Anda di halaman 1dari 8

17

KONSEP ULUL ALBÂB DALAM AL QURAN DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI

ALBAB ULUL CONCEPT IN THE QUR'AN AND THE IMPLICATIONS IN


ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION (PAI) LEARNING IN HIGHER
EDUCATION

Waway Qodratulloh S.

UP MKU Politeknik Negeri Bandung


wayqodratulloh@gmail.com

ABSTRAK
Al Quran sebagai kitab suci umat Islam memuat berbagai ajaran yang agung. Diantara
ajaran yang terdapat dalam Al Quran,terdapat perintah untuk menggunakan potensi akal yang
telah Allah SWT karuniakan kepada manusia. Terminologi manusia yang berakal dalam Al
Quran menggunakan istilah ulul albâb yang disebut sebanyak 16 kali dalam berbagai surat dan
ayat. Sintesis dari pemikiran pakar menunjukkan bahwa ulul albâbbermakna manusia yang
mampu menyadari keberadaan dirinya serta tanggung jawabnya terhadap Tuhan untuk
membawa perubahan di lingkungannya menuju ke arah lebih baik berdasarkan ajaran dalam Al
Quran.Implikasi dari konsep ulul albab terhadap pembelajaran PAI adalah PAI bertujuan
membina pemahaman keagamaan mahasiswa sehingga dapat diaktualisasikan sesuai dengan
kapasitas keilmuan dan profesinya. Penyusunan materi PAI menggunakan pendekatan saintifik
intregatif.Pendekatan dalam proses pembelajaran mengombinasikan pendekatan holistik –
kontekstual
Kata kunci : Ulul Albâb, pembelajaran, PAI

ABSTRACT

Al Quran, the Muslim holy book contains the teachings of the great. One of the teachings
contained in the Quran is the command to use the intelligence potential that Allah has given to
humans. The terminology of intelligent person according to the Quran is Ulul Albab which is
called 16 times in various chapters and verses. The synthesis of the experts’thought showed that
Ulul Albab means someone who is aware of his existence and his responsibilities to his God to
bring about better changes in the environment based on the teachings of the Quran.The
implication of these concepts toward Islamic Religious Education (PAI) is that PAI purposes to
foster the religious understanding of students’ in order to be actualized according to their
knowledge and professional capability. Integrative scientific approach was used to prepare the
material of PAI. The approach in the learning process combined the holistic – contextual
approach.

Keywords: Ulul Albab, learning, PAI

PENDAHULUAN jalan terang. Pada Al Quran, terdapat


Al Quran sebagai mukjizat yang kebaikan sebagai jalan yang harus ditempuh
diturunkan oleh Allah Swt.kepada manusia dan perintah kepada manusia
Muhammad Saw., menurut Qathan (2001: untuk menjauhi keburukan. Diantara aspek
1), berfungsi sebagai petunjuk hidup yang kebaikan yang ada dalam Al Quran,
membawa manusia dari kegelapan menuju terdapatperintah untuk menuntut ilmu,
18 Sigma-Mu Vol.8 No.1 – Maret 2016

menggunakan akal pikirannya dengan cara sekelompok orang yang melanjutkan studi
memperhatikan segala sesuatu yang ada di ke jenjang paling tinggi lalu memperoleh
langit dan di bumi.Hal ini tercantum dalam pengetahuan dan keterampilan kemudian
surat Ali Imran ayat 190 yang berusaha mengembangkan pengetahuan dan
artinya,“Sesungguhnya dalam penciptaan keterampilan melalui penelitian-penelitian
langit dan bumi, dan silih bergantinya dan menerapkan hasil penelitiannya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi sehingga lebih berdaya guna untuk
orang-orang yang berakal”. mempermudah kehidupan masyarakat.
Ayat di atas mengisyaratkan Tingkat menengah adalah mereka yang
perintah Allah Swt. kepada manusia agar menuntut ilmu tanpa berusaha
memberdayakan potensi akal yang mengembangkan ilmu. Termasuk ke dalam
dimilikinya untuk memikirkan segala golongan kedua ini adalah mereka yang
sesuatu yang ada di langit dan di bumi. berusaha menuntut ilmu sebagai bekal
Terminologi manusia berakal dalam ayat dalam kehidupannyayang tidak
tersebut menggunakan istilah ulul albâb. mempunyai visi untuk dikembangkan lebih
Dalam Al Quran, terminologiulul lanjut. Mereka kuliah, memperoleh
albâb atau ulil albâb terulang sebanyak 16 keterampilan dari proses pendidikan
kali yang menunjukkan betapa pentingnya tersebut kemudian bekerja lalu hasilnya
ulul albâbdalam proses pengembangan hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri. Pada
keilmuan, pemikiran, dan pembentukan tingkat terbawah, dengan jumlah yang
pribadi yang unggul.Pada Al paling banyak adalah mereka yang
Qur‟an,diekspos keseluruhan orang beriman melanjutkan studi hanya untuk mendapat
dan berilmu sebagai hamba-hamba Allah selembar ijazah, gelar, dan status melalui
yang memiliki kedudukan tinggi. Pada Surat pendidikan di perguruan tinggi.
Al Mujadalah ayat 11,tersurat kemuliaan Perguruan tinggi merupakan
khusus akan diberikan kepada mereka yang “kawah candradimuka” ilmuwan dan
beriman dan berilmu bahkan akan diberikan. profesional, yang mempunyai peran
Begitu mulianya keimanan dan signifikan untuk menghasilkan lulusan yang
keilmuan seseorang sehingga Allah mempunyai karakter keilmuan dan
menjadikan orang yang beriman dan keimanan. Kedua aspek tersebut menjadi
berilmu ini sebagai tempat rujukan setiap muatan kurikulum pada pendidikan
pertanyaan sebagaimana disebutkan dalam tinggi.Setiap lembaga pendidikan
surat an Nahl: 43 yang artinya, “Dan Kami mempunyai peran yang sangat besar untuk
tidak mengutus sebelum kamu, kecuali mewujudkan cita-cita pendidikan nasional
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu demiterciptanya manusia seutuhnya.
kepada mereka; Maka bertanyalah kepada Manusia yang utuh secara mental maupun
orang yang mempunyai pengetahuan jika spiritual adalah manusia yang utuh secara
kamu tidak mengetahui”.Selain itu, Allah keilmuan maupun secara keimanan dan utuh
juga memuliakan mereka sebagai orang secara pengetahuan maupun perbuatan.
yang paling takut terhadap Tuhan mereka Sebagai bagian dari sistem
sebagaimana disebut dalam surat al Fathir: pendidikan karakter pada perguruan tinggi,
28 yang artinya,“Dan demikian (pula) di mata kuliahPAI (Pendidikan Agama Islam)
antara manusia, binatang-binatang melata mempunyai peran strategis mengingat isi
dan binatang-binatang ternak ada yang mata kuliah PAI berkaitan dengan
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). pembinaan karakter melalui pengetahuan
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di keimanan dan keilmuan mahasiswa. PAI
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah „ulama. harus mampu membina mahasiswa menjadi
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi generasi penerus, yang memiliki integritas
Maha Pengampun”. moral dan akhlak serta keberagamaan yang
Dalam perspektif sosiologis, mereka kokoh.Peran strategis PAI ini sangatlah
yang berusaha mengembangkan ilmu berada beralasan karena berdasarkan Kepmen
dalam puncak piramida kegiatan pendidikan Diknas Nomor: 232/U/2000, PAI
(Tobroni, 2008: 48). Pada tingkatan ini, ada merupakan salah satu matakuliah dalam
Konsep Ulul Albâb dalam Al Quran dan Implikasinya dalam Pembelajaran 19
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

kurikulum inti yang diarahkan untuk Bagian terluar yang merupakan kulit atau
membentuk karakter dan sikap sabut kelapa dinamakan sebagai
keberagamaan dalam kehidupan mahasiswa Qiysr,lapisan kedua dinamakan sebagai
serta menjadi landasan dalam Qisyr al Qiysr yakni tempurung atau batok
mengembangkan ilmu yang ditekuninya. kelapa, dan bagian ketiga yang merupakan
Atas dasar itulah, artikel ini daging kelapa dinamakan sebagai lubb atau
membahas konsep ulul albâb dalam Al inti kelapa. Hati adalah satu-satunya
Quran dan implikasinya dalam perangkat manusia yang biasa digunakan
pembelajaran PAI di perguruan tinggi untuk mengenal Allah. Karenanya, Allah
umum (PTU). Artikel ini disusun untuk menyebutkan bahwa hanya orang yang
menelaah konsep ulul albâb dalam AlQuran, mengenali lubb-nya yang bisamemahami
dan bagaimana implikasi konsep ulul albâb ayat-Nyakarenalubb tidak akan dikenali
tersebut terhadap pembelajaran PAI pada apabila hatinya “padam atau gelap”.
PT dilihat dari aspek tujuan pembelajaran, Ulil albab dalam Al Quran
penyusunan materi, dan pendekatan mempunyai makna yang sejalan dengan
pembelajaran. Diharapkan,artikel ini istilah “Rausyan Fikr” sebagaimana
menjadi gagasan awal untuk pengembangan diungkapkan oleh Ali Syariati (dalam
pembelajaran PAI pada PTU sehingga Rakhmat, 1993:16). Istilah rausyan
cita-cita membina mahasiswa menjadi fikrberasal dari bahasa Persia yang
manusia seutuhnya melalui mendidikan mempunyai arti pemikir yang tercerahkan.
bisa tercapai. Sementara, Rakhmatsendiri mengartikan
Rausyan Fikr ke dalam bahasa Inggris
Makna Ulul Albâb yakni intellectual atau freethinkers atau
Dalam Al Quran, term ulul albâb dalam bahasa Indonesia bermakna
atau ulil albâb terulang sebanyak 16 kali. intelektual yang sebenarnya.
Adapun ayat-ayat yang menyebutkan kata Ulil albab merupakan kelompok
ulul albâb tertuang dalam QS.al-Baqarah orang, yang tanpa instruksi, tergugah
[2]: 179, 197, 269; QS.Ali „Imrân [3]: 7, 90; hatinya untuk membimbing masyarakat
QS.al-Mâidah [5]: 100; QS.Yusuf [12]: 111; menuju kehidupan yang lebih baik.
QS.al-Ra’d [13]: 19; QS.Ibrâhîm [14]: 52; Menurut Syariati (1993), ulul
QS.Shâd [38]: 29, 43; QS.al-Zumar [39]: 9, albâbbukanlah ilmuwan, bukan pula filsuf.
18, 21; QS.al-Mukmin [40]: 54, dan Seorang ilmuwan mempunyai
QS.al-Thalâq [65]: 10. kecenderungan untukmenyibukkan diri
Ulul albâbberasal dari dua suku dengan benda-benda fisik dan gejalanya. Ia
kata, yakni uluu atau ulii yang bermakna akan berusaha menghubungan diri dengan
yang memiliki, dan al-albab sebagai bentuk objek untuk meneliti dengan saksama,
jamak dari kata lubb yang bermakna bagian seperti pengamatan terhadap angkasa
penting dari sesuatu. Definisi ulul sehingga melahirkan astronomi atau
albâbdalam Al Quran diterjemahkan pengamatan terhadap tumbuhan sehingga
berbeda oleh beberapa cendekiawan, yakni melahirkan botani. Sementara,filsuf lebih
orang yang berakal sebagaimana diartikan cenderung kepada perenungan konseptual.
oleh Yunus; Hamka mengartikan ulul albâb Perenungan filsafat cenderung kepada
sebagai orang yang mempunyai pikiran; pemikiran akan hal dan proses yang
Hamidi mengartikan ulul albâb sebagai sifatnya umum. Perenungan ini berusaha
orang yang mengerti; sementara Rifa‟i menyusun suatu sistem pengetahuan yang
mengartikannya sebagai orang yang berakal rasional yang pada gilirannya
kuat; dan Abdullah Yusuf Ali akanmemahamkan manusia terhadap
mengartikannya sebagaiMen of keberadaan alam maupun terhadap dirinya
Understanding (dalam Wasil, 2009: 2) sendiri. Dengan sendirinya, seorang filsuf
Ketika menjelaskan kata lubb, akan sangat detail ketika memikirkan dan
Imam Ghazali mengumpamakannya seperti merenungkan sesuatu karena jangkauan
buah kelapa. Hati manusia laksana buah perenungannya bukan hanya pada hal-hal
kelapa yang terdiri atas beberapa bagian. yang tampak secara materi namun juga
20 Sigma-Mu Vol.8 No.1 – Maret 2016

termasuk proses berpikir itu sendiri. menggunakan istilah Raushan Fikr,


Dengan demikian, apabila seorang ilmuan Iqbaldalam buku kumpulan sajaknya „pas
mengkaji dan mengamati setiap chih bayad kard’ menyebut ulul albâb
permasalahan sehingga menemukan sebagai Raushan Dhamir. Raushan Dhamir
jawaban, maka seorang filsuf akan dalam kontekssajak Iqbal adalah seorang
mempermasalahkan jawaban yang telah yang mampu memandang jauh secara
ditemukan tersebut. mendalam setiap peristiwa-peristiwa yang
Menurut Syariati (1999), ilmuwan terjadi di dunia ke dalam hakikat segala
dan filsuf tidak melibatkan diri terhadap ihwal dan kejadian. Raushan Dhamir
problematika umat seperti masalah mampu mengetahui kejadian dan rahasia
imprelialis yang semakin giat menindas penciptaan sehingga tidak mudah
kaum lemah dan mengatasi kesenjangan terpengaruh oleh gejala yang sifatnya
ekonomi. Seorang ulul albâb dituntut untuk temporal dan sesaat. Kegelapan zaman dan
mempunyai penguasaan, pemahaman, dan masyarakat tempat ia hidup tidak
komitmen terhadap ideologi yang dianutnya. membuatnya pasrah dan lemah menyerah
Komitmen inilah yang pada gilirannya akan kepada nasib, tidak membuatnya sibuk
mewarnai dan melandasi semangat mengeluh dan berputus asa dengan segala
berjuang, berbuat, dan berkorban. Seorang kelemahan dan nasib buruk yang
ulul albâb seharusnya menemukan menimpanya. Sebaliknya,ia bangkit
kebenaran dalam setiap kejadian serta mencari segala potensi yang terpendam dari
mampu memberikan penilaian dan kebudayaan dan agama yang dianut oleh
memaknai bagaimana seharusnya masyarakat. Orang semacam ini akan
dibandingkan hanya menampilkan fakta menemukan bahwa munculnya sikap lemah
sebagaimana adanya. Lebih lanjut tidaklah terletak pada ajaran agama yang
dijelaskan, seseorang yang tercerahkan universal dan langgeng, melainkan pada
adalah orang yang menyadari „keadaan kondisi dan situasi yang meliputi umat dan
manusia‟ pada masanya seiring dengan pribadi – pribadi mereka.
kesejahteraannya dan kemasyarakatannya. Apabila dikaji secara maudhu’i
Kesadaran ini ini akan melahirkan rasa seluruh istilah ulul albâb dalam Al Quran,
tanggung jawab sosial pada dirinya. didapat konsep sebagaimana tercantum
Dengan rasa tanggung jawab sosial inilah, pada tabel berikut (Badaruddin 2005: 28).
manusia tersebut akan berusaha untuk
memperbaiki keadaan ke arah yang lebih
baik dengan setiap gagasan – gagasan yang
positif bagi kemajuan masyarakat.
Berbeda dengan Syariati yang

Tabel 1. Istilah Ulul Albab dalam Al Quran

No Posisi Ayat Makna Ulul albâb


1 QS. Al Baqarah : 179 Mencintai kehidupan dengan jalan menghormati sesama
2 QS. Al Baqarah : 197 1. Mempunyai etika dalam berinteraksi,
berkomunikasi, kesopanan, dan mempunyai rasa
malu apabila berkata kotor;
2. Ketakwaan dijadikan sebagai modal dasar;
3. Selalu merasa diawasi oleh Allah
3 QS. Al Baqarah : 169 1. Berpikir secara mendalam
2. Mampu merasakan berbagai limpahan hikmah-Nya
sehingga menjadikan bersikap bijaksana
Konsep Ulul Albâb dalam Al Quran dan Implikasinya dalam Pembelajaran 21
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

4 QS. Ali Imran : 7 1. Mempunyai pengetahuan yang luas, klarifikatif, dan


verifikatif;
2. Meninggalkan sikap tidak terpuji;
3. Menjadikan kedekatan dengan Tuhannya sebagai
sumber kekuatannya.
5 QS. Ali Imran : 190 1. Memikirkan berbagai fenomena alam yang terjadi;
2. Mengembalikan segala fenomena alam sebagai
kekuasaan Tuhannya;
3. Menjaga keseimbangan, memiliki moralitas, dan
mentalitas yang kuat;
4. Mempunyai kesadaran yang tinggi akan kebesaran
Allah.
6 QS. Al Maidah : 100 1. Mampu membedakan nilai baik dan buruk;
2. Menjadikan nilai halal sebagai prioritas;
3. Ketakwaan sebagai jalan menuju kesuksesan hakiki.
7 QS. Yusuf : 111 1. Senantiasa mengkaji fakta-fakta historis;
2. Bijaksana dan mampu mengendalikan emosi;
8 QS. Al Ra‟ad : 19 1. Mempunyai pengetahuan yang kokoh;
2. Meyakini akan kebenaran Al Quran
9 QS. Ibrahim : 52 1. Menjadikan Al Quran sebagai sumber pengetahuan;
2. Simpati dan empati terhadap segala berita yang ada
dalam al Quran
10 QS. Shad : 29 1. Mampu mengkaji ayat-ayat Kauniyah dan Qauliyah;
2. Memberikan perhatian terhadap setiap tanda
kebesaran Allah;
3. Meyakini adanya keberkahan dari Allah
11 QS. Shad : 43 1. Mampu mengkaji nilai-nilai historisitas;
2. Memiliki resistensi, kritis, emosi yang stabil,
optimis, ulet, dan berbudi pekerti mulia
3. Bertawakal dalam setiap ikhtiar yang dilakukan
12 QS. Al Zumar : 9 1. Mempunyai pembeda antara dirinya dengan kaum
musyrikin;
2. Tekun dalam beribadah, takut kepada siksa akhirat,
tidak menyekutukan Allah
13 QS. Al Zumar : 18 1. Menjadikan Al Quran sebagai sumber pengetahuan;
2. Selalu mengharap petunjuk dari Allah;
14 QS. Al Zumar : 21 Menguasai ilmu pengetahuan
15 QS.Mukmin : 54 Mampu memadukan antara ilmu pengetahuan dan
wahyu
16 QS. At Thalaq : 10 1. Menguasai ilmu-ilmu sosial
2. Pandai dalam berkomunikasi. Mengambil pelajaran
dari peristiwa sejarah, dan memegang teguh setiap
perjanjian.
22 Sigma-Mu Vol.8 No.1 – Maret 2016

kapasitas keilmuan dan profesinya. Tujuan


Apabila dianalisis secara mendalam,
ini akan sangat sejalan dengan semangat
berbagai definisi itu ada kesamaan makna
Islamisasi sains sehingga pada akhirnya
ulul albâb, yakni 1)insan yang senantiasa
tujuan PAI bukan hanya menjadikan
berpikir dan merenungi segala yang
manusia yang beriman namun juga manusia
diciptakan oleh Allah Swt.; 2) perenungan
yang beriman dan berilmu.
tersebut membawa ulul albâb kepada
kesadaran akan keberadaan dirinya dan
Implikasi terhadap Konsep dan Konten
tanggung jawabnya, terhadap Tuhan dan
Materi PAI
lingkungannya; 3) kesadaran tersebut
Ulul albâb mempunyai peran
melahirkan gagasan-gagasan yang mampu
signifikan dalam pembangunan umat dan
membawa perbaikan dalam kehidupan diri
bangsasehingga bahan ajar disusun bukan
dan masyarakat sekitarnya. Jadi, yang
hanya bermuatan pengetahuan, tetapi juga
dimaksud ulul albâb adalah manusia
harus mempunyai suatu konsep materi yang
yang mampu menyadari keberadaan dirinya
dapat ditinjau secara filosofis, holistik, dan
serta tanggung jawabnya terhadap Tuhan
konstekstual.
untuk membawa perubahan di
Secara konsep, materi perkuliahan PAI
lingkungannya menuju kearah lebih baik
diarahkan untukdapat menghilangkan
berdasarkan ajaran dalam Al Quran.
kesenjanganantara ajaran dan realitas
sehingga mahasiswa dapat berpikir secara
HASIL DAN PEMBAHASAN luas dalam memandang ajaran agama.
Selain itu, pembelajaran PAI seharusnya
Implikasi Konsep ulul albâbterhadap tidak hanya dipahami sebagai sebuah
Pembelajaran PAI pada PTU metode penyucian jiwa, pemuasan hasrat
Setelah pengkajian terhadap konsep spiritual sebagai jalan pencapaian
manusia sebagai ulul albâb, selanjutnya kebahagiaan, dan keselamatan dunia.PAI
dibahas implikasi konsep tersebut terhadap juga diarahkan untuk melahirkan
pembelajaran PAI pada PT yang dalam hal pandangan bahwa agama mampu menjawab
ini dibatasi implikasinya terhadap tujuan, tantangan global dan kesuksesan termasuk
isi, dan konsep serta model pembelajaran di dunia ini. Konsep pemikiran yang lahir
PAI pada PT. tidak hanya konsep-konsep yang sifatnya
taqdis al afkar al diniyah, melainkan
Implikasi terhadap Tujuan Pembelajaran membumi sesuai dengan realitas.
Dengan komsep ulul albâbsebagai Judul–judul materi sebaiknya disusun
manusiaharapan yang dapat membawa dengan pendekatan saintifik integratif.
perbaikan dalam kehidupan baik secara Berikut bentuk tema materi yang dibahas
individu atau sosial, tujuan pembelajaran dalam PAI di perguruan tinggi seperti
PAI pada perguruan tinggi adalah membina tertulis pada tabel 2.
pemahaman keagamaan mahasiswa
sehingga dapat diaktualisasi sesuai dengan

Tabel 2. Tema Materi yang Dibahas dalam PAI


Tema 1 Perkuliahan PAI pada perguruan tinggi
Tema 2 Manusia, alam semesta, dan agama
Tema 3 Kedudukan dan sumber ajaran Islam
Tema 4 Integritas iman, islam dan ihsan dalam membina karakter keislaman
Tema 5 Syariat Islam : ibadah dan mu’amalah
Tema 6 Kebudayaan dan peradaban Islam
Konsep Ulul Albâb dalam Al Quran dan Implikasinya dalam Pembelajaran 23
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Tema 7 Kewirausahaan dan etos kerja dalam Islam


Tema 8 Islam dan modernisasi
Tema 9 Islam dan kerukunan antarumat beragama
Tema 10 Pernikahan dalam Islam

Implikasi terhadap Model Pembelajaran same happening or personality,artinya


Implikasi secara nyata konsep dan seluruh situasi, latar belakang atau
konten pembelajaran PAI di PT adalah lingkungan yang relevan dengan beberapa
pembelajaran berbasis kejadian dan kepribadian. Pendekatan ini
saintifikintegratifdengan proses penekanan juga dipilih berdasarkan rumusan tujuan
pada aktivitas mahasiswa. Dari titik ini, instruksional yang menghendaki agar
proses pembelajaran yang dilaksanakan di mahasiswa memiliki wawasan berpikir
kelas diarahkan dengan menggunakan komprehensif dan pendekatan integratif
pendekatan holistik-kontekstual.Menurut dalam menyikapi berbagai permasalahan
Towaf (1999: 64), untuk menghadapi kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya,
berbagai tantangan dalam melaksanakan politik.
ajaran agama pada abad modern, Pembelajaran secara kontekstual
pelaksanaan perkuliahan PAI di PTU dapat berhubungan dengan (1) fenomena
dikembangkan dengan mengombinasikan kehidupan sosial masyarakat, bahasa,
dua model,yaitu holistik dan kontekstual. lingkungan hidup, harapan dan cita yang
Istilah holistik diambil dari kata tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman
holism yang berarti the view that an dan pengetahuan murid, dan (3) kelas
organic or integrated whola has reality sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas
independent of and greater then the sum of merupakan fenomena yang bersifat alamiah,
its parts.Suatu pandangan bahwa suatu tumbuh, dan terus berkembang serta
organisme atau suatu keseluruhan yang beragam karena berkaitan dengan fenomena
terpadu itu memiliki realitas yang mandiri kehidupan sosial masyarakat. Dalam
dan lebih besar daripadakumpulan kaitannya dengan ini, pembelajaran pada
bagian-bagiannya. Model ini dipandang dasarnya merupakan aktivitas untuk
cocok dalam pengembangan PAI karena mengaktifkan, menyentuhkan, menautkan;
tujuan PAI adalah membina mahasiswa menumbuhkan, mengembangkan, dan
agar memiliki kepribadian muslim secara membentuk pemahaman melalui penciptaan
utuh melalui pemahaman, penghayatan dan kegiatan, pembangkitan penghayatan,
pengamalan ajaran Islam secara utuh. internalisasi, proses penemuan jawaban atas
Model holistik mencerminkan pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman
tradisi normatif dan ideologis, sedangkan melalui refleksi yang berlangsung secara
kontekstuallebih mencerminkan tradisi dinamis.
ilmiah. Kedua model ini sangat
memungkinkan untuk memberikan SIMPULAN
kesempatan belajar seluas-luasnyakepada Dari penjelasan tersebut, dapat
mahasiswa tentang ajaran Islam. Keduanya disimpulkan sebagai berikut.
disebut sebagai pendekatan integratif. Pada 1. Ulul albâb adalah manusia yang
akhirnya, pendekatan integratif ini mampu menyadari keberadaan dirinya
diharapkan dapat merombak pola berpikir serta tanggung jawabnya terhadap
dikotomis dalam pemahaman individu Tuhan untuk membawa perubahan di
antara ilmu umum dan ilmu agama. lingkungannya menujuarah lebih baik
Adapun kontekstual diambil dari berdasarkan ajaran dalam Al Quran.
kata Contextus, to leave together, yang 2. Implikasi konsep ulul albâb terhadap
dijabarkan sebagai the whole situation pembelajaran PAI adalah
back groung and environment relevant to 1) PAI bertujuan membina
24 Sigma-Mu Vol.8 No.1 – Maret 2016

pemahaman keagamaan Cottins, William W. .1983.Webster’s New


mahasiswa sehingga dapat School and Dictionary. United States
diaktualisasikan sesuai dengan of America:Wartd Publising Co.Inc.
kapasitas keilmuan dan
profesinya. Hadi, Abdul. 1999. Antara Raushan
2) penyusunan materi PAI Dhamir dan Raushan Fikr. Jakarta:
menggunakan pendekatan Aksara Buana.
integratif-saintifik
3) pendekatan dalam proses Ibnu Rusn, Abi:ing. 1998. Pemikiran Al
pembelajaranmengombi- nasikan Ghazali Tentang Pendidikan.
pendekatan holistik-kontekstual. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Pembahasan mengenai ulul albâb Jalaludin, Rahmat. 1999. Islam Alternatif.


sebenarnya pembahasan yang kompleks Bandung.
dan luas. Artikel ini hanya membahas
sedikit dari begitu banyak implikasi konsep Manna Khalil Qathan. 2001. Studi
ulul albâb terhadap pembelajaran PAI. Ada Ilmu-Ilmu Islam. Jakarta: Litera
banyak pengembangan yang bisa dilakukan Antar Nusa.
berangkat dari konsep ulul albâb,
diantaranya, Rahmat, Jalaludin. 1993. Ideologi Kaum
a. implikasi terhadap metode Intelektual. Bandung.
pembelajaran;
b. implikasi terhadap kompetensi Syariati, Ali. 1993. Membangun Masa
pengajar; Depan Islam. Bandung: Mizan
c. implikasi terhadap evaluasi. Tobroni. 2008. Pendidikan Islam:
Paradigma Teologis, Filosofis, dan
Spiritualitas. Malang: UMM Press.
DAFTAR PUSTAKA
Towaf,Siti Malikah. 1999.Pendekatan
An Nahlawi, Abdurahman. 1999. Holistik – Kontekstual bagi
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah Pendidikan Agama Islam di
dan Masyarakat. Jakarta: Gema Perguruan Tinggi Umum. (Dinamika
Insani Press. Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi,
Wacana tentang Pendidikan Islam).
Ari, Syariati. 1999. Ideologi dan Intelektual. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Bandung.
Wasil, Ahmad, Jan. 2009. Tafsir Qur’an
Badaruddin. 2005. Pengembangan Ulul Albâb. Bandung: PT Karya
Kecerdasan Spiritual Ulul Kita.
Albâb;UpayaMewujudkan Citra
Kampus Religius. (Laporan Yaqin, Ainol. 2015. Ulul albâb sebagai
Penelitian). potret Manusia Ideal. Jurnal
OKARA, Vol. 1, tahun X, Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai