BAB1 Leny
BAB1 Leny
Oleh :
LENY RIZKA JANUARISTINA
(14201.09.17029)
Menurut (Maryam, 2012). Pada proses menua ini juga merupakan proses yang terjadi
terus menerus atau berlanjut secara alami yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup yang tidak dapat di hindari. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif. Terdapat teori-teori terkait dengan proses penuaan yaitu teori biologis, teori
psikologis, teori sosial dan teori spiritual. Dampak dari proses menua tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pada lansia baik fisik, sosial maupun psikologisnya. Perubahan fisik
seperti halnya munculnya penyakit seperti gangguan kardiovaskuler, respirasi, muskuloskeletal,
gastrointestinal, pendengaran, penglihatan, terganggunya sistem endokrin serta menurunya
kemampuan belajar dan juga memori. Perubahan sosial seperti perubahan peran, kesendirian,
kehilangan teman. Sedangkan perubahan psikologis meliputi perubahan keinginan, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian maka dari itu timbul gejala
kecemasan dan stress.
Menurut (Endang, 2011). Terapi reminiscence merupakan salah satu intervensi
keperawatan yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok.Terapi ini lebih utama
ditujukan pada lansia yang mengalami stres. Terapi reminiscence yang dilakukan memberikan
kesempatan pada sesama lansia untuk saling berbagi pengalaman masa lalu untuk mencapai
integritas diri (Syarniah 2010). Terapi Reminiscence di sebut juga suatu mekanisme untuk
mengatasi perubahan. Dalam terapi ini individu dalam mencapai integritas diri dan harga diri.
Melalui proses ini lansia dapat mempromosikan diri, mengingat kenangan sendiri maupun
kenangan bersama, mengatasi kekurangan dan keterbatasan fisik, mengidentifikasi tema
universal tentang kehidupan manusia, dan memperkuat mekanisme pertahanan diri. Hal ini
berarti terapi reminiscencedapat dipergunakan untuk lansia dalam rangka memperkuat
integritas diri dan permasalahan yang dimilikinya melalui kenangan masa lalu yang sudah
dikembangkannya.
Terapi reminiscence berfokus terhadap peristiwa-peristiwa yang menyenangkan pada
lansia, sehingga dengan memceritakan dan mendiskusikan hal tersebut lansia menjadi senang
dan bangga dapat meningkatkan integritas diri dan mendapatkan penguatan positif sehingga
mampu mengeliminasi peristiwa yang tidak menyenangkan (Hardimansyah, 2014).
Menurut Fontaine dan Fletcher (dalam Bharaty, 2011), terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan harga diri, membantu individu mencapai kesadaran diri, memahami diri,
beradaptasi terhadap stress, dan melihat dirinya dalam konteks sejarah dan budaya.
Menurut Sharif, Mansouri, Jalanbin, dan Zare (2010) terapi reminiscence memiliki
efektivitas dalam menurunkan depresi pada lansia di Iran. Terapi reminiscence dilakukan dua
kali seminggu selama 3 minggu, diikuti oleh 49 lansia berusia 60 tahun ke atas dan
menunjukkan skor GDS-SF yang menurun. Artinya terdapat penurunan depresi yang signifikan
dalam skor depresi dibandingkan sebelum dan sesudah intervensi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektifitas
senam terapi latih otak dan terapi reminiscence terhadap harga diri pada lansia di panti tresna
werda muhammdiyah kota probolinggo
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini “apakah
ada pengaruh kelompok terkontrol dan kelompok pelakuan terhadap harga diri pada lansia
reminiscence terhadap harga diri pada lansia di panti tresna werda muhammadiyah kota
probolinggo.
terapi latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna werda muhammdiyah kota
probolinggo.
2. Mengidentifikasi kekuatan fisik dan psiko pada lansia dengan harga diri sebelum dan
setelah di berikan terapi senam latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna werda
3. Menganalisis efektifitas terapi senam latih otak dan terapi reminiscence terhadap harga
Sebagai masukan bagi perawat terutama untuk meningkatkan perannya dalam memberikan
pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu
dapat dijadikan Evidance Base bagi praktik keperawatan disemua tatanan pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu yang menambah
pengetahuan dan wawasan dalam bidang keperawatan mengenai terapi senam latih otak
melakukan asuhan pada lansia dan diharapkan agar dapat menerapkan.terapi senam latih
aturan.
Daftar pustaka
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi
Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham, O. (2017). The Improvement of Cognitive Function
and Decrease the Level of Stress in the Elderly with Brain Gym. International Journal Of
Nursing And Midwifery Science (IJNMS), 1(1), 26-31. Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham,
O. (2017). The Improvement of Cognitive Function and Decrease the Level of Stress in the
Elderly with Brain Gym. International Journal Of Nursing And Midwifery Science (IJNMS), 1(1),
26-31.
Panglipurethias, Dwi, Ayu. (2015) Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat
Depresi Lansia Di Pposyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul.
Yogyakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Muhammadiyah.
WHO. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health estimate.
Geneva.
Friedrich, M. (2017). Depression is the leading cause of disability around the world.
Jama, 317(15), 1517