Anda di halaman 1dari 15

Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Dosen pembimbing : Dodik Hartono,S.Kep.,N.s.,M.Kep.

Kelompok 5 :
1. Isfiana Hasanah 14201.12.20019
2. Mochammad Nurul Kutzy 14201.12.20023
3. Salimatul Amaliya 14201.12.20036
4. Silvina Sugianti 14201.12.20038
5. Siti Maria Ulfa 14201.12.20040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO
2020-2021

1
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya hingga kepada kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis membahas mengenai penulis membahas mengenai Pengambilan
keputusan etik pada pasien tertentu. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan
beberapa sumber sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan internet.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari
dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim,S.Kep.,N.s.,M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Wardatul Washilah,S,Kep,. N.s.,M.Kes selaku wali kelas sarjana keperawatan tingkat 1.
4. Dodik Hartono,S.Kep.,N.s.,M.Kep. Selaku dosen pembimbing mata kuliah konsep dasar
keperawatan 1.

Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan
yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Genggong, 09 Januari 2021

Penulis

2
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................i
1.1.Latar Belakang ................................................................................................i
1.2.Rumusan Masalah...........................................................................................ii
1.3.Tujuan..............................................................................................................ii
1.4.Manfaat ...........................................................................................................ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
2.1.Pengertian Pengambilan Keputusan Etik..........................................................
2.2.Model Pengambilan Keputusan Dilema Etik Secara Bertanggung Jawab..........................
BAB III
PEMBAHASAN......................................................................................................
3.1.Pengambilan keputusan etik pada pasien:.........................................................
a. Pasien dengan penyakit(HIV/AIDS,TB,Kusta)
b. Kelompok khusus (lansia,ibu hamil)
c. Kelompok pasien dengan masalah kegawatan
3.2.Pengambilan keputusan etik pada tindakan berikut ini:....................................
a. Pemeriksaan fisik pasien
b. Pemberian obat dan kebutuhan nutrisi
BAB I
PENUTUP...............................................................................................................
A.Kesimpulan .........................................................................................................
B.Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Proses pengambilan keputusan dalam tindakan keperawatan merupakan komponen penting


dalam proses keperawatan , sehingga dibutuhkan kemampuan perawatan karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perawat dapat menghambat perawat dalam
mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien yang akan
berakibat fatal terhadap klien. Penting bagi perawat untuk mampu mengambil keputusan
dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan keperawatannya sehingga proses
keperawatan yang diberikan kepada klien ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi
perawat ataupun klien.
Proses pengambilan keputusan dalam praktik klinik keperawatan
dipahami sebagai serangkaian keputusan yang dibuat oleh perawat dalam interaksinya dengan
klien mengenai jenis pengamatan yang akan dilakukan dalam situasi yang di alami klien
(pengkajian keperawatan), perumusan diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan
yang harus diambil, tindakan keperawatan yang akan diambil serta evaluasi. Perlu dipahami
bahwa istilah keputusan klinis merupakan pilihan di antara alternatif yang ada sebagai upaya
pemecahan masalah. Proses keperawatan hubungan perawat-klien sering rentan, karena
perawat memiliki kekuatan lebih dari klien.
Perawat memiliki pengaruh, akses, informasi, dan pengetahuan serta keterampilan khusus.
Perawat memiliki kompetensi untuk mengembangkan hubungan terapeutik dan menetapkan batas-
batas yang sesuai dengan kebutuhan klien. Hubungan perawat klien adalah dasar dari praktik
keperawatan yang berfokus pada pasien (patient centered care). Keterlibatan pasien merupakan
inti dari proses keperawatan, sehingga partisipasi pasien dalam proses keperawatan menjadi
penting dalam penentuan kualitas dan efektifitas dalam pelayanan tindakan keperawatan.
Dalam melakukan tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan nilai-
nilai dan etika yang dianut oleh klien dan nilai-nilai profesional asuhan keperawatan.
Mengkombinasikan nilai profesional, etik dan nilai yang di anut klien akan meningkatkan
pelayanan, identifikasi kebutuhan dan masalah keperawatan lebih sistematis sehingga
meningkatkan pemahaman klien dalam pengambilan keputusan asuhannya.
1.2.RUMUSAN MASALAH
-Bagaimana Pengambilan keputusan etik,pada pasien:
1. Pasien dengan penyakit (HIV/AIDS,TB.Kusta)
2. Kelompok Khusus (lansia,ibu hamil)
3. Kelompok pasien dengan masalah kegawatan
-Bagaimana Pengambilan keputusan etik pada tindakan berikut ini:
4.Pemeriksaan fisik pasien

4
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

5.Pemberian obat dan kebutuhan nutrisi


1.3.TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengambilan keputusan etik pada pasien dan
tindakan berikut ini:
1. Pasien dengan penyakit (HIV/AIDS,TB.Kusta)
2. Kelompok Khusus (lansia,ibu hamil)
3. Kelompok pasien dengan masalah kegawatan
4. Pemeriksaan fisik pasien
5. Pemberian obat dan kebutuhan nutrisi
1.4.MANFAAT
1. Bagi institusi pendidikan
Manfaat makalah ini bagi institusi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam pemahaman tentang
pengambilan keputusan etik pada pasien dan tindakan berikut ini:
1. Pasien dengan penyakit (HIV/AIDS,TB.Kusta)
2. Kelompok Khusus (lansia,ibu hamil)
3. Kelompok pasien dengan masalah kegawatan
4. Pemeriksaan fisik pasien
5. Pemberian obat dan kebutuhan nutrisi
2. Bagi tenaga kesehatan atau perawat dan mahasiswa
Menambah wawasan tentang pengambilan keputusan etik pada pasien dan
tindakan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi tertentu
(sebagaimana yang telah disebutkan diatas)

5
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

pengambilan keputusan merupakan sebuah refleksi dari perawat ataupun pasien. Membantu
perawat dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan baik dan hati-hati.
Pengambilan keputusan dalam tindakan keperawatan harus ada interaksi antara perawat dengan
klien, pengambilan keputusan dalam keperawatan dapat dilakukan dalam setiap proses
keperawatan, tugas perawat pada saat proses pengambilan keputusan ini adalah sebagai fasilitator
untuk memberikan fasilitas dan dukungan pada klien, pengambilan keputusan klinis dengan
melibatkan klien akan meningkatkan tingkat kemandirian bagi klien, pengambilan keputusan
klinis diperlukan kemampuan berpikir kritis bagi perawat.
Yang terjadi di Indonesia pengambilan keputusan belum sepenuhnya dilakukan
bersama antara perawat-klien. Perawat masih berperan sebagai pengambil keputusan tunggal.
Sehingga dibutuhkan pemahaman lebih lanjut terkait dengan pengambilan keputusan klinis
keperawatan dengan harapan peran perawat akan lebih terlihat nyata sebagai pemberi asuhan
yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
Dalam praktek sehari-hari perawat harus membuat keputusan diagnostik yang terkait dengan
tugasnya dalam melakukan asuhan keperawatan. Perawat selain memberi asuhan keperawatan
juga sering kali dituntut untuk dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh
klien. Oleh karena itu perawat memerlukan pemikiran kritis, ketrampilan interpersonal dan
berlandaskan etika keperawatan sehingga pasien dapat terbantu dalam mengambil keputusan.
Partisipasi klien dalam mengambil keputusan juga sangat mempengaruhi. Dengan
demikian,hubungan yang terjadi haruslah menguntungkan klien dan tidak memiliki efek yang
negatif bagi klien. Kolaborasi perawat klien merupakan komponen utama dalam pemberian
asuhankeperawatan, pengambilan keputusan merupakan bagian dari asuhan keperawatan,
sehingga pengambilan keputusan dalam proses keperawatan harus melibatkan pasien dan
keluarganya.
Keterlibatan klien yang dimaksud dalam pengambilan keputusan ini adalah sebagai upaya
pemberdayaan klien sehingga meningkatkan tingkat kemandirian klien. Tingkat kemandirian ini
akan dicapai jika pasien dan keluarga mampu mengambil keputusan dengan baik dan tepat
dalam memilih asuhan dan bantuan terkait kondisinya. Sehingga diperlukan peran aktif pasien
dan keluarga dalam pengambilan keputusan klinis tersebut. Dalam beberapa penelitian
disebutkan bahwa tugas perawat pada saat pengambilan proses pengambilan keputusan ini
adalah sebagai fasilitator untuk memberikan fasilitas dan dukungan pada klien.
Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, sementara itu perawat juga
merencanakan dan memberikan asuhan. Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan
membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir
kritis dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas
profesional dan salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki
kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual,
kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu, berpikiran terbuka, tekun dan reflektif (Ingram, 2008).

6
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

Pengambilan keputusan dalam penggunaan layanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh


pemahaman individu akan karakteristik penyakit itu sendiri. Proses dimulai dari mengenali
kondisi abnormal yang terjadi, mengetahui seberapa parah, dan mengetahui penyebab dari adanya
kelainan yang dirasakan oleh individu lalu memutuskan untuk mencari perawatan.Sebelum
memutuskan untuk mendapatkan pengobatan, individu perlu mengenali kondisi yang dihadapi
seiring dengan dibutuhkannya perhatian yang lebih terhadap kondisi tersebut.Mengenali kondisi
kesehatan dapat juga dibentuk oleh persepsi dan interpretasi sosiokultural.Misalnya kondisi yang
pasti (hamil) dirasakan sebagai sesuatu yang alami dan tidak memerlukan perawatan medis
tertentu.
2.2.Model Pengambilan Keputusan Dilema Etik Secara Bertanggung Jawab
1. Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Teori dasar/prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis
praktek profesional (Fry, 1991).Teori etik digunakan dalam pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan.Ahli filsafat moral telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi Teori Teleologi dan Deontologi.Kedua konsep teori ini
sudah disinggung pada pokok bahasan tentang teori etik.
2. Kerangka Pembuatan Keputusan
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu
persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan profesional
(Fry, 1989).

Dalam membuat keputusan etis, ada beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu nilai dan
kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat, dan prinsip etis dan
model kerangka keputusan etis. Unsur-unsur yang terlibat dalam pembuatan keputusan
dan tindakan moral dalam praktik keperawatan (Diadaptasi dari Fry, 1991) sebagai dalam
diagram berikut

7
■JS,B Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

Penyelesaian masalah
etika keperawatan menjadi tanggung jawab perawat.
Berarti perawat melaksanakan norma yang diwajibkan dalam perilaku
keperawatan, sedangkan tanggung gugat adalah mempertanggungjawabkan
kepada diri sendiri, kepada klien/masyarakat, kepada profesi atas segala tindakan
yang diambil dalam melaksanakan proses keperawatan dengan menggunakan
dasar etika dan standar keperawatan. Dalam pertanggunggugatan tindakannya,
perawat akan menampilkan pemikiran etiknya dan perkembangan personal
dalam profesi keperawatan.

b.Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis dalam Praktek Keperawatan


Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan
etis. Faktor ini antara lain faktor agama, sosial, ilmu pengetahuan, teknologi,
legislasi, keputusan yuridis, dana,keuangan,pekerjaaan,posisi klien maupun
perawat, kode etik keperawatan, dan hak-hak klien.
a. Faktor Agama dan Adat-Istiadat
Berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis.Setiap perawat disarankan memahami nilai yang
diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap warga
negara diberi kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang
dianutnya.ini sesuai dengan Bab XI pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi 1)
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, dan 2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya.
Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembuatan keputusan etis. Contoh dalam budaya Jawa dan
daerah lain dikenal dengan falsafah tradisional "mangan ora mangan
anggere kumpul" (makan tidak makan asalkan tetap bersama).
b. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan
etis.Faktor ini meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum dan peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley,

8
Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional

1980).
Nilai-nilai tradisional sedikit demi sedikit telah ditinggalkan oleh beberapa
kalangan masyarakat.Misalnya, kaum wanita yang pada awalnya hanya
sebagai ibu rumah tangga yang bergantung pada suami, telah beralih
menjadi pendamping suami yang mempunyai pekerjaan dan banyak yang
menjadi wanita karier.Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh
pula terhadap keperawatan.

9
c. Faktor legislasi dan keputusan yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.Setiap
perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan
yang merupakan reaksi perubahan tersebut.Legislasi merupakan jaminan
tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai
hukum dapat menimbulkan suatu konflik (Ellis, Hartley, 1990).
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etika
kesehatan sedang menjadi topik yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu,
diperlukan undang-undang praktik keperawatan dan keputusan menteri
kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik perawat
Dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014 Bab VI tentang hak dan
kewajiban Pasal 36 butir a tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan
praktek keperawatan berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pasal 37 butir b tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan
praktek keperawatan berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d. Faktor Dana/Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik.untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan program yang
dibiayai pemerintah.
Perawat dan tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering
menerima keluhan klien mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori
diagnosis keperawatan tidak ada pernyataan yang menyatakan
ketidakcukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etilogi bagi berbagai
diagnosis keperawatan antara lain ansietas dan ketidakpatuhan. Masalah
ketidakcukupan dana dapat menimbulkan konflik, terutama bila tidak
dapat dipecahkan.
e. Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan
posisi pekerjaannya.Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga
yang praktek sendiri, tetapi bekerja dirumah sakit, dokter praktek swasta,
atau institusi kesehatan lainnya.
Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat
sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia dapat
mendapat sanksi adminitrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Pengambilan keputusan etik pada pasien:


1.Pasien dengan penyakit (HIV/AIDS,TB,Kusta)
a.Pasien dengan penyakit HIV/AIDS
Keputusan adalah hasil dari sebuah proses yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk pengetahuan dan lingkungan, sehingga pengambilan keputusan merupakan sebuah
proses pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan secara mendalam dan sistemik dengan
langkah-langkah yang berurutan.Menurut Marquis dan Husto (2010),pengambilan keputusan
merupakan proses atau upaya untuk memutuskan serangkaian tindakan, sehingga keputusan
sering dianggap sinonim denga manajemen.George R Terry dalam Gita Farelya (2015)
menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan sebuah pemilihan yang didasari
dengan kriteria tertentu pada dua atau lebih altemative, terdapat 5 hal pokok dalam
pengambilan keputusan yaitu intuisi berdasarkan perasaan, pengalaman, fakta,wewenang, dan
rasional.
b.pasien dengan penyakit TB(TUBERCOLOSIS)
Berpikir kritis merupakan komponen penting dari akuntabilitas professional dalam
melakukan asuhan keperawatan yang berkualitas. Berpikir kritis merupakan salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan proses kognitif. Dalam
mengidentifikasikan proses karakteristik berpikir kritis memerlukan kegiatan perumusan
pertanyaan yang membatasi permasalahan yang ada, menguji data-data yang ada,
menganalisis berbagai pendapat dari berbagai sumber, selalu menghindari pertimbangan yang
sangat emosional, menghindari penyederhanaan kata yang berlebih, mempertimbangkan
berbagai interpretasi dan mentoleransi ambigu. (menurut, Wale 2019).
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis antara lain; Watak
seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptic, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respect terhadap berbagai data dan pendapat. Kriteria
dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Argumen adalah
pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Pertimbangan atau pemikiran yaitu
kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Sudut pandang
(point of view) adalah cara pandang atau menafsirkan persoalan yang ada. Prosedur
penerapan kriteria sangat kompleks dan procedural.
TB merupakan masalah global dalam kesehatan masyarakat di dunia. Pada tahun 1992
WHO telah merencanakan tuberculosis sebagai “Global Emergency”. (Lewis, et all 2011).
TB adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, bakteri ini
dapat menyerang berbagai organ terutama paru. Bila telat untuk diobati atau pengobatannya
tidak tuntas maka dapat menyebabkan komplikasi berbahaya hingga dapat mengalami
kematian. Pada bakteri yang menyebabkan TB hidup di tempat lembab, bakteri ini dapat
bertahan hidup dalam waktu lamadan pada suhu rendah 4 derajat sampai -7 derajat C.
Pemikiran kritis memungkinkan perawat membuat penilaian yang beralasan dan terinformasi
dalam setting praktik dan memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu.
Perawat yang menerapkan pemikiran kritis dalam pekerjaannya, maka mereka akan lebih
terfokus pada pemecahan masalah dan membuat keputusan daripada mengambil tindakan
yang terlalu cepat serta terburuburu. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
keterampilan berpikir perawat untuk menguji berbagai alas an secara rasional sebelum
mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dalam melaksanakan
discharge planning, dengan persentase pengetahuan baik 61.1% dan pengetahuan kurang
38,9%. Sikap perawat dalam melaksanakan dischange planning presentase sikap baik 97,2%
dan 2,8% sikap kurang baik. Ada pengaruh berpikir kritis terhadap kemampuan perawat
pelaksanaan dalam melakukan asuhan keperawatan (p=0,026). Pada hasil penelitian yang
lakukan oleh Raynes (2013) tentang perbedaan budaya pada penyedia layanan kesehatan
terkait pengetahuan, sikap dan praktek untuk mengobati tuberculosis, manajemen penyakit
tidak terkait dengan budaya kesadaran dan budaya kesadaran antara penyedia pelayanan akan
menjadi faktor sangat penting untuk pengenalan diagnosis dan manajemen TBC.
c.Pasien dengan penyakit kusta
Perawat mengkaji kebutuhan asuhan kesehatan pada setiap pasien berdasarkan pada
proses pengkajian yang ditetapkan dan dalam jangka waktu yang ditentukan. Perawat
melakukan analisis data pengkajian keperawatan kusta untuk menentukan diagnosis
keperawatan atau masalah kesehatan terkait. Perawat melakukan analisis data pengkajian
keperawatan kusta untuk menentukan diagnosis keperawatan atau masalah kesehatan terkait.
Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dilakukan dengan pemberian tindakan
keperawatan, menjalankan kolaborasi dengan tim medis dan tim kesehatan lain, berpikir
kritis dalam pengambilan keputusan klinik untuk peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, meringankan penderitaan dan memulihkan kesehatan.
2.Kelompok khusus (lansia,ibu hamil)
Kapasitas untuk mengambil Keputusan,Aspek hukum dan etik yang sangat rumit
Penilaian kapasitas pengambilan keputusan penderita haruslah dari kapasitas fungsional
bukan atas label diagnosis :
-Apakah penderita bisa buat/tunjukkan keinginan secara benar?
-Dapatkah penderita memberikan alasan tentang pilihan yang dibuat?
-Apakah alasan penderita tersebut rasional (artinya setelah penderita mendapatkan penjelasan
yang lengkap dan benar)
-Apakah penderita mengerti implikasi bagi dirinya? (keuntungan dan kerugian dari tindakan
tersebut) dan mengerti pula berbagai pilihan yang ada?
Pendekatan fungsional tersebut memang sukar karena seringkali terdapat fungsi yang
baik dari 1 aspek, tetapi fungsi yang lain sudah tidak baik ,Pertimbangan pada lansia
gangguan komunikasi akibat menurunnya pendengaran, sehingga perlu waktu, upaya dan
kesabaran yang lebih guna mengetahui kapasitas fungsional penderita.
Oleh realitas klinik adanya gangguan proses pengambilan keputusan  Pada kasus
berat  keputusan dialihkan kepada wali hukum atau wali keluarga (istri/anak (de
facto)/pengacara (de jure)  Surrogate decision maker.
3.Kelompok pasien dengan masalah kegawatan
Pengambilan keputusan mengenai triase yang dilakukan perawat IGD sangat
ditentukan oleh tingkat pengetahuan perawat. Perawat IGD dalam mengambil keputusan
mengalami suatu konflik kerjasama, dimana perawat sudah menilai dan melakukan
pemilahan terhadap pasien yang masuk tapi dokter sangat sulit untuk bekerjasama karena
merasa lebih kompeten. Dimana akhirnya terjadi tindakan yang lambat karena harus
menunggu dokter. Dan perawat juga sudah mampu melakukan asuhan keperawatan yang baik
dalam melakukan penanganan karena pengalaman terdahulu mengingat kasus-kasus yang
pernah terjadi dipengaruhi juga karena waktu lama kerja.
3.2.pengambilan keputusan etik pada tindakan:
1.pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit.
Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
merencanakan perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis, mulai
dari kepala hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi).
Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu, denyut
nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik  head to toe, dan
pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan,
muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen, neurologi, reproduksi, dan perkemihan).

2.pemberian obat dan kebutuhan nutrisi

Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan


dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, obat, dosis,
rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi. Perawat mengatur aktivitas
perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman. Perawat juga dapat
merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar
menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua
sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi
perawat untuk tidak menunda pemberian instruksi sampai hari kepulangan klien.

Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah nutrisi Perawat membantu
klien memahami faktor yang mengurangi nafsu makan, menggunakan pendekatan untuk
menstimulasi nafsu makan, dan mengkaji klien untuk kebutuhan agen farmakologi yang
menstimulasi nafsu makan atau mengatur gejala yang mengurangi nafsu makan. Perawat
menstimulasi nafsu makan klien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi,
menentukan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu
makan, dan konseling klien dan keluarga.
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Proses pengambilan keputusan dalam tindakan keperawatan merupakan komponen
penting dalam proses keperawatan , sehingga dibutuhkan kemampuan perawatan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perawat dapat menghambat perawat
dalam mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien yang
akan berakibat fatal terhadap klien. Penting bagi perawat untuk mampu mengambil keputusan
dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam asuhan keperawatannya sehingga proses
keperawatan yang diberikan kepada klien ini diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi
perawat ataupun klien.
Dalam melakukan tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan
nilai-nilai dan etika yang dianut oleh klien dan nilai-nilai profesional asuhan keperawatan.
Mengkombinasikan nilai profesional, etik dan nilai yang di anut klien akan meningkatkan
pelayanan, identifikasi kebutuhan dan masalah keperawatan lebih sistematis sehingga
meningkatkan pemahaman klien dalam pengambilan keputusan asuhannya.

4.2.Saran
Sebagai seorang perawat harus mampu berpikir secara kritis dalam proses
pengambilan keputusan etik agar tercapai tujuan perawat untuk mengembalikan kemandirian
klien,dan setiap mengambil keputusan harus sesuai dengan etik keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, R. H. (2019). Menjadiperawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata


Publisher.
Bandiyah, Siti. (2017). Ketrampilan Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Hafifah, I., Fithriyah, N. (2018). Pengalaman Keluarga Dalam Pengambilan
Keputusan Pada Pasien Kritis di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Dunia Keperawatan. 6
(1): 11-18
Heni. (2017). Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan. 3(1),
26-29
Hartono. 2008. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep. Pontianak:
Salemba
Khairina,I., Malini,H., Huriana, E. 2020. Pengetahuan Dan Keterampilan Perawat
Dalam Pengambilan Keputusan Klinis Triase. Jurnal LINK. 16(1) : 1-5
Kozier, B,. et al. (Ed.7). (2010). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses
dan praktik keperawatan (Eko Karyuni etal, Alih bahasa ). Jakarta: EGC
Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI
Rahayu, CD., Mulyani, S. (2020). Pengambilan Keputusan Klinis Perawat. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 1-11
Sudono, B DS., Setya, D., Atiningtyas, R. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir
Kritis Perawat Primer Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di RS Islam Surakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 10 (1) : 79-106.

Anda mungkin juga menyukai