Reminiscence Terhadap Harga Diri Lansia
Reminiscence Terhadap Harga Diri Lansia
Oleh :
(14201.09.17029)
PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia
menurut UU No. 13 tahun 1998 adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Usia lanjut adalah sesuatu
yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu
akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2015).
Lansia atau lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Azizah, 2011, hlm.1) Setiap orang yang
memasuki usia lanjut, maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang meliputi
perasaan, sosial dan seksual. Sementara fungsi fisik (sistim indra, sistim
sistim perkemihan, sistim saraf dan sistim reproduksi) (Azizah, 2011, hlm.17).
di dunia pada tahun 2017 sebanyak 765 juta sekitar 12% dan meningkat pada tahun
2019 sebanyak 984 juta sekitar 16%. Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (2018) di
indonesia pada tahun 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar
24.754.500 jiwa (9,34%) (Riskesdas 2018). Sedangkan di wilayah Jawa Timur tercatat
13,06% atau sejumlah 84.360 lansia (Permatasari 2018). Sementara itu untuk Kota
Probolinggo prevalensi penduduk diatas 60 tahun sebanyak 22,300 jiwa sekitar 9,77%.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) 2013 masalah lansia dengan harga
diri rendah ini hampir diseluruh negara didunia tahun 2009 lalu ditemukan ada 450 juta
orang menderita gangguan psikososial (harga diri rendah) sebagai gambaran menurut
WHO jika prevalensi gangguan psikososial dengan harga diri rendah diatas 100 jiwa per
panti tresna werdha muhammadiyah kota probolinggo “ dengan metode kuisioner dan
wawancara kepada 10 lansia didapatkan data lansia yang mengalami harga diri rendah
karna kehilangan pasangan sebanyak (50%), system keluarga yang tidak berfungsi
(20%), keluhan fisik yang sering dialami seperti sakit kepala (20%), gangguan fisik
sebanyak (10%).
Menurut (Azizah, 2011, hlm.17). Setiap orang yang memasuki usia lanjut, maka
ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang meliputi (memory, IQ, kemampuan
saraf dan sistim reproduksi). Menurunnya kedua fungsi tersebut menjadikan lansia tidak
dapat beraktivitas dengan baik sehingga lambat laun kehilangan berbagai kemampuan
mempertahankan kesehatan dan kemandirian pada lanjut usia agar tidak menjadi beban
bagi dirinya, keluarga dan juga masyarakat. Nugroho (2010) mengatakan bahwa proses
menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, instrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
Harga diri atau dengan kata lain self esteem adalah cara pandang individu
Menurut (Keliat 2010), Ada beberapa masalah gangguan jiwa salah satunya adalah
harga diri rendah.harga diri rendah merupakan perasaan tidak berarti akibat evaluasi yang
berkepanjangan di sertai kurangnya perawatan diri sendiri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara
lambat dan nada suara lemah. Banyak faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada
lansia.Harga diri rendah pada lansia dikarenakan adanya tantangan baru akibat dari
stigma dari lansia juga dapat menyebabkan penurunan harga diri lansia. Oleh karena itu,
dibutuhkan penyesuaian dan adaptasi dari lansia agar dapat berespons secara adaptif
terhadap perubahan yang terjadi akibat proses menua dan tidak jatuh pada kondisi
maladaptive.
Harga diri rendah pada lansia dapat terlihat melalui kesehatan fisik dan
yang mengalami harga diri rendah sering menimbulkan perasaan tidak berguna, tidak
berarti dan tidak berharga. Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan lanjut usia adalah
melalui olahraga atau aktifitas fisik yang rutin. Manfaat olahraga bagi fisik sudah banyak
memiliki manfaat untuk kesehatan mental dan psikologi.Latihan atau aktifitas fisik yang
rutin dilakukan dapat meningkatkan mood dan kualitas tidur, mengurangi stress dan
yang dapat mempengaruhi mood serta memberikan rasa bahagia bagi seseorang.
Olahraga akan membantu memompa darah ke otak sehingga membantu proses berpikir,
saraf pada otak, menigkatkan daya ingat dan melindungi otak dari penyakit .
Yanuarita, (2012) menyatakan Brain Gym/ Senam Latih Otak dapat dilakukan oleh
lanjut usia (Lansia) karena gerakan Brain Gym tidak hanya dapat memperlancar aliran darah
dan oksigen ke otak, tetapi dapat merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal,
yaitu lebih mengaktifkan kemampuan otak kanan dan kiri sehingga kerjasama antara
belahan otak kanan dan kiri bisa terjalin dengan melakukan Brain Gym kualitas hidup lansia
pun akan meningkat. Selain Brain Gym terdapat juga terapi Reminiscence, Menurut
(Endang, 2011). Terapi reminiscence merupakan salah satu intervensi keperawatan yang
dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok.Terapi ini lebih utama ditujukan pada
lansia yang mengalami stres. Terapi reminiscence yang dilakukan memberikan kesempatan
pada sesama lansia untuk saling berbagi pengalaman masa lalu untuk mencapai integritas
diri. Menurut Syarniah 2010). Terapi Reminiscence di sebut juga suatu mekanisme untuk
mengatasi perubahan.Dalam terapi ini individu dalam mencapai integritas diri dan harga diri.
Melalui proses ini lansia dapat mempromosikan diri, mengingat kenangan sendiri maupun
universal tentang kehidupan manusia, dan memperkuat mekanisme pertahanan diri. Hal ini
dikembangkannya.
“Efektifitas Senam Terapi Latih Otak dan Terapi Reminiscence terhadap harga diri pada
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini “apakah
ada pengaruh kelompok terkontrol dan kelompok pelakuan terhadap harga diri pada lansia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas senam terapi latih otak dan
terapi reminiscence terhadap harga diri pada lansia di panti tresna werda muhammadiyah
kota probolinggo
1. Mengidentifikasi kekuatan pada lansia dengan harga diri sebelum dan setelah
diberikan terapi latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna werda
2. Mengidentifikasi kekuatan fisik dan psiko pada lansia dengan harga diri sebelum dan
setelah di berikan terapi senam latih otak dan terapi reminiscence dipanti tresna
3. Menganalisis efektifitas terapi senam latih otak dan terapi reminiscence terhadap
harga diri pada lansia dipanti tresna werda muhammdiyah kota probolinggo
masyarakat.Selain itu dapat dijadikan Evidance Base bagi praktik keperawatan disemua
kesehatan dalam melakukan asuhan pada lansia dan diharapkan agar dapat
kesehatan dalam melakukan asuhan pada lansia dan diharapkan agar dapat
Sebagai wawasan diri sendiri untuk mengembangkan ilmu yang didapat dan
Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham, O. (2017).The Improvement of Cognitive Function and
Decrease the Level of Stress in the Elderly with Brain Gym. International Journal Of Nursing
And Midwifery Science (IJNMS), 1(1), 26-31. Azizah, L. M., Martiana, T., & Soedirham, O.
(2017).The Improvement of Cognitive Function and Decrease the Level of Stress in the Elderly
with Brain Gym. International Journal Of Nursing And Midwifery Science (IJNMS), 1(1), 26-31.
Panglipurethias, Dwi, Ayu. (2015) Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat
Depresi Lansia Di Pposyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul.Yogyakarta :
Fakultas Ilmu Keperawatan Muhammadiyah.
Shalaby M.H, M. S. A. E. . (2018). The Effect of Reminiscence Therapy on Depression among Elderly.
E-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–1940, 7(6).
WHO. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health estimate. Geneva.