Anda di halaman 1dari 5

JERE 3 (2) (2014)

Journal of Educational Research and Evaluation


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI MATEMATIKA


MODEL PISA

Delyanti Azzumarito Pulungan 

Prodi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan menghasilkan instrumen literasi matematika model PISA
Diterima September 2014 (Programe International Student Assessment) untuk peserta didik usia minimal 15
Disetujui Oktober 2014 tahun atau setingkat siswa SMA kelas X yang teruji kelayakan dan keunggulannya
Dipublikasikan November
untuk mengukur literasi matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian
2014
pengembangan (research and development), dengan model Borg and Gall (2003).
Keywords: Metode pengumpulan data menggunakan angket dan tes literasi matematika model
Developing Instruments, PISA. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil
Mathematics Literacy, penelitian ini adalah : 1) review dari ahli menyatakan instrumen tes literasi
Program of International matematika model PISA yang berada pada kategori baik. 2) Hasil tanggapan pe-
Student Assessment serta didik untuk aspek keterbacaan pada ujicoba one-to-one sebesar 90, 48% kat-
(PISA), Second Order egori sangat baik. 3) hasil uji validitas butir pada ujicoba luas diperoleh 33 butir
Confirmatory Factor valid dengan nilai reliabilitas sebesar 0,918. 4) hasil uji validitas konstruk diper-
Analysis oleh hasil bahwa setiap butir secara signifikan dapat mengukur 7 variabel literasi
matematika, yaitu : komunikasi, matematisasi, menyajikan kembali, menalar dan
memberi alasan, menggunakan strategi, menggunakan symbol, serta menggunakan
alat matematika. 5) model konseptual literasi matematika model PISA yang diran-
cang berada pada kategori goodf fit dengan nilai RMSEA 0.019, CFI 0,91 dan GFI
1,00. 6) Instrumen tes literasi matematika model PISA Praktis kategori sangat baik
dengan nilai sebesar 92%.

Abstract
The aim of this research is develop mathematic literacy PISA Model test for students at least
15 years of age or tenth grade level high school students who tested the feasibility and superio-
rity to measure mathematical literacy. Type of research is research and development by Borg
and Gall (2003) model. Methods of data collection is using a questionnaire and mathematics
literacy PISA model test. Data were analyzed as descriptive and quantitative analysis. The
results are: 1) Review of expert stated that the instrument tes of literacy mathematical PISA
models d in good category. 2) the validity of the test obtained extensive trial valid from 33
grains with value of reliability 0.9 18. 3) The construct validity showed that each grain sig-
nificantly measuring 7 of mathematical literacy variables: communication, matematisasi,
restate, give reasoning reason, using strategy, using symbols, and using mathematical tools. 4)
Construct validity of the test results also obtain a conceptual model of literacy PISA mathe-
matical models that are designed to be in the category of good fit with a RMSEA by 0.019,
CFI by 0,91 and GFI of 1.00. 5) The result of user feedback (teacher) to aspects of practicality
as much as 92% with very good category.

© 2014 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252 - 6420



Alamat korespondensi:
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
Delyanti Azzumarito Pulungan, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 3 (2) (2014)

Pendahuluan siswa Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun


2009 tingkat pencapaian kemampuan literasi
Matematika sebagai salah satu mata pe- siswa Indonesia jika ditinjau dari skor yang
lajaran yang diajarkan di sekolah tentu memi- dicapai hanya bisa mencapai nilai di bawah 400
liki peran dalam mencapai tujuan pendidikan dengan kemampuan kognitif paling tinggi rata-
yang diamanahkan undang-undang. Tujuan rata hanya bisa mencapai level 3 dan 4.
pendidikan matematika yaitu agar peserta didik Kenyataan lapangan menunjukkan bah-
memiliki kemampuan: (1) memahami konsep wa kemampuan literasi matematika belum dila-
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkon- tih secara maksimal (Mudzakkir, 2006:4). Hal
sep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma ini menjadi sangat wajar terjadi karena belum
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam tersedianya soal-soal yang mengukur kemam-
pemecahan masalah; (2) menggunakan penala- puan literasi matematika siswa. Husna (2014)
ran pada pola dan sifat, melakukan manipu- mengatakan terdapat beberapa sumber kendala
lasi matematika dalam membuat generalisasi, yang dihadapi para guru dalam menilai literasi
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan matematika, yaitu: pertama, kurangnya pengeta-
dan pernyataan matematika; (3) memecahkan huan guru tentang kompetensi literasi matema-
masalah yang meliputi kemampuan memahami tika; kedua belum ada format penilaian literasi
masalah, merancang model matematika, menye- matematika khususnya disekolah tempat Husna
lesaikan model dan menafsirkan solusi yang dipe- mengajar; ketiga adalah karena di kota Medan,
roleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan jarang sekali dilakukan kompetisi literasi mate-
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk matika, sehingga guru tidak mengarahkan pem-
memperjelas keadaan atau masalah; (5) me- belajaran pada kemampuan literasi matematika,
miliki sikap menghargai kegunaan matematika hanya sekedar mencapai tujuan materi saja. Ok-
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin taviani (2014) mengatakan bahwa belum pernah
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari ada tes literasi matematika yang digunakan di
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri sekolah, khususnya untuk siswa SMA Kelas X.
dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006) Sangat diperlukan instrumen tes literasi matema-
Tujuan pembelajaran matematika yang tika karena dengan adanya instrumen tersebut
ditetapkan Departemen Pendidian Nasional guru dan siswa dapat mengetahui tentang litera-
(2006) sejalan dengan NCTM (2000: 67) yang si matematika sehingga dapat menyesuaikannya
menetapkan lima kompetensi dalam pembelaja- dengan materi dan pembelajaran yang akan dite-
ran matematika: pemecahan masalah matematis rapkan di sekolah (Erliyanti, 2014).
(mathematical problem solving), komunikasi mate- Dengan mengkaji kenyataan yang ditemu-
matis (mathematical communication), penalaran kan di lapangan, nampak ada ketidaksesuaian
matematis (mathematical reasoning), koneksi ma- antara tuntutan kompetensi matematika (Literasi
tematis (mathematical connection), dan representasi Matematika) dengan ketersediaan alat ukurnya
matematis (mathematical representation). Gabun- (instrumen tes). Proses penilaian yang biasa di-
gan kelima kompetensi tersebut perlu dimiliki sis- lakukan guru selama ini hanya mampu meng-
wa agar dapat mempergunakan ilmu matematika gambarkan aspek penguasaan pembelajaran dan
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan yang materi tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut, per-
mencakup kelima kompetensi tersebut adalah ke- masalahan penelitian didapat rumusan permasa-
mampuan literasi matematika. lahan sebagai berikut : (1) Bagaimana pengem-
Programme International Student Assessment bangan instrumen tes literasi matematika model
(PISA) sebagai program yang dilaksanakan oleh PISA?, (2) Bagaimana prototype instrumen tes
OECD pada tahun 2009 telah melakukan peneli- literasi matematika yang valid dinilai dari validi-
tian untuk melihat kemampuan literasi matema- tas isi dan konstruknya?, (3) Bagaimana karakte-
tika siswa berumur 15 tahun di 65 negara. Hasil ristik butir instrumen literasi matematika model
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemam- PISA yang dikembangkan dinilai dari validitas
puan literasi matematika anak Indonesia berada butir, daya beda, dan tingkat kesukaran butir? (4)
di peringkat 55 dengan skor 371 dari 65 negara, di Apakah instrumen tes literasi matematika model
mana hampir semua siswa Indonesia hanya men- PISA yang dikembangkan memiliki tingkat keter-
guasai materi pelajaran sampai level 3 saja dari laksaan (praktis) minimal pada kategori “baik”?
6 level, sementara siswa di negara maju maupun
berkembang menguasai pelajaran sampai level 4, Metode
5, bahkan 6 (OECD, 2009: 226). Stacey(2010:9)
mengkaji tingkat literasi yang telah dicapai oleh Penelitian ini merupakan penelitian pen-
75
Delyanti Azzumarito Pulungan, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 3 (2) (2014)

gembangan dengan tujuan menghasilkan produk Instrumen tes literasi matematika model PISA
berupa instrumen tes literasi matematika model pada draft awal terdiri dari 42 butir yang diper-
PISA. Model pengembangan yang digunakan siapkan untuk pengembangan sehngga diperoleh
dalam penelitian ini adalah model pengemban- butir yang valid yang menwakili setiap indikator
gan R & D atas Borg and Gall (2003). Prosedur literasi matematika.
dalam pengembangan ini meliputi: (1) studi pen- Keempat, setelah Instrumen tes literasi
dahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan matematika model PISA dibuat, langkah selan-
model hipotetik, (4) penelaahan model hipote- jutnya adalah tahap validasi ahli dengan teknik
tik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil walktrough. Hasil validasi ahli menunjukkan bah-
uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi model wa kisi-kisi dan instrumen tes literasi matematika
akhir. Modifikasi dilakukan dengan menambah- sudah memenuhi kriteria “Dapat digunakan tan-
kan langkah ujicoba one-to-one setelah langkah pa revisi”. Kriteria ini berdasarkan hasil olah ke-
revisi model hipotetik. Modifikasi ini dilakukan putusan dilakukan kepada 3 ahli yaitu pada skor
agar sebelum melakukan ujicoba lapangan baik total 14, dari 16 skor total maksimal. Beberapa
terbatas maupun luas, peneliti dapat mengetahui hal pokok yang menjadi masukan dari ke-empat
aspek keterbacaan instrumen dan waktu yang penilai tersebut diantaranya adalah: (1)Tata cara
dibutuhkan untuk mengerjakan tes berdasarkan penulisan bahasa masih kurang tepat misalnya
respon siswa. penggabungan atau pemisahan kalimat; (2) Kali-
mat pada instrumen hendaknya langsung ke akar
Hasil dan Pembahasan permasalahan, tidak bertele-tele; (3) Visualisai
gambar dan grafik sebaiknya diperbaiki untuk
Pertama, pada tahap análisis kebutuhan di- meningkatkan semangat peserta dalam menger-
peroleh informasi bahwa pengetahuan guru yang jakan tes.
sangat sedikit tentang literasi matematika. Ken- Kelima, hasil validasi ahli kemudian instru-
dala ini membuat guru tidak mengetahui kom- men diujicobakan one-to-one untuk melihat ting-
petensi literasi matematika, sehingga belum ada kat keterbacaan menggunakan angket siswa. Ha-
penilaian literasi matematika, guru juga masih sil ujicoba keterbacaan oleh siswa menunjukkan
belum memahami bagaimana mengukur kompe- tingkat keterbacaan sebesar 90,48%.
tensi-kompetensi literasi matematika yang men- Keenam, hasil ujicoba one-to-one kemudian
jadi tujuan pembelajaran matematika. Keberha- menjadi dasar draft baru untuk ujicoba lapangan
silan pencapaian kompetensi lietrasi matematika kelas kecil dan kelas luas . Hasil ujicoba lapangan
siswa akan sangat ditentukan oleh kemampuan kelas kecil menunjukkan bahwa ada 35 butir va-
guru untuk mengembangkan, dan menggunakan lid dari 42 butir yag disusun pada awal pengem-
alat ukur yang telah dikonstruksi itu dengan cara bangan, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,947.
yang benar, serta kemampuan menganalisis in- Tingkat reliabilitas ini termasuk pada tingkat re-
formasi yang dihasilkan oleh alat ukur itu. liabilitas yang tinggi. Hasil ujicoba kelas kecil ke-
Kedua, langkah berikutnya adalah pe- mudian menjadi dasar peyusunan draft untuk uji-
nyususnan kisi–kisi instrumen, alat evaluasi coba lapangan kelas luas. Hasil ujicoba lapangan
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kelas luas menunjukkan bahwa dari 35butirsoal
instrumen tes literasi matematika model PISA, valid pada ujicoba kecil, menghasilkan 33 butir
untuk mungukur dan menilai kemampuan lite- valid dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,918.
rasi matematika. Penyusunan kisi-kisi instrumen Tingkat reliabilitas masihtermasuk reliabilitas
penilaian unjuk kinerja kelas ini mengacu kepa- tinggi, karena reliabilitasnya > 0,7.
da konten, proses (Indikator Kompetensi Funda- Ketujuh, instrumen tes literasi matematika
mental Matematika), dan kontes yang dirumus- model PISA terbukti secara konstruk berdasar-
kan oleh PISA (Programme International Student kan data empiris menggunakan analisis faktor.
Assessment). Kisi-kisi instumen tes literasi mate- Hasil analisis menunjukkan bahwa muatan factor
matika dapat dilihat pada Tabel 1. loading ( λ ) dari variabel laten komunikasi (LM1),
Ketiga, setelah kisi-kisi dibuat langkah be- matematisasi(LM2), menyajikan kembali (LM3),
rikutnya adalah penyusunan butir soal literasi menalar dan member alasan (LM4), menggu-
matematika model PISA. Menilai instrumen tes nakan strategi pemecahan masalah(LM5), meng-
literasi matematika, guru paling tidak harus me- gunakan symbol (LM6), dan menggunakan alat
nyiapkan 2 dokumen, yaitu: 1) Paket Buku Soal matematika (LM7) dengan indikator-indikator-
dan 2) Rubrik panduan penilalian hasil tes literasi nya secara statistik signifikan. Kriteria kecoco-
matematika PISA siswa. Skala penilaian merupa- kan model ditentukan dari besar nilai RMSEA
kan daftar diberikan scoring dengan skala 0 - 4. 0,019 < 0,05, CFI 1,00 > 0,90, dan GFI 0,91 >

76
Delyanti Azzumarito Pulungan, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 3 (2) (2014)

0,90. Berdarkan nilai RMSEA, CFI dan GFI di matika yang dikembangkan memiliki model yang
hasilkan bahwa instrumen tes literasi matematika good fit. Di mana nilai RMSEA sebesar 0.019 <
yang dikembangkan memiliki model yang good 0.05 yang berarti model close fit. Nilai CFI sebesar
fit. Hasil analisis reliabilitas model contruct reli- 1,00 > 0.90 yang berarti gooid fit, dan nilai GFI
ability (CR) dan nilai Variance extracted (VE) dipe- sebesar 1,00 > 0.90 yang berarti good fit. (Ghazali,
roleh hasil bahwa setiap indikator reliabel dalam 2012). Berdasarkan perolehan data itu maka di-
mengukur variabel laten. Nilai reliabilitas dapat simpulkan bahwa model konstruk intrumen lite-
dilihat pada tabel, bahwa nilai contruct reliability ra matematika model PISA yang dikembangkan
(CR) setiap variabel laten ≥ 0,70 dan nilai Varian- adalag good fit. Hasil analisis faktor second order
ce extracted (VE) ≥ 0,5. menggunakan LISREL 8.54 juga menunjukkan
OECD (2009) menjelaskan definisi literasi bahwa semua indikator-indikator memiliki nilai
matematis (mathematical literacy), adalah “Mathe- yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.05.
matical literacy isan individual’s capacity to identify
and understand the role that mathematics plays in the Simpulan
world, to make well-founded judgements and to use and
engage with mathematics in ways that meet the needs Penelitian ini telah menghasilkan suatu
of that individual’s life as a constructive, concerned and produk pengembangan soal matematika model
reflective citizen.” Definisi di atas, dapat kita paha- PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi
mi bahwa dalam PISA siswa dituntut untuk me- matematis siswa sekolah dasar. Berdasarkan ha-
refleksikan dan mengevaluasi materi yang telah sil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh
dipelajarinya, bukan hanya sekedar menjawab kesimpulan berikut Ini bermakna bahwa semua
pertanyaan-pertanyaan yang memiliki jawaban indikator signifikan (dapat mengukur) terhadap
yang benar dan tunggal tetapi juga melakukan variabel laten kemamuan komunikasi, matema-
penalaran, serta menarik kesimpulan. Berdasar- tisasi menyajikan kembali, menalar dan mem-
kan pemahaman tersebut, maka tes literasi mate- beri alasan menggunakan strategi mengunakan
matika PISA dikembangkan berdasarkan konten simbol dan menggunakan alat matematika. Ini
: bentuk dan ruang, perubahan dan hubungan, bermakna bahwa ketujuh kompetensi literasi ma-
kuantitas, dan ketidakpastian dan data. Selain itu tematika secara signifikan dapat mengukur litera-
dikembangkan juga berdasarkan konteks kehidu- si matematika. Penilaian kepraktisan instrumen
pan dunia nyata serta proses literasi matematika juga menunjukkan kepraktisan yang baik, dinilai
menurut PISA. Konteks yang dikembangkan berdasarkan tiga kriteria kepraktisan, yaitu keje-
oleh PISA adalah pribadi, pekerjaan, social dan lasan petunjuk, kemudahan pelaksanaan/peggu-
ilmu pengetahuan, sedangkan proses menurut naan, dan waktu. Dengan begitu, instrument tes
PISA yaitu merumuskan (formulate), menggu- literasi matematika ini dapat digunakan untuk
nakan/mengaplikasi (employ), dan melakukan mengukur kemampuan literasi matematika sis-
interpretasi/tafsiran (interpret). wa.
Ketujuh indikator fundamental matema-
tika kemudian dikembangkan sesuai dengan in- Daftar Pustaka
dikator proses PISA, sehingga, setiap indikator
proses PISA memiliki 7 indikator kemampuan Anisah, Zulkardi dan Darmawijoyo. 2011. “Pengem-
fundamental matematika. Maka literasi matema- bangan Soal Matematika Model Pisa Pada
tika model PISA memiliki 7 indikator ukur lite- Konten Quantity Untuk Mengukur Kemam-
puan Penalaran Matematis Siswa Seko-
rasi matematika yag dapat dilihat pada lampiran
lah Menengah Pertama”. Jurnal Pendidikan
kisi-kisi instrumen tes literasi matematika. Matematika Universitas Negeri Sriwijaya, Volume
Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa 5 Nomor 1.
ujicoba secara konseptual telah sesuai dengan Azwar, S. 2012. Reliabiltas dan Validitas. Edisi 4. Yogya-
teori yang diestimasikan 7 faktor yaitu: (1) karta : Pustaka Pelajar.
Komunikasi, (2) matematisasi, (3) Menyajikan Ehmke, T., Elke W, and Müller-Kalhoff, K. 2005.
kembali, (4) menalar dan memberi alasan, (5) “Comparing adult mathematical literacy with
menggunakan strategi pemecahan masalah, (6) PISA students: results of a pilot study”. Interna-
menggunakan simbol, bahasa formal dan teknik, tional Journal of Mathematic ZMD Volume
37 (3). http://subs.emis.de/journals/ZDM/
(7) menggunakan alat matematika. (OECD, Fra-
zdm053a5.pdf diunduh pada tanggal 28 Janu-
mework PISA 2012). Hasil uji kecocokan model ari 2014.
(Goodnes of Fit) menunjukkan bahwa berdasar- Gall, M.D., Gall, J.P., dan Borg, W. R. 2003. Education-
kan nilai RMSEA, CFI dan GFI yang dihasilkan al research: An introduction (7th ed.). Boston. MA:
mengkategori bahwa instrumen tes literasi mate- A & B Publications diunduh dari http://www.

77
Delyanti Azzumarito Pulungan, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 3 (2) (2014)

netlibrary.com  pada tanggal 6 September 2013. dar Penilaian Pembelajaran. Jakarta: Departe-
Ghozali, I. dan Fuad. 2008. Structural equation model- men Pendidikan Nasional.
ing. Semarang: Badan Penerbit Universitas Di- Program Bermutu. 2011. “Instrumen Penilaian Hasil
ponegoro Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA
Jurnaidi. 2012. Pengembangan Soal Model PISA Pada
dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK Matema-
Konten Change And Relationship Untuk Men-
tika.
getahui Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa SMP. Palembang. Jurnal Pendidikan dan Rusilowati, A. 2011. “Psikologi Kognitif sebagai
Evaluasi Pendidikan Universitas Sriwijaya Dasar Pengembangan Tes Kemampuan Dasar
Mardhiyanti, D., Putri, R.I.I., dan Nila Kesumawati, Membaca Bidang Sains” Jurnal Penelitian dan
N. 2011. “Pengembangan Soal Matematika Evaluasi Pendidikan, Volume 13, Nomor 2.
Model Pisa Untuk Mengukur Kemampuan Silva, Eva, Zulkardi dan Darmawijoyo. 2011.
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. “Pengembangan Soal Matematika Model Pisa
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Negeri Pada Konten Uncertainty Untuk Mengukur
Sriwijaya, Volume 5 Nomor 1.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
National Council of Teacher Mathematics. 2000. Prin-
Siswa Sekolah Menengah Pertama” Jurnal Pen-
ciples and Standards for Schools Mathematics. Res-
ton. VA: NCTM didikan Matematika Universitas Negeri Sriwijaya,
Nieveen, Nienke.1999. Prototyping to Reach Product Volume 5 Nomor 1.
Quality. In J. vam den Akker,R Branch,K Gus- Stacey, K. 2012. “The International Assessment Of
tafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Ap- Mathematical Literacy: Pisa 2012 Framework
proaches and Tools in Education and Training (hlm. And Items”. 12th International Congress on Math-
125-136). Dodrecht : Kluwer Academic Pub- ematical Education Program Name XX-YY-zz(pp.
lisher abcde-fghij) 8 July – 15 July, 2012, COEX, Seoul,
Ozgen, K. 2012. “An Analysis of High School Stu- Korea (This part is for LOC use only. Please do not
dents’ Mathematical Literacy Self-efficacy Be-
change this part.)
liefs in Relation to Their Learning Styles.” Jour-
nal The Asian-Pasific Education Researcher, Volume Turner, R. and Adams, R. 2007. “The Programme
22, Issue 1, pp 91-100 for International Assessment: An Overview”.
OECD. 2009. Learning Mathematics for Life A View Per- Journal of Applied Measurement, 8(3). Hal.237-
spective From PISA. Paris: The Organisation 248.
for Economic Co-operation and Development Yuzrizal. 2008. “Pengujian Validitas Konstruk Dengan
Publications Menggunakan Analisis Faktor”. Jurnal Tabu-
-----. 2010. PISA 2012 Mathematics Framework. Paris: larasa Program Pascasarjana Universitas Negeri
The Organisation for Economic Co-operation Medan,Volume.5 Nomor 1
and Development Publications
Yore, L.D., David P., dan Hsiao-Lin T. 2007. “The
Ojose, B. 2011. “Mathematics Literacy: Are We
Able To Put The Mathematics We Learn Literacy Component of Mathematical and Sci-
Into Everyday Use?” Journal of Mathematics entific Literacy”. International Journal of Science
Education,Volume 4, No. 1, pp. 89-100 and Mathematics Education, Volume 5, Issue 4, pp
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 tentang Stan- 559-589

78

Anda mungkin juga menyukai