Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA PADI SAWAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Teknologi Pupuk dan Pemupukan

Disusun Oleh :
1. Indah Triastuti 195040201111196
2. Putri Punia BR. Sitompul 195040201111159
3. Zalfa Meiska Putri 195040200111174
4. Durotun Nadhifah 195040201111153
5. Kurnia Novita Sari 195040201111150
6. Wildan Alvan Afqary 195040201111017

KELAS K
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI.............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Penentuan Kebutuhan Pupuk......................................................................................3
B. Penentuan Metode Aplikasi Pupuk.............................................................................4
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemupukan Secara Broadcasting.................5
BAB III......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................7
B. Saran..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

i
1

BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap produksi padi sawah berupa
beras masih sangat besar. Kebutuhan akan beras dari tahun ke tahun selalu betambah seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hampir 60% tingkat kebutuhan akan pangan
dicukupi oleh beras, hal tersebut membuat padi sawah menjadi salah satu tanaman pangan
penting di Indonesia. Pemerintah dituntut untuk memastikan ketersediaan beras pada tingkat
harga yang tidak memberatkan konsumen dan sekaligus memberikan keuntungan yang
memadai bagi petani. Hal tersebut tentu menuntut usahatani padi sawah dalam
mengoptimalkan setiap penggunaan input, salah satu input yang dimaksud ialah Manajemen
pupuk dan Pemupukkan.
Pemupukkan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) dan Metode Manajemen Nutrisi Spesifik
(MNSL) merupakan salah satu bagian dari teknisi manajemen pemupukkan. Pada
Pemupukkan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) merupakan salah satu metode pendekatan
pemupukkan yang berbasis kepada karakteristik lahan spesifik lokasi berdasarkan panduan
IRRI (International Rice Research Institute) yang bekerja sama dengan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Adanya manajemen yang dibentuk oleh adanya PHSL bertujuan
untuk meningkatkaan produktivitas per satuan luas, menekan biaya pemupukkan, petani akan
lebih rasional dan tepat waktu dalam menggunakan pupuk untuk padi sawah, dan
mengevaluasi kergaman agronomik tanaman dengan penerapan rekomendasi PHSL.
Metode manajemen pemupukkan selanjutnya ialah Metode Manajemen Nutrisi
Spesifik (MNSL) yang merupakan sebuah metode yang dikhususkan untuk memudahkan
dalam penentuan target hasil panen padi sawah yang disesuaikan dengan kondisi klimat rata-
rata secara efektif dalam menggunakan nutrisi yang telah tersedia dan mengaplikasikan
pupuk untuk mengisi defisit antara yang dibutuhkan tanaman dengan nutrisi yang telah
tersedia di dalam tanah, dimana dengan pengelolaan manajemen pemupukkan yang
berimbang, tepat kuantitas dan waktu pemupukkan yang baik akan menghasilkan produksi
padi sawah berupa beras yang lebih optimal.
Manajemen pemupukkan berupa PHSL dan MNSL dipilih dalam pengembangan
produksi padi sawah dikarenakan pada beberapa penelitian terbukti dalam membantu
menekan biaya produksi petani, lebih efisien waktu, dan membantu petani dalam
menghasilkan produksi padi sawah agar lebih optimal, serta sangat cocok untuk diterapkan di
era industri pertanian 4.0. Selain itu, mengingat lahan pertanian di Indonesia yang mayoritas
lahan marginal dan sempit, sehingga tidak mendukung produksi padi sawah dapat optimal.
Maka dari itu, adanya menajemen pemupukkan berupa PHSL dan MNSL sangat mendukung
2

dalam pengaplikasian pupuk terhadap padi sawah berdasarkan karakteristik lahan dan lokasi,
sehingga mampu meningkatkan produktivitas padi sawah.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penentuan Kebutuhan Pupuk


Tanaman Padi memerlukan pupuk untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
untuk pertumbuhannya. Pupuk yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan unsur
hara tanaman padi adalah dapat dengan menggunakan pupuk urea yang mengandung
unsur N yang berguna dalam proses pertumbuhan tanaman padi. Menurut Tiadiati et al.
(2012), nitrogen merupakan unsur hara yang paling penting. Tanaman memerlukan unsur
N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, selain itu unsur N juga menjadi
faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Karena tanaman apabila kekurangan unsur
N tidak dapat tumbuh secara optimum, sedangkan apabila kelebihan unsur N akan
menghambat pertumbuhan tanaman dan juga dapat menyebabkan tercemarnya
lingkungan. Dosis pupuk urea yang biasa digunakan oleh petani adalah 400 – 600 kg/ha,
sedangkan dosis pupuk urea rekomendasi pemerintah adalah 200 – 260 kg/ha. Oleh
karena itu, agar pupuk urea yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman padi harus
dilakukan perhitungan dosis pupuk.
Sebagai contoh dalam suatu lahan padi dengan sistem tanam jarwo (jajar legowo)
yang menggunakan jarak tanam 40 cm x 20 cm x 12,5 cm dan luas lahan 1 ha. Dosis
pupuk urea (46% N) yang digunakan adalah 200 kg/ha maka berapakah kebutuhan pupuk
per tanaman padi. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dihitung kebutuhan pupuk
urea pada tanaman padi adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah populasi tanaman padi
Untuk mengetahui jumlah populasi tanaman padi dapat menggunakan rumus:
Luas Lahan
Populasi tanaman = .
Jarak Tanam
Diketahui : Jarak tanam = 40 cm x 20 cm x 12,5 cm
Luas lahan = 1 ha (10.000 m2)
Ditanya : Populasi Tanaman...?
Jawab:
a+b
 Jarak tanam = ( )2
xc

0,4+ 0,2
=( ) x 0,125
2
= 0,3 x 0,125
= 0,0375 m2
Luas Lahan
 Populasi tanaman ¿ .
Jarak Tanam

3
4

10.000
=
0,0375
= 266.667 tanaman padi

b. Menghitung kebutuhan pupuk per tanaman


Untuk menghitung rekomendasi pupuk per tanaman dapat menggunakan rumus:
Rekomendasi Pupuk
Kebutuhan pupuk per tanaman =
Populasi Tanaman
Diketahui: rekomendasi pupuk urea = 200 kg/ha
Pupulasi tanaman = 266.667 tanaman padi
Ditanya: Kebutuhan pupuk per tanaman...?
Jawab:
Rekomendasi Pupuk
 Kebutuhan pupuk per tanaman =
Populasi Tanaman
200
=
266.667
= 0,00075 kg/tanaman
= 0,75 g/tanaman
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan pupuk urea, maka pada sistem tanam padi
jarwo (jajar legowo) dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm x 12,5 cm serta luas lahan 1 ha
dosis pupuk urea yang dibutuhkan per tanaman padi adalah sebesar 0,75 g/tanaman
B. Penentuan Metode Aplikasi Pupuk
Pada proses pengaplikasian pupuk pada media tanam dan tanaman budidaya, harus
diperhatikan beberapa hal agar metode pengaplikasian yang digunakan tepat, selain itu
juga efisien, serta efektif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penentuan metode
aplikasi pupuk yaitu sifat fisik pupuk, jenis dan tipe perakaran tanaman, jarak tanam yang
digunakan pada tanaman, luas lahan, dan kondisi (Budiyono, 2017). Tanaman padi
merupakan tanaman yang memiliki tipe akar serabut. Selain itu, tanaman padi merupakan
tanaman yang memiliki jarak tanam yang rapat antar satu tanaman dengan yang lainnya
sehingga pada satu lahan, padi memiliki populasi yang cukup tinggi (Makarim dan
Suhartatik, 2009). Kerapatan jarak tanam pada tanaman padi di sawah dan juga tipe
perakaran dari tanaman padi ini membuat kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan
cara yang efektif dan efisien, agar pupuk dapat tersebar secara merata dan seluruh
tanaman padi bisa mendapatkan nutrisi dari pupuk yang diaplikasikan. Salah satu metode
yang dapat digunakan pada proses pengaplikasian pada padi sawah yang memiliki tingkat
kerapatan dan populasi yang tinggi yaitu adalah dengan menggunakan metode
broadcasting (sebar).
Metode pengaplikasian pupuk broadcasting merupakan suatu cara pemberian pupuk
atau unsur hara kedalam tanah yang dilakukan dengan cara menyebar pupuk diatas
permukaan tanah. Pemupukan dengan cara broadcasting ini dapat dilakukan pada lahan
4
5

padi baik sebelum tanam yaitu sebagai pupuk dasar, maupun pada saat setelah tanam
yaitu sebagai pupuk susulan (Budiyanto, 2017). Pemupukan dengan cara disebar ini dapat
menguntungkan bila tanaman tumbuh dengan kerapatan yang tinggi, akar tumbuh dan
berkembang merata di tanah, dan jumlah pupuk diberikan dalam jumlah yang besar.
Pemberian pupuk dengan cara ini dapat menjadi efektif dan efisien jika diaplikasikan
pada tanaman padi di lahan sawah, hal ini disebabkan oleh padi dilahan sawah memiliki
kerapatan populasi yang tinggi sehingga tanaman tumbuh dengan rapat sehingga
pemberian dengan cara disebar dapat membuat penyebaran pupuk menjadi lebih merata.
Selain itu, pada pemupukan padi lahan sawah membutuhkan pupuk dalam jumlah yang
besar, penggunaan metode ini akan mempersingkat waktu dari kegiatan pemupukan pada
padi dilahan sawah. Penggunaan metode aplikasi pupuk dengan cara broadcasting ini
efektif untuk mengurangi terjadinya sebaran hara yang terpusat pada satu titik,
penggunaan metode ini akan menyebarkan pupuk secara merata pada lahan sawah
sehingga ketersediaan hara lebih merata dan ketika ia masuk ke tanah maka pupuk dapat
bekerja dengan merata dan terserap oleh seluruh padi yang berada di sawah tersebut
(Muyassir dan Manfarizah, 2012).
Terdapat dua cara pada proses pengaplikasian pupuk menggunakan metode
broadcasting yaitu dengan menggunakan cara top dressing dan side dressing. Metode top
dressing digunakan dengan cara menyebarkan pupuk didekat tanaman, menurut dengan
alur-alur sempit. Metode ini dapat dilakukan bila padi dalam keadaan kering, hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya pupuk yang menempel pada daun padi.
Kemudian cara kedua yaitu side dressing, metode ini digunakan dengan cara
menyebarkan pupuk disamping alur tanaman. dengan penggunaan metode broadcasting
ini, peluang adanya kontak pupuk dengan tanah akan semakin besar sehingga tanah dapat
menyerap nutrisi dengan lebih baik.
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemupukan Secara Broadcasting
Pemupukan dengan cara disebar digunakan apabila jarak tanamnya rapat dan teratur
dalam suatu barisan, seperti contoh tanaman padi. Namun cara ini juga cocok diterapkan
untuk tanaman yang memiliki akar dangkal, denfan tanah yang cenderung subur, dan
membutuhkan dosis pupuk yang cukup besar. Cara ini akan lebih efektif apabila pada
waktu pengolahan lahan dengan memberikan pupuk kandang sebelum dilakukannya
penanaman pada area tanam.
Kelebihan :
 Lebih tahan lama atau tidak mudah larut oleh karena air hujan

5
6

 Hemat waktu dan tenaga kerja. Apabila pupuk disebar maka waktu yang diperlukan
cukup singkat karena caranya yang mudah dan tidak memerlukan pergerakan yang
banyak dan tenaga kerja seadanya juga dapat dikerahkan karna dapat dilakukan secara
mandiri tanpa bantuan.
 Cara pengaplikasian yang cukup mudah. Proses pemupukan cenderung mudah untuk
dilakukan karena pupuk hanya perlu ditaburkan saja tanpa menggunakan alat bantu
lain dalam pengaplikasiannya.
[ CITATION Hus16 \l 1033 ]

Kekurangan :
 Potensi terjadinya proses penguapan menjadi lebih tinggi
 Penggunaan dosis pupuk menjadi lebih banyak
 Reaksi pada tanaman menjadi lambat dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk melarutkan kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk.
 Tidak disarankan diterapkan pada lahan kering. Pemakaian pupuk urea pada tanah
yang alkalis dan kering akan menimbulkan penguapan amonium (NH4) menjadi
bentuk gas amonia (NH3) yang tentunya mencemari lingkungan.
[ CITATION Bak14 \l 1033 ]

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman Padi merupkanan tanaman yang memerlukan pupuk untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Salah satu pupuk yang biasa
digunakan ialah pupuk urea yang menggandung unsur N yang berguna dalam proses
pertumbuhan tanaman padi.Pengaplikasian pupuk pada tanaman budidaya harus
diperhatikan. Metode pengaplikasian pupuk broadcasting merupakan salah satu cara
pemberian pupuk kedalam tanah yang dilakukan dengan cara menyebar pupuk diatas
tanah.Pemupukan secara broadcasting memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kelebihannya ialah cara pengaplikasiannya cukup mudah dikarenakan hanya perlu
ditaburkan saja, salah satu kekurangannya ialah memiliki potensi terjadinya proses
penguapan menjadi lebih tinggi.
B. Saran
Sebaiknya pemberian pupuk pada tanaman yang akan dibudidayakan perlu diketahui
dosis pupuknya dan metode pengaplikasian pupuk tersebut dikarenakan pemberian pupuk
secara kelebihan atau kekurangan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya

7
DAFTAR PUSTAKA
Bakrie, m. I. (2014). Metode Pemupukan Urea, SP-36, dan KCl pada Padi Sawah. BPTP
SUMBAR.
Budiyanto, Gunawan. 2017. Panduan Praktikum Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Prodi
Agroteknologi UMY.

Husnain, A. K. (2016). Pengelolaan Hara dan Teknologi Pemupukan Mendukung


Swasembada Pangan di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 10 No. 1, 25-36.
Makarim, A. K., & Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, 295-330.

Muyassir., dan Manfarizah. 2012. Variasi Dosis dan Teknik Pemupukan NPK Terhadap Sifat
Kimia Tanah, Serapan Hara Serta Hasil Terung (Solanum melongena L.). LENTERA. 12 (2).

Tiadiati, Pratama, A. A., dan Abdulrachman, S. 2012. Pertumbuhan dan Efisiensi


Penggunaan Nitrogen pada Padi (Oryza sativa L.) dengan Pemberian Pupuk Urea
yang Berbeda. Buletin Agronomi dan Fisiologi, 20(2): 1-14.

Anda mungkin juga menyukai