Anda di halaman 1dari 5

Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Dan Bukit Batu, termasuk kawasan yang memiliki

karakteristik hamparan rawa gambut dialiri oleh dua sungai, Bukit Batu dan Siak Kecil,
membentang di Propinsi Riau diapit oleh 2 Kabupaten Bengkalis dan Siak serta bagian barat
Dumai. Obyek wisata yang paling menarik adalah hamparan panorama tasik (danau) yang
indah di kelilingi oleh tumbuhan air seperti rasau dan bakung membentuk perakaran yang
kompak seperti spot-spot meyerupai pulau mini jika melihat dari atas. Kawasan ini telah
mendapat sertifikasi dari Program MAB - UNESCO pada tanggal 26 May 2009, artinya
Dunia internasional telah mengakui adanya Cagar Biosfer baru di indonesia, kemudian
peresmian oleh Menteri Kehutanan MS. Kaban pada tanggal 1 juli 2009, Pekanbaru – Riau.

Total luasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dan Bukit Batu yaitu 705.270 Ha terdiri dari 3
zonasi

 Zona inti seluas 178.722 ha meliputi ( Suaka margasatwa Giam Siak Kecil 84.967 ha,
Suaka Margasatwa Bukit Batu 21.500 ha, dan alokasi SMF 72.255 Ha ) --- Hijau
 Zona penyangga  seluas 222.425 ha meliputi Hutan Tanaman Indrustri --- Kuning
 Zona Transisi seluas 304.123 ha meliputi pemukiman, dan perkebunan masyarakat ---
Biru

Lokasi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Dan Bukit Batu sekitar 280 km dari kota pekan baru
melalui jalan darat dengan jarak tempuh 6 jam butuh waktu yang cukup lama, namun
sepanjang perjalanan kita bisa melihat kota Kabupaten Siak yang merupakan kota sejarah
disana terdapat Istana Sultan Syarif Kasim yang sekarang dijadikan obyek wisata dimana
pengunjung bisa melihat benda-benda pusaka peninggalan pada masa kerajaan. Kemudian
masuk ke wilayah Kabupaten Bengkalis tepatnya di Kecamatan Bukit Batu, kita bisa melihat
makam Datuk laksamana raja dilaut, menurut sejarah beliau adalah panglima besar dari
Sultan Syarif Kasim yang gugur dalam perang melawan penjajah, saat ini lokasi tersebut
dijadikan situs budaya ketika pada hari besar islam selalu dikunjungi para peziarah hingga ke
negeri Malaysia.

Jika sepanjang jalan mata memandang banyak terdapat perkampung dengan berbagai jernis
tanaman pertanian seperti karet, kelapa, sawit, pinang dan beberapa dijumpai bangunan usaha
sarang walet sesekali dipapasi hewan ternak milik penduduk setempat, lokasi itu merupakan
daerah zona transisi, terdapat 9 desa sekitar cagar biosfer bukit batu antara lain : D. Buruk
Bakul, D. Bukit Batu, D. Sukajadi, D. Temiyang, D. Parit api, D. Tenggayun, D. Sepahat, D.
Tanjung leban dan D. Pelintung. disini budaya melayu sangat kental dengan tetap menjaga
nilai-nilai islami karena mayioritas bragama muslim.
Lokasi Cagar Biosfer yang akan di kunjungi yaitu Suaka Margasatwa Bukit Batu atau
masyarakat setempat menyebutnya dengan Hutan Sungai Bukit Batu, ini merupakan bagian
areal inti dari landscape Cagar Biosfer. Ketika memasuki kawasan rasanya seperti berada di
daerah lain menyeramkan tapi sekaligus menyenangkan mengapa, karena karakteristik air
yang  berwarna hitam namun jernih seperti air teh dengan jalur sungai yang berkelok-kelok
terkadang menyulitkan perjalanan hal-hal seperti itu dapat memacu andrenalin.
Keanekaragaman Hayati Suaka Margasatwa Bukit Batu dari hasil survey LIPI menunjukan
terdapat bermacam jenis pohon berkayu di areal inti seperti kempas (Koompasia malacensis),
Meranti batu (Shorea uliginosa), Meranti bunga (Shorea teymanniana) Punak (Tetrameristra
glabra), Durian burung (Durio carinatus), Bintangur (Calophyllum soulatri) )jika ingin
mencoba tracking kita bisa melihat jenis tanaman yang masuk daftar red list IUCN yaitu
Ramin (Gonystilus bancanus ) protected, kantong semar (Nephentes spp) tak jarang bisa
dijumpai satwa liar yang diantarannya masuk daftar CITES mulai dari  primata: Kera ekor
panjang (Macaca falcicularis) Lutung (Presbytis cristata ), Beruk (Macaca nemestrina),
mamalia: Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) Appendix 1, Aves: Rangkong
(Buceros rhinoceros ) Appendix 1, kekek (Anthracoceros malayanus), Elang (Spilornis
cheela) dan Reptil: King kobra (Naza sp), Biawak (Varanus salvator), labi-labi (Amyda
cartilagina) dan jika beruntung bisa melihat buaya muara (Crocodilus porossus) Appendix 2,
Sinyulong (Tomistoma schlegelii) Appendix 1.

Namun keindahan keanekargaman hayati tersebut tidak luput dari ancaman terdapat kawasan
ini, beberapa sisa kegiatan ex illegal logging pada tahun 1997 bisa djumpai, namun saat ini
pihak BKSDA dan swasta SMF gencar melakukan kegiatan operasi memberantas kegiatan
illlegal loging. Puncak dari rute sungai ini adalah melihat keberadaan tasik atau danau seperti
hamparan savana namun terendam air tidak ada vegetasi sekitar tasik yang ada hanya
rerumputan air dan tanaman rasau mata akan diamanjakan oleh keidahannya. Terdapat
beberapa tasik yang bisa dijumpai antara lain: Tasik bungsu, Tasik kemenyan, Tasik
terentang dan Rantau panjang waktu yang dibutuhkan 21/2 jam untuk bisa menuju kesana.
Tasik – tasik tersebut dimanfatakan oleh nelayan sungai sebagai sumber pendapatan, hasil
tangkapan dalam 1 minggu bisa mencapai 50 kg ketika musim tiba dengan berbagai jenis
ikan berupa: Baung, Kepar (Ballontia hasseltii), Tuakang, Gabus, Soindang, Toman (Channa
spp) dan sang perimadona yaitu ikan Tapa (Wallago attu) karena nilai jual relatif mahal dan
kelezatan dagingnya mengalahkan rasa ikan jenis lainya. Permintaan akan ikan sungai cukup
tinggi, tak jarang pengepul dari luar daerah datang untuk mendapat pasokan ikan segar yang
akan di distribusikan ke pasar-pasar di Pekanbaru.
Selain itu lokasi ini dijadikan pusat risert oleh LIPI, Universitas Riau bahkan luar negeri
seperti Kyoto University – Jepang dan terakhir dari National Geografic Indonesia. Ini
membuktikan bahwa kawasan terbuka untuk para peneliti baik lokal maupun asing dengan
tetap mengukuti praturan yang sudah disepakati karenasmelihat banyak sekali potensi
sumberdaya alam yang bisa dikembangkan dalam kajian scientific.

Berlanjut ke lokasi di bagian selatan yaitu Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil masuk dalam
wilayah Kabupaten Siak menawarkan pontensi wisata yang cukup menarik, sekitar 150 km
dari kota pekan baru dengan jarak tempuh kurang lebih 4 jam, sepanjang perjalanan menuju
lokasi kita bisa melihat salah satu lokasi pabrik kertas terbesar di indonesia PT Indah Kiat
Pulp&Paper dan pengelolaan Hutan Tanaman Indrustri (HTI) PT. Arara Abadi berupa hutan
homogen Ecalyptus dan Akasia. Dalam landscape Cagar Biosfer konsesi ini diperuntukan
sebagai buffer zone (zona penyangga), tidak kalah dari blok bukit batu, pada bagian zona inti
kawasan ini menyajikan keindahan panorama tasik yang area lebih luas dari tasik - tasik yang
ada di Suaka Margasatwa Bukit Batu, tasik ini dinamakan tasik betung kemudian ketika
memasuki kawasan terlihat rumah-rumah terbuat dari kayu dan beberapa perkebunan karet di
sekitaran pemukiman, lokasi ini dinamakan Dusun 2 Desa Tasik Betung dimana letaknya
berada di tepian tasik.
Surat Pernyataan Masyarakat Desa Tasik Betung Kabupaten Siak. Setelah melalui diskusi
secara mendalam, perwakilan Desa Tasik Betung menyatakan :
1.   Sepakat dan mendukung usulan pengembangan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil,
Suaka Margasatwa Bukit Batu dan areal sekitarnya sebagai cagar biosfer di Propinsi Riau.
2.   Dukungan tersebut dengan alasan bahwa dengan kelestarian hutan alam pada kawasan
cagar biosfer tersebut akan menjamin kelestarian tasik-tasik dan sungai-sungai yang
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Desa Tasik Betung, serta dapat
dikembangkan potensi wisata alamnya.
3.   Desa Tasik Betung yang berpenduduk mayoritas masyarakat Melayu akan terpeliharanya
budaya yang harmonis dengan alam dan menjadi perhatian baik ditingkat daerah, nasional
maupun internasional.
Sudah menjadi tradisi masyarakat memanfaatkan kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil
sebagai sumber penghidupan namun sebagian kecil penduduk sudah beralih trend ke
perkebunan, saat ini tasik dan sungai siak kecil masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
sumber protein ikan dengan teknik penangkapan secara tradisional menggunakan bubu dan
lukah serta aturan adat yang melarang penggunaan racun sehinga ketersediaan sumber protein
tetap terjaga. Hasil jenis ikan berupa: selais (Kryptopterus macrocephalus) Baung, Toman
(Channa spp), Tapa (Wallago attu). Untuk pemasaran sama seperti nelayan di sungai bukit
batu menunggu kedatangan dari pengemul ikan, biasanya hasil ikan dijual dalam keadaan
kering atau salai harganya pun 2 kali lipat dari harga ikan basah karena proses pengolahan
cukup lama mulai dari pembersihan hingga pengasapan menjadikan bobot ikan berkurang
serta keuntunganya adalah ikan lebih tahan lama.
Berdasarkan hasil penelitian LIPI, Keanekaragaman hayati Suaka Margasatwa Giam Siak
Kecil secara umum untuk keragaman jenis sama dengan Suaka Margasatwa Bukit Batu baik
jenis vegetasi dan satwaliar karena Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu merupakan
satu landskap Hutan rawa gambut, beberapa peneliti sudah melakukan observasi untuk
menentukan studi apa yang sesuai untuk pengembangkan kawasan baik segi sosial maupun
ekologi dan hidrologi.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Area inti :
CB GSK-BB seluas 178.222 ha merupakan kawasan lindung gambut . Kontribusi
Sinarmas Forestry & Partners kawasan hutan rawa gambut seluas 72.225 ha meliputi
koridor ekologi dari 2 Suaka Margasatwa (SM GSK dan SM BB) luas kawasan
konservai bertambah dari 106.467 ha menjadi 178.722 ha. 

Zona Penyangga :
CB GSK-BB seluas 222.425 ha sebagian besar (88%) merupakan kawasan HTI
Sinarmas Forestry dan mitra usahannya.  Zona peyangga berupa hutan tanaman
diharapakan mampu menjamin kelestarian areal inti,  karena kawasan ini selalu
mendapatkan pengelolaan dan pengawasan yang baik dariSinarmas Forestry. 
 
Zona transisi :
Pada bagian terluar CB GSK-BB yaitu area inti seluas 304.123 hektar yang menjadi
areal kerjasama pengembangan model pembangunan berkelanjutan di bidang
perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan dan pemukiman.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai