Djunaidi A. Wally *
Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Darussalam Ambon
ABSTRACT
Intertidal organisms exposed to the wet phase (pairs) and the dry phase (low tide) which lasted as much as
two times a day. The existence of this tidal indirectly will affect the salinity, temperature, water density and
the light will change continuously. Benthic organisms in the intertidal zone requires adaptation to the loss of
water, heat balance, mechanical pressure, respiratory, feeding, salinity, reproduction and zoning.
Adaptation zoning is largely determined by the shape of the substrate, which affects various forms of
adaptation and diversity of intertidal organisms.
Metode Penulisan
* Korespondensi : email:
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249
245
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249
246
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249
bahwa limpet dapat mentorelansi kehilangan air Pola Adaptasi Keseimbangan Panas
sebesar 30 – 70 %, bergantung pada spesiesnya Organisme Intertidal yang hidup pada
(Rominohtarto dan Juwana, 2005). daerah terbuka terhadap suhu panas dan dingin
Di lain pihak banyak spesies-spesies hewan yang ekstrem akan memperlihatkan adaptasi
intertidal mempunyai mekanisme untuk tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga
mencegah kehilangan air. Mekanisme ini dapat keseimbangan tubuh internal. Untuk menjaga
terjadi baik secara struktural, tingkah laku keseimbangan panas terhadap suhu yang tinggi,
maupun kedua-duanya. Pada saat pasang organisme intertidal mengatasi dengan:
surut, spesies-spesies organisme teritip 1. Pengurangan panas yang diperoleh dari
melakukan dengan merapatkan cangkangnya, lingkungan
sehingga menjadi kedap terhadap air. Limpet Organisme akan memperbesar ukuran tubuh
dari genus Patella, Acmaea dan Collisella sehingga luas permukaan tubuh dibanding
merupakan hewan yang dominan di daerah dengan volume tubuh menjadi lebih kecil, hal ini
intertidal berbatu, spesies ini memiliki ‘goresan mengakibatkan peningkatan suhu menjadi lebih
rumah’ (home scar) sehingga cangkang dapat kecil. Mekanisme lain untuk mengurangi panas
dengan pas untuk ditempati. Pada saat pasang adalah dengan cara mengurangi kontak antara
surut, mereka kembali ke ‘rumahnya’ dan dapat jaringan tubuh dengan substrat, sehingga pada
mencegah kehilangan air. Beberapa spesies spesies tertentu hanya memerlukan organ yang
Limpet yang tidak memiliki goresan, akan kecil untuk menempel pada substrat atau tidak
menempel rapat pada batu-batu sehingga tidak sama sekali.
ada satu jaringan pun yang terbuka kecuali 2. Meningkatkan kehilangan panas dari
cangkang.
tubuh organisme
Gastropoda lain seperti siput (Littorina)
mempunyai operkula yang menutup rapat celah Pada organisme bercangkang keras seperti
cangkang ketika pasang turun, mereka masuk moluska, mekanisme yang dilakukan adalah
ke dalam cangkang, lalu menutup celah dengan memperluas cangkang dan
menggunakan operkulum sehingga kehilangan memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran
air dapat dikurangi. Beberapa bivalva seperti pada cangkang berfungsi sebagai sirip radiator
Mytilus californianus dapat hidup di daerah sehingga memudahkan hilangnya panas.
intertidal karena memiliki kemampuan menutup Hilangnya panas dapat diperbesar jika
rapat valvanya untuk mencegah kehilangan air. organisme mempunyai warna yang terang,
Organisme seperti anemon Actinia dan hidroid seperti pada spesies Nerita peleronta. Hilangnya
Clava squamata menghasilkan lendir (mucus) panas juga dapat terjadi melalui penguapan.
untuk mencegah kehilangan air. Sedangkan Untuk melakukan keseimbangan ini, hampir
organisme yang berada di substrat pasir dan semua hewan intertidal mempunyai persediaan
lumpur biasanya menguburkan diri ke dalam air tambahan sehingga pendinginan dapat
subtrat untuk mencegah kekeringan. terjadi. Air tambahan disimpan dalam rongga
mantel teritip dan limpet dan banyaknya melebihi
kebutuhan hidup hewan tersebut.
247
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249
mempertebal cangkang sehingga lebih tebal dari Keadaan ini akan menyebabkan mortalitas
daerah subtidal dan mengurangi ukiran tubuh katastrofik jika terjadi hujan deras atau adanya
yang amat mudah pecah pila terpukul ombak. aliran air tawar, tapi keadaan ini jarang terjadi
sehingga mekanisme khusus tidak terlalu
Pola Adaptasi Pernapasan diperlukan.
Hewan pada zona intertidal memiliki tonjolan
pernapasan yang mampu mengambil oksigen Pola Adaptasi Reproduksi
dari air. Tonjolan ini berbentuk tipis dan Organisme intertidal pada umumnya hidup
merupakan perluasan dari permukaan tubuh. menetap atau melekat, sehingga dalam
Organ-organ ini amat peka terhadap kekeringan penyebarannya mereka menghasilkan telur atau
di udara dan tidak akan berfungsi kecuali larva yang terapung bebas sebagai plankton.
dicelupkan ke dalam air. Diantara hewan Adaptasi reproduksi pada hampir semua
intertidal, terdapat kecenderungan untuk organisme intertidal adalah mempunyai daur
memasukkan organ penapasan ini ke dalam perkembangbiakan yang seirama dengan pola
rongga perlindungan untuk mencegah arus pasang surut tertentu, seperti misalnya
kekeringan. Hal ini dapat terlihat pada berbagai pada waktu pasang purnama, gonad Mytilus
jenis moluska, dimana insangnya terdapat dalam edulis menjadi dewasa selama pasang purnama
rongga mantel yang dilindungi oleh cangkang. dan pemijahan berlangsung ketika pasang
Keadaan yang sama dijumpai pada teritip di perbani. Sedangkan pada Littorina neritoides,
mana jaringan mantel bertindak sebagai organ telurnya diletakkan pada saat pasang purnama.
pernapasan.
Hewan-hewan dengan organ penapasan Adaptasi Zonasi
juga harus mempertahankan air pada waktu a. Pantai Berbatu
pasang turun, karena itu mereka sering menutup Organisme intertidal pada pantai berbatu
(operkulum) atau mengaitkan diri (kiton, limpet) menghadapi faktor pembatas seperti suhu yang
dengan demikian pertukaran gas berkurang. dapat menyebabkan kehilangan air. Untuk
Jadi untuk mempertahankan oksigen dan air keperluan itu organisme intertidal di pantai
ketika pasang turun, banyak hewan berdiam diri. berbatu banyak memanfaatkan celah batu untuk
berlindung dari kondisi suhu yang ekstrim.
Pola Adaptasi Feeding (Cara Makan) Cahaya matahari merupakan pengatur dari
Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal penyebaran alga intertidal. Alga intertidal
harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging memerlukan cahaya dengan panjang gelombang
dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian- terpanjang (merah) yang diserab oleh air dengan
bagian yang terbuka ini harus tahan terhadap cepat, sehingga ketika alga berfotosintesis
kekeringan. Karena itu seluruh hewan intertidal mereka tidak boleh berada pada kedalaman
hanya aktif jika pasang naik dan tubuhnya lebih dari 2 meter.
terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan b. Pantai Berpasir
baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan- Ada dua cara organisme melakukan
bahan tersaring, pemakan detritus maupun adaptasi, yaitu dengan menggali substrat
predator. sampai mencapai kedalaman yang tidak dapat
dipengaruhi oleh gelombang. Cara kedua
Pola Adaptasi Terhadap Salinitas adalah kemampuan untuk menggali dengan
Pada zona intertidal juga mendapat cepat, mekanisme ini lebih umum dilakukan oleh
limpahan air tawar, sehingga menimbulkan cacing annelida, kerang kecil dan krustasea.
masalah tekanan osmotik bagi organisme Dalam melakukan adaptasi di zona pantai
intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri berpasir organisme dihadapkan pada
dengan air laut. Kebanyakan organisme penyumbatan alat pernapasan oleh pasir
intertidal tidak memperlihatkan adaptasi daya tersuspensi, sehingga untuk mencegah hal ini
tahan terhadap perubahan salinitas seperti saluran penapasan dilengkapi dengan penyaring
halnya organisme estuaria sehingga tidak (sekat) yang mencegah pasir untuk masuk tetapi
mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar air dapat masuk.
garam cairan tubuhnya (osmokonformer). c. Pantai Berlumpur
Adaptasi satu-satunya yang dapat dilakukan
Pada umumnya, organisme pada zona
adalah dengan melindungi tubuh dari
pantai berlumpur melakukan adaptasi dengan
kekeringan, misalnya untuk teritip dan moluska
menggali dan melewati substrat yang lunak dan
adalah dengan menutup valva atau cangkang.
menempati saluran yang permanent pada
248
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249
249