Anda di halaman 1dari 6

PEMAKAIAN ASPAL PORUS UNTUK LAHAN PARKIRAN SMAN 1

NGAWI
Novia Maulidina Saputri
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Kota Malang, Jawa Timur
nomasa67@gmail.com
Abstract

The progress of an area can be seen from the schools in the area. Education staff and adequate facilities are the
main factors in the progress of a school. Small things that can be seen are the level of cleanliness of the school
and the beautiful school environment. But to make this happen, a small example when it comes to rain in a school
can be bad. Existing puddles can cause many problems. But as technology progresses there is a recent
innovation, namely porous asphalt. The asphalt is different from the asphalt that is usually used. This asphalt can
be used in land that is usually flooded to absorb water that is usually inundated. With the use of asphalt the
school environment which usually makes the school look less beautiful will be more organized and can impact on
improving the quality of student learning. Besides that the function can also be maximized again so that it is not
wasted.

Keywords: porous asphalt, drainage, irrigation

Abstrak

Kemajuan sebuah daerah dapat dilihat dari sekolah-sekolah yang terdapat didaerah tersebut. Tenaga
kependidikan serta fasilitas yang memadai menjadi faktor utama majunya sebuah sekolah. Hal kecil yang dapat
dilihat adalah tingkat kebersihan sekolah serta lingkungan sekolah yang asri. Namun untuk mewujudkan hal
tersebut, contoh kecilnya saat hujan tiba keadaan disuatu sekolah bisa menjadi buruk. Genangan air yang ada
dapat menimbulkan banyak masalah. Namun seiring berjalannya perkembangan teknologi terdapat sebuah
inovasi terkini yaitu aspal porus. Aspal tersebut berbeda dengan aspal yang biasanya digunakan. Aspal ini dapat
digunakan di lahan lahan yang biasanya tergenang untuk menyerap air yang biasanya tergenang. Dengan
penggunaan aspal tersebut lingkungan sekolah yang biasanya membuat sekolah terlihat kurang indah akan lebih
tertata dan dapat berimbas pada meningkatnya kualitas belajar para siswa. Selain itu air tersebut juga dapat
dimaksimalkan lagi fungsinya sehingga tidak terbuang sia-sia.

Kata kunci: aspal porus, drainase, irigasi

porus. Aspal porus bersifat permeabel, memiliki


Pendahuluan rongga besar yang mampu meloloskan air pada
permukaan jalan.
Perkembangan zaman semakin maju, salah satunya
dalam bidang konstruksi bangunan. Saat ini dapat Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada
ditemui aspal berongga yang tersusun dari agregat campuran aspal porus dengan berbagai penambahan
yang lebih kasar dan lebih besar daripada agregat bahan aditif. Di Indonesia, aspal porus baru tahap uji
halus. Aspal tersebut dikenal dengan nama aspal coba di jalan tol Jagorawi sepanjang 250 m pada
bulan April 1997 dan sirkuit Sentul pada bulan Juni

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018


Novia Maulidina Saputri
Pemakaian Aspal Porus Untuk Lahan Parkiran Sman 1 Ngawi

1997. Campuran aspal porus memiliki beberapa aspal porus sekaligus mendeskripsikan jaringan
kelebihan bagi pengguna jalan dan bagian sekitar irigasi air dari penampungan ke green house atau
jalan, yaitu : fungsi drainase, fungsi keselamatan taman
pengemudi, dan fungsi reduksi kebisingan jalan. Hal
ini disebabkan karena nilai rongga (porosity) yang Metode
terkandung pada campuran aspal porus cukup besar.
Rongga yang besar dapat menyebabkan turunnya Karakteristik Campuran Aspal Porus
nilai karakteristik pada campuran aspal porus.
Porositas yang tinggi dari aspal porus akan Mengidentifikasikan karakteristik aspal porus dilihat
berpengaruh langsung pada umur pelayanan aspal berdasarkan material, campuran dan gradasi agregat
porus. Hal ini dikarenakan struktur yang lebih campuran aspal porus.
berpori atau porositas yang tinggi sehingga
stabilitasnya kecil (Takahashi et al, 1999). Jaringan Irigasi Air dari Penampungan ke Green
Kemampuan memikul beban (stability) pada campuran House atau Taman
aspal porus yang berkurang secara drastis apabila
dibandingkan dengan campuran aspal konvensional a. Manajemen Irigasi
(densegraded asphalt), menyebabkan campuran tidak Sistem alokasi, metoda distribusi dan sistem kontrol
dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh aliran adalah factor-faktor yang sangat erat kaitannya
Australian Asphalt Pavement Association. Karena dalam manajemen operasional yang efektif dan
keadaan tersebut aspal porus biasa kurang cocok efisien.
apabila digunakan secara menyeluruh di jalanan
Indonesia karena beberapa kelemahan tersebut. Kegiatan manajemen jaringan irigasi dan drainase
pada dasarnya terdiri dari tiga katagori yaitu
Namun aspal porus akan sangat cocok apabila (Hofwegen, 1992):
diaplikasikan diarea parkiran. Di area parkiran beban 1. Kegiatan sehubungan dengan air, seperti
yang akan diterima oleh aspal porus tentu akan lebih pengadaan air (air permukaan atau air
kecil daripada beban yang diterima di jalan raya. tanah), distribusi dan alokasi air serta
Selain itu banyaknya genangan air saat hujan yang pembuangan kelebihan air melalui jaringan
biasanya terjadi di area parkiran SMAN 1 Ngawi drainase.
juga akan teratasi apabila aspal porus ini digunakan. 2. Kegiatan sehubungan dengan bangunan
Air yang masuk ke dalam rongga tersebut tentu tidak /jaringan dalam rangka mengontrol air,
akan terbuang sia-sia. Air tersebut akan ditampung seperti planning dan desain, konstruksi serta
kedalam sebuah wadah atau sumur dan akan operasi dan pemeliharaan (O&P).
dialirkan untuk penyiraman taman atau green house. 3. Kegiatan sehubungan dengan organisasi
Atau juga bisa difiltrasi menjadi air yang layak pengelola, seperti pengambilan keputusan,
dikonsumsi. Dengan pemanfaatan tersebut dapat mobilisasi sumber daya, komunikasi dan
mengoptimalkan pemanfaatan air hujan. Serta bisa penyelesaian konflik.
digunakan di area yang kerap mengalami
kekeringan.

Taman atau green house sekolah pun tidak lagi


memerlukan banyak pasokan air. Dan hal tersebut
juga akan sangat menguntungkan dalam jangka
panjang apabila dikelola dengan baik dan benar.
Selain adanya penghematan air taman atau green
house tersebut juga akan bermanfaat bagi warga
SMAN 1 Ngawi. Taman ini menambah daya dukung
terhadap lingkungan karena dengan terdapatnya
berbagai tanaman maka jumlah oksigen pun dapat
meningkat selain itu juga memperindah suasana, dan
mengurangi polusi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi


karakteristik campuran aspal porus yang akan
digunakan serta menjelaskan proses drainase pada

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018


Novia Maulidina Saputri
Pemakaian Aspal Porus Untuk Lahan Parkiran Sman 1 Ngawi

Tujuan manajemen irigasi secara umum adalah 2. Semi-Demand, pemerintah atau otoriti (PU
dalam rangka mengoptimalkan fungsi jaringan Pengairan) menentukan alokasi air dengan
irigasi sehingga dicapai produksi pertanian yang memperhatikan ketersediaan air dan
optimum dengan biaya yang minimum. Lebih rinci mempertimbangkan semua permintaan
lagi, tujuan manajemen irigasi sebagaimana petani pemakai air. Jika terjadi kondisi
diuraikan Uphoff (1991), adalah untuk : kekurangan air, maka secara proporsional
1. Peningkatan produksi, dicapai melalui akan terjadi reduksi pemberian air sesuai
peningkatan intensitas tanam, luas tanam faktor koreksinya (contoh dengan faktor K).
dan panen. Alokasi air ditetapkan untuk jangka waktu
2. Penyempurnaan sistem distribusi air, lebih sesuai Irrigation Cycle, misalnya setiap
adil dan merata, reliability dan predictability sepuluh harian atau dua mingguan.
yang akurat, serta pemberian air yang tepat Keuntungan sistem ini adalah alokasi air
waktu. masih cukup fleksibel, penggunaan hujan
3. Tidak ada konflik diantara pengelola dan efektif moderat, dan efisiensi secara
pemakai air atau diantara pemakai air keseluruhan jaringan irigasi cukup moderat,
bagian hulu dan bagian hilir. meskipun operation effisiency masih
4. Berkesinambungan dalam ketersediaan rendah. Kerugiannya adalah diperlukan
sumber daya, baik lahan, air, material Water Operation Center, sistem komunikasi
ataupun sumber daya manusianya untuk yang baik dan jumlah personil yang
kesinambungan produksi yang optimal. memadai baik kualitas maupun
5. Mobilisasi sumber daya yang lancar. kuantitasnya.
3. Imposed/Arranged, alokasi air ditentukan
b. Prosedur Alokasi Air ke Jaringan Tersier oleh pemerintah atau otoriti tanpa konsultasi
Prosedur alokasi air ke jaringan tersier ini ditentukan terlebih dahulu dengan petani pemakai air.
berdasarkan kondisi dan konfigurasi saluran dan Penetapan alokasi air ditentukan
bangunan pada jaringan irigasi, ketersediaan air di berdasarkan kebutuhan air untuk tanaman
intake dan kesiapan SDM dari seluruh stakeholder (demand-based atau crop based).
pada jaringan irigasi tersebut sebagai penunjangnya. Keuntungannya adalah tidak diperlukan
Ada tiga sistem prosedur alokasi air ke jaringan sistem komunikasi yang canggih dan tidak
tersier, yaitu (Ankum, 1995): diperlukan Water Operation Center,
1. On-Demand, petani atau pemakai air bangunan air sederhana serta biaya murah.
menentukan sendiri alokasi air. Petani dapat Kerugiannya pemberian air tidak fleksibel,
langsung menggunakan air, berapa saja penggunaan hujan efektif rendah dan
jumlahnya dan kapan saja waktunya dari efisiensi keseluruhan jaringan rendah,
kebutuhan penggunaan air. Dari sudut sistem ini yang paling banyak diterapkan di
pengelola, tidak diperlukan Water Operation Indonesia.
Center , tidak ada operation losses pada
jaringan utama dan penggunaan hujan c. Metoda Distribusi Air pada Jaringan Utama
efektif tinggi. Kerugian sistem ini adalah Ada empat metoda distribusi alokasi air di jaringan
perlu biaya tinggi, ketersediaan air di utama, yaitu:
sumbernya harus selalu cukup, dan efisiensi 1. Splitted flow
di jaringan tersier kemungkinan dapat 2. Intermitten flow
menjadi rendah. 3. Adjustable flow
4. Rotation flow

Hasil dan Pembahasan


1. Karakteristik Campuran Aspal Porus
a. Material Aspal Porus
1) Aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang
berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018


Novia Maulidina Saputri
Pemakaian Aspal Porus Untuk Lahan Parkiran Sman 1 Ngawi

campuran atau 10-15% berdasarkan volume No. Kriteria Perencanaan Nilai


(Sukirman, 2003). 1 Uji Contabro Loss (%) Maksimal 35
2) Agregat Uji Asphalt Flow Down
2 Maksimal 0,3
(%)
Agregat didefinisikan sebagai batu pecah, kerikil, 3 Stabilitas Marshall (Kg) Minimal 500
pasir, atau komposisi mineral lainnya, baik yang 4 Kelelehan Plastis (Mm) 2–6
berupa hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) 5 Kadar Rongga Udara (%) 18 – 25
yang merupakan bahan baku utama konstruksi
Kekakuan Marshall
perkerasan jalan. Agregat mengisi 90-95% berat 6 Maksimal 400
(Kg/Mm)
campuran atau 75-85% volume campuran. Oleh
Jumlah Tumbukan
karena itu perlu diperhatikan dengan baik kualitas 7 50
Perbidang
agregat yang akan dipakai, yaitu dengan
Sumber: Australian Asphalt pavement Association,
memperhatikan sifat-sifat dari agregat tersebut
2004
seperti gradasi dan ukuran butir, kebersihan, bentuk
dan tekstur permukaan, kekuatan dan porositas.
c. Gradasi Agregat Campuran Aspal Porus
Agregat yang digunakan pada penelitian ini
Campuran aspal porus menggunakan gradasi
menggunakan batu pecah dengan gradasi seragam
seragam (open graded ), sehingga campuran aspal
yang masing-masing campuran meggunakan agregat
porus disebut juga open graded asphalt . Gradasi seragam
ukuran nominal 6 mm dan 10 mm.
terdiri dari agregat kasar yang banyak dan hanya
Sifat agregat yang memberikan pengaruh penting mengandung sedikit agregat halus, sehingga terdapat
pada campuran aspal porus antara lain banyak rongga/ruang kosong antar agregat.
gradasi/pembagian ukuran agregat. Gradasi agregat Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : gradasi memiliki berat isi yang kecil dan stabilitas yang
seragam (uniform gradation) yaitu agregat dengan rendah. Persyaratan gradasi agregat pada campuran
ukuran butir yang hampir sama; gradasi baik (well aspal porus seperti yang ditentukan oleh spesifikasi
gradation), merupakan agregat dengan ukuran butir Australian Asphalt Pavement Association (2004)
dari besar ke kecil secara proporsional dan gradasi dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
senjang (gap gradation) adalah gradasi dimana ada
bagian tertentu yang dihilangkan sebagian. Gradasi Tabel 2. Gradasi Agregat Campuran Aspal Porus
aspal porus pada umumnya termasuk jenis gradasi Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
baik. Metode Pemampatan Kering (MPK), Dry Ag. Maks. 10 Ag. Maks.14
Penetration Method, dikembangkan untuk mencari (mm)
mm mm
komposisi campuran agregat agar didapatkan 19,000 100 100
kepadatan maksimum pada saat tercapai porositas 12,700 100 85 – 100
minimum, sesuai kondisi target. 9,530 85 – 100 45 – 70
4,760 20 – 45 10 – 25
b. Campuran Aspal Porus 2,380 10 – 20 7 – 15
Campuran aspal porus merupakan campuran 1,190 6 – 14 6 – 12
beraspal panas antara agregat bergradasi terbuka 0,595 5 – 10 5 – 10
dengan aspal modifikasi dangan perbandingan
0,297 4–8 4–8
tertentu. Air yang jatuh pada permukaan aspal porus
0,149 3–7 3–7
meresap bebas ke permukaan lapisan di bawahnya,
0,074 2–5 2–5
selanjutnya mengalir ke samping (Affan, 2006).
Total 100 100
Jenis konstruksi ini direncanakan khusus agar setelah
penghamparan dan pemadatan di lapangan, Kadar Aspal 5,0 – 6,5 4,5 – 6,0
campuran masih mempunyai rongga udara berkisar Sumber : Australian Asphalt Pavement Association,
antara 18-25%, sehingga jenis konstruksi ini 2004
memiliki sifat permeabilitas yang baik. Selain persyaratan gradasi, agregat pada campuran
aspal porus juga harus memenuhi kriteria persyaratan
Spesifikasi Aspal Porus yang dikutip dari Australian seperti yang terlihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Asphalt pavement Association disajikan pada tabel 1
berikut : Tabel 3. Persyaratan dan Sifat-Sifat Teknis Agregat
Kasar
Tabel 1. Spesifikasi Aspal Porus Pengujian Standar Nilai

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018


Novia Maulidina Saputri
Pemakaian Aspal Porus Untuk Lahan Parkiran Sman 1 Ngawi

Kekekalan bentuk Reynold < 1. Berarti hukum Darcy berlaku untuk


SNI 03- Maks.12
agregat terhadaplarutan aliran air di dalam lapisan aspal porus (Diana, 2000).
3407-1994 %
natrium dan magnesium Pada kasus media porus berupa tanah endapan,
sulfat karena perbedaan tahap pengendapan dan
Abrasi dengan SNI 03- Maks. 4 konsolidasi sering terjadi lapisan secara alamiah.
mesin Los Angeles 2417-1991 0% Media porus seperti itu disebut tidak homogen dan
Kelekatan agregat terhad SNI 03- Min. 95 perbedaan ketebalan lapisan sering mempunyai
ap aspal 2439-1991 % koefisien permeabilitas yang berbeda. Apabila (k)
SNI 03- sama untuk semua arah pada suatu lapisan tertentu,
Angularitas agregat kasar 95/90(*) media tersebut adalah tidak homogen tetapi
6877-2002
Partikel pipih dan lonjon ASTM D- Maks. 1 isotropik. Bila nilai (k) berbeda-beda dalam arah
g (**) 4791 0% yang berbeda, media tersebut tidak homogen dan
Material lolos saringan 2 200 SNI 034 Maks. 1 tidak isotropik. Untuk tanah yang berlapis-lapis
00 142-1996 % dimana koefisien permeabilitas dalam suatu arah
Catatan : (*) 95/90 menunjukkan 95% agregat kasar tertentu berubah-ubah dari lapis ke lapis, perlu
mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari ditentukan harga koefisien permeabilitas ekivalen
90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah (ke) untuk menyederhanakan perhitungan (Das, B.,
dua atau lebih (**) Pengujian dengan perbandingan 1985). Hal tersebut juga dapat diterapkan pada
lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 perkerasan aspal porus lapis ganda.
Sumber : Spesifikasi Umum Desember, 2006 Berdasarkan pada penelitian yang sudah pernah
dilakukan menjelaskan bahwa keseluruhan hasil
Tabel 4. Persyaratan dan Sifat-Sifat Teknis Agregat pengujian simulasi curah hujan dengan intensitas
Halus hujan 600 mm/jam terjadi kecenderungan
Pengujian  Standar Nilai peningkatan aliran permukaan seiring dengan
Nilai Setara Pasir  SNI 03 Min. 50% peningkatan kemiringan permukaan jalan dan
-4428- sebaliknya pada aliran bawah permukaan. Hal
1997  tersebut terjadi karena kemiringan yang landai air
memiliki cukup waktu untuk meresap ke dalam aspal
Material lolos saringan no. SNI 03 Maks. 8%
porus lapis ganda dan tidak terhalang oleh filamen
200  -4428-
air yang terbentuk akibat pengaruh kemiringan.
1997
Sebaliknya pada kemiringan yang lebih curam, air
Angularity  SNI 03 Min. 45%
sebelum memasuki rongga terbentuk filamen air dan
-6877-
terbawa mengalir sebagai aliran permukaan.
2002
Selain hal di atas, aliran permukaan sangat
Sumber : Spesifikasi Umum Desember, 2006
dipengaruhi oleh tipe rongga pada permukaan aspal
porus. Semakin baik peronggaan pada permukaan
2. Drainase pada Aspal Porus
benda uji maka aliran permukaan yang terjadi
Hasil penelitian terdahulu dengan intensitas curah
semakin kecil. Hal ini dibuktikan pada benda uji
hujan 452,45 mm/jam, diperoleh aliran dasar
kombinasi C (14/20) dengan kadar rongga yang baik
volumenya sebesar 53.936,1 cm3 /jam dan aliran
tidak terjadi aliran permukaan untuk semua variasi
permukaan sebesar 83,5 cm3 /jam untuk kemiringan
kemiringan benda uji. Aliran bawah permukaan
melintang jalan e = 2%. Pada kemiringan melintang
sangat dominan mencapai 99% dan sisanya berupa
jalan 12% diperoleh volume aliran dasar sebesar
aliran permukaan serta volume air yang tertahan di
54.008,9 cm3 /jam dan aliran permukaan sebesar
dalam rongga aspal porus lapis ganda.
157,6 cm3 /jam. Volume aliran dasar pada kondisi
Propertis hidrolik (ke) terjadi kecenderungan
jenuh relatif stabil, sedangkan aliran permukaan
menurun seiring peningkatan kemiringan benda uji.
meningkat seiring meningkatnya kemiringan
Demikian juga nilai angka Reynold (Re) yang
permukaan jalan. Membandingkan kedua volume
menjadi indikator tipe aliran juga menurun seiring
aliran tersebut ternyata aliran dasar lebih besar
peningkatan kemiringan benda uji. Secara
(99,7%) dibandingkan dengan aliran permukaan
keseluruhan tipe aliran yang terjadi pada aspal porus
untuk semua variasi kemiringan permukaan jalan
lapis ganda untuk semua tipe kombinasi benda uji
(2%–12%). Hasil perhitungan keofisien
adalah laminer (Re < 1), berarti hukum Darcy tetap
permeabilitas (k) diperoleh rentang nilai dari 5,129
berlaku pada aspal porus lapis ganda.
cm/detik (e = 2%) sampai 0,850 cm/detik (e = 12%)
Hasil pengamatan menunjukan debit aliran bawah
dengan tipe aliran laminer diprediksi dari angka
permukaan sangat dominan dibandingkan dengan

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018


Novia Maulidina Saputri
Pemakaian Aspal Porus Untuk Lahan Parkiran Sman 1 Ngawi

debit aliran permukaan. Semakin tinggi kadar rongga dan aspal residu oli. Doctoral dissertation,
lapis porus ganda dapat menyerap air semakin besar, uns.
sebaliknya debit aliran permukaan menurun bahkan Djumari, D., & Sarwono, D. 2010. Perencanaan
mencapai nol pada kombinasi benda uji C.14/20 Gradasi Aspal Porus Menggunakan
dengan kadar rongga menerus sebesar 15,015%– Material Lokal dengan Metode
16,533%. Pemampatan Kering. Media Teknik
Sipil, 9/1, 9-15.
Kesimpulan Komarudin, R. 2010. Peningkatan Kinerja Jaringan
Irigasi Melalui Penerapan Manajemen yang
Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan, Tepat dan Konsisten Pada Daerah Irigasi
maka dapat ditarik kesimpulan antara lain : Ciramajaya. Journal of Civil
Engineering, 17/2, 115-122.
a. Sifat agregat yang memberikan pengaruh penting Nurcahya, A., Rahman, H., Subagio, B. S., &
pada campuran aspal porus antara lain Weningtyas, W. 2013. Analisis Kinerja
gradasi/pembagian ukuran agregat . Campuran Aspal Porus Menggunakan
b. Sifat-sifat drainase aspal porus lapis ganda Aspal Pen 60/70 Dan Aspal Modifikasi
khususnya aliran bawah permukaan sangat dominan Polimer Elvaloy. Program Megister Sistem
mencapai 99% dibandingkan dengan aliran Teknik dan Jalan Raya Institut Teknologi
permukaan untuk semua variasi kemiringan Bandung.
melintang jalan. Rizkianto, T., Setyawan, A., & Sarwono, D. 2015.
c. Jenis konstruksi aspal direncanakan khusus agar PENGARUH PENGISIAN RONGGA
setelah penghamparan dan pemadatan di lapangan, PADA CAMPURAN ASPAL PORUS
campuran masih mempunyai rongga udara berkisar MENGGUNAKAN ASPAL POLIMER
antara 18-25%, sehingga jenis konstruksi ini STARBIT E-55 TERHADAP KUAT
memiliki sifat permeabilitas yang baik. TEKAN DAN KUAT TARIK. Matriks
d. Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh tipe Teknik Sipil, 3/2.
rongga pada permukaan aspal porus. Semakin baik Saleh, S. M., Anggraini, R., & Aquina, H. 2014.
peronggaan pada permukaan benda uji maka aliran Karakteristik Campuran Aspal Porus
permukaan yang terjadi semakin kecil. Hal ini dengan Substitusi Styrofoam pada Aspal
dibuktikan pada benda uji kombinasi C (14/20) Penetrasi 60/70. Journal of Civil
dengan kadar rongga yang baik tidak terjadi aliran Engineering, 213, 241-250.
permukaan untuk semua variasi kemiringan benda Setyawan, A., & Sanusi, S. 2009. Observasi
uji. Aliran bawah permukaan sangat dominan Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi
mencapai 99% dan sisanya berupa aliran permukaan dengan Material Lokal. Media Teknik
serta volume air yang tertahan di dalam rongga aspal Sipil, 8/1, 15-20.
porus lapis ganda. Widhianto, B., Setyawan, A., & Sarwono, D. 2013.
e. Manajemen irigasi diperlukan untuk Desain Aspal Porus Dengan Gradasi
mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi sehingga Seragam Sebagai Bahan Konstruksi Jalan
dicapai produksi pertanian yang optimum dengan Yang Ramah Lingkungan. Matriks Teknik
biaya yang minimum. Sipil, 1/2.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Cicik
Trijayanti, S.Pd., M.A selaku pembimbing
matakuliah Bahasa Indonesia Keilmuan yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga artikel
ini dapat diselesaikan.

Daftar Pustaka
Ambarwati, E. 2010. Kajian kuat tekan terhadap
karakteristik aspal beton pada campuran
hangat dengan modifikasi agregat baru-rap

Media Komunikasi Teknik Sipil, November 2018

Anda mungkin juga menyukai