Rule of Law

No Asal Rechstaat Rule of Law


1 Sumber Civil law/ modern roman law Common law/ english law
2 Sistem hukum Hukum Formal Hukum Material
3 Ciri-ciri Teoritis-Konseptual Praktis-operasional
4 Sifat Statis (formal) Dinamis (non Formal)
5 Aspek Sejarah Klasik Modern
6 Peran negara Pasif Aktif
7 Kewenangan negara Kecil Besar
Sumber: Hasil olah data primer.

Keterangan:
Dalam tabel di atas maka nampak adanya perbedaan diantara keduanya. Konsep rechtstaat
berpedoman pada hukum yang tertulis (normatif) sehingga terkesan lebih statis dan kaku,
sedangkan konsep Rule of Law memiliki sifat yang lebih dinamis, yang tidak hanya berdasarkan
hukum yang tertulis namun juga yang tidak tertulis. Dapat dikatakan bahwa diantara kedua
konsep ini terdapat satu persamaan yaitu untuk membatasi kekuasaan yang ada pada pemerintah.

Sedangkan konsep rule of law merupakan widely differing legal theories. As much as
suatu konsep yang lahir dari negara anglo an ideality as an ideal, the words “Rule of
Law” have served a wide range of purpos-
saxon yang berkembang secara evolusioner.17 es, stretching from political sloganeering
Secara singkat dapat dijelaskan perbedaan to the protection of individual rights from
the power of government”.18
diantara konsep Rechstaat dan Rule of Law
melalui Tabel 1. Selain untuk menyatukan perbedaan
Sejalan dengan konstruksi pemikiran di antara teori-teori yang ada, maka konsep
tersebut, maka seharusnya perbedaan-per- Rule of Law telah melayani mulai dari slo-
bedaan yang terdapat dalam hukum dan gan politik sampai kepada perlindungan ter-
negara, masalah substansi dan prosedural, hadap hak-hak individu melalui keku-asaan
hukum dan keadilan, membuat konsep Rule pemerintah, sehingga kemudian oleh Nadia
of Law (aturan hukum/keteraturan hukum) E. Nedzel ditambahkan bahwa yang paling
merupakan suatu konsep yang berfungsi fundamental dari konsep Rule of Law adalah
sebagai pedoman untuk menyatukan teori- pembatasan kekuasaan pemerintah untuk
teori yang sangat berbeda. Terkait hal ini, mencegah politisasi dan korupsi, sehingga
John P. Reid, menyatakan: kebebasan individu dan pembangunan eko-
“Rule of Law” is an expression both nomi dapat lebih ditingkatkan.19 Pembatasan
praised and ridiculed by adherents of op- 18
Nadia E. Nedzel. (2010). The Rule of Law: Its
posite political philosophies, and it is a
History and Meaning in Common Law, Civil
principle claimed as the lodestar for Law, and Latin American Judicial Systems,
Richmond Journal of Global Law and
17
Philipus M. Hadjon, sebagaimana dikutip Business, p. 61.
dalam Majda El-Muhtaj. (2012). Hak Asasi 19
Ibid., argues first that the globalized definition
Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Cetakan of the Rule of Law – i.e. the quasi-Hayekian
keempat. Jakarta: Kencana, hlm. 21 Rechtsstaat (German) or ´etat de droit (French)

80
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

kekuasaan bertujuan untuk memberikan Berdasarkan pemikiran tersebut, Moh.


pelayanan yang maksimal kepada masyara- Mahfud MD, dalam pandangannya menye-
kat, agar keadilan tertransformasi menjadi butkan bahwa terdapat 4 (empat) kaidah
kesejahteraan dalam tataran implementasi penuntun dalam pembuatan politik hukum,
penegakan supremasi hukum. termasuk saat pembuatan undang-undang di
Pembatasan yang sedemikian tegas ranah legislatif:21 Pertama, kebijakan umum
dalam konsep rechtstaat membuat pemerin- dan politik hukum harus tetap menjaga in-
tah terlepas dari urusan kesejahteraan rakyat, tegrasi atau keutuhan bangsa baik secara
sehingga diperlukan suatu adanya suatu kon- ideologi maupun secara teritori; Kedua,
sep Rule of Law, agar pemerintah turut serta kebijakan umum dan politik hukum harus-
dalam urusan kesejahteraan rakyatnya. Oleh lah didasarkan pada upaya membangun de-
Werner Menski, ditegaskan bahwa untuk mokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
memahami hukum dan tertib hukum, studi (negara hukum) sekaligus; Ketiga, kebijakan
tentang norma-norma saja nyaris tidak per- umum dan politik hukum haruslah didasar-
nah cukup. Kita juga harus mempertimbang- kan pada upaya membangun keadilan sosial
kan nilai-nilai, fakta, makna, proses, struk- bagi seluruh rakyat Indonesia; Keempat, ke-
tur, hubungan kekuasaan, personel, teknolo- bijakan umum dan politik hukum haruslah
gi. Ini mencerminkan tumbuhnya kesadaran didasarkan pada prinsip toleransi beragama
bahwa model-model positivistik dalam stu- yang berkeadaban.
di, secara sendiri atau dalam kombinasinya Hukum yang berlaku, haruslah sejalan
dengan pendekatan idealisasi hukum alam, dengan upaya pengakuan tentang kedaulatan
tidak mampu mengerti realitas sosio-hukum raktyat. Sehingga yang hukum yang tercipta
global. Jika hukum adalah gejala, teori hu- kemudian, merupakan bagian dari tujuan un-
kum manapun yang mengabaikan nilai-nilai tuk memberikan keadilan bagi masyarakat.
dan elemen sosio-kultural dalam kaitannya Hukum tidak boleh dianggap hanya yang
dengan hukum hanya akan membuahkan tertulis semata atau mengenai apa yang di-
visi yang parsial dan tidak realistis.20 tampilkan dalam praktik kehidupan, namun
definition is only partial. This definition fails to hukum yang tepat juga ditemukan dalam
emphasize a substantial and significant com- ikhtiar manusia yang setiap kali diperbaha-
ponent of the traditional common law concept:
that the Rule of Law means that governmental rui, untuk menemukan hukum dalam setiap
powers are circumscribed and limited by both keadaan konkret. Hukum selalu mengarah-
the law itself and by structural and procedural
components that work to deter politicization kan diri dari ajaran ke tindakan, yang tidak
and corruption. Furthermore, it is these struc- mengarah atau tergantung pada keyakinan,
tural and procedural components that help pro-
tect individual liberty and promote economic pengetahuan maupun kesadaran hukum pri-
development. Next, the article argues that the badi, tetapi mengarah pada opini masyarakat
advantage seen in common law countries is
based on procedural, structural, political, and Perbandingan Hukum dalam Konteks Global:
cultural characteristics, rather than on any sub- Sistem Eropa, Asia dan Africa. Bandung: Nusa
stantive differences in the law”. Media, hlm. 113- 115
20
Werner Menski. Comparative Law in a 21
Moh. Mahfud MD. (2012). Konstitusi dan
Global Context, The Legal Systems of Asia Hukum dalam Kontroversi Isu, Cet. 3, Ed. 1,
and Africa. Penerjemah: M. Khozim. (2012). Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 26-28

81
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Tabel 2
Unsur-unsur Rechtstaat dan Rule of Law terkait Individual Liberty

No. Rechtstaat Rule of Law

1 Hak-hak manusia Perlindungan konstitusional


Pemisahan kekuasaan atau pembagian kekuasaan Lembaga kehakiman yang bebas dan
2
untuk menjamin hak-hak itu tidak memihak
3 Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan Pemilihan umum yang bebas
4 Peradian administrasi dalam perselisihan Kebebasan menyatakan pendapat
5 - Kebebasan berorganisasi dan beroposisi
6 - Pendidikan kewarganegaraan
Sumber: Hasil olah data primer

hukum yang berada di sekitarnya.22 tersebut, konsep Rule of Law lebih memberi-
Hukum memang harus dipaksakan, kan jaminan perlindungan kepada kebebasan
tetapi pelaksanaannya tunduk pada hukum. individu dengan memberikan penegasan
sehinggga apa yang tercermin dalam masya- dalam konstitusi suatu negara. Penegasan ini
rakat sebagai perwujudan hukum yang memuat pengertian bahwa kebebasan indi-
sesungguhnya dapatlah dijadikan sebagai vidu telah menjadi sesuatu yang mendasar
pedoman untuk tidak mengabaikan rasa yang diakui keberadaan dan pemberlakuan-
keadilan, dengan melakukan implementasi nya dalam suatu negara hukum. dengan
yuridis secara bijaksana dan memihak kepada demikian, selama terkait dengan hak men-
kepentingan masyarakat tanpa terkecuali. dasar dari setiap individu, tidak ada satupun
produk undang-undang yang dapat mengha-
Implementasi dan Implikasi Kebebasan langi dan membatasi kebebasan yang konsti-
Individu (Individual Liberty) dalam Kon- tusional tersebut.
sep Negara hukum Dalam teori klasik tentang manusia,
Pembahasan ini beranjak dari aspek antro- seringkali disebut sebagai mahluk yang
pologis tentang kebebasan yang dimili-ki bersifat sosial dan individual. Namun tinda-
oleh manusia. Namun sebelum membahas kan-tindakan manusia terkadang cenderung
secara lebih terperinci maka perlu dipaparkan untuk mementingkan unsur ego individual
terlebih dahulu tentang unsur-unsur yang untuk saling menguasai diantara manusia
terdapat dalam konsep Rechtstaat dan lainnya. Dalam pandangan Lenski, seorang
konsep Rule of Law sebagaimana diuraikan individu dalam kehidupan sosialnya tidak
pada Tabel 2. memikirkan kepentingannya sendiri. Justru
Berdasarkan tabel pada tabel 2 di atas, sebaliknya, apabila dikonfrontasikan den-
maka nampak bahwa selain menyinggung gan keputusan-keputusan yang memaksanya
soal pembatasan kekuasaan di kedua konsep untuk harus memilih antara kepentingan
sendiri atau kelompoknya atau kepentingan
22
Paul Scholten. (2011). Struktur Ilmu Hukum orang lain menyangkut tawaran-tawaran ter-
(de Structuur Der rechtswetenschap). Cetakan
ketiga. Bandung: Alumni, hlm. 85-92 batas, maka seorang individu hampir selalu

82
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

memilih kepentingannya sendiri.23 universal dan saling berhubungan diantara


Kebebasan sangat berkaitan dengan ketiganya. Namun dalam tataran implemen-
manusia. Kecenderungan tindakan manusia tasi diperlukan kearifan agar semua nilai
yang ingin menguasai begitu kuat dalam diri tersebut dapat dijalankan secara berimbang.
individu, sehingga menurut Hobbes, dibu- Di era demokrasi seperti sekarang ini, maka
tuhkan kehadiran negara dan hukum untuk apresiasi terhadap kebebasan individu tetap
menjaga kelangsungan manusia dalam suatu diakomodir dan dihormati dengan mem-
dunia sosial yang tertib, yang dipandu oleh berikan ruang yang secara proporsional dan
hukum yang jelas, tegas dan tidak memihak. kompromis dengan kekuasaan.
Pengandaian utama Hobbes adalah setiap Terdapat dua konsep tentang ke-
orang cenderung melakukan kesalahan dan merdekaan sebagaimana yang dipaparkan
karena itu tingkah laku yang benar dan tidak oleh Isaiah Berlin:25
merugikan orang lain tidak dapat diserahkan The first of these political senses of free-
kepada pertimbangan pribadi tiap orang teta- dom or liberty (I shall use both words to
pi perlu diatur dengan peraturan positif. Se- mean the same), which (following much
precedent) I shall call the ‘negative’ sense,
lanjutnya oleh Spinoza, negara dan hukum is involved in the answer to the question
merupakan konsekuensi dari adanya perali- ‘What is the area within which the sub-
ject - a person or group of persons-is or
han dari kehidupan alami ke kehidupan yang
should be left to do or be what he is able
serba terikat oleh perundang-undangan. Oleh to do or be, without interference by other
karenanya, tugas negara menurut Spinoza persons?’ The second, which I shallcall
the ‘positive’ sense, is involved in the
adalah menyelenggarakan perdamaian, ke- answer to the question ‘What, or who, is
tentraman dan menghilangkan ketakutan.24 the source of control or interference that
Keberadaan hukum sebagai rintangan can determine someone to do, or be, this
rather than that?’ The two questions are
bagi nafsu manusia, membuat hukum memi- clearly different, even though the answers
liki beban moral untuk memandu manusia to them may overlap.
kepada hidup yang lebih baik, dan memandu
Kebebasan negatif berkaitan dengan
pada kerjasama tanpa kekerasan. Moralitas
kebebasan seorang individu tanpa di inter-
hukum sebagai alat manusia dengan demiki-
vensi oleh individu lainnya, untuk melaku-
an menjadi panduan untuk membawa ke-
kan apa yang dia mampu. Sebagai manusia
hidupan manusia menjadi lebih baik, dalam
yang padanya melekat kebebasan, maka
kehidupan individu dan sosial. Sehingga
seseorang dapat melakukan segala sesuatu
hukum senantiasa harus dijaga agar tidak di-
secara mandiri tanpa dibatasi oleh apapun.
manipulasi untuk menyesatkan manusia.
Namun mengingat akan kecenderungan ma-
Konsep tentang kebebasan, keamanan
nusia untuk lebih mengutamakan kepentin-
dan demokrasi merupakan hal yang bersifat
gan, maka kebebasan diartikan sebagai per-
buatan yang dapat dilakukan oleh seseorang
23
G.E Lenski, sebagaimana dikutip oleh Yovita
A. Mangesti dan Bernard L Tanya. (2014). atau sekelompok orang dalam area tertentu.
Moralitas Hukum. Yogyakarta: Genta, hlm.
1-4 25
Isaiah Berlin. (1969). Four Essays on Liberty.
24
Ibid. Oxford: Oxford University Press, p. 72

83
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

Selanjutnya tentang kebebasan positif, yaitu yang tidak berimbang. Ujungnya adalah
tentang siapa yang menjadi sumber kontrol, terciptanya suatu pemahaman yang keliru
sehingga suatu kebebasan tersebut dapat tentang keadaan riil yang terjadi dalam suatu
atau tidak dapat dilakukan. Dalam konteks negara. Kebalikannya, Putusan Supreme
Internasional, maka kedua konsep ini meru- Court Amerika serikat, piagam Magna
pakan dasar dalam mengatur hubungan antar charta, deklarasi hak Asasi Manusia, statuta
negara dan sekaligus merupakan pemikiran Roma, merupakan wujud resistensi manusia
dasar lahirnya prinsip non-intervention dan terhadap kekuasaan yang berlebihan,
self detemination.26 sehingga dibutuhkan adanya suatu hukum
Penyerahan inisiatif dan kebebasan se- yang bermoral.28
cara menyeluruh kepada masyarakat, seperti Sebagai panduan publik, ada beberapa
yang terjadi pada abad ke 19 menyebabkan imperatif yang mesti dijadikan sebagai
terbukanya lubang yang sangat lebar dalam prinsip-prinsip moralitas hukum:29
masyarakat khususnya dalam struktur sosia- a. Hukum harus menjadi milik semua
lnya. Maka dirasakan perlunya campur tan- orang menuju baik.
gan negara agar kualitas hidup masyarakat b. Hukum tidak boleh dimonopoli indi-
tidak lagi terlalu jauh merosot. Negara ber- vidu atau kelompok tertentu.
posisi untuk menjamin kesejahteraan umum c. Panduan publik itu harus benar-benar
warganya dengan menyusun suatu program menjadi ruang publik dimana kebe-
kesejahteraan sosial. Sehingga negara ini ke- naran, kebaikan dan keadilan, dibela
mudian menjadi negara kesejahteraan yang dan dipertahankan.
merupakan kompromi dari ideologi sosialis d. Hukum sebagai panduan publik harus
dan liberalisme demi keadilan sosial yang dibentuk dan dirawat menurut nilai-
lebih baik.27 nilai publik.
Kebebasan seringkali disalahgunakan e. Norma hukum harus lahir dari persetu-
dan dipolitisasi secara tidak bertanggung juan bersama atas dasar komunikasi
jawab untuk mencapai kepentingan kelom- tanpa paksaan antar semua golongan
pok. Dalam dunia pers dan jurnalistik misal- dalam masyarakat.
nya, seringkali kebebasan pers disalah- f. Para penjaga dan pengawal panduan
gunakan untuk dimanfaatkan sebagai publik itu, harus tunduk pada nilai-
kendaraan politik masyarakat tertentu. nilai dan norma-norma publik yang
Alhasil, masyarakat sebagai tujuan utama melekat pada jabatan dan tugas yang
pemberitaan media, memperoleh informasi diembannya.
g. Segala penghianatan terhadap kewa-
26
Rafika Nur. (2013). “Pengaturan Self Deter- jiban merawat panduan publik tersebut
mination dalam Hukum Internasional (Studi
Kemerdekaan Negara Kosovo).” Jurnal harus dianggap sebagai tindakan ter-
Hukum Internasional, Fakultas Hukum cela bagi kepentingan publik.
Universitas Hasanuddin, I(1): 69-90.
27
Satjipto Rahardjo. (2009). Negara Hukum 28
Yovita A. Mangesti dan Bernard L. Tanya,
yang Membahagiakan Rakyatnya, Cetakan Op.cit, hlm. 25
kedua. Yogyakarta: Genta, hlm. 17-20 29
Ibid., hlm. 5

84
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

h. Untuk mencegah penghianatan itu, Dengan demikian, diperlukan adanya


maka perlu ditumbuhkan moral habit konsepsi universal untuk mencapai kom-
dalam berhukum promi kepentingan sosial, sehingga gaga-
Negara hukum tidak dapat dipegang san keadilan (moralitas) harus disanding-
terlalu serius, artinya “too legal”, karena kan dengan norma-norma lainnya (norma
akan menghilangkan watak atau menga- agama) sebagai norma yang bersifat standar
burkan watak kultural suatu bangsa. Secara universalitas, agar pilihan mayoritas dengan
ekstrem, maka mengutamakan undang-un- gagasan bahwa ada hak-hak yang tidak bo-
dang akan memberantakkan kesejahteraan leh diabaikan oleh keputusan politik.33
dan kebahagiaan rakyat yang menjadi tu-
PENUTUP
juan negara. Hukum memang penting jika
Penerapan konsep rule of law diperlu-
ditempatkan pada kedudukan yang cocok,
kan untuk membuat konsep negara hukum
seperti yang dicita-citakan oleh konstitusi,30
(rechtstaat) menjadi lebih dinamis dan
sehingga peran hukum dalam pembangunan
mampu menghadapi dinamika perubahan
suatu bangsa, harus difokuskan pada tiga
yang terjadi di masyarakat. Namun pada ta-
hal: Pertama, hukum sebagai alat penertib
taran praksis, diperlukan adanya komitmen
(ordering); Kedua, hukum sebagai alat pen-
secara tegas dan nyata, agar hak-hak konsti-
jaga keseimbangan (balancing); dan Ketiga,
tusional (constitutional rights) masyarakat
hukum sebagai katalisator yang berfungsi
dapat tetap dijaga dan dipertahankan. Se-
menjaga keseimbangan dan keharmonisan
lain itu, penerapan konsep rule of law dalam
kepentingan-kepentingan yang ada.31
kerangka negara hukum seharusnya difokus-
Konflik diantara hukum dan moralitas
kan pada kemandirian Pengadilan, sehingga
dan adanya sebuah hubungan yang bersifat
tidak terdapat lagi intervensi otoritas yang
“Perlu dan Niscaya” sering diklaim sebagai
melemahkan penegakan hukum.
kewajiban moral untuk mematuhi hukum.
Implementasi kebebasan dalam kon-
Sesungguhnya, moralitas berkaitan dengan
teks negara hukum masih dimaknai secara
keadilan dan hukum dan moralitas berkaitan
sempit dan hanya menganggap keadilan
dengan semua bentuk peraturan sosial atau
dapat terlaksana jika hukum prosedural dapat
standar perilaku. Keadilan menjadi salah
dipatuhi oleh semua warga negara. Namun
satu segmen moralitas yang diterima atau
lebih dari itu, tujuan utama dari penerapan
“konvensional” dari sebuah kelompok sosial
rule of law adalah pembatasan kekuasaan
nyata, yang harus dibedakan dari prinsip-
otoritas dan pengurangan kewajiban-ke-
prinsip moral individu, sehingga moralitas
wajiban warga negara, sehingga akan
yang sesungguhnya perlu dikenali dan bukan
menghasilkan suatu ajaran ilmu hukum
oleh pilihan manusia secara disengaja.32
yang berpusat pada hak (right centered
30
Satjipto Rahardjo. (2009). Op.cit., hlm. 65-67
31
Dossy Iskandar Prasetyo dan Bernard L. jurisprudence).
Tanya. (2011). Hukum, Etika dan Kekuasaan,
Yogyakarta: Genta, hlm. 103 33
Roberto M. Unger. (2012). Teori Hukum Kritis.
32
H.L.A Hart. (2010). Konsep Hukum, Cetakan Cetakan keenam. Bandung: Nusa Media, hlm.
kedua. Bandung: Nusa Media, hlm. 259-272 106-109

85
Hasanuddin Law Review Vol. 1 No. 1, April (2015)

BIBLIOGRAFI Cetakan ketiga. Bandung: Alumni.


Aswanto. (2012). Hukum dan Kekuasaan, Peter Mahmud Marzuki. (2009). Peneli-
Relasi Hukum, Politik dan Pemilu. tian Hukum. Cetakan Kelima. Jakarta:
Yogyakarta: Rangkang Education. Kencana.
Dossy Iskandar Prasetyo dan Bernard L. Rafika Nur. (2013). “Pengaturan Self Deter-
Tanya. (2011). Hukum, Etika dan mination dalam Hukum Internasional
Kekuasaan. Yogyakarta: Genta Pub- (Studi Kemerdekaan Negara Koso-
lishing. vo)”, Jurnal Hukum Internasional,
H.L.A Hart. (2010). Konsep Hukum, Ce- Fakultas Hukum Universitas Hasanud-
takan kedua. Bandung: Nusa Media. din, I(1): 69-90.
Hans Kelsen. (2011). Teori Umum Tentang Roberto M. Unger. (2012). Teori Hukum
Hukum dan Negara. Cetakan keempat Kritis. Cetakan keenam. Bandung:
Bandung: Nusa Media. Nusa Media.
Kompas.com, sebagaimana dikutip pada la- Satjipto Rahardjo. (1980). Hukum, Masya-
man website: http://nasional.kompas. rakat dan Pembangunan. Bandung:
com/read/2012/01/06/09445281/Ke- Alumni.
jamnya.Keadilan.Sandal.Jepit, [Diak- _____________. (2009). Hukum dan Peri-
ses pada tanggal 21 Juni 2014]. laku. Jakarta: Kompas.
lmer B. Flores. (2013). Law, Liberty and the _____________. (2009). Negara Hukum
Rule of Law (in a Constitutional De- yang Membahagiakan Rakyatnya.
mocracy), Georgetown Public Law Yogyakarta: Genta Publishing.
and Legal Theory Research Paper No. Tribun News, sebagaimana dikutip pada
12-161. laman website: http://www.tribunnews.
Isaiah Berlin. (1969). Four Essays on Liberty. com/nasional/2012/01/07/korupsi-
Oxford: Oxford University Press. kakap-lolos-pencuri-sandal-diadili,
Majda El-Muhtaj. (2012). Hak Asasi Manu- [Diakses pada tanggal 20 Juni 2014].
sia dalam Konstitusi Indonesia. Ce- Werner Menski. Comparative Law in a Glo-
takan keempat. Jakarta: Kencana. bal Context, The Legal Systems of Asia
Moh. Mahfud MD. (2012). Konstitusi dan and Africa. Penerjemah: M. Khozim.
Hukum dalam Kontroversi Isu. Ce- (2012). Perbandingan Hukum dalam
takan ketiga. Jakarta: Rajawali Pers. Konteks Global: Sistem Eropa, Asia
Nadia E. Nedzel. (2010). The Rule of Law: dan Africa. Bandung: Nusa Media.
Its History and Meaning in Common Yovita A. Mangesti dan Bernard L. Tanya.
Law, Civil Law, and Latin American (2014). Moralitas Hukum. Yogyakarta:
Judicial Systems, Richmond Journal of Genta Publishing.
Global Law and Business. Zainuddin Ali. (2011). Metode Penelitian
Paul Scholten. (2011). Struktur Ilmu Hukum Hukum. Edisi pertama. Cetakan ketiga.
(de Structuur Der rechtswetenschap). Jakarta: Sinar Grafika.

***

86

Anda mungkin juga menyukai