I14 WDL
I14 WDL
Abstract
The purpose of this study was to analyze the differences between food habits
and body image perception and the correlation between the two variables
observed in overweight and normal nutritional status of junior high school boys
students. This research used cross sectional design involved 100 students, 50
overweight and 50 normal status from two schools in Bogor. The data consist of
individual and family characteristic, food habits, nutritional knowledge, body
image perceptions, and healthy status. Most of the subject of 12 years old, with
family members in the middle category, dan almost all parents are college
graduates. Subjects have middle category of nutritional knowledge, and topic
about healthy and safe food is answered correctly only by one third of the
subjects.. The result found no difference in food habit (p>0.05), but significant
difference (p=0.000) in body image perception. Was found no correlation
(p>0.05) was between food habits and body image perception, but was found
significant correlation exist (p=0.027) between nutritional knowledge and body
image perception.
Keyword: food habit, body image, adolescent, boys.
Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan kebiasaan makan
dan persepsi body image dan hubungan antar keduanya pada siswa SMP berstatus
gizi lebih dan normal. Penelitian menggunakan desain cross sectional study
melibatkan 100 siswa, terdiri dari 50 siswa gizi lebih dan 50 siswa gizi normal
dari dua SMP di Kota Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik
individu dan keluarga, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image,
dan status kesehatan. Contoh umumnya berusia 12 tahun, dengan jumlah anggota
keluarga pada kategori sedang, dan hampir seluruh orang tua merupakan lulusan
perguruan tinggi. Contoh memiliki pengetahuan gizi kategori sedang, dan topik
pertanyaan makanan yang sehat dan aman hanya mampu dijawab dengan benar
oleh sepertia contoh. Hasil analysis menunjukkan tidak terdapat perbedaan
kebiasaan makan (p>0.05), namun terdapat perbedaan signifikan (p=0.000) pada
persepsi body image. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan
makan terhadap persepsi body image (p>0.05), namun terdapat hubungan
signifikan (p=0.027) antara pengetahuan gizi terhadap persepsi body image
contoh.
Kata kunci: kebiasaan makan, body image, remaja, laki-laki
KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA
SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 adalah
Kebiasaan Makan dan Persepsi Body Image Pada Siswa SMP Berstatus Gizi
Lebih dan Normal. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah menyempatkan waktu luang untuk memberikan ide dan
saran bagi penulis
2. Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si selaku dosen penguji skripsi
3. Kedua orang tua, kakak dan adik penulis yang telah memberikan doa,
dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini
4. Ayu Helmi, Riska Tri, Ali Mahdi, Fajar, Ilyatun, serta teman-teman
Gizi Masyarakat angkatan 46 yang telah membantu dalam
pengumpulan data penelitian.
5. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 5, atas dukungan dan
kerjasamanya.
6. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan diatas.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Bogor,Juni 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Tujuan Umum 2
Tujuan Khusus 2
Hipotesis 2
Kegunaan Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODOLOGI 4
Desain, Tempat dan Waktu 4
Cara Pengambilan Contoh 4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 11
Karakteristik Contoh 12
Karakteristik Keluarga Contoh 12
Pengetahuan Gizi 14
Kebiasaan Makan 15
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 18
Persepsi Body Image 19
Status Kesehatan 21
Hubungan Antar Variabel 22
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan dan hubungan
kebiasaan makan dan persepsi body image pada siswa SMP yang berstatus gizi
lebih dan normal.
Tujuan Khusus
1. Mempelajari karakteristik individu dan keluarga siswa SMP gizi lebih dan
normal
2. Mempelajari kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image,
dan status kesehatan.
3. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, persepsi body image dan
kebiasaan makan siswa SMP.
4. Menganalisis hubungan kebiasaan makan dan status gizi siswa SMP.
Hipotesis
Kegunaan Penelitian
kejadian gizi lebih dikalangan siswa SMP sebaiknya menjadi perhatian baik
dikalangan pemerintah selaku pembuat kebijakan, swasta dan masyarakat.
KERANGKA PEMIKIRAN
Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan status
kesehatannya. Kebiasaan makan yang tidak baik dapat menyebabkan anak
menjadi gemuk dan obesitas. Hal tersebut dapat disebabkan anak banyak makan,
namun kurang beraktivitas, ditambah lagi dengan banyaknya mengkonsumsi fast
food dan junk food dan sangat sedikit mengkonsumsi sayuran. Status gizi
overweight dan obese dapat memicu terjadinya masalah kesehatan, tidak hanya itu
status kesehatannya di usia kanak-kanak dapat berdampak bagi status gizinya
disaat remaja.
Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu
memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologik, psikologik, sosial dan budaya. Kebiasaan makan dapat dipengaruhi
oleh karakteristik individu dan keluarganya. Banyaknya anggota keluarga dan
pengetahuan orang tua yang dilatarbelakangi tingkat pendidikan dapat
menentukan baik dan buruknya kebiasaan makan yang diterapkan orang tua
kepada anaknya. Besarnya pendapatan orang tua mempengaruhi besarnya uang
jajan yang diterima oleh remaja, hal tersebut dapat memicu terjadinya kebiasaan
makan yang baik atau buruk di luar rumah.
Kebiasaan makan dapat pula dipengaruhi oleh persepsi body image. Remaja
merupakan golongan umur yang paling sensitif dalam memperhatikan bentuk
tubuh, remaja yang merasa dirinya gemuk seringkali memiliki rasa percaya diri
yang kurang, sehingg cenderung melakukan berbagai cara untuk memperoleh
penampilan fisik yang menarik. Persepsi body image yang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan remaja menjadi buruk. Pengetahuan gizi memberikan bekal
kepada remaja dalam menentukan persepsi terhadap bentuk tubuhnya. Remaja
yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai persepsi yang benar
tentang tubuhnya.
Gambar 1.Kerangka pemikiran penelitian
METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan ini adalah cross sectional study, yaitu
suatu penelitian di mana variabel-variabel faktor resiko dan variabel-variabel efek
diobservasi sekaligus di waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Tempat
pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Kota Bogor dan SMP Bosowa Bina
Insani Bogor, tempat pengambilan data dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan populasi siswanya memiliki status ekonomi menengah hingga
menengah ke atas dengan dugaan terdapat siswa yang memiliki status gizi lebih,
dan kemudahan akses bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Pemilihan
pada siswa laki-laki didasarkan data Riskesdas 2010, yang menunjukkan
prevalensi kegemukan berdasarkan IMT/U banyak terjadi pada laki-laki (2.9%) di
daerah perkotaan (3.2%) dibandingkan prevalensi kegemukan pada perempuan
(2%). Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan November - Desember
2013.
Dalam penelitian ini contoh yang digunakan adalah siswa laki-laki usia 11-
13 tahun, yang memiliki status gizi lebih dan normal berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (WHO, 2004). Pemilihan contoh diambil berdasarkan kriteria contoh yaitu
siswa laki-laki yang memiliki IMT gizi lebih dan siswa laki-laki yang memiliki
IMT normal, dengan keadaan perekonomian keluarga berada pada kategori
menengah hingga menengah ke atas. Setelah di dapatkan siswa laki-laki dengan
kriteria yang diinginkan, maka jumlah contoh ditentukan menggunakan rumus
estimasi proporsi sebagai berikut :
Keterangan :
n : jumlah contoh
Z 1-α/2 : tingkat kepercayaan 95% (1,96)
p : prevalensi kegemukan pada pra-remaja laki-laki di Jawa Barat
q :1-p
d : presisi (penyimpangan sampel terhadap populasi)
Berdasarkan jumlah contoh minimal di atas, maka jumlah contoh yang
diteliti adalah sebanyak 50 orang siswa berstatus gizi lebih dan 50 orang siswa
berstatus gizi normal. Sebelum melakukan pengambilan contoh, peneliti
melakukan screening terlebih dahulu terhadap siswa laki-laki kelas 7 dan 8.
Screening dilakukan terhadap 116 orang siswa SMP Negeri 1 Bogor, dan 135
orang siswa SMP Bosowa Bina Insani Bogor dengan menimbang berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB) siswa, hasil screening disajikan pada Gambar 2.
5
Screening
Purposive
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik individu, karakteristik
keluarga, status gizi, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image,dan
status kesehatan, diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu
kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang
didapatkan dari pihak sekolah.
Data karakteristik individu meliputi data umur berdasarkan tanggal lahir,
berat badan, tinggi badan, dan besarnya uang saku, data tersebut diperoleh
menggunakan alat bantu kuesioner, timbangan berat badan dan microtoise, dari
data tersebut dapat diperoleh data status gizi contoh berdasarkan IMT menurut
umur dan besarnya uang saku yang didapatkan per hari. Data karakteristik
keluarga meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang
tua, dan pendapatan orang tua per bulan, data tersebut diperoleh menggunakan
6
Data-data yang diperoleh diolah dengan proses coding, entry, editing dan
cleaning, dan dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan Microsoft Excel
2007. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel
yang diteliti, berdasarkan nilai rataan, minimal,maksimal, standar deviasi dan
persentase yang terdapat dalam tabel kuesioner. Pengolahan data uji hubungan
dan beda menggunakan aplikasi Statistical Program for Social Science (SPSS) for
Windows 16.0. Uji hubungan yang digunakan adalah pearson dan chi-square,
sedangkan uji beda yang digunakan adalah independent sample t-test dan mann-
whitney.
Karakteristik individu, meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan uang
saku per hari. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, dan dilakukan
pengelompokkan berdasarkan status gizi normal dan lebih. Dilakukan uji beda
pada data uang jajan contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih
menggunakan uji independent sample t-test.
Karakteristik keluarga, meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua per bulan. Data tersebut
dianalisis secara deskriptif. Dilakukan uji beda menggunakan uji independent
sample t-test pada data jumlah keluarga dan pendidikan orang tua contoh berstatus
gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Dilakukan uji beda pada pendapatan
orang tua contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih
menggunakan uji mann-whitney.
Pengetahuan gizi, diukur dengan 20 pertanyaan tentang gizi. Penilaian
pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor. Bila menjawab salah diberi
skor 0, sedangkan untuk jawaban benar diberi skor 1, sehingga skor total
minimum 0 dan maksimum adalah 20. Kategori pengetahuan gizi dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu kategori pengetahuan gizi tingkat kurang bila skor <60.0%,
sedang bila skor 60.0-80.0%, dan baik bila skor >80.0% dari skor maksimal
(100%) (Khomsan 2000). Data pengetahuan gizi dianalisis secara deskriptif, lalu
dilakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test apakah terdapat
perbedaan pengetahuan gizi antara contoh berstatus gizi normal dan lebih, dan
dilakukan uji hubungan menggunakan uji korelasi pearson dan uji chi-square
apakah pengetahuan gizi memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, yaitu;
variabel kebiasaan makan, dan persepsi body image.
8
Gambar 3. Diagram IMT menurut umur untuk laki-laki 5-19 tahun (WHO, 2007)
Keterangan:
BB aktual = berat badan berdasarkan hasil pengukuran
BB ideal 2013 = berat badan ideal menurut umur berdasarkan AKG tahun
2013
AKG ideal = angka kecukupan gizi menurut umur berdasarkan AKG
tahun 2013
Asupan zat gizi contoh diolah menggunakan Microsoft Excel 2007, untuk
melihat nilai rataan, dan standar deviasi. Ada pun rumus umum yang digunakan
untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah :
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 4. Persepsi body image pada pra remaja usia 10-18 tahun (Collins, 1990)
10
Gambar empat merupakan gambar persepsi bentuk tubuh untuk usia pra
remaja laki-laki. Gambar tersebut digunakan untuk menanyakan bentuk tubuh
mereka saat ini, dan bentuk tubuh ideal berdasarkan umur mereka.
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 5. Persepsi body image pada dewasa usia >18 tahun (Collins, 1990)
Definisi Operasional
SMP Bosowa Bina Insani (Reguler) Bogor, berdiri sejak tahun 1995, dan
sebagai salah satu sekolah unggulan di Kota Bogor. Sekolah ini dahulunya
bernama Sekolah Bina Insani, kini menjadi Sekolah Bosowa Bina Insani yang
merupakan sekolah pertama yang dikembangkan oleh Bosowa Foundation.
Bosowa Bina Insani, terdiri dari kelas regular, international class, dan boarding
school. SMP Bosowa Bina Insani, berbasis pendidikan Islam, dengan fasilitas
yang terdiri dari ruang kelas sebanyak 16 kelas yang dilengkapi dengan screen
dan AC, setiap siswa mendapat fasilitas loker, ruang multimedia, laboratorium,
perpustakaan, lapangan olahraga, aula, masjid, taman sekolah, dan lapangan
upacara.
Karakteristik Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SMP usia 11-13 tahun, dengan
rata-rata umur 12.19±0.4. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) rentang usia
tersebut termasuk ke dalam masa remaja awal (10-13 tahun). Karakteristik contoh
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik siswa SMP
Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga siswa SMP gizi normal dan
gizi lebih
merupakan ibu rumah tangga. Sebanyak 19% ibu berpenghasilan pada rentang Rp
2 100 000 – Rp 3 000 000. Berdasarkan hasil uji beda mann-whitney tidak
terdapat perbedaan signifikan (p>0.05) pada pendapatan orang tua contoh
berstatus gizi normal dan lebih baik pada pendapatan ayah maupun ibu.
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan Makan
di sekolah. Lebih dari separuh contoh berstatus gizi normal dan lebih memiliki
kebiasaan makan yang cukup baik dengan kadang-kadang melakukan makan
malam (51%), kadang-kadang mengkonsumsi fast food (87%), dan kadang-
kadang mengkonsumsi soft drink (72%). Sebagian besar contoh memiliki
kebiasaan makan yang baik dengan sering makan buah (43%) dan lauk-pauk
(51%). Kebiasaan makan sayur lebih sering dilakukan oleh contoh berstatus gizi
lebih ( 42%) daripada contoh berstatus gizi normal yang kadang-kadang makan
sayur (38%).Rata-rata skor kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal
(60.67±11.05) dan contoh berstatus gizi lebih (58.89±12.57). Rata-rata skor
kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal tergolong sedang (60-80%)
sedangkan pada contoh berstatus gizi lebih tergolong rendah (<60%), hasil
tersebut sejalan dengan penelitian Lingga (2011) pada remaja putri yang
menyatakan bahwa, sebagian besar (70%) remaja putri memiliki skor kebiasaan
makan yang rendah dengan rata-rata skor keseluruhan 51.7±12.2.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang diteliti terdiri dari energi,
protein, lemak, dan karbohidrat. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam
asupan energi dan zat gizi contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi
lebih. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan aktifitas. Untuk
melakukan aktifitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini kita
peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu
mengandung tiga kelompok senyawa utama kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak (Poedjiadi A, 2006).
Tabel 7. Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh
perbedaan yang signifikan (p>0.05) pada contoh berstatus gizi normal dan contoh
berstatus gizi lebih. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Rahmawati (2013) yang menyebutkan bahwa, berdasarkan hasil uji beda mann-
whitney terhadap tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak, diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) pada contoh dengan status gizi
normal dan gizi lebih.
Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi
Secara umum (76 orang) setiap contoh mengharapkan bentuk tubuh dengan
status gizi normal (Tabel 11). Berbeda dengan harapan remaja perempuan yang
menginginkan bentuk tubuh dengan status gizi kurus (Sztainer, 2011).
Status Kesehatan
Status kesehatan contoh diukur dari kejadian sakit sejak satu bulan yang
lalu, dan tidak semua contoh mengalami kejadian sakit dalam kurun waktu
tersebut. Menurut Soemirat (2000), sehat adalah sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. Keadaan sakit
dinyatakan sebagai penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun
fungsinya. Status kesehatan contoh disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12.Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan
Simpulan
Saran
Tingkat kecukupan energy dan zat gizi contoh secara umum masih termasuk
kategori defisit berat, dan kebiasaan makan masih termasuk kategori yang rendah,
hal ini perlu diperhatikan bagi setiap orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya
melakukan kebiasaan makan yang baik, serta mengkonsumsi makanan yang
bergizi. Peran orang tua saja belum cukup untuk mengubah kebiasaan makan
anak, ada baiknya apabila pihak sekolah mau memberikan pendidikan
pengetahuan gizi melalui pelajaran yang mendukung seperti penjaskes
(pendidikan jasmani dan kesehatan) sehingga para siswa dapat menentukan status
gizinya, dapat memilih makanan dan minuman yang baik dikonsumsi, tahu akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak baik, manfaat olahraga, serta
mampu mempersepsikan bentuk tubuh mereka secara benar. Diharapkan
pengetahuan gizi yang baik, serta mampu mempersepsikan bentuk tubuh secara
benar dapat mengubah kebiasaan makan anak menjadi lebih baik. Mengingat
penelitian mengenai persepsi body image terhadap laki-laki tidak sebanyak
penelitian persepsi body image pada perempuan, hal tersebut dapat dijadikan
perhatian bagi peneliti yang lain untuk lebih mengkaji mengenai persepsi body
image terhadap laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
tubuh pada siswi SMA [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Gemove J, William L. 2004. A sociology of food and nutrition: the social
appetite. New York: Oxford University Press.
Khomsan A. 2000. Teknik pengukuran pengtahuan gizi . Diktat Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
Khomsan A, Anwar F, Riyadi H, Sukandar D, Mudjajanto ES. 2007. Studi
Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan dan
Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,
Institut Pertanian Bogor.
Kusharisupeni. 2007. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo
Lingga M. 2011. Studi tentang pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktifitas fisik,
status gizi, dan body image remaja putrid yang berstatus gizi normal dan
gemuk/obese di SMA budi mulia bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Marabessy N. 2006. Hubungan ukuran tubuh aktual dan ekspos media massa
terhadap body image mahasiswa putra dan putrid IPB [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Meriyanti F. 2013. Pengaruh pengetahuan gizi, persepsi body image, kebiasaan
makan dan aktifitas fisik terhadap status gizi mahasiswi gizi dan non gizi
IPB [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bgor.
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta . Rineka Cipta
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
Poedjiaji A. 2006. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI Press
Rahmawati AA. 2013. Konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada siswa/I SMAN 3
Bogor dengan status gizi normal dan lebih [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekologi Manusia, Insititut Pertanian Bogor.
Ricciardelli Lina A, McCabe Marita P. 2011. Body image 2nd edition: body image
development in adolescent boys. New York: The Guildford Press
Rimbawan dan Siagian A. 2004. Indeks glikemik pangan . Jakarta: Penebar
Swadaya.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.
Riyadi H. 2001. Metode penilaian status gizi secara antropometri [Diktat Kuliah].
IPB: Bogor.
Soemirat J. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University
Press
Soekatri M, Soetardjo S, Almatsier S. 2011. Gizi seimbang dalam daur kehidupan.
Jakarta: PT. Gramedia
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Sukandar D. 2008. Studi sosial ekonomi, aspek pangan, gizi dan sanitasi. Bogor:
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Sztainer Dianne Neumark. 2011. Body image 2nd edition: obesity and body image
in youth. New York: The Guildford Press.
26
Wirakusumah ES. 1994. Cara aman dan efektif menurunkan berat badan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
WHO. 2004. apps.who.int/bmi/index.jsp. Diakses pada 26 April 2014
WHO. 2007. www.who.int/bmifa_boys_5_19years.pdf. Diakses pada 17
Desember 2013
27