Anda di halaman 1dari 41

PERANAN BUDAYA KIDUNG BALI DALAM MENCEGAH

DAN MENGOBATI AGING ( PENUAAN )

DISUSUN
OLEH

AYU AGSARI YUANISSA (C2116006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Peranan Budaya Kidung Bali Dalam Mencegah
Dan Mengobati Aging (Penuaan )”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Ajar
Anti Aging.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa. Kami  menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun  materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan  manfaat kepada kita sekalian.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….............1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………....2
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….......2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………..…………………………………...2
1.4 Metode Penulisan…………………………………………………………………............2
1.5 Sistematika Penulisan……………………………………………………………………..2
BAB II ISI………………………………………………………………………………….….3
2.1. Kebudayaan………………………………………..............................................................3
2.2. Kidung Bali……………………………………………………………………………….16
2.3. Aging……………………………………………………………………………………...23
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...37
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..37
3.2 Saran……………………………………………………………………………………....37
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terdiri dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, alat, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Budaya adalah seluruh cara hidup. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas.Banyak aspek budaya menentukan perilaku komunikatif.Unsur penyebaran sosial
budaya dan sosial mencakup banyak aktivitas manusia.Ketika seseorang sedang mencoba
untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda dan menyesuaikan
perbedaan, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya Bali sangat kaya dengan seni tembang dan karawitan.Tidak hanya yang telah
diwariskan oleh leluhur, karya-karya baru masih terus bermunculan.Baik yang klasik maupun
kontemporer. Tidak akan habis kalau pembicaraan kita kembangkan hingga mencakup lagu-
lagu pop Bali. Harapan kita tentu saja, agar gema yang baru tidak menenggelamkan yang
telah ada.Demikian pula, semoga yang baru mempunyai kualitas dan bobot yang cukup baik
dari segi isi dan keindahan.Suara yang baik dan indah memberi kekuatan kepada jiwa,
menentramkan galau dan kegelisahan hati, membersihkan perasaan dari prasangka buruk dan
menerangi kalbu.
Di Bali nyanyian atau tembang dapat dibagi menjadi empat yaitu gegendingan, pupuh,
kidung, dan kekawin.Gegendingan digunakan bukan untuk mendukung upacara, tetapi lebih
bersifat hiburan, dan dewasa ini gegendingan sudah banyak menggunakan irama pop dijual
dalam bentuk kaset ada yang berbahasa Bali ada yang bahasa Indonesia.Sedangkan Pupuh,
Kidung, dan Kakawin adalah untuk mendukung suatu upacara dalam kaitan Panca Yadnya.
Irama dan liriknya sudah diatur sesuai dengan tujuan upacara.Baik kidung maupun music
modern memiliki pengaruh dalam mencegah proses penuaan.
Pengaruh proses penuaan yang dialami oleh lansia menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi.Manajemen pencegahan dan terapi yang dapat

1
diberikan pada kondisi stress, cemas dan depresi memerlukan pendekatan secara
farmakologis yaitu mencakup perilaku, kognitif, meditasi hipnotis dan musik. Metode musik
merupakan salah satu cara untuk mengatasinya. Secara keseluruhan musik dapat
berpengaruh secara fisik maupun psikologis.Secara psikologis musik dapat membuat
seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menurunkan depresi, menimbulkan rasa aman
dan sejahtera, melepaskan gembira dan sedih, dan menbantu melepaskan rasa sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Apakah yang dimaksud dengan kidung Bali?
3. Bagaimanakah penyebab, proses, akibat, dan mekanisme budaya Kidung Bali dalam
mencegah dan mengobati aging?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penyusun memiliki beberapa tujuan penulisan
makalah ini antara lain:
1. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan kebudayaan.
2. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan kidung Bali.
3. Mengetahui dan memahami tentang penyebab, proses, akibat, dan mekanisme budaya
Kidung Bali dalam mencegah dn mengobati aging.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipergunakan dalam pembuatan makalah ini adalah telusur
pustaka, yaitu dengan mencari referensi dari dari beberapa buku dan literatur digital (website)
yang relevan serta valid untuk mendukung pembuatan makalah ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas empatbab, Bab I yaitu pendahuluan yang mencakup latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu tinjauan pustaka yang berisi konsep umum tentang kebudayaan, kidung Bali dan
aging, Bab III yang merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
ISI

2.1 KEBUDAYAAN
A. Pengertian
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti
akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.Ada pendapat yang
mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya.Budi adalah akal
yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan
atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari
akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan : cultuur (bahasa belanda) : culture (bahasa inggris) : tsaqafah
(bahasa arab), berasal dari perkataan latin : “colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini
terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan juga karya seni.Bahasa
sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisah dari diri manusia itu
sendiri sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya dengan begitu dapat
membuktikan bahwa kebudayaan itu dipelajari.
Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan
dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang
menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia,
termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan

3
terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal, dapat diterima
oleh pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan menurut pendapat
umum ialah suatu yang berharga atau baik (Bakker, 1984:21).
Kebudayaan menurut para ahli :
1. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat
dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai.
2. Koentjaraningrat
Mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya.
3. A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)
Dalam bukunyan Culture, a critical review of concepts and definitions
mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa
manusia dalam arti seluas-luasnya.
4. Malinowski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas
berbagai system kebutuhan manusia.Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan
corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan
keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni
seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
5. E.B Taylor (1873:30)
Dalam bukunya Primitive Culture kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau
jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila,
hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh
seseorang sebagai anggota masyarakat.

4
Budaya merupakan suatu pola menyeluruh, yang bersifat kompleks, abstrak dan
luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur
sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

B. Teori Kebudayaan
Teori kebudayaan antara lain :
1. Kebudayaan dapat dipelajari
2. Kebudayaan berasal dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah
eksistensi manusia
3. Kebudayaan mempunyai struktur
4. Kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek
5. Kebudayaan bersifat dinamis
6. Kebudayaan mempunyai variabel
7. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah
8. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan
totalnya dan menambah arti kesan kreatif

C. Karakteristik Budaya
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada
setiap budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah :
1. Kebudayaan adalah milik bersama
2. Kebudayaan merupakan hasil belajar
3. Kebudayaan didasarkan pada lambang
4. Kebudayaan terintegrasi
5. Kebudayaan dapat disesuaikan
6. Kebudayaan selalu berubah
7. Kebudayaan bersifat nisbi (relatif)
Karakter inti kebudayaan yaitu tanda-tanda khusus dari satu kebudayaan yang masing-
masing masyarakat tidak sama. Pada orang-orang Barat makan sembari jalan, bahkan
juga 1/2 lari yaitu hal yang umum lantaran untuk mereka the time is money. Hal
semacam ini terang tidak sama dengan orang-orang timur. Jangankan makan sembari

5
jalan, bahkan juga makan berdiri saja sudah tidak mematuhi norma. Meskipun demikian,
pada dasarnya, semua kebudayaan yang ada didunia ini mempunyai beberapa karakter
inti yang sama. Sifat-sifat inti kebudayaan seperti berikut:
 Kebudayaan terwujud serta tersalurkan melalui tingkah laku manusia.
 Kebudayaan sudah ada terlebih dulu mendahului lahirnya satu generasi spesifik serta
akan tidak mati dengan habisnya umur generasi yang berkaitan.
 Kebudayaan dibutuhkan oleh manusia serta diwujudkan kelakuannya.
 Kebudayaan meliputi sebagian ketentuan yang berisikan bebrapa keharusan, bebrapa
aksi yang di terima serta tidak diterima, bebrapa aksi yang dilarang, serta bebrapa
aksi yang diizinkan.

D. Unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia memiliki unsur-unsur yang bersifat universal.Unsur-
unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur
kebudayaan universal yaitu :
1. Bahasa
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia
secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta
variasi-variasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut
dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa
sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga.
Menurut Koentjaraningrat, menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa
tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang
sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan
bahasa sering terjadi. Selain mempelajari mengenai asal usul suatu bahasa tertentu
ditinjau dari kerangka bahasa dunia, dalam antropologi linguistik juga dipelajari
masalah dialek atau logat bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi antara
berbagai masyarakat yang tinggal di satu rumpun atau satu daerah seperti Jawa.Dalam
bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa halus seperti bahasa Jawa dialek Solo dan

6
Yogyakarta, sedangkan dialek bahasa Jawa yang dianggap kasar seperti dialek bahasa
Jawa Timur.
Perbedaan bahasa menurut lapisan sosial dalam masyarakat disebut tingkat sosial
bahasa atau social levels of speech.Dalam analisis antropologi kontemporer bahasa
sering dikaitkan dengan konsep dan teori semiotika atau sintaksis yang tidak dibahas
secara mendetail dalam antropologi, tetapi dibahas secara mendalam dalam studi ilmu
linguistik yang disebut sebagai sosiolinguistik.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan
hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam
ide manusia.Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup
pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam
kehidupannya.Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana
pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya,
masyarakat biasanya memiliki pengetahuan akan astronomi tradisional, yakni
perhitungan hari berdasarkan atas bulan atau benda-benda langit yang dianggap
memberikan tandatanda bagi kehidupan manusia.
Pengetahuan berkaitan dengan kodrat rasa ingin tahu yang ada pada manusia.Rasa
ingin tahu manusia mendorong tumbuhnya pengetahuan. Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui melalui indra yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui pengamatan, logika berpikir, intuisi, dan juga wahyu
Tuhan.Perkembangan pengetahuan yang telah logis, sistematis, dan metodik
melahirkan ilmu pengetahuan.
3. Sistem Kemasyarakatan Atau Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat, tiap kelompok masyarakat
kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.
Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti
yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam

7
tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam
kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam
suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu
komunitas atau organisasi sosial.Perkawinan diartikan sebagai penyatuan dua orang
yang berbeda jenis kelamin untuk membagi sebagian besar hidup mereka bersama-
sama.Namun, definisi perkawinan tersebut bisa diperluas karena aktivitas tersebut
mengandung berbagai unsur yang melibatkan kerabat luasnya.
4. Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana.Dengan demikian, bahasan tentang unsur
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.
Menurut Koentjaraningrat, pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam
sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang digunakan oleh kelompok manusia
yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat pertanian, antara lain sebagai berikut :
a. Alat-Alat Produktif
Alat-alat produktif adalah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan berupa
alat sederhana seperti batu untuk menumbuk gandum atau untuk menumbuk padi
dan alat-alat berteknologi kompleks seperti alat untuk menenun kain. Jenis - jenis
alat-alat produktif ini dapat dibagi berdasarkan bahan mentahnya, yaitu yang terbuat
dari batu, kayu, logam, bambu, dan tulang binatang. Berdasarkan teknik
pembuatannya alatalat produktif dibedakan berdasarkan teknik pemukulan
(percussion flaking), teknik penekanan (pressure flaking), teknik pemecahan
(chipping),dan teknik penggilingan (grinding). Berdasarkan pemakaiannya, alat-alat
produktif dapat dibedakan menurut fungsinya dan menurut jenis peralatannya.
Berdasarkan fungsinya, alat-alat produktif dapat dibedakan berdasarkan jenis alat
potong, alat tusuk, pembuat lubang, alat pukul, alat penggiling, dan alat pembuat
api. Berdasarkan jenis peralatannya, alat-alat produktif dapat dibedakan menjadi

8
alat tenun, alat rumah tangga, alat-alat pertanian, alat penangkap ikan, dan jerat
perangkap binatang.Namun, alat produktif pada saat ini tidak dibatasi hanya
berdasarkan pada alat-alat yang dibuat secara manual.Alat-alat produktif pada
masyarakat masa kini semakin beragam dengan ditemukannya mesin dan alat listrik
hingga teknologi yang dihasilkan dan digunakan juga lebih canggih dan
kompleks.Selanjutnya, dalam perkembangan kebudayaan manusia alat-alat
bertenaga mesin dan listrik merupakan peralatan hidup manusia yang penting.
b. Senjata
Dalam melangsungkan hidupnya, manusia membutuhkan berbagai
perlengkapan untuk mempermudah kehidupannya.Selanjutnya, berbagai peralatan
dari yang sederhana sampai modern diciptakan, seperti alat-alat rumah tangga,
produksi, transportasi, dan berbagai bentuk teknologi yang makin lama makin
canggih.Jenis senjata tradisional Sebagai alat produktif, senjata digunakan untuk
mempertahankan diri atau melakukan aktivitas ekonomi seperti berburu dan
menangkap ikan.Namun, sebagai alat produktif senjata juga digunakan untuk
berperang.Berdasarkan bahannya, senjata dibedakan menurut bahan dari kayu, besi,
dan logam.Pada saat ini pengertian senjata telah menyempit hanya sebagai alat yang
digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan dan alat untuk berperang
seperti senjata modern dan senjata nuklir yang memiliki daya hancur yang relatif
tinggi.
c. Wadah Alat produktif
Wadah adalah alat untuk menyimpan, menimbun, dan memuat barang.Peralatan
hidup berupa wadah banyak dipakai pada zaman prasejarah pada saat manusia
mulai memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Pada zaman
prasejarah anyaman dari kulit atau serat kayu menjadi pilihan
masyarakat.Selanjutnya, terjadi perkembangan alat produksi dengan ditemukannya
teknik membuat gerabah (pottery) yang banyak dibuat dari bahan tanah liat.Seiring
dengan meningkatnya aktivitas ekonomi manusia maka bentuk dan jenis wadah pun
mulai berkembang.Misalnya, di dalam aktivitas pertanian menuntut suatu tempat
penyimpanan hasil pertanian sehingga dibuatlah wadah berupa lumbung padi
permanen.

9
d. Alat-Alat Menyalakan Api
Masyarakat zaman prasejarah membuat teknologi untuk menyalakan api dengan
menggesek-gesekkan dua buah batu. Dengan ditemukannya bahan bakar minyak
dan gas maka pembuatan api menjadi lebih mudah dan efisien. Api merupakan
unsur penting dalam kehidupan manusia sehingga pembuatannya menuntut
teknologi yang semakin maju.
e. Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan
Dalam sistem pengetahuan cara-cara memasak menarik untuk dikaji karena
setiap kelompok masyarakat dan kebudayaan memiliki sistem pengetahuan dan
kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengolah makanan atau minuman.Di dalam
antropologi jenis-jenis dan bahan makanan tertentu memberikan arti atau simbol
khusus bagi masyarakat tertentu atau dikaitkan dengan konsepsi ktivitas.Dalam
kajian antropologi masyarakat kontemporer, pembahasan mengenai makanan dan
minuman disebut dengan istilah kuliner (culinair).
f. Pakaian dan Tempat Perhiasan
Pakaian merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melindungi diri dari
perubahan cuaca.Pembahasan fungsi pakaian sebagai alat produktif dalam
antropologi adalah pada bagaimana teknik pembuatan serta cara-cara menghias
pakaian dan tempat perhiasan.Dalam suatu masyarakat pakaian seolah menjadi
bagian dari tradisi atau adat istiadat sehingga setiap negara atau suku bangsa
memiliki pakaian adat atau kebesarannya sendiri.Di dalam masyarakat Indonesia
yang sangat majemuk setiap suku bangsa memiliki pakaian adatnya masing-masing
yang berfungsi sebagai simbol-simbol budaya tertentu yang merepresentasikan adat
istiadat dan nilai-nilai suku bangsa tersebut.
g. Tempat Berlindung dan Perumahan
Rumah masyarakat purba rumah dalam setiap kelompok masyarakat harus
disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya.Pada saat ini banyak dijumpai di
perkotaan perumahan dengan istilah realestat, kondominium, apartemen, dan rumah
susun.Untuk mengantisipasi dan menanggulangi kepadatan penduduk di daerah
perkotaan maka dibangun sistem rumah susun.Semua bentuk rumah atau tempat

10
tinggal merupakan hasil teknologi manusia yang mencerminkan kebudayaannya
masing-masing.
h. Alat-Alat Transportasi
Manusia memiliki sifat selalu ingin bergerak dan berpindah tempat.Mobilitas
manusia tersebut semakin lama semakin tinggi sehingga dibutuhkan alat
transportasi yang bisa mencukupi kebutuhan untuk memudahkan manusia dan
barang.Kebutuhan mobilitas manusia tidak hanya muncul di zaman Rumah atau
tempat berlindung merupakan wujud kebudayaan yang mengandung unsur
teknologi.Manusia membuat tempat tinggalnya senyaman mungkin disesuaikan
dengan lingkungan alam sekitarnya.Masyarakat Eskimo yang tinggal di daerah
kutub utara membuat rumahnya dari susunan balokbalok es untuk menahan
serangan dingin.Masyarakat Minangkabau membuat bentuk rumah panggung untuk
menghindarkan diri dari binatang buas.Dalam masyarakat Jawa dibuat rumah
berarsitektur jendela besar karena suhu udara yang tropis dan lembab.Berdasarkan
bangunannya, semua bentuk modern seperti sekarang ini, namun sudah ada sejak
saat zaman prasejarah.Menurut fungsinya alat-alat transpor yang terpenting adalah
sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, rakit, dan perahu. Masyarakat saat ini
sudah menggantungkan kebutuhan transportasinya pada mobil, kereta api, kapal
laut, kapal terbang, atau motor dan meninggalkan alat transportasi binatang, seperti
kuda, anjing, atau lembu karena dianggap tidak praktis dan efisien. Pada saat ini
kuda atau keledai yang dahulu dijadikan alat transportasi atau pengangkut barang
sudah lama digantikan dengan truk-truk dan mobil yang dianggap lebih cepat,
ekonomis, dan efisien.Sebelum ditemukannya roda, alat transportasi masih banyak
menggunakan alas kaki atau alat seret yang diikatkan pada hewan seperti pada alat
angkut orang Indian di Amerika.Penemuan roda menjadi dasar penemuan berbagai
mesin, pesawat, dan alat transportasi yang semakin maju, seperti mobil, kapal,
pesawat terbang, dan kereta.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem

11
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada
masyarakat tradisional, antara lain berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di
lading, menangkap ikan dan bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam
masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu
kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
7. Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai hasrat manusia terhadap
keindahan.Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari permainan
imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia.Secara
garis besar kita dapat memeratakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar yaitu
seni rupa, seni suara dan seni tari.

Unsur Kebudayaan Menurut Ralph Clinton.


Menurut pendapat Ralph Linton unsur-unsur kebudayaan didalam kehidupan
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu :
 Cultural Universal
Merupakan unsur-unsur kebudayaan tersebar dalam suatu kerangka kebudayaan
yang dapat dijumpai dimanapun dimuka bumi.
 Cultural Activity
Merupakan kegiatan kebudayaan setempat.
 Traits Complexes
Merupakan suatu unsur kebudayaan yang lebih kecil atau unik dari pada
kebudayaan setempat.
 Traits
Merupakan unsur-unsur pelengkap yang lebih kecil dari pada trait complexes.
 Items
Merupakan unsur-unsur terkecil yang tidak dapat diuraikan dan dijelaskan.

12
E. Bentuk – Bentuk Kebudayaan
Kebudayaan dibagi menjadi dua bentuk, yakni :
1. Kebudayaan materi
Kebudayaan materi terdiri atas benda-benda hasil karya dari suatu kebudayaan
yang meliputi segala sesuatu yang diciptakan dan digunakan oleh manusia dan
mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba yang memiliki nilai lisan.
Contoh : Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung, dan peesawat televisi
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak
bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
- Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
2. Kebudayaan Non Materi
Kebudayaan non materi terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil
pemikiran adat istiadat, keyakinan, dan kebiasaan yang diikuti anggota
masyarakat.Norma-norma dan adat istiadat.
Contoh : berbagai norma yang mengatur prilaku manusia (norma agama,norma
hukum, norma kesopanan, dan norma kesusilaan)

F. Wujud Kebudayaan
Apabila kita memperhatikan definisi kebudayaan menurut Koentjoroningrat,
perwujudan budaya adalah :
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-
norma, dan peraturan.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan,sifatnya abstrak, tidak dapat
diraba atau difoto. Isi atau substansinya yaitu pengetahuan, nilai-nilai, etos,
pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dsb.Lokasinya ada didalam alam fikiran
warga masyarakat dimana kebudayaan tersebut hidup. Gagasan bukan berada lepas

13
satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan menjadi system. Ahli antropologi dan
sosiologi menyebut dengan system budaya (Cultural System) dalam bahasa Indonesia
disebut adat, atau adat istiadat.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sebagai system sosial (Social System).
Wujudnya adalah berbagai tindakan berpola dari manusia, yaitu aktivitas manusia
yang saling berhubungan, berinteraksi serta bergaul dengan lainnya dari waktu ke
waktu yang mengikuti pola tertentu yang berdasarkan tata kelakuan atau adat istiadat
bersifat konkret dapat diobservasi, difoto, dan didokumentasikan
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud ke tigadari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, berupa keseluruhan hasil
fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya
paling konkret, karena berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat
ataupun difoto,contoh: pabrik baja,menara, kain batik, kancing baju dll.

Wujud kebudayaan tersebut sejalan dengan wujud budaya menurut Hoxley yaitu
mentifact, sosiofact dan artifact.

G. Komponen – Komponen Kebudayaan


Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen,
menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan
mesinbudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,

14
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
3. Lembaga social
Lembaga social, dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek
berhubungan, dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk
dalam suatu Negara akan menjadi dasar, dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota, dan desa dibeberapa wilayah, wanita
tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan.
Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
4. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun system kepercayaan
atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang
ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan,
bagaimana memandang hidup, dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai
dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5. Estetika
Berhubungan dengan seni, dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama,
dan tari –tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di
Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu
dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai
tujuan, dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah, dan bersifat kedaerah, setiap akan
membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning, dan buah – buahan,
sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta
jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap
walayah, bagian, dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu

15
komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa
memiliki sidat unik, dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna
bahasa tersebu. Jadi keunikan, dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari, dan
dipahami agar komunikasi lebih baik, dan efektif dengan memperoleh nilai empati,
dan simpati dari orang lain.

2.2 KIDUNG BALI


A. Pengertian
Terkait pengertian kidung, ada 2  ahli yang memberikan sumbangsih pendapat.
Agastia (1994 : 8) menyatakan,kidung adalah karya sastra puisi yang mempunyai kaidah-
kaidah tertentu. Garis besar kaidah-kaidah bentuknya adalah mempunyai
jumlah silabel tertentu dalam tiap baitnya, dan dalam jumlah silabeltertentu dari bagian
bait tersebut memakai bunyi tertentu (misalnya bunyi a, i, u). Sekalipun kidung adalah
kata Jawa asli, tapi isinya banyak mengandung nilai-nilai ajaran agama Hindu.
Sastra kidungmempunyai kaitan erat dengan musik Bali, serta berfungsi dalam kaitan
upacara agama. Di lain sisi, Bandem (1983 : 31) menyatakan bahwa kidung adalah jenis
puisi yang menggunakan metric dan bahasa Jawa Tengahan,yang biasa digunakan dalam
lontar-lontar cerita panji atau malat di Jawa. Namun dalam perkembangannya setelah
masuk ke Bali, kidung sering dimainkan bersama dengan Istrumen dan lagu-lagu
pokok kidung ditulis dalam lontar tabuh-tabuh gambang.Dalam Babad Bali, kidung
merupakan seni suara dan karawitan di bali yang awalnya berasal dari Jawa abad XVI
sampai XIX.
Seperti kesusastraan pada umumnya, sastra Bali ada yang diaktualisasikan dalam
bentuk lisan (oralty) dan bentuk tertulis (literary).Menurut kategori periodisasinya,
kesusastraan Bali ada yang disebut Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar.Sastra Bali
Purwa merupakan sastra Bali yang diwarisi secara tradisional dalam bentuk naskah-
naskah lama.Sedangkan Sastra Bali Anyar adalah karya sastra yang diciptakan
masyarakat Bali yang telah mengalami modernisasi, atau biasa disebut sastra modern.
Menurut bentuknya, kesusastraan Bali dibagi menjadi 9 bagian, yaitu:
1. Tembang (Puisi)
2. Gegendingan

16
Pengertian Gending Rare, Gending Rare atau Sekar Rare mencakup berbagai jenis
lagu-lagu anak-anak yang bernuansa permainan. Jenis tembang ini pada umumnya
memakai bahasa Bali sederhana, bersifat dinamis dan riang, sehingga dapat dilagukan
dengan mudah dalam suasana bermain dan bergembira. Ini juga mengajarkan anak-
anak sejak usia dini bagaimana bekerja sama, serta berbahasa Bali.
Biasanya tiap lagu dilengkapi (atau sebagai pelengkap dari) sebuah permainan
(dolanan) yang bertema sama. Tetapi ada juga yang berdiri sendiri, sebagai lagu-lagu
rakyat (gegendingan) yang bentuknya sangat sederhana.Baik lagu anak-anak maupun
lagu rakyat tidak terlalu diikat oleh hukum / uger-uger seperti Guru Lagu atau
Padalingsa. Beberapa contoh dari jenis tembang ini antara lain seperti meong-meong,
juru pencar, galang bulan, dan masih banyak lagi. Pada jenis gending ini, ada yang
seluruh baitnya merupakan isi, dan ada pula yang mengandung bait- bait sampiran
bahkan ada yang hanya berupa sampiran tanpa isi yang jelas artinya.
3. Sekar Alit
Pupuh adalah karya sastra berbentuk puisi yang termasuk bagian dari khazanah
sastra Sunda.Pupuh itu terikat oleh patokan (aturan) pupuh berupa guru wilangan,
guru lagu, dan watek. Guru wilangan adalah jumlah engang (suku kata) tiap padalisan
(larik/baris). Guru lagu adalah sora panungtung (bunyi vokal akhir) tiap padalisan.
Sedangkan watek adalah karakteristik isi pupuh.Sekar Alit disebut juga dengan sekar
macepat.Sekar Alit hanya bisa ditembangkan dengan satu jenis lagu saja.
Kelompok Sekar Alit, yang biasa disebut tembang macapat, gaguritan atau pupuh,
terikat oleh hukum Padalingsa yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. Guru
wilang adalah ketentuan yang mengikat jumlah baris pada setiap satu macam pupuh
(lagu) serta banyaknya bilangan suku kata pada setiap barisnya. Bila terjadi
pelanggaran atas guru wilang ini maka kesalahan ini disebut elung.Selanjutnya guru
dingdong adalah uger-uger yang mengatur jatuhnya huruf vokal pada tiap-tiap akhir
suku kata.
a. Maskumambang
Menggambarkan bayi masih dalam kandungan ibunya, yang belum diketahui jenis
kelaminnya, kumambang berarti mengambang dalam kandungan ibu.

17
b. Mijil
Berarti sudah dilahirkan dan jelas laki-laki atau perempuan.
c. Sinom
Berarti masa muda, yang paling penting untuk pemuda adalah mencari ilmu
sebanyak-banyaknya.
d. Ginanti
Dari kata kanthi atau tuntun yang berarti dituntun supaya bisa menjalani
kehidupan di dunia.
e. Asmarandana
Berarti cinta, cinta laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya yang merupakan
takdir Ilahi.
f. Gambuh
Dari kata jumbuh / bersatu yang berarti apabila sudah bersatu dalam cinta,
perempuan dan laki-laki tersebut bisa menjalani hidup bersama.
g. Dhandhanggula
Menggambarkan kehidupan manusia dalam kebahagiaan ketika berhasil meraih
cita-cita.Menemukan jodoh, melahirkan anak, kehidupan yang sejahtera.
h. Durma
Dari kata darma / sedekah. Manusia jika sudah merasa hidup cukup, dalam
dirinya tumbuh rasa kasih sayang kepada sesamanya yang sedang kesusahan,
sehingga akan tumbuh keinginan untuk berbagi.Hal tersebut didukung juga dari
moralitas agama dan watak sosial manusia.
i. Pangkur
Dari kata mungkur yang berarti menyingkirkan hawa nafsu
angkara murka.Yang menjadi prioritas hidup adalah keinginan unutk berbagi dan
peduli dengan sesama.
j. Megatruh
Dari kata megat roh/pegat rohe atau terpisahnya nyawa, ketika takdir kematian
datang.

18
k. Pucung
Ketika tinggal jasad tersisa, dibungkus dengan kain mori putih atau dipocong
sebelum dikuburkan.
4. Sekar Madya/Kekidungan
Disebut sekar madya karena merupakan peralihan antara sekar alit dan sekar
agung. Sekar alit menonjolkan keindahan nada sedangkan sekar agung menekankan
isi (tattwa agama) sedangkan sekar madya diantaranya. Sekar Madya yang meliputi
jenis-jenis lagu pemujaan, umumnya dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara
adat maupun agama.Kelompok tembang yang tergolong sekar madya pada umumnya
mempergunakan bahasa Jawa tengahan, yaitu seperti bahasa yang dipergunakan di
dalam lontar/ cerita Panji atau Malat, dan tidak terikat oleh Guru Lagu maupun
Padalingsa. Yang ada di dalamnya adalah pembagian-pembagian seperti:
 Pangawit (pembuka)

 Pamawak (bagian yang pendek)

 Panama (bagian yang panjang)

 Pangawak (bagian utama dari tembang)

Tembang- tembang yang tergolong dalam kelompok ini di antaranya yang paling
banyak adalah Kidung atau Kakidungan. Kidung diduga datang dari Jawa abad XVI
sampai XIX akan tetapi kemudian kebanyakan ditulis di Bali. Hal ini dapat dilihat
dari struktur komposisinya terbukti dengan masuknya ide-ide yang terdiri dari
Pangawit, Panama dan Pangawak yang merupakan istilah-istilah yang tidak asing lagi
dalam tetabuhan Bali.
Di Bali kidung-kidung selalu dilakukan dan dimainkan bersama-sama dengan
instrumen. Lagu – lagu kidung ini ditulis dalam lontar tabuh-tabuh Gambang dan oleh
karena itulah laras dan namanya banyak sama dengan apa yang ada dalam
penggambangan, menggunakan laras pelog Saih Pitu (Pelog 7 nada) yang terdiri dari
5 nada pokok dan 2 nada pemaro/ tengahan. Modulasi yaitu perubahan tangga nada
ditengah-tengah lagu sangat banyak dipergunakan. Selain kidung,ada pula jenis
tembang lain yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok Sekar Madya, yakni Wilet

19
dengan jenis-jenisnya meliputi:Mayura, Jayendria, Manjangan Sluwang, Silih-asih,
Sih Tan Pegat dan lain-lainnya.
Salah satu contoh kidung kawitan wargasari:
Purwakaning angripta rum ning wana ukir.
Kahadang labuh.Kartika penedenging sari.
Angayon tangguli ketur.Angringring jangga mure.
Arti dari kidung kawitan wargasari (pembukaan kidung warga sari) :
Purwaka (pada permulaan) ning (nya), angripta (menggugah) rum (keindahan). Ning
(di) wana (hutan) ukir (pegunungan), kahadang (ketika) labuh kartika (awal musim
hujan sasih kapat) panandenging sari (sedang rimbunnya berbunga) angayon (pohon)
tangguli (nama sejenis akasia yang bunganya berwarna lembayung) angringring
(berbentuk tirai) jangga (bunga gadung-pun) mure (sedang mekar).
Makna yang terkandung dari kidung kawitan wargasari tersebut adalah seperti
itulah keindahan Pulau Bali yang mempesona sebagai ciptaan Hyang Widhi.Seperti
ketika kita sedang berada di puncak Gunung Lempuyang, merenung dan terpesona
oleh keindahan alam di awal musim hujan, dengan mekarnya bunga-bunga yang
harum semerbak di hutan.Dalam hal ini kita sebagai umat Hindu harus lebih menjaga
kelestarian hutan yang sudah dianugrahkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sehingga hutan-hutan di Bali jauh dari bencana alam.Kita sebagai umat harus
senantiasa menjalankan Tri Hita Karana agar kehidupan kita selalu seimbang dan
harmonis.
5. Sekar Agung/Tembang Gede
Sekar Agung, nyanyian yang menggunakan aturan tertentu seperti wreta dan
matra, guru dan laghu serta menggunakan pemahaman yang lebih ketika kita ingin
memahami maksud dari bahasan yang ada dalam nyanyian tersebut (sekar agung),
karena besar dan sulitnya itulah mengapa adalah istilah "agung” yang melekat pada
jenis nyanyian ini.
6. Gancaran (Prosa)
7. Puisi
Yang dimaksud dengan puisi ialah karangan terikat (Hidayat, 1994: 114).
Menurut Tarigan, puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut

20
syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan (1984:
4). Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan puisi
adalah hasil seni sastra yang terikat oleh syarat-syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak dan kadang-kadang berisi kata-kata kias. Kalau dibandingkan dengan
Puisi Bali bahwa Puisi Bali Modern adalah: gendra (ragam) sastra berbahasa Bali
yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik-larik dan bait
atau bait-bait. (Rai Putra: 1) Gendra ini menyerap unsur atau nilai-nilai sastra Bali
tradisional dan bahkan puisi Jawa Kuna (kekawin dalam bentuk pengungkapan yang
baru). Bentuk pengungkapan yang baru itu menunjukkan adanya suatu pengaruh dari
puisi barat yang antara lain terwujud dalam bentuk yang tidak lagi terikat oleh jumlah
suku kata tiap larik, jumlah larik tiap bait, jumlah bait, bunyi akhir larik. Bentuknya
yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan iramanya menjadi bebas pula, dalam
arti tidak terikat pada pola tertentu seperti pupuh dan geguritan misalnya.
8. Novel dan Cerpen
Cerita pendek (cerpen) adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karya-karya fiksi
yang lebih panjang.Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengendalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, tema, plot, serta latar belakang.
Cerita pendek yang ideal adalah cerpen yang terdiri dari 3000 atau 4000 kata, bahasa
dan isinya mudah dipahami. Dengan demikian cerpen tersebut dapat dibaca kurang
dari satu jam.
Cerita rakyat atau Legenda yang disebut Satua dalam bahasa Bali adalah cerita
pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya
yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-
masing bangsa.
Contoh satua bali : Men Sugih Teken Men Tiwas
9. Palawakya (Prosa Liris)

B. Jenis – Jenis Kidung


Beberapa jenis kidung yang masih ada dan hidup di Bali antara lain: Aji
Kembang, Kaki tua, Sidapaksa, Ranggadoja, Rangga Lawe, Pamancangah, Wargasari,

21
Pararaton, Dewaruci, Sudamala, Alis-alis Ijo, Bhrahmana sang Uttpati, Caruk, Bhuksah,
dan lain-lainnya.
Kidung memang tidak bisa dilepaskan dari ritual yadnya, setiap
upacara yadnya tertentu pasti menggunakan gegendingan (kidung)tertentu pula. Wayan
Budi Gautama dalam bukunya yang berjudul "Kidung Panca Yadnya", mengaitkan jenis-
jenis kidung dengan prosesi yadnya yang ada di Bali. Jenis-jenis kidung menurut Wayan
Budi Gautama adalah sebagai berikut :
1. Kidung Dewa Yadnya digunakan ketika upacara Dewa Yadnya
2. Kidung Rsi Yadnya digunakan ketika upacara Rsi Yadnya
3. Kidung Manusa Yadnya digunakan ketika upacara Manusa Yadnya
4. Kidung Pitra Yadnya digunakan ketika upacara Pitra Yadnya
5. Kidung Bhuta Yadnya digunakan ketika upacara Bhuta Yadnya
Contoh wirama kidung berkaitan dengan Panca Yadnya :
a.   Pada upacara Dewa Yadnya ditembangkan kidung:
 Di saat memuja Ida Bhatara : Kawitan Wargasari atauWargasari
 Di saat sembahyang menggunakan bunga (muspa): Mredu Komala atau Totaka
 Di saat memohon tirta ( nunas tirta) : Wargasari
 Di saat penutupan upacara (nyineb) : Warga Sirang.
b.   Pada upacara Rsi Yadnya ditembangkan kidung:
 Upacara Rsi Bojana: Wilet Mayura, Bramara Sangupati atau Palu Gangsa.
 Upacara Diksa: Rara Wangi.
c.   Pada upacara Manusa Yadnya ditembangkan kidung:
 Upacara Raja Swala: Demung sawit
 Upacara Metatah: Kawitan Tantri atau Demung Sawit
 Upacara Mapetik: Malat Rasmi
 Upacara Pawiwahan: Tunjung Biru.
d.  Pada upacara Pitra Yadnya ditembangkan kidung :
 Di saat menurunkan atau memandikan jenazah : Sewana Girisa atau  Bala Ugu.
 Di saat mebawa jenazah ke kuburan (setra) : Indra Wangsa
 Upacara mengurug kuburan (gegumuk): Adri
 Upacara Ngeseng sawa: Praharsini
22
 Upacara Reka Abu: Aji Kembang
 Upacara melarung abu ke laut (nganyut) : Sikarini atauAsti
 Upacara Nyekah (Atma Wedana): Wirat Kalengengan.
e.   Pada upacara Bhuta Yadnya ditembangkan: Pupuh Jerum, Alis-alis Ijo, atau Swaran
Kumbang.

2.3AGING
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine) adalah
kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal disebabkan
oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubahdengan intervensi kedokteran
yang tepat (Klatz, 2003).
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai prosesmenjadi tua atau
menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi menjadi dua konsep
yang berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat merayakan hari ulang tahun
(merayakan usia kronologis), kadang benar bahwa penampilan sistem tubuh seseorang, dari
fungsi mental hingga penampilan seksual sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk
dari yang diperkirakan jika dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh
usia biologis) (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007).
A. Penyebab Aging
Pada dasarnya, ada 4 proses yang terjadi dalam tubuh kita secara alami, yang
akhirnya menyebabkan penuaan dari dalam, mulai dari sel, jaringan, hingga organ tubuh
kita. Keempat proses itu antara lain:
a. Oksidasi, adalah kerusakan akibat radikal bebas yang dapat mempengaruhi
penampilan kulit hingga kondisi otak kita.
b. Inflamasi, atau peradangan, adalah awal mula terjadinya berbagai penyakit serius
seperti penyakit jantung, Alzheimer, obesitas, diabetes, dan kanker.

23
c. Stres, yang menyebabkan dilepasakannya berbagai hormon yang dapat
mempengaruhi otak, termasuk daya ingat dan daya pikir.
d. Gula, merupakan penyebab tubuh mengeluarkan insulin lebih banyak, sehingga
memicu penimbunan lemak lebih banyak juga, yang berujung pada penuaan sel-sel
tubuh.
Sejatinya kita juga harus mengetahui hal-hal yang menjadi pencetus penuaan dini,
baik pencetus dari dalam tubuh, maupun dari luar tubuh.Berikut adalah beberapa
penyebab penuaan dini dari luar.
Faktor-faktor dari luar tubuh yang dapat mempercepat terjadinya penuaan adalah:
1. Merokok
a. Nikotin akan membuat sel-sel kulit kekurangan cairan sehingga kelembaban
berkurang, kulit menjadi kusam, kering dan kasar.
b. Rokok secara umum menurunkan kadar vitamin A pada kulit wajah yang
sebenarnya berfungsi sebagai anti-oksidan untuk melawan radikal bebas yang
dapat merusak sel.
c. Tembakau membuat kerusakan kolagen kulit sehingga elastisitas berkurang dan
kulit lebih mudah berkerut.
d. Merokok, terutama dalam jangka waktu yang lama, akan menurunkan aliran darah
pada arteri dan kapiler kulit wajah, sehingga dapat menyebabkan kematian sel
kulit. Berkurangnya aliran darah akan menyebabkan hambatan dalam aliran
nutrisi dan oksigen ke kulit dan menumpuknya produk buangan pada sel-sel kulit.
e. Merokok juga mengurangi proses penyembuhan luka sehingga proses regenerasi
kulit terganggu.
f. Pada saat merokok, paparan panas terus-menerus yang didapat dari rokok yang
menyala juga ditemukan merusak elastisitas kulit wajah
2. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan (lebih dari 1 gelas pada wanita dan lebih dari 2
gelas pada pria) dapat menyebabkan penurunan kondisi kulit. Seseorang yang minum
alkohol berlebihan akan cenderung memiliki kebiasaan makan yang buruk sehingga
akan menyebabkan buruknya asupan nutrisi kulit.

24
3. Nutrisi yang buruk
Asupan nutrisi yang rendah serat, rendah vitamin, rendah antioksidan dan asupan
nutrisi yang tidak seimbang dapat menyebabkan penurunan kondisi kulit.Sehari-
harinya kulit memerlukan nutrisi untuk terus memperbarui sel dan melawan sinar
matahari, polusi dan radikal bebas. Tanpa nutrisi yang baik maka kulit akan tampak
buruk. Kondisi kulit seseorang banyak dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakannya.
4. Paparan sinar matahari
a. Diperkirakan, sekitar 80% penyebab penuaan dini pada kulit adalah karena
paparan sinar matahari yang berlebihan. Sinar matahari, terutama sinar ultra violet
dapat secara langsung menyebabkan kerusakan serat kolagen dan serat-serat
elastis pada kulit.
b. Paparan sinar ultraviolet juga menyebabkan terjadinya pembentukan radikal bebas
yang dapat merusak kolagen kulit.
c. Paparan sinar UV juga dapat menyebabkan terjadinya pembentukan bercak-
bercak pigmentasi pada kulit.
d. Paparan sinar UV juga dapat menyebabkan menurunnya fungsi kekebalan kulit
sehingga tidak dapat mengenali pertumbuhan sel-sel yang tidak normal yang
dapat berkembang menjadi kanker kulit.
5. Polusi
a. Polusi yang berat dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon bumi sehingga
dapat menyebabkan peningkatan radiasi sinar ultraviolet, terutama sinar
ultraviolet B yang dapat menyebabkan kanker kulit.
b. Serupa dengan paparan sinar UV, polusi juga dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kolagen kulit.

B. Proses Aging
Penuaan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan atau fase,
sehingga kita memiliki kesempatan untuk menghambatnya, salah satunya dengan
menjaga pola makan dan pemakaian krim atau pelembab untuk melindungi kulit dari
sengatan matahari agar kulit tidak cepat kering atau keriput. Menurut Dr. Maria Sulindro,

25
direktur medis Pasadena anti-aging, AS, Proses penuaan terjadi secara bertahap dan
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 fase:
a. Fase 1 Subklinik
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi).Pada tahap ini, sebagian besar
hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon,
dan hormon estrogen.Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA,
mulai memengaruhi tubuh.Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres merupakan
serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.Kerusakan ini biasanya tak
tampak dari luar.Karena itu, pada tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak
mengalami gejala dan tanda penuaan.Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak
memberi pengaruh pada kesehatan.Tubuh pun masih bugar terus.Penurunan ini
mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun.
b. Fase 2 Transisi
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun
sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan.Biasanya pada masa
ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun dekat)
sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban, stamina
dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada
usia muda, kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
c. Fase 3 Klinik
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa
ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kaum
perempuan mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria
mengalami masa andropause.Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena
mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian samping dan di bawah
mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat
lelah.Berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan
penyakit jantung koroner mulai menyerang dan menjadi sesuatu yang sangat
mengerikan.

26
Karena proses penuaan ini terjadi melalui beberapa tahapan, sebenarnya ada banyak
waktu untuk menghambatnya. Cepat lambatnya proses penuaan, 30% dipengaruhi oleh
faktor genetika/keturunan dan 70 % lebih dipengaruhi oleh gaya hidup. Kalau anggota
keluarga cenderung awet muda. Kita pun besar kemungkinan akan berpenampilan awet
muda. Gaya hidup yang penuh stres, kurang istirahat, banyak makan makanan berlemak
dan berkalori tinggi, kurang gerak serta hidup di lingkungan yang penuh polusi akan
merusak sel sehingga menjadi lebih tua. Akibatnya, kita pun mengalami penuaan usia
biologik. Namun, kondisi ini dapat dihindari dengan program anti aging baik yang
dilakukan sendiri maupun dengan bantuan medis. Misalnya: Seseorang yang rajin
berolahraga, terbukti bisa menangkal sejumlah penyakit kardiovaskuler. Olah raga ringan
di sela aktivitas seperti senam, lari atau jalan cepat sebaiknya sering dilakukan.
Semakin jauh seseorang dari derita penyakit jantung, stroke dan sejenisnya, Semakin
berbahagia hidupnya.Dan kebahagiaan itu merupakan salah satu peran terbesar penunda
penuaan.Tidak mungkin rasanya orang bisa terlihat sehat dan awet muda kalau tubuhnya
dihinggapi berbagai jenis penyakit berbahaya.Penunda penuaan lainnya adalah faktor diet
dan nutrisi.Apa yang kita makan menentukan tubuh kita. Diet dan nutrisi sangat berperan
dalam menentukan proses penuaan dan kesehatan seseorang.

Teori-Teori Proses Penuaan


1. Teori Biologis
Penuaan merupakan proses secara berangsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir dengan kematian. Penuaan
juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya,
yang pada akhirnya menimbulkan perubahan negative.(Mary ANN Christ et al, 1993,
dikutip oleh Hardywinoto & Toni Setibudi, 1999).Teori biologis tentang penuaan
dapat dibagi menjadi teori intrinsic dan ekstrinsik. Intrinsic berarti perubahan yang
berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab diakibatkan pengaruh lingkungan.Teori
biologis dibagi dalam :
a. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetic yang

27
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita ini
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini
lagi meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan tindakan
tertentu.
b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka
waktu yang lama dalam transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolism yang
salah sehingga mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu
kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan
memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang tentu akan menyebabkan
kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat menimbulkan metabolit
berbahaya. Bila juga terjadi kesalahan pada tranlasi maka kesalahan yang terjadi
juga semakin banyak.
c. Teori Kesalahan Genetik
Dr. Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan
sel genetic DNA dimana sel genetic memperbanyak diri (ada yang memperbanyak
diri sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan
tampak menjadi tua.
d. Teori Imunitas
Ketuaan disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Peruban itu
lebih tampak lebih nyata pada limfosit-T, disamping perubahan juga terjadi pada
limfosit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral,
yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:
• Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan
kanker.

28
• Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif
memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen
• Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin
meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmun,
e. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti
karbohidrat dan protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi.
Didalam tubuh yang bersiap merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh
enzimatau senyawanon enzim contohnya adalah : vitamin C betakorotin, vitamin
E.
f. Pemakaian dan usang
Teori ini mengatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-
sel tersebut digunakan secara terus-menerus.Teori ini di kenalkan oleh Weisman
(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak
digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagidan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa
proses menua merupakan proses pra-program yaitu proses yang terjadi akibat
akumulasi stress dan injuri dari trauma sel. Menua dianggap sebagia “Proses
fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ
seseorang yang terpapar dengan lingkungan.” (Matesson,Mc. Connell, 1988).
g. Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
System immune menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.

29
i. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau asing reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic, kekakuan
dan hilangnya fungsi.
j. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
2. Teori Psikososial
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori
yang ada. Teori tugas perkembangan, menurut Hanghusrt (1972) setiap individu harus
memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang
akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik
ini tergantung pada maturasi fisik, pengharapan cultural dan masyarakat dan nilai
serta aspirasi individu.
Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan
kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pension dan penurunan income,
penerimaan adanya kematian dan pasangannya atau orang-orang yang berarti bagi
dirinya, mempertahankan hubungan dengan group uang seusianya, adopsi dan
adaptasi dengan peran social secara fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara
memuaskan.
a. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki
b. Teori pembebasan (disengagement theory)
Salah satu teori social yang berkenaan dengan proses penuaan adalah “teori
pembebasan atau disengagement theory”. Teori ini menyatakan bahwa dnegan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai nmelepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lansia

30
menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Tripple Lost), yakni :
a) Kehilangan peran (Loss of role)
b) Hambatan kontak social (restraction of contacs and relation ships)
c) Berkurangnya komitmen (to social mores and values)
c. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
a) Teori aktivitas, menurut Havighrusrst dan Albrecht, 1953 berpendapat bahwa
sangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap aktivitas dan mencapai
kepuasan hidup.
b) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3. Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan system imun
untuk mengenali dirinya berkurang menurun mengakibatkan kelainan pada sel,
dianggap sel asing sehingga dihancurkan perubahan inilah terjadinya peristiwa auto
imun.

C. Akibat Aging
Proses menua pada hakikatnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
biologis pada lansia. Perubahan-perubahan ini tidak hanya dialami oleh lansia dengan
kondisi sakit tetapi juga lansia yang diketahui sebagai lansia sehat. Hadi-Martono dalam
Boedhi-Darmojo (2009) menjabarkan aspek-aspek fisiologik dan patologik akibat proses
menua sebagai berikut:
1. System panca-indra
Perubahan morfologik pada mata, telinga, hidung, syaraf perasa di lidah dan di
kulit terjadi sebagai salah satu bentuk perubahan yang bersifat degenerative pada
anatomic fungsional.Perubahan ini mengakibatkan penurunan fungsi pada organ.Pada

31
keadaan ekstrim dapat bersifat patologik. Contohnya adalah: ektropion atau
entropion, ulkus kornea, glaucoma, katarak, tuli konduktif dan sindroma Meniere
(gangguan keseimbangan).
2. System gastrointestinal
Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik, antara lain: atrophy
pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan sehingga menyebabkan perubahan
fungsional ataupun patologik (gangguan mengunyah, gangguan menelan, perubahan
nafsu makan dan penyakit yang berhubungan dengan GIT).
3. System kardiovaskuler
Seiring dengan bertumbuhnya usia, otot jantung akan mengalami penurunan
kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan jumlah isi sekuncup akan menurun pula.
Selain itu, terjadi pula penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah
jantung pada saat-saat tertentu dimana tubuh membutuhkannya (saat latihan atau
beraktivitas) sehingga apabila gejala angina timbul pada usia lanjut ketika melakukan
latihan atau aktivitas ringan, hal ini sudah menandakan terjadinya penyakit koroner
yang berat.
4. System respirasi
Ketika seseorang mencapai usia 20-25 tahun, system respirasi dalam tubuhnya
telah mencapai kematangan pertumbuhan dan kemudian akan menurun lagi
fungsinya. Terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi sehingga terjadi
penurunan reflex batuk dan reflex fisiologik lainnya yang dapat menyebabkan
peningkatan terjadinya infeksi akut pada saluran napas bawah. Elastisitas paru
menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun sehingga
berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi dibagian paru yang tidak bebas dan
pelebaran gradient alveolar arteri untuk oksigen.Keadaan ini tidak boleh
disalahartikan sebagai adanya penyakit paru.
5. System endokrinologik
Perubahan pada system endokrinologik yang umum terjadi mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, perubahan fungsi kelenjar tiroid dan terjadinya osteoporosis
(akibat hormon esterogen khususnya pada wanita). Sekitar 50% lansia menunjukkan
intoleransi glukosa dengan kadar gula puasa yang normal.

32
Insidens hipertiroid tinggi pada usia lanjut dan sekitar 75% diantaranya mempunyai
tanda dan gejala klasik dan sisanya menunjukkan ‘apathetic thyrotoxicosis’.
Hipotiroid merupakan penyakit utama yang terjadi antara usia 50-70 tahun, gejalanya
sering tidak mencolok sehingga sering tidak terdiagnosis.
Osteoporosis umumnya terjadi pada wanita setelah mengalami menopause dan
dapat pula meningkat insidensinya pada pria apabila terdapat faktor-faktor inaktivitas,
asupan kalsium kurang, pembuatan vitamin D melalui kulit yang menurun dan juga
faktor hormonal.
6. System hematologic
Pola pertumbuhan sel darah dan sel darah putih pada lansia tidak mengalami
perubahan tetapi susmsum tulang mengandung lebih sedikit sel hemopoetik dengan
respons terhadap stimuli buatan agak menurun.Respons regenerative terhadap hilang
darah atau terapi anemia pernisiosa menurun.
7. System persendian
Pada synovial sendi terjadi perubahan bentuk tidak ratanya permukaan sendi,
fibrilasi dan pembentukan celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan.Erosi tulang
rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan pembentukan kista dirongga sub-
kondural dan sumsum tulang. Keadaan tersebut belum bisa dikatakan sebagai
keadaan patologik, akan tetapi, apabila disertai dengan stress tambahan seperti trauma
atau terjadi pada sendi penanggung beban (lutut, tulang belakang) keadaan tersebut
disebut patologik.
8. System urogenital dan tekanan darah
Pada ginjal terjadi penebalan kapsula Bowman dan gangguan permeabilitas
terhadap solute yang akan diabsorbsi. Terdapat penurunan jumlah nefron (sampai
dengan 50%) dan atrophy. Aliran darah di ginjal menurun sampai 50% (usia 75
tahun) dibanding usia muda. Fungsi ginjal ketika sedang beristirahat tidak mengalami
perubahan akan tetapi ginjal sudah tidak mampu untuk mengatasi peningkatan
kebutuhan apabila terjadi stress fisik (latihan berat, gagal jantung) dan dapat
mengalami gagal ginjal.Pada usia lanjut nilai Kreatinin tidak lagi menggambarkan
keadaan fungsi ginjal oleh karena perubahan jumlah protein dan massa otot dalam
tubuh. Pada wanita dikoreksi dengan 0.85 (ml/mnt)

33
Pada umumnya pembuluh darah pada usia lanjut sudah mengalami berbagai
perubahan. Terjadi penebalan pada intima (akibat ateroskeloris) dan tunika medika
(akibat proses menua) sehingga mengakibatkan peningkatan kelenturan pembuluh
darah tepi dan menyebabkan peningkatan tekanan darah terutama sistolik.Tekanan
darah diastolic juga sering mengalami peningkatan yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor termasuk genetik.
9. Infeksi dan imunologi
Pada lansia kelenjar timus sudah mengalami perubahan (resorbsi) akan tetapi
jumlah sel T dan B tidak mengalami perubahan. Terjadi peningkatan pembentukan
auto-antibody sehingga insidensi penyakit auto-imun meningkat.Pengenalan dan
penyerangan terhadap sel-sel tumor juga menurun sehingga menyebabkan insidensi
penyakit neoplasma meningkat.Selain itu, respons makrofag terhadap benda asing di
sel mukosa, sel kulit, silia disistem respirasi serta pembentukan protein fase akut
menurun sehingga meningkatkan faktor predisposisi terhadap terjadinya
infeksi.Terjadi nya infeksi pada lansia dengan kekuatan imunologi yang rendah
merupakan suatu ancaman kesehatan yang berat dan dapat mengakibatkan kematian.
10. System syaraf pusat dan otonom
Berat otak akan menurun sebanyak 10% pada penuaan antara 30-70 tahun. Terjadi
penebalan meningen, giri dan sulci otak berkurang kedalamnya namun tidak
menyebabkan gangguan patologik yang berarti.Terdapat deposit lipofusin pada semua
sitoplasma sel. Terjadinya degenerasi pigmen substantia nigra, kekusutan
neurofibriler dan pembentukan badan-badan Hirano merupakan perubahan yang
bersifat patologik dan terjadi pada insiden patologik sindroma Parkinson dan
Dementia tipe Alzheimer.
Penebalan pada tunika intima dan medika juga mengakibatkan ter-jadinya
gangguan vaskularisasi otak yang berakibat terjadinya TIA, stroke dan dementia
vaskuler.Vaskularisasi yang menurun pada daerah hipothalamus menyebabkan
terjadinya gangguan syaraf otonom yang mungkin juga disebabkan oleh
berkurangnya jumlah neurotransmiter.Perubahan patologik pada jaringan syaraf
sering menyertai berbagai penyakit metabolic yang juga mengakibatkan gangguan
pada susunan syaraf tepi.

34
11. System kulit dan integument
Pada lansia akan terjadi atrophy pada epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut
dan perubahan pigmentasi dengan akibat penipisan kulit, perubahan warna
(pigmentasi tidak merata). Kuku menipis dan mudah patah, rambut rontok sampai
terjadi kebotakan.Lemak subkutan berkurang menyebabkan berkurang-nya bantalan
kulit sehingga daya tahan terhadap tekanan dan perubahan suhu tubuh berkurang dan
meningkatkan resiko infeksi pada lansia.
12. Otot dan tulang
Atrophy otot pada lansia sering terjadi akibat gangguan metabolic, denervasi
syaraf dan penurunan aktivitas fisik. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan
penulangan (coupling) yaitu perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini
bisa disebabkan oleh inaktivitas maupun perubahan kadar hormon (esterogen,
parathormon dan kalsitonin) dan vitamin D. Tulang-tulang terutama bagian trabekular
menjadi lebih berongga sehingga meningkatkan resiko patah tulang.
13. Perubahan psikososial
 Kehilangan finansial (income berkurang).
 Kehilangan status.
 Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
keluarga besar.
 Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
 Merasakan atau sadar akan kematian (sense of wawreness of mortality).
 Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
 Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
 Penyakit kronis dan ketidiakmampuan.
 Gangguan syaraf dan panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
 Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan perubahan
14. Perubahan mental
 Perubahan fisik, organ perasa
 Kesehatan umum

35
 Tingkat pendidikan
 Keturunan
 Lingkungan
 Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa
perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buru
 Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
 Berkurangnya keterampilan psikomotor.

D. Mekanisme Budaya Kidung Bali Dalam Mencegah Dan Mengobati Aging


Musik yang didengar melalui telinga akan distimulasi ke otak, kemudian di otak,
musik tersebut akan diterjemahkan menurut jenis musik dan target yang akan distimulasi.
Menurut (Campbell, cit, Rachmawati, 2005), musik berinteraksi pada suatu tingkat
organik dengan berbagai macam struktur syaraf.Musik menghasilkan rangsangan ritmis
yang kemusian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah melalui sistem syaraf
dan kelenjar yang selanjutnya mengorganisasikan interprestasi bunyi kedalam ritme
internal pendengarannya.
(Reowijiko, cit Rachmawati 2005), menjelaskan bahwa gelombang suara musik
yang dihantarkan ke otak berupa energi listrik melalui jaringan syaraf akan
membangkitkan gelombang otak yang dibedakan atas fekuensi alfa, beta, theta, dan delta.
Gelombang alfa membangkitkan relaksasi, gelombang beta terkait dengan aktifitas
mental, gelombang tetha dikaitkan dengan situasi stres dan upaya kreatifitas, sedangkan
gelombang delta dihubungkan dengan situasi mengantuk.Suara musik yang didengar,
dapat mempengaruhi frekuensi gelombang otak sesuai dengan jenis musiknya.
Musik sebagai stimulus memasuki sistem limbik yang mengatur emosi, dari
bagian tersebut, otak memerintahkan tubuh untuk merespon musik sebagai tafsirannya.
Jika musik ditafsirkan sebagai penenang, sirkulasi tubuh, degup jantung, sirkulasi nafas,
dan peredaran nafas pun menjadi tenang. Perilaku individupun menjadi tenang pula
(Rachmawati, 2005).

36
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.Budaya merupakan
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini terbentuk dari banyak unsur yang rumit
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan
juga karya seni.
Kidung merupakan seni suara dan karawitan di bali yang awalnya berasal dari Jawa abad
XVI sampai XIX. Sekar Madya yang meliputi jenis-jenis lagu pemujaan, umumnya
dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara adat maupun agama.Kelompok tembang
yang tergolong sekar madya pada umumnya mempergunakan bahasa Jawa tengahan, yaitu
seperti bahasa yang dipergunakan di dalam lontar/ cerita Panji atau Malat, dan tidak terikat
oleh Guru Lagu maupun Padalingsa.
Penuaan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan atau fase,
sehingga kita memiliki kesempatan untuk menghambatnya, salah satunya dengan menjaga
pola makan dan pemakaian krim atau pelembab untuk melindungi kulit dari sengatan
matahari agar kulit tidak cepat kering atau keriput.Proses penuaan terjadi secara bertahap dan
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 fase: Fase 1 Subklinik, Fase 2 Transisi, dan Fase 3
Klinik.

3.2 SARAN
Untuk dapat memahami tentang kebudayaan, kidung bali dan lebih memahami tentang
aging, selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku,
internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan
kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2007. Jurnal Pangkaja, Jurnal Agama Hindu. Vol.VII. No. 2. Denpasar : Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar.
Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC.
http://www.galerinajwaa.com/2014/06/contoh-makalah-keberagaman-budaya-sma.html
https://ewinkkreasi72.wordpress.com/2014/01/31/modul-ips-kelas-xi-smk-semester-2
http://sripranowo.blogdetik.com/materi-kelas-xi/
http://www.slideshare.net/ayfilfilkhiyami/bab-5-kebudayaan-buat-yang-jurusannya-ips-kelas-11-
ini-materi-baru-semester-2-kan-semoga-membantu
http://anthro.palomar.edu/culture/culture_2.htm
http://www.slideshare.net/arismacahyani78/materi-ppt-kebudayaan
https://prastiwisp.files.wordpress.com/2010/11/teori-penuaan-dan-perubahan-fisiologis-
lansia.pdf
https://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/06/18/patologi-pengertian-penuaan-dan-tahapan-
penuaan-aging/
http://eprints.undip.ac.id/44892/2/Tria_Coresa_22010110130151_KTI_bab_2.pdf
https://phinossite.wordpress.com/2015/01/13/kesusastraan-hindu/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40248/5/Chapter%20I.pdf
Kumar V, Cotran R.S, Robbin S.L, Basic Pathology, 84. Kumar V, Cotran R.S.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas UI.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Saputra, Karsono H., 2008. Puisi Jawa : Struktur dan Estetika. Jakarta : Wedhatama Widyasastra.

38

Anda mungkin juga menyukai