ID Analisis Industri Ritel Di Indonesia
ID Analisis Industri Ritel Di Indonesia
2
ISSN: 1412-3126
ABSTRACT
sifatnya, yaitu ritel yang bersifat 2. Pengecer besar atau menengah dengan
tradisional atau konvensional dan yang jumlah gerai sekitar 500 gerai.
bersifat modern. Ritel yang bersifat 3. Minimarket modern. Pelaku kelompok
tradisional adalah sejumlah pengecer atau ini tidak banyak namun mengalami
pedagang eceran yang berukuran kecil dan perkembangan pesat.
sederhana, misalnya toko-toko kelontong, Menurut Direktorat Jenderal
pengecer atau pedagang eceran yang Perdagangan Dalam Negeri, Departemen
berada di pinggir jalan, pedagang eceran Perdagangan Republik Indonesia (1997),
yang berada di pasar tradisional, dan lain jenis-jenis perdagangan eceran terdiri dari:
sebagainya. Kelompok bisnis ritel ini 1. Pasar tradisional, adalah tempat
memiliki modal yang sedikit dengan transaksi barang atau jasa antara
fasilitas yang sederhana. Ritel modern penjual dan pembeli, yang memiliki
adalah sejumlah pedagang eceran atau ciri-ciri sebagai berikut:
pengecer berukuran besar, misalnya a. memperjualbelikan barang/jasa
dengan jumlah gerai yang cukup banyak kebutuhan sehari-hari secara
dan memiliki fasilitas toko yang sangat eceran
lengkap dan modern. Hasil survey menurut b. melibatkan banyak pedagang
AC Nielsen lima pengecer terbesar yang eceran berskala kecil
termasuk dalam kategori ritel modern di c. Bangunan dan fasilitas pasarnya
Indonesia berdasarkan nilai penjualan relatif sederhana
adalah Matahari, Ramayana, Makro, d. Pemilikan dan pengelolaannya
Carrefour, dan Hero. Konsep yang umumnya oleh pemerintah daerah
ditawarkan peritel modern beragam seperti 2. Supermarket (swalayan/rumah belanja),
supermarket (swalayan), hypermarket, adalah pasar modern tempat penjualan
minimarket, departement store, dan lain barang-barang eceran yang berskala
sebagainya. besar dengan pelayanan yang bersifat
self service. Kepemilikannya bisa
Bisnis ritel dapat pula dibagi dimiliki oleh satu orang atau lebih.
menjadi tiga kelompok usaha perdagangan Komoditi inti yang dijual adalah
eceran yaitu: barang-barang rumah tangga, makanan,
1. Grosir (pedagang besar) atau minuman, dan lain-lain.
hypermarket. Kelompok ini umumnya 3. Departement Store (Toko Serba Ada),
hanya ada di kota-kota besar dan adalah pasar modern tempat penjualan
jumlahnya sedikit. Di Indonesia yang barang-barang eceran yang berskala
termasuk dalam kelompok ini adalah: besar. Komoditi inti yang dijual adalah
a. PT Alfa Retailindo dengan nama jenis-jenis fashion, seperti pakaian,
gerai Alfa. sepatu, tas, kosmestik, perhiasan, dan
b. PT Makro Indonesia dengan lain-lain. Pelayanan dibantu oleh
nama gerai Makro. pramuniaga dan adapula yang self
c. PT Carrefour Indonesia dengan service.
nama gerai Carrefour. 4. Pasar Grosir, adalah tempat transaksi
d. PT Goro Batara Sakti dengan barang atau jasa antara penjual dan
nama gerai Goro. pembeli secara partai besar, untuk
e. PT Hero Supermarket dengan kemudian diperdagangkan kembali.
nama gerai Giant. 5. Pasar Grosir tradisional, adalah pasar
f. PT Matahari Putra Prima dengan grosir dengan jumlah pedagang grosir
nama gerai Matahari. relatif banyak, seperti Pasar Tanah
Abang Jakarta, Pasar Cipulir, Pasar
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 131
Mangga Dua Jakarta, dan lain Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan
sebagainya. Pasar Induk Beras Cipinang.
6. Pasar Grosir Modern, adalah pasar
grosir dengan pelayanan yang bersifat Tahapan pada evolusi perkembangan
self service, seperti Pasar Grosir Makro, industri ritel sebagai berikut:
Alfa, dan lain-lain. 1. Era sebelum tahun 1960 an: era
7. Pusat perbelanjaan/pusat perdagangan perkembangan ritel tradisional
(mall/plaza/shopping center), adalah yang terdiri atas pedagang-
suatu arena penjualan berbagai jenis pedagang independen.
komoditi yang terletak dalam satu 2. Tahun 1960 an: Era perkenalan
gedung perbelanjaan. Dalam pusat ritel modern dengan format
perbelanjaan terdapat departement departement store ditandai denga
store, supermarket, dan toko-toko lain dibukanya gerai ritel pertama
dengan berbagai macam produk. Sarinah di Jl. MH. Thamrin Jakarta.
Contohnya: Galeria Mall, Blok M 3. Tahun 1970-1980 an: Era
Plaza, dan lain-lain. perkembangan ritel modern dengan
8. Toko bebas pajak (duty free shop), format supermarket dan
adalah tempat melakukan kegiatan departement store, ditandai dengan
usaha perdagangan barang yang hadirnya peritel modern sepert
memperdagangkan barang-barang Matahari, Hero, dan Ramayana.
tanpa dikenakan pajak sehingga dapat 4. Tahun 1990 an: Era perkembangan
dibeli dengan harga yang murah namun convenient store, yang ditandai
tidak semua orang dapat berbelanja di dengan maraknya pertumbuhan
tempat tersebut. Biasanya pembeli minimarket seperti Indomaret.
harus menjadi anggota terlebih dahulu Pertumbuhan high class
dan diprioritaskan untuk orang asing. departement store, dengan
Toko ini berbentuk badan hukum. masuknya Sogo, Metro, dan
9. Pasar percontohan, merupakan suatu lainnya. Pertumbuhan format cash
tempat berupa pasar fisik yang berada and carry dengan berdirinya Makro,
di daerah yang perekonomiannya diikuti Goro, Alfa.
relatif terbelakang dan diharapkan 5. Tahun 2000-2010: Era
dapat berkembang mandiri serta perkembangan hypermarket dan
mampu mendorong berkembangnya perkenalan e-retailing. Era ini
potensi ekonomi daerah sekitarnya, ditandai dengan hadirnya Carrefour
Jenis barang yang diperjualbelikan dengan format hypermarket dan
adalah barang-barang kebutuhan hadirnya Lippo-Shop yang
sehari-hari serta barang-barang hasil memperkenalkan e-retailing di
produksi pertanian dan kerajinan Indonesia berbasis pada pengguna
masyarakat setempat. internet. Konsep ini masih asing
10. Pertokoan, adalah suatu wilayah yang dan sukar diterima oleh
terdapat bangunan toko-toko sepanjang kebanyakan masyarakat Indonesia
jalan raya dan ditetapkan oleh yang masih terbiasa melakukan
pemerintah daerah sebagai pertokoan. perdagangan secara langsung.
11. Pasar induk, adalah pasar tempat Selain format tersebut, terdapat
transaksi barang atau jasa antara pola pertumbuhan ritel dengan
penjual dengan pembeli dalam partai format waralaba.
besar untuk kemudian diperdagangkan Peritel merupakan distributor paling
kembali ke pasar-pasar lainnya, seperti akhir karena langsung berhadapan dengan
132 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi
konsumen sebagai pemakai akhir. Peritel Matahari telah menerima penghargaan ini
membeli produk dari perusahaan selama dua tahun berturut-turut, dan hal ini
manufaktur atau distributor besar dan merupakan penghargaan bergengsi dari
menjualnya kembali kepada konsumen. dunia luar atas keberhasilan bisnis
Peritel bekerjasama erat dengan para Matahari di tahun 2004 dan 2005.
pemasok dan distributor. Beberapa peritel Sampai Februari 2005, gerai ritel di
besar dalam industri ritel yang dikenal luas Indonesia mencapai 2.720 unit yang
di Indonesia adalah PT Contimas Utama dioperasikan oleh 62 perusahaan yang
Indonesia (Carreffour) yang merupakan berhimpun dalam Aprindo (Asosiasi
bagian dari jajaran eceran raksasa yang Pengusaha Ritel Indonesia). Data omzet
induknya ada di Perancis. Peritel lainnya penjualan menurut Aprindo:
adalah PT Hero Supermarket Tbk (Hero),
PT Alfa Retailindo (Alfa), PT Matahari Tabel 1. Omzet Penjualan Ritel
Putera Prima (Matahari), PT Ramayana Tahun Penjualan
Lestari Sentosa (Ramayana), PT Makro 2004 Rp 35 Triliun
Indonesia, dan PT Indomarco Primastama 2005 Rp 45 Triliun
(Indomaret). Selain itu masih banyak lagi
terdapat pemain-pemain lainnya berskala Riset AC Nielsen tahun 2003
menengah maupun kecil. menyebutkan total penjualan ritel
Matahari yang berdiri sejak tahun Indonesia per tahun di atas Rp 600 Triliun.
1958 pada tahun 2005 telah memiliki 77 Di Indonesia tahun 2003 ada 267
gerai, 43 supermarket, 8 hipermarket, dan departement store, 683 supermarket, 972
105 Timezone. Pada tahun 2006 jumlah mini market, dan 43 hypermarket. Survey
hypermarket meningkat menjadi 18. AC Nielsen mencatat di antara beberapa
Matahari sebagai pemimpin pasar di ritel bentuk ritel modern seperti supermarket,
terus berubah dengan melakukan inovasi- minimarket, pusat grosir, dan hipermarket,
inovasi baru di berbagai unit bisnisnya, pertumbuhan paling cepat dialami
seperti perkembangan produk merek hipermarket dengan data sebagai berikut:
sendiri “Value Plus” yang ada di unit
bisnis Matahari Supermarket. Matahari Tabel 2. Data Hypermarket
juga berhasil membuat terobosan baru Tahun Jumlah hipermarket
dengan membuka gerai Matahari China, 2003 43 unit
yang merupakan gerai pertama Matahari di 2004 68 unit
luar Indonesia. Kids2kids yang merupakan 2005 83 unit
“Specialty Store” Matahari Departement
Store ini gerai pertamanya dibuka di Mal
Kelapa Gading Jakarta pada bulan Oktober Pertumbuhan ritel modern di
2004. Pada tahun 2005 Kids2kids berhasil Indonesia tentu saja menguntungkan
membuka 4 gerai baru. Private Label MDS konsumen karena semakin banyaknya
(Matahari Departement Store) yang telah pilihan belanja, namun di sisi lain pangsa
memiliki lebih dari 17 brand semakin pasar ritel tradisional terdesak. Adapun
ditingkatkan pengembangannya dalam segi perkembangan jumlah ritel modern sebagai
kualitas dan berhasil menggandeng berikut:
Intertex untuk mendapatkan standar mutu Tabel 3.
produk Internasional. Pada tahun 2005 Jumlah Ritel Modern
Matahari berhasil mendapatkan Tahun Jumlah
penghargaan internasional sebagai “Gold- 2003 5.103 unit
Top Retail” dari Retail Asia Pacific. 2004 6.804 unit
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 133
Le Re
g is g u
2003 menjadi 5% dan tahun 2004 menjadi
l a t la t
lo g
ion ion
no
7%.
ch
an
Suppliers Substitutes
Te
d
Berdasarkan data AC Nielsen Asia
Pasifik Retail and Shopper Trend 2005 COMPANY
Rival
menyebutkan bahwa di negara-negara Asia Firms
Buyers
lokal maupun asing. Untuk dapat masuk ke investasi yang telah ditanamkan
dalam industri ini sedikitnya dibutuhkan atas nilai bangunan dan lahan yang
modal, pengalaman, dan jaringan distribusi digunakan, juga besarnya dana
luas yang cukup menyulitkan bagi calon yang harus dikeluarkan sebagai
pendatang baru. konsekuensi atas pemutusan tenaga
Analisis ancaman calon pendatang baru: kerja yang tentunya memerlukan
1. Skala ekonomis pada industri ritel biaya yang cukup tinggi untuk
cukup tinggi dan calon pendatang membayar pesangon.
baru harus bisa mendapatkan 7. Hambatan umum antara lain
keuntungan finansial yang sulitnya membangun jaringan
memadai agar dapat terus distribusi yang luas dan kuat karena
melakukan investasi baru. masih terbatasnya prasarana atau
2. Kebutuhan akan modal cukup besar infrastruktur yang ada.
tergantung pada bentuk format 8. Pemerintah telah menjamin
yang akan dimasuki. Calon kepastian berusaha dengan
pendatang baru yang bermodal mengatakan bahwa industri ritel
besar lebih mempunyai kesempatan merupakan industri atau bidang
untuk dapat melakukan ekspansi usaha yang terbuka dengan
usaha bersaing dengan pemain persyaratan tertentu bagi
yang sudah ada atau memasuki penanaman modal (KEPPRES No.
pangsa pasar baru. 96/2000 yang diperbaharui dengan
3. Pemahaman terhadap tehnologi KEPPRES No. 118/2000).
know how terutama yang berkaitan 9. Dengan dibukanya era perdagangan
dengan tehnologi informasi sangat bebas ASEAN (AFTA) maka
diperlukan agar perusahaan dapat kedatangan sejumlah pengecer
memperoleh efisiensi yang tinggi asing semakin bertambah.
dan penghematan di berbagai
sektor. Untuk itu diperlukan ANCAMAN PRODUK PENGGANTI
seperangkat keras sarana penunjang (THREAT OF SUBSTITUTE
dan sumber daya manusia yang PRODUCT OR SERVICES)
menguasai tehnologi tersebut. Ancaman dari produk pengganti
4. Diferensiasi produk berhubungan atau substitusi dalam industri ritel dapat
dengan kemampuan peritel untuk
dikatakan bersifat “cukup kuat” karena
menciptakan suatu produk yang sudah hadir jauh sebelum adanya industri
baru yang dirasakan oleh
ritel modern yaitu berupa pasar dan toko
keseluruhan industri sebagai hal tradisional. Keunggulan dari adanya pasar
yang unik. Hal ini cukup sulit
dan toko tradisional ini adalah harga yang
dilakukan karena pada industri ritel, relatif lebih murah dan juga lokasi yang
produk yang dijual umumnya sama
lebih dekat dengan tempat tinggal
dan biasanya faktor yang penduduk terutama bagi kalangan
membedakan adalah masalah harga
menengah ke bawah. Oleh karena itu
dan pelayanan.
peritel modern menentukan segmennya
5. Beragamnya alternatif tempat sendiri yaitu kalangan menengah ke atas.
berbelanja dan harga yang
Selain itu adanya produk pengganti lain
ditawarkan menyebabkan loyalitas yang mulai berkembang saat ini, yaitu
konsumen rendah.
berupa sistem ritel dan berbelanja melalui
6. Hambatan keluar cukup tinggi saluran telepon, internet, maupun
karena berkaitan dengan besarnya
catalogue shopping.
136 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Threat of Potential
Entrants
SEDANG
Threat of Substitute
Products or Services
CUKUP KUAT