Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS SENAM TERAPI LATIH OTAK DAN TERAPI

REMINISCENCE TERHADAP HARGA DIRI LANSIA


DI PANTI TRESNA WERDHA MUHAMMADIYAH KOTA
PROBOLINGGO
PROPOSAL

Untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar sarjana keperawatan

Oleh :

LENY RIZKA JANUARISTINA

(14201.09.17029)

PROGRAM STUDY S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia

menurut UU No. 13 tahun 1998 adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Usia lanjut adalah sesuatu

yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu

akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2015).

Lansia atau lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak anak, dewasa dan

akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang

dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia

tahap perkembangan kronologis tertentu (Azizah, 2011, hlm.1) Setiap orang yang

memasuki usia lanjut, maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang meliputi

(memory, IQ, kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, dan pemecahan masalah),

perasaan, sosial dan seksual. Sementara fungsi fisik (sistim indra, sistim

muskuloskeletal, sistim kardiovaskuler dan respirasi, pencernaan dan metabolisme,

sistim perkemihan, sistim saraf dan sistim reproduksi) (Azizah, 2011, hlm.17).

Menurut World Health Organization (WHO), proporsi penduduk di atas 60 tahun

di dunia pada tahun 2017 sebanyak 765 juta sekitar 12% dan meningkat pada tahun

2019 sebanyak 984 juta sekitar 16%. Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (2018) di

indonesia pada tahun 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar

24.754.500 jiwa (9,34%) (Riskesdas 2018). Sedangkan di wilayah Jawa Timur tercatat
13,06% atau sejumlah 84.360 lansia (Permatasari 2018). Sementara itu untuk Kota

Probolinggo prevalensi penduduk diatas 60 tahun sebanyak 22,300 jiwa sekitar 9,77%.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) 2013 masalah lansia dengan harga

diri rendah ini hampir diseluruh negara didunia tahun 2009 lalu ditemukan ada 450 juta

orang menderita gangguan psikososial (harga diri rendah) sebagai gambaran menurut

WHO jika prevalensi gangguan psikososial dengan harga diri rendah diatas 100 jiwa per

1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga.

Berdasarkan studi pendahuluan pada hari selasa tanggal 26 januari 2021 “ di

panti tresna werdha muhammadiyah kota probolinggo “ dengan metode kuisioner dan

wawancara kepada 10 lansia didapatkan data lansia yang mengalami harga diri rendah

karna kehilangan pasangan sebanyak (50%), system keluarga yang tidak berfungsi

(20%), keluhan fisik yang sering dialami seperti sakit kepala (20%), gangguan fisik

sebanyak (10%).

Menurut (Azizah, 2011, hlm.17). Setiap orang yang memasuki usia lanjut, maka

ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang meliputi (memory, IQ, kemampuan

belajar, kemampuan pemahaman, dan pemecahan masalah), perasaan, sosial dan

seksual. Sementara fungsi fisik (sistim indra, sistim muskuloskeletal, sistim

kardiovaskuler dan respirasi, pencernaan dan metabolisme, sistim perkemihan, sistim

saraf dan sistim reproduksi). Menurunnya kedua fungsi tersebut menjadikan lansia tidak

dapat beraktivitas dengan baik sehingga lambat laun kehilangan berbagai kemampuan

untuk menyeleseikan masalah. Kondisi ini merupakan suatu tantangan untuk

mempertahankan kesehatan dan kemandirian pada lanjut usia agar tidak menjadi beban

bagi dirinya, keluarga dan juga masyarakat. Nugroho (2010) mengatakan bahwa proses

menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, instrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

Harga diri atau dengan kata lain self esteem adalah cara pandang individu

terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya

sebagaimana individu yang utuh (Azizah, 2011, p. 77).

Menurut (Keliat 2010), Ada beberapa masalah gangguan jiwa salah satunya adalah

harga diri rendah.harga diri rendah merupakan perasaan tidak berarti akibat evaluasi yang

berkepanjangan di sertai kurangnya perawatan diri sendiri, berpakaian tidak rapi, selera

makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara

lambat dan nada suara lemah. Banyak faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada

lansia.Harga diri rendah pada lansia dikarenakan adanya tantangan baru akibat dari

kehilangan pasangan, ketidakmampuan fisik, dan pensiun.Pandangan negatif dan adanya

stigma dari lansia juga dapat menyebabkan penurunan harga diri lansia. Oleh karena itu,

dibutuhkan penyesuaian dan adaptasi dari lansia agar dapat berespons secara adaptif

terhadap perubahan yang terjadi akibat proses menua dan tidak jatuh pada kondisi

maladaptive.

Harga diri rendah pada lansia dapat terlihat melalui kesehatan fisik dan

emosionalnya, serta ekspresi kepedulian melalui keluhankeluhan terhadap tubuh. Lansia

yang mengalami harga diri rendah sering menimbulkan perasaan tidak berguna, tidak

berarti dan tidak berharga. Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan lanjut usia adalah

melalui olahraga atau aktifitas fisik yang rutin. Manfaat olahraga bagi fisik sudah banyak

diketahui, seperti mengendalikan berat badan, menurunkan tekanan darah, mengurangi

resiko diabetes, dan lain-lain.


(“Exercise and mental health,” 2017).Selain untuk kesehatan fisik, olahraga juga

memiliki manfaat untuk kesehatan mental dan psikologi.Latihan atau aktifitas fisik yang

rutin dilakukan dapat meningkatkan mood dan kualitas tidur, mengurangi stress dan

kecemasaan.Aktifitas fisik dapat memicu pengeluaran hormon serotonin dan endorphin

yang dapat mempengaruhi mood serta memberikan rasa bahagia bagi seseorang.

Olahraga akan membantu memompa darah ke otak sehingga membantu proses berpikir,

meningkatkan ukuran hipokampus yang dapat meningkatkan hubungan anatara selsel

saraf pada otak, menigkatkan daya ingat dan melindungi otak dari penyakit .

Yanuarita, (2012) menyatakan Brain Gym/ Senam Latih Otak dapat dilakukan oleh

lanjut usia (Lansia) karena gerakan Brain Gym tidak hanya dapat memperlancar aliran darah

dan oksigen ke otak, tetapi dapat merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal,

yaitu lebih mengaktifkan kemampuan otak kanan dan kiri sehingga kerjasama antara

belahan otak kanan dan kiri bisa terjalin dengan melakukan Brain Gym kualitas hidup lansia

pun akan meningkat. Selain Brain Gym terdapat juga terapi Reminiscence, Menurut

(Endang, 2011). Terapi reminiscence merupakan salah satu intervensi keperawatan yang

dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok.Terapi ini lebih utama ditujukan pada

lansia yang mengalami stres. Terapi reminiscence yang dilakukan memberikan kesempatan

pada sesama lansia untuk saling berbagi pengalaman masa lalu untuk mencapai integritas

diri. Menurut Syarniah 2010). Terapi Reminiscence di sebut juga suatu mekanisme untuk

mengatasi perubahan.Dalam terapi ini individu dalam mencapai integritas diri dan harga diri.

Melalui proses ini lansia dapat mempromosikan diri, mengingat kenangan sendiri maupun

kenangan bersama, mengatasi kekurangan dan keterbatasan fisik, mengidentifikasi tema

universal tentang kehidupan manusia, dan memperkuat mekanisme pertahanan diri. Hal ini

berarti terapi reminiscencedapat dipergunakan untuk lansia dalam rangka memperkuat


integritas diri dan permasalahan yang dimilikinya melalui kenangan masa lalu yang sudah

dikembangkannya.

Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Efektifitas Senam Terapi Latih Otak dan Terapi Reminiscence terhadap harga diri pada

lansia di panti tresna werda muhammdiyah kota probolinggo.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini “apakah

ada pengaruh kelompok terkontrol dan kelompok pelakuan terhadap harga diri pada lansia

di panti tresna werdha muhammadiyah kota probolinggo ?”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas senam terapi latih otak dan

terapi reminiscence terhadap harga diri pada lansia di panti tresna werda muhammadiyah

kota probolinggo

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kekuatan pada lansia dengan harga diri sebelum dan setelah

diberikan terapi latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna werda

muhammdiyah kota probolinggo.

2. Mengidentifikasi kekuatan fisik dan psiko pada lansia dengan harga diri sebelum dan

setelah di berikan terapi senam latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna

werda muhammdiyah kota probolinggo

3. Menganalisis efektifitas terapi senam latih otak dan terapi reminiscence terhadap

harga diri pada lansia dipanti tresna werda muhammdiyah kota probolinggo

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1 Bagi Keperawatan

Sebagai masukan bagi perawat terutama untuk meningkatkan perannya dalam

memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.Selain itu dapat dijadikan Evidance Base bagi praktik keperawatan disemua

tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun masyarakat.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Untuk responden sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga

kesehatan dalam melakukan asuhan pada lansia dan diharapkan agar dapat

menerapkan.terapi senam latih otak dan terapi reminiscence.

1.4.3 Lahan Penelitian

Untuk responden sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga

kesehatan dalam melakukan asuhan pada lansia dan diharapkan agar dapat

menerapkan.terapi senam latih otak dan terapi reminiscence.

1.4.4 Bagi Peneliti

Sebagai wawasan diri sendiri untuk mengembangkan ilmu yang didapat dan

menjadikan pengalaman terhadap pengetahuan.khususnya yang berkaitan dengan

Pengetahuan dalam mengaplikasikan terapi senam latih otak dan terapi

reminiscence sesuai prosedur dan aturan.


Daftar pustaka
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi

Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham, O. (2017).The Improvement of Cognitive Function and
Decrease the Level of Stress in the Elderly with Brain Gym. International Journal Of Nursing
And Midwifery Science (IJNMS), 1(1), 26-31. Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham, O.
(2017).The Improvement of Cognitive Function and Decrease the Level of Stress in the Elderly
with Brain Gym. International Journal Of Nursing And Midwifery Science (IJNMS), 1(1), 26-31.

Exercise and Mental Health.(2017). Healthdirect. Diakses dari


https://www.healthdirect.gov.au/exercise-and-mental-health

Panglipurethias, Dwi, Ayu. (2015) Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat
Depresi Lansia Di Pposyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul.Yogyakarta :
Fakultas Ilmu Keperawatan Muhammadiyah.

World Health Organization.(2017). Definition of an older or elderly person.Available Source:


http://www.who.int/healthinf o/.

RI, D. K. (2016). Situasi Lanjut Usia ( LANSIA) Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI

RI. K. (2017).Analisi Lansia Di Indonesia. Kementrian kesehatan RI

Shalaby M.H, M. S. A. E. . (2018). The Effect of Reminiscence Therapy on Depression among Elderly.
E-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–1940, 7(6).

WHO. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health estimate. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai