Anda di halaman 1dari 6

Bimafika, 2011, 3, 244-249

ADAPTASI ORGANISME BENTIK DI ZONA INTERTIDAL

Djunaidi A. Wally *
Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Darussalam Ambon

Diterima 11-12-2010; Terbit 31-06-2011

ABSTRACT

Intertidal organisms exposed to the wet phase (pairs) and the dry phase (low tide) which lasted as much as
two times a day. The existence of this tidal indirectly will affect the salinity, temperature, water density and
the light will change continuously. Benthic organisms in the intertidal zone requires adaptation to the loss of
water, heat balance, mechanical pressure, respiratory, feeding, salinity, reproduction and zoning.
Adaptation zoning is largely determined by the shape of the substrate, which affects various forms of
adaptation and diversity of intertidal organisms.

Keywords: Adaptation, benthic organisms, intertidal

PENDAHULUAN Zona Intertidal


Zona intertidal merupakan wilayah laut yang Zona intertidal (pasang-surut)
sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut merupakan daerah terkecil dari semua daerah
karena berada di kedalaman 0 – 100 m. Zona yang terdapat di samudera dunia, zona intertidal
intertidal diukur dari pasang tertinggi (high tide) (lihat gambar 1) memiliki pinggiran yang sempit
sampai surut terendah (low tide). Zona intertidal sekali hanya beberapa luasnya karena terletak di
dan zona sublittoral sering disebut zona littoral. antara air tinggi dan air rendah. Zona ini
Pada zona intertidal perubahan lingkungan merupakan bagian laut yang mungkin paling
sangat ekstrim sekali. Pada waktu tertentu banyak dikenal dan dipelajari karena sangat
organisme intertidal dihadapkan pada fase mudah ditemui oleh manusia (Nybakken, 1993).
basah (pasang) dan fase kering (surut) yang Walaupun luas daerah ini terbatas tapi di daerah
berlangsung sebanyak 2 kali dalam sehari. ini terdapat variasi faktor lingkungan terbesar
Adanya pasang surut ini secara tidak lansung dibandingkan dengan daerah bahari lainnya dan
akan mempengaruhi salinitas, suhu, densitas air variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya
dan cahaya yang akan mengalami perubahan berbeda jarak beberapa sentimeter saja, dengan
secara terus menerus. Pengaruh gelombang keragaman kehidupan yang sangat besar, lebih
dan arus yang kuat pada zona intertidal juga besar dari pada yang terdapat di daerah subtidal
sangat menentukan adaptasi organisme yang lebih luas.
intertidal (Brotowidjoyo, et al. 1999). Organisme Bentik di Zona Intertidal
Organisme bentik di zona intertidal Organisme bentik yang dihidup di
memerlukan adaptasi yang sangat berbeda daerah intertidal lebih banyak dari jenis
dengan organisme laut lainnya, karena organisme yang menetap pada dasar substrat
keberadaan di lingkungan bentik pada zona seperti golongan kerang, limpet, kepiting, alga,
intertidal akan mengalami dampak secara kiton, anemon, teritip, bintang laut, bulu babi,
lansung dari berbagai perubahan faktor tumbuhan lumut hitam dan lain-lain. Keberadaan
lingkungan. Oleh karena itu sangat penting organisme tersebut sangat dipengaruhi oleh
organisme di lingkungan ini beradaptasi demi jenis substrat pada daerah bentik. Karena jenis
mempertahankan eksistensinya dalam substrat mempengaruhi cara adaptasi, pola
ekosistem laut. migrasi, berkembang biak, mencari makan dan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pertahanan.
pola perilaku adaptasi organisme laut khususnya
organisme bentik di zona intertidal dalam
menghadapi perubahan lingkungan demi
mempertahankan diri dan berkembangbiak,
sehingga dapat bermanfaat bagi konservasi
organisme di zona intertidal.

Metode Penulisan
* Korespondensi : email:
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249

Kondisi ini menurunkan kadar oksigen dan


memiliki populasi bakteri internal yang tinggi.
Pantai berlumpur cenderung untuk
mengakumulasi bahan organik, sehingga
tersedia cukup banyak makanan yang potensial
untuk organsime penghuni pantai, tetapi
keadaan ini mempunyai kemampuan untuk
menyumbat alat penapasan organisme.
Faktor Utama Adaptasi Zona Intertidal
a. Energi Matahari
Energi matahari yang diterima oleh bumi
berupa radiasi elektromagnetik, yaitu radiasi
gelombang pendek dalam ultraviolet, yang
terlihat dan infra merah. (Rominohtarto dan
Juwana, 2005). Jumlah cahaya maupun panas
dari matahari yang diterima lautan itu bervariasi
Gambar 1. Zonasi Organisme Bentik di Intertidal menurut musim, hal ini disebabkan matahari itu
mendekati atau menjauhi ekuator.
Substrat Zona Intertidal Sinar matahari yang menembus perairan
a. Pantai Berbatu dimanfaatkan oleh organisme lautan untuk
Pantai berbatu yang tersusun dari bahan melakukan fotosintesis seperti rumput laut bentik
yang keras merupakan daerah yang paling padat dangkal, dinoflagellata yang terapung dan
makroorganismenya dan mempunyai keragaman diatom-diatom fitoplankton yang dapat
terbesar baik untuk spesies hewan maupun menggunakan sinar dengan panjang gelombang
tumbuhan. Hamparan vertikal pada zona berbatu 400 – 750 nm. Organisme hidup tersebut
amat beragam, bergantung pada kemiringan merupakan makanan bagi ikan-ikan tertentu.
permukaan, kisaran pasang surut dan Bagi hewan laut terutama untuk daerah
keterbukaan terhadap gerakan ombak intertidal, cahaya mempunyai pengaruh terbesar
(Nybakken, 1988). secara tidak langsung, yakni sebagai sumber
b. Pantar Berpasir energi untuk proses fotosintesis tumbuhan dan
Faktor fisik yang penting dalam mengatur berhubungan dengan peningkatan panas pada
kehidupan di pantai berpasir adalah gerakan daerah di atas permukaan air laut. Cahaya juga
ombak dan ukuran partikel. Jika gerakan ombak merupakan faktor penting dalam hubungannya
kecil, partikel-partikel berukuran kecil juga tetapi dengan perpindahan hewan laut untuk akivitas
jika gerakan ombak besar makan ukuran biologis maupun mencari pelindungan dari
partikel-partikel menjadi kasar dan membentuk kehabisan air karena akan meningkatkan suhu
deposit kerikil. Butiran pasir yang halus, melalui udara permukaan.
gaya kapilernya cenderung untuk menampung b. Suhu
lebih banyak air di atas tingkat pasang surut Pada daerah intertidal pengaruh suhu udara
dalam celahnya setelah pasang turun. Faktor selama periode yang berbeda-beda, dan suhu ini
fisik kedua adalah pergerakan substrat. Saat mempunyai kisaran yang luas, baik secara
ombak memukul, partikel-partikel substrat akan harian maupun musiman. Kisaran ini dapat
terangkut, teraduk dan terdeposit kembali. Oleh melebihi batas torelansi organisme laut. Jika
karena itu partikel-partikel bergerak dan dipisah- pasang turun terjadi ketika suhu udara minimum
pisahkan secara teratur. Hal ini menyebabkan (daerah sedang-dingin) dan ketika suhu udara
hanya sedikit organisme yang mempunyai maksimal (tropik), batas letal dapat terlampaui
kemampuan untuk menetap secara permanen di dan organisme dapat mati. Walaupun kematian
permukaan pantai pasir atau kerikil. tidak segera terjadi. Organisme akan menjadi
c. Pantai Berlumpur semakin lemah karena suhu ekstrim sehingga
Pantai berlumput hanya terbatas pada tidak dapat menjalankan sehidupan normal dan
daerah intertidal yang benar-benar terlindung akan mati akibat sebab-sebab sekunder. Suhu
dari aktivitas gelombang laut terbuka. Ukuran juga mempunyai pengaruh yang tidak langsung.
partikel yang sangat halus dan disertai dengan Organisme laut dapat mati karena kehabisan air.
sudut dasar sedimen yang amat datar Kehabisan air dapat dipercepat dengan
menyebabkan air di dalam sedimen tidak meningkatnya suhu.
mengalir ke luar dan tertahan di dalam substrat.

245
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249

c. Pasang Surut (Tide) turun. Pada keadaan tertentu, penurunan


Pasang surut akan mempengaruhi salinitas ini akan melewat batas torelansi dan
organisme intertidal karena pada saat surut organisme intertidal dapat mati. Kedua, ada
organisme laut akan terkena udara terbuka hubungan dengan genangan pasang surut, yaitu
secara periodik dengan kisaran parameter fisik daerah yang menampung air laut ketika pasang
yang cukup lebar. Oleh karena itu, organisme turun. Daerah ini dapat digenangi oleh air tawar
intertidal memerlukan adaptasi agar dapat sehingga menurunkan salinitas atau dapat
menempati zona ini. Lama terkena udara memperlihatkan kenaikkan salinitas jika terjadi
terbuka merupakan hal yang paling penting penguapan sangat tinggi pada siang hari.
karena pada saat itu organisme laut akan berada
dalam kisaran suhu terbesar dan kemungkinan POLA ADAPTASI
mengalami kekeringan (kehilangan air). Pola Adaptasi Terhadap Kehilangan Air
Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai Pola adaptasi ini merupakan usaha
air mengenang kembali untuk mencari makan organisme intertidal untuk mempertahankan diri
atau berpindah tempat. Semakin lama terkena di habitatnya dari kehilangan air pada saat
udara, semakin kecil kesempatan untuk mencari berada di udara terbuka. Untuk
makanan dan mengakibatkan kekurangan mempertahankan diri, organisme harus
energi. Hewan dan tumbuhan di zona intertidal mempunyai sistem tubuh yang dapat
bervariasi kemampuan dalam menyesuaikan diri menyesuaikan diri terhadap berbagai pengaruh
terhadap perubahan ini. Pasang surut yang yang dapat membuat organisme kehilangan air.
terjadi secara teratur cenderung menimbulkan Keadaan ini dapat terjadi pada saat pasang
irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai surut (low tide) dan migrasi untuk kawin,
seperti kegiatan dalam memijah, mencari makan berlindung dan mencari makan
dan berpindah tempat (Nybakken, 1988). Untuk mengatasi hal ini, hewan-hewan yang
bergerak seperti kepiting, menghindari
d. Gelombang Lautan kehilangan air dengan cara berpindah dari
Besar gelombang dan kecepatan tergantung daerah permukaan yang terbuka di intertidal ke
pada kecepatan angin, lama hembusan angin dalam lubang-lubang, celah atau galian yang
dan jarak yang ditempuh angin. Di zona sangat basah sehingga kehilangan air dapat
intertidal, gerakan ombak (gelombang lautan) teratasi. Disamping itu, organisme tersebut
mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap dapat memanfaatkan alga yang basah untuk
organisme dan komunitas dibandingkan dengan perlindungan. Pola yang sama juga dilakukan
daerah lain. Pengaruh ini terlihat nyata baik oleh beberapa spesies anemon seperti
secara langsung maupun tidak langsung. Anthopleura xanthigrammica di pesisir Pasifik
Pengaruh secara langsung dapat terjadi dalam Amerika Utara (lihat gambar 6). Spesies ini
dua cara utama. Pertama, pengaruh mekanik memiliki tubuh lunak, tanpa pencegah
yang menghancurkan dan menghanyutkan kehilangan air, dan lebih memilih di dalam celah
benda-benda yang terkena ombak. Jadi mahluk untuk beradaptasi sehingga adaptasi fisiologis
apapun yang mendiami daerah ini harus tidak diperlukan.
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi Ada adaptasi sederhana yang dilakukan oleh
dengan kekuatan ini. Terpaan ombak dapat beberapa genera alga intertidal bagian atas
menjadi pembatas bagi organisme yang tidak seperti Porphyra, Fucus dan Enteromorpha yang
dapat menahan terpaan ombak tersebut, tetapi beradaptasi dengan jaringannya, karena tidak
diperlukan bagi organisme lain yang tidak dapat memiliki kemampuan untuk bergerak dan tidak
hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat memiliki mekanisme khusus. Pada saat surut,
(Nybakken, 1988). bentuk tubuh dalam keadaan kering dan kisut,
tetapi pada saat pasang naik kembali, tubuh
e. Salinitas mereka dengan cepat menyerap air dan kembali
Seperti diketahui air laut banyak menjalankan proses-proses metabolisme secara
mengandung garam sehingga membuat rasanya normal. Menurut Kanwisher (1957) bahwa alga
menjadi asin. Perubahan salinitas yang dapat ini dapat mentorelansi kehilangan air sebesar 60
mempengaruhi organisme intertidal dapat terjadi – 90 %. Torelansi yang sama juga dijumpai
melalui dua cara. Pertama, karena zona pada beberapa jenis hewan yang menetap.
intertidal terbuka pada saat pasang turun dan Menurut Boyle (1969) melaporkan bahwa khiton
kemudian digenangi air atau aliran air akibat dapat mentorelansikan kehilangan air hingga
hujan lebat, sehingga salinitas akan sangat 75%. Dan menurut Davis (1969) mengatakan

246
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249

bahwa limpet dapat mentorelansi kehilangan air Pola Adaptasi Keseimbangan Panas
sebesar 30 – 70 %, bergantung pada spesiesnya Organisme Intertidal yang hidup pada
(Rominohtarto dan Juwana, 2005). daerah terbuka terhadap suhu panas dan dingin
Di lain pihak banyak spesies-spesies hewan yang ekstrem akan memperlihatkan adaptasi
intertidal mempunyai mekanisme untuk tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga
mencegah kehilangan air. Mekanisme ini dapat keseimbangan tubuh internal. Untuk menjaga
terjadi baik secara struktural, tingkah laku keseimbangan panas terhadap suhu yang tinggi,
maupun kedua-duanya. Pada saat pasang organisme intertidal mengatasi dengan:
surut, spesies-spesies organisme teritip 1. Pengurangan panas yang diperoleh dari
melakukan dengan merapatkan cangkangnya, lingkungan
sehingga menjadi kedap terhadap air. Limpet Organisme akan memperbesar ukuran tubuh
dari genus Patella, Acmaea dan Collisella sehingga luas permukaan tubuh dibanding
merupakan hewan yang dominan di daerah dengan volume tubuh menjadi lebih kecil, hal ini
intertidal berbatu, spesies ini memiliki ‘goresan mengakibatkan peningkatan suhu menjadi lebih
rumah’ (home scar) sehingga cangkang dapat kecil. Mekanisme lain untuk mengurangi panas
dengan pas untuk ditempati. Pada saat pasang adalah dengan cara mengurangi kontak antara
surut, mereka kembali ke ‘rumahnya’ dan dapat jaringan tubuh dengan substrat, sehingga pada
mencegah kehilangan air. Beberapa spesies spesies tertentu hanya memerlukan organ yang
Limpet yang tidak memiliki goresan, akan kecil untuk menempel pada substrat atau tidak
menempel rapat pada batu-batu sehingga tidak sama sekali.
ada satu jaringan pun yang terbuka kecuali 2. Meningkatkan kehilangan panas dari
cangkang.
tubuh organisme
Gastropoda lain seperti siput (Littorina)
mempunyai operkula yang menutup rapat celah Pada organisme bercangkang keras seperti
cangkang ketika pasang turun, mereka masuk moluska, mekanisme yang dilakukan adalah
ke dalam cangkang, lalu menutup celah dengan memperluas cangkang dan
menggunakan operkulum sehingga kehilangan memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran
air dapat dikurangi. Beberapa bivalva seperti pada cangkang berfungsi sebagai sirip radiator
Mytilus californianus dapat hidup di daerah sehingga memudahkan hilangnya panas.
intertidal karena memiliki kemampuan menutup Hilangnya panas dapat diperbesar jika
rapat valvanya untuk mencegah kehilangan air. organisme mempunyai warna yang terang,
Organisme seperti anemon Actinia dan hidroid seperti pada spesies Nerita peleronta. Hilangnya
Clava squamata menghasilkan lendir (mucus) panas juga dapat terjadi melalui penguapan.
untuk mencegah kehilangan air. Sedangkan Untuk melakukan keseimbangan ini, hampir
organisme yang berada di substrat pasir dan semua hewan intertidal mempunyai persediaan
lumpur biasanya menguburkan diri ke dalam air tambahan sehingga pendinginan dapat
subtrat untuk mencegah kekeringan. terjadi. Air tambahan disimpan dalam rongga
mantel teritip dan limpet dan banyaknya melebihi
kebutuhan hidup hewan tersebut.

Pola Adaptasi Terhadap Tekanan Mekanik


Gerakan ombak merupakan tekanan
mekanik terbesar pada organisme intertidal,
karena ombak mencapai kekuatan puncak pada
zona intertidal. Pola adaptasi yang dilakukan
pada teritip, tiram dan cacing serpulida adalah
dengan melekat kuat pada subtrat. Sedangkan
alga menyatukan diri pada dasar perairtan
melalui sebuah alat pelekat. Organisme lain
juga membuat pelekat kuat tapi tidak permanen,
seperti pada Mytilus yang membatasi
pergerakannya. Moluska intertidal
Gambar 2. Mekanisme Adaptasi terhadap mempertahankan diri dengan kaki yang kuat dan
Kehilangan Air besar yang diletakkan pada substrat. Organisme
motil seperti kepiting lebih memilih berlindung
pada celah batu atau di bawah batu. Sedangkan
pada moluska intertidal beradaptasi dengan

247
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249

mempertebal cangkang sehingga lebih tebal dari Keadaan ini akan menyebabkan mortalitas
daerah subtidal dan mengurangi ukiran tubuh katastrofik jika terjadi hujan deras atau adanya
yang amat mudah pecah pila terpukul ombak. aliran air tawar, tapi keadaan ini jarang terjadi
sehingga mekanisme khusus tidak terlalu
Pola Adaptasi Pernapasan diperlukan.
Hewan pada zona intertidal memiliki tonjolan
pernapasan yang mampu mengambil oksigen Pola Adaptasi Reproduksi
dari air. Tonjolan ini berbentuk tipis dan Organisme intertidal pada umumnya hidup
merupakan perluasan dari permukaan tubuh. menetap atau melekat, sehingga dalam
Organ-organ ini amat peka terhadap kekeringan penyebarannya mereka menghasilkan telur atau
di udara dan tidak akan berfungsi kecuali larva yang terapung bebas sebagai plankton.
dicelupkan ke dalam air. Diantara hewan Adaptasi reproduksi pada hampir semua
intertidal, terdapat kecenderungan untuk organisme intertidal adalah mempunyai daur
memasukkan organ penapasan ini ke dalam perkembangbiakan yang seirama dengan pola
rongga perlindungan untuk mencegah arus pasang surut tertentu, seperti misalnya
kekeringan. Hal ini dapat terlihat pada berbagai pada waktu pasang purnama, gonad Mytilus
jenis moluska, dimana insangnya terdapat dalam edulis menjadi dewasa selama pasang purnama
rongga mantel yang dilindungi oleh cangkang. dan pemijahan berlangsung ketika pasang
Keadaan yang sama dijumpai pada teritip di perbani. Sedangkan pada Littorina neritoides,
mana jaringan mantel bertindak sebagai organ telurnya diletakkan pada saat pasang purnama.
pernapasan.
Hewan-hewan dengan organ penapasan Adaptasi Zonasi
juga harus mempertahankan air pada waktu a. Pantai Berbatu
pasang turun, karena itu mereka sering menutup Organisme intertidal pada pantai berbatu
(operkulum) atau mengaitkan diri (kiton, limpet) menghadapi faktor pembatas seperti suhu yang
dengan demikian pertukaran gas berkurang. dapat menyebabkan kehilangan air. Untuk
Jadi untuk mempertahankan oksigen dan air keperluan itu organisme intertidal di pantai
ketika pasang turun, banyak hewan berdiam diri. berbatu banyak memanfaatkan celah batu untuk
berlindung dari kondisi suhu yang ekstrim.
Pola Adaptasi Feeding (Cara Makan) Cahaya matahari merupakan pengatur dari
Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal penyebaran alga intertidal. Alga intertidal
harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging memerlukan cahaya dengan panjang gelombang
dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian- terpanjang (merah) yang diserab oleh air dengan
bagian yang terbuka ini harus tahan terhadap cepat, sehingga ketika alga berfotosintesis
kekeringan. Karena itu seluruh hewan intertidal mereka tidak boleh berada pada kedalaman
hanya aktif jika pasang naik dan tubuhnya lebih dari 2 meter.
terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan b. Pantai Berpasir
baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan- Ada dua cara organisme melakukan
bahan tersaring, pemakan detritus maupun adaptasi, yaitu dengan menggali substrat
predator. sampai mencapai kedalaman yang tidak dapat
dipengaruhi oleh gelombang. Cara kedua
Pola Adaptasi Terhadap Salinitas adalah kemampuan untuk menggali dengan
Pada zona intertidal juga mendapat cepat, mekanisme ini lebih umum dilakukan oleh
limpahan air tawar, sehingga menimbulkan cacing annelida, kerang kecil dan krustasea.
masalah tekanan osmotik bagi organisme Dalam melakukan adaptasi di zona pantai
intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri berpasir organisme dihadapkan pada
dengan air laut. Kebanyakan organisme penyumbatan alat pernapasan oleh pasir
intertidal tidak memperlihatkan adaptasi daya tersuspensi, sehingga untuk mencegah hal ini
tahan terhadap perubahan salinitas seperti saluran penapasan dilengkapi dengan penyaring
halnya organisme estuaria sehingga tidak (sekat) yang mencegah pasir untuk masuk tetapi
mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar air dapat masuk.
garam cairan tubuhnya (osmokonformer). c. Pantai Berlumpur
Adaptasi satu-satunya yang dapat dilakukan
Pada umumnya, organisme pada zona
adalah dengan melindungi tubuh dari
pantai berlumpur melakukan adaptasi dengan
kekeringan, misalnya untuk teritip dan moluska
menggali dan melewati substrat yang lunak dan
adalah dengan menutup valva atau cangkang.
menempati saluran yang permanent pada

248
Djunaedi A. Wally / Bimafika, 2011, 3, 244-249

substrat, sehingga kehadiran organisme DAFTAR PUSTAKA


ditunjukkan dengan adanya lubang dengan
berbagai ukuran. Adaptasi ini sangat berkaitan Brotowidjoyo, D. Mukayat., Tribawono, Djoko
dengan kondisi yang anaerobik. Untuk dan Mulbyantoro, Eko. 1999. Pengantar
beradaptasi dengan kondisi yang anaerobik, Lingkungan Perairan dan Budidaya Air.
organisme membentuk alat pengangkut Liberty. Yogyakarta. 258 hal
(misalnya, hemoglobin) yang mampu Jones, D. and G. Morgan. 1994. A Field Guide
mengangkut oksigen terus menerus dengan To Crustaceans of Australian Waters.
konsentrasi lebih baik dibandingkan dengan Western Australian Museum.
organisme dari zonasi yang berbeda. Nybakken, J.W. 1993. Marine Biology: An
Ecological Approach. 3rd Ed. Harper
Kesimpulan Collins College Publishers.
Pada zona intertidal kehidupan organisme Nybakken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu
dipengaruhi oleh pasang surut, cahaya matahari, pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta.
suhu, gelombang laut, dan salinitas. Untuk Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
beradaptasi, organisme bentik di zona intertidal Djambatan, Jakarta
membutuhkan adaptasi terhadap kehilangan air, Rominohtarto, Kasijan dan Juwana Sri. 2005.
keseimbangan panas, tekanan mekanik, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
penapasan, feeding, salinitas, reproduksi dan Biota Laut. Cet ke-2. Djambatan. Jakarta.
zonasi.

249

Anda mungkin juga menyukai