Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PELATIHAN TEKNOLOGI GEOLISTRIK


UNTUK PERENCANAAN
PEMANFAATAN POTENSI AIR TANAH

STUDI KASUS DI DESA LEUPUNG DAN DESA KALUT,


KABUPATEN ACEH BESAR DAN DESA SIRNA RASA
KABUPATEN BOGOR

KELOMPOK V
Mustolih (21)

Nasikin (22)

Pandu Yuri Pratama (23)

Rama Miranda Pasaribu (24)

Gerson Bungyaran (31)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
Jl. Jawa No. 8-10 Telp. (022) 4206284/85 Fax (022) 4205177
Bandung 40117

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha esa penulis ucapkan atas segala rahmat
dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kegiatan Pelatihan
teknik Geolistrik untuk Perencanaan Air Tanah ini. Dalam proses penyusunan laporan ini
penulis menyadari masih banyak sekali terdapat kekurangan dalam laporan ini dan penulis
sangat berharap masukan dan kritik yang membangun untuk kita bersama.

Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna sebagai bahan pembelajran kita
bersama dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para pengajar atas ilmu dan
materi pembelajarannya. Tak lupa pula kepada para panitia atas kerjasamanya sehingga
pembelajaran pelatihan Teknik Geolistrik ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya di
tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini

Penulis berharap agar masa pandemi ini segera berakhir dan kita dapat melaksanakan
pembelajaran dengan tatap muka kembali dan laporan penulisan ini dapat memberikan
manfaat kepada rekan-rekan semua dan terlebih kepada penulis sendiri. Akhir kata penulis
ucapkan permohonan maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan laporan ini dan
terima kasih.

Februari 2021

Kelompok V

Mustolih

Nasikin

Pandu Yuri Pratama

Rama Miranda Pasaribu

Gerson Bungyaran

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…. ……………………………………………………………………..4


1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………………..4
1.3 Ruang Lingkup………………………………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian……………………………………………………………………………..6
2.2 Uraian Teori……………………………………………………………………….…...6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokus………………………………………………………….….8


3.2 Permasalahan………………………………………………………………………...10
3.3 Pemecahan Masalah…………………………………………………………….…..11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….…….30


4.2 Rekomendasi…………………………………………………………………….…..30

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, pemakaian air serta


meningkatnya jumlah jumlah penduduk berpengaruh pada volume kebutuhan air dan
ketersediaan cadangan air. Maka dari itu segala daya upaya untuk menjaga kelestarian
air maupun menemukan sumber cadangan air yang baru sangat diperlukan. Berbagai
metode dan cara dilakukan bagaimana agar sumber air tidak hanya berasal dari air
permukaan. Sumber air tanah menjadi alternatif dalam usaha pemenuhan kebutuhan air
baku. Teknologi Geolistrik merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengeksplorasi
potensi air tanah.

1.2 Maksud dan Tujuan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam hal ini merupakan
instansi yang berperan dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku untuk pertanian
maupun air minum di wilayah yang air permukaannya kurang, maka air tanah merupakan
alternatif yang sangat diandalkan. Keberadaan air tanah angatlah spesifik dan tidak
menyebar merata, tergantung kepada geologi bawah tanah (lapisan pembawa air atau
lapisan kedap air). Untuk mengetahui keberadaan air tanah tersebut perlu dilakukan
penyelidikan geologi tanah tersebut. Maksud dan tujuan dilakukan penyelidikan ini adalah
untuk mengetahui keberadaan batu di lokasi penyelidikan yang meliputi ada tidaknya batu
di bawah permukaan, ketebalan lapisan batu, serta untuk mengetahui penyebaran batu di
lokasi penyelidikan.

Dari hasil pemboran dan pengembangan air tanah untuk pemenuhan air bersih
yang telah dilaksanakan di beberapa tempat yang tersebar di wilayah tersebut dapat
dilihat bahwa tanggapan masyarakat sangat baik yang terbukti dari tindak lanjut
masyarakat berupa pemakaian, pengoperasian dan pemeliharaan dan pemanfaatannya.

1.3 Ruang lingkup

Pada penelitian kali ini dilakukan eksplorasi air tanah dengan metode 1d dan 2d.
Untuk metode 1d dilakukan dengan bantuan aplikasi Progress dan untuk 2d dilakukan
dengan bantuan aplikasi res2dnv. Metode 1d mengambil lokus di Desa Kalut dan

4
Lamleupung Kabupaten Aceh Besar, sedangkan metode 2d mengambil studi kasus pada
lokasi Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Dari hasil perangkat lunak tersebut kita dapat
membaca dimana lokasi terdapat akuifer dari hasil bacaan nilai resistivitasnya serta
melihat adanya potensi batuan di sekitarnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui


sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode
geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem. tujuan utama dari metode ini
sebenarnya adalah mencari nilai resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. Resistivitas
atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat
hambatannya terhadap arus listrik.

2.2 Uraian Teori

Batuan yang memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan


tersebut sulit untuk dialiri oleh arus listrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik
juga dapat dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan
medan induksi. Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke
dalam tanah melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur
beda potensial di permukaan yang sama.

Hasil pengukuran geolisrik dapat berupa peta sebaran tahanan jenis baik jenis
mapping atau horizontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil pengukuran geolistrik
mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya akuisisi data
serta jenis konfigurasi yang digunakan.

Untuk menduga ada tidaknya potensi air tanah banyak cara yang dapat dilakukan,
seperti studi peta hidrogeologi dan penyelidikan langsung di lapangan. Salah satu cara
penyelidikan langsung di lapangan yang paling mudah dan cukup efektif adalah dengan
cara survey geolistrik, yaitu pendugaan tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah
dengan alat resistivity meter. Hasil bacaan alat resistivity meter ini sangat diperlukan
dalam pelaksanaan pemboran selanjutnya, pendugaan struktur geologi ini dilakukan
dengan mengalirkan arus listrik ke bawah permukaan, kemudian menganalisa tahanan
listrik yang berbeda-beda tergantung dari kualitas batuan, derajat kepadatan dan kondisi
kelembapan tanah.

6
Jadi jika arus listriknya dialirkan di dalam tanah dan gradien tekanan listriknya
diukur di atas permukaan tanah maka kondisi lapisan-lapisan di bawahnya dapat
diperkirakan, jadi dapat disimpulkan fungsi geolistrik itu sendiri adalah perencanaan tahap
awal dalam pelaksanaan eksplorasi air tanah.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokus

Pada kesempatan kali ini sesuai arahan yang diberikan, maka lokasi yang
dijadikan bahan penelitian adalah di Kabupaten Aceh Besar (untuk penelitian
menggunakan cara 1d) dan Kabupaten Cariu, Bogor (untuk penelitian menggunakan 2d).

a. Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Kabupaten Aceh Besar secara geografis terletak pada koordinat 5,5° - 5,8° LU
dan 95,0° - 95,8° BT dengan luas 2.974,12 kilometer persegi, sebagian bear daerah
merupakan daerah morfologi pedataran dan sebagian lagi dengan morfologi
bergelombang. Untuk Kabupaten Aceh Besar, penuelidikan dilakukan dalam 2
kecamatan berbeda, yaitu Kecamatan Cot Gile pada Desa Lamleupung dan
Kecamatan Ingin Jaya pada Desa Kalut.

Desa Lamleupung terletak di Jalan Lintas Timur Sumatera Medan – Banda


Aceh pada KM 28 dari Banda Aceh. Kondisi jalan sangat bagus. Morfologi Desa
Lamleupung merupakan morfologi bergelombang lemah. Desa Kalut terletak pada
Jalan Lintas Timur Sumatera Medan – Banda Aceh pada KM 10 dengan Morfologi
datar.

Kabupaten Aceh Besar terletak dekat garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini
tergolong beriklim tropis. Suhu yang teramati rata-rata berkisar antara 26°C - 28°C.
rata-rata curah hujan bervariasi dari 53,5 – 461 mm, dimana curah hujan terendah
terjadi pada bulan Mei dan curah hujan tertinggi pada bulan November, yang
merupakan bulan terkering dan terbasah. Musim kemarau terjadi pada bulan April –
Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November - Maret. Secara
Geologi penyelidikan di Desa Kalut Kecamatan Ingin Jaya berada pada Batuan
Gunungapi Lam Teuba dan Desa Lamleupung Kecamatan Cot Gile berada pada
Endapan Aluvium dan Formasi Meulaboh. (mengacu pada peta geologi oleh J.d
Benett, D.Mc.C. Bridge, N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H. Jeffery, W.

8
Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thomson dan R. Whandoyo, terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung tahun 1981).

b. Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat
Lokasi ini berada di batas Kabupaten Bogor di bagian utara dan Kabupaten di
Bagian selatan yaitu Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat.

9
3.2 Permasalahan
Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Penduduk setempat Desa Lamleupung memenuhi kebutuhan air dengan sumur


gali sampai kedalaman 9 meter, sebagian menggunakan sumuk pantek dengan
kedalaman 20 meter, sebagian lagi mengambil air dari mata air yang terdapat di Desa
Lamleupung, dengan kecepatan tinggi. Nilai DHL antara 503-708 µS/cm serta pH 7.0-
7.6.

Penduduk Desa Kalut memenuhi kebutuhan airnya dengan sumur gali


kedalaman 5 meter, namun kondisi airnya keruh dengan nilai DHL 815 – 1527 µS/cm
serta pH 7.7 – 8.0.

10
3.3 Pemecahan Masalah
a. Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Desa Lamleupung didapatkan hasil seperti
berikut :

TITIK DUGA LLP-1

11
Dengan error pengamatan model dari software sebesar 1,77 % dari enam (6) layer hasil
interpretasi sebagai berikut:

Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-1

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 10.26 0 – 1.045 Top Soil, Tanah lanau dan Tanah Lanau basah
lembek
2 2.583 1.045 – 1.485 Tanah lempung, basah lembek
3 8.146 1.485 – 15.98 Tanah lempung, basah lembek
4 20.53 15.98 – 36.85 Tanah lanau, pasiran
5 6.108 36.85 – 354.3 Tanah lanau dan Tanah lanau basah lembek
6 0.5158 > 354.3 Tanah lempung

Dari hasil pembacaan software didapatkan rekomendasi untuk potensi air tanah akuifer
berada pada kedalaman 15.98 – 36.85 meter dengan nilai resistivitas 20.53 ohm.meter.

12
TITIK DUGA LLP-2

13
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-2

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 12.7 0 – 3.18 Top Soil, Tanah lanau dan Tanah Lanau basah
lembek
2 3.07 3.18 – 3.48 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
3 434 3.48 – 3.71 Batuan dasar terisi tanah kering
4 41.5 3.71 – 3.74 Tanah lanau, pasiran
5 1.44 3.74 – 6.76 Tanah lanau, basah lembek
6 53.4 6.76 – 16 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
7 20 16 – 52.2 Tanah lanau, pasiran
8 1.13 52.2 – 90.5 Tanah lanau, basah lembek
9 9.2 > 90.5 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
3.71 – 3.74 meter dengan nilai resistivitas 41.5 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 16 – 52.2 meter dengan nilai resistivitas 20
ohm.meter.

TITIK DUGA LLP-3

14
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-3

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 15.7 0 - 0.677 Top Soil, Tanah lanau pasiran
2 1.06 0.677 – 0.873 Tanah lempung, basah lembek
3 8.81 0.873 – 2.54 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
4 178 2.54 – 3.81 Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab
5 83.5 3.81 – 4.43 Tanah lanau, pasiran
6 13.6 4.43 – 5.39 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
7 3.89 5.39 – 11.2 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
8 85.8 11.2 – 15.7 Tanah lanau, pasiran
9 39.2 15.7 – 18 Tanah lanau, pasiran
10 8.36 18 – 21.2 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
11 4.34 > 21.2 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
3.81 – 4.43 meter dengan nilai resistivitas 83.5 ohm.meter dan , namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 11.2 – 18 meter dengan nilai resistivitas
85.8 dan 39.2 ohm.meter.

15
TITIK DUGA LLP-4

Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-4

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 39.1 0 -1.45 Top Soil, Tanah lanau, pasiran
2 14.1 1.45 – 2.38 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
3 165 2.38 – 2.54 Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab
4 29.8 2.54 – 2.76 Tanah lanau, pasiran
5 35 2.76 – 15.1 Tanah lanau, pasiran
6 3.03 15.1 -28.2 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek
7 53.6 28.2 – 42 Tanah lanau, pasiran
8 3.51 >42 Tanah lanau dan Tanah Lanau basah lembek

16
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
2.54 – 15.1 meter dengan nilai resistivitas 29.8 - 35 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 28.2 – 42 meter dengan nilai resistivitas
53.6 ohm.meter.

TITIK DUGA LLP-5

17
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-5

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 277 0 – 0.278 Top Soil, batuan dasar berkekar terisi tanah
lembab
2 8.7 0.275 -1.47 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
3 320 1.47 – 1.51 Batuan dasar terisi tanah kering
4 11.6 1.51 – 3.59 Tanau lanau dan tanah lanau basah lembek
5 796 3.59 – 4.05 Batuan dasar terisi tanah kering
6 119 4.05 – 5.66 Tanah lanau, pasiran
7 5.28 5.66 – 13.5 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
8 25.6 13.5 – 32.3 Tanah lanau, pasiran
9 3.7 32.3 – 54.6 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
10 7.15 54.6 – 64.9 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
11 20.8 64.9 -95 Tanah lanau, pasiran
12 17.1 95 -103 Tanah lanau, pasiran
13 13.5 103 -112 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
14 2.84 112- 115 Tanah lempung, basah lembek
15 37.2 115 -117 Tanah lanau, pasiran
16 42.1 117 -119 Tanah lanau, pasiran
17 0.297 > 119 Tanah lempung

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
4.05 – 5.66 meter dengan nilai resistivitas 119 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Kemudian
pada kedalaman 95-103 meter dan 115-119 meter dengan nilai resistivitas 37.2 dan 42.1
meter, pengeboran juga tidak direkomendasikan karena kedalaman lebih dari 100 meter
membutuhkan biaya yang lebih besar. Pemboran dapat dilakukan pada potensi akuifer
kedalaman 13.5 – 32.3 meter dengan nilai resistivitas 53.6 ohm.meter dan kedalaman 64.9 –
95 meter dengan nilai resistivitas 20.8 ohm.meter.

18
Potensi Akuifer Desa Lem Leupung,
Kec.Cot Glie, Kab.Aceh Besar

Desa Kalut Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar

19
TITIK DUGA KLT-1

Dengan error pengamatan model dari software sebesar 6.01 % dari sepuluh layer dapat
dilakukan interpretasi sebagai berikut:

Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-1

20
No Resistivitas Kedalaman Litologi
(ohmmeter) (m)
1 2.63 0 – 1.04 Top Soil, Tanah lempung, basah lembek
2 94.9 1.04 – 1.68 Tanah lanau, pasiran
3 85.2 1.68 – 2.66 Tanah lanau, pasiran
4 0.873 2.66 - 4 Air laut
5 36.6 4 - 5.28 Tanah lanau, pasiran
6 68.9 5.28 – 9.58 Tanah lanau, pasiran
7 3.47 9.58 – 29 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
8 21.5 29 – 49.7 Tanah lanau, pasiran
9 2.84 49.7 – 85.8 Tanah lempung
10 23.2 > 85 Tanah lanau, pasiran

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada
kedalaman 1.04 – 9.58 meter dengan nilai resistivitas antara 36.6 - 94.9 ohm.meter, namun
karena berada pada kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak
direkomendasikan. Kemudian pada kedalaman > 85 meter dengan nilai resistivitas 23.2
ohm.meter, pengeboran juga tidak direkomendasikan karena kedalaman lebih dari 100 meter
membutuhkan biaya yang lebih besar. Pemboran dapat dilakukan pada potensi akuifer
kedalaman 29 – 49.7 meter dengan nilai resistivitas 21.5 ohm.meter

TITIK DUGA KLT-2

21
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-2

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 42.9 0 – 0.575 Top Soil, Tanah lanau, pasiran
2 2.48 0.575 – 1.58 Tanah Lempung, basah lembek
3 16.9 1.58 – 3.87 Tanah lanau, pasiran
4 1.6 3.87 – 9 Tanah Lempung, basah lembek
5 91.6 9 -11.2 Tanah lanau, pasiran
6 3.55 11.2 – 35.7 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
7 23.3 35.7 – 82.6 Tanah lanau, pasiran
8 5.91 82.6 – 114 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
9 6.97 114 - 154 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
10 267 > 154 Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
1.58 – 3,87 meter dengan nilai resistivitas 16.9 ohm.meter dan kedalaman 9 - 11.2 meter,
dengan nilai resistivitas 91.6 ohm.meter, namun karena berada pada kedalaman yang
dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran dapat dilakukan
pada po

tensi akuifer kedalaman 35.7 – 82.6 meter dengan nilai resistivitas 23.3 ohm.meter.

22
TITIK DUGA KLT-3

Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-3

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 4.45 0 -1.89 Top Soil, Tanah lanau dan tanah lanau basah
lembek

23
2 22.2 1.89 – 2.61 Tanah lanau, pasiran
3 3.66 2.61 – 4.85 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
4 13.4 4.85 – 8.64 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
5 1.79 8.64 – 21.2 Tanah lempung, basah lembek
6 88.7 21.2 – 42.2 Tanah lanau, pasiran
7 2.12 42.2 -62.4 Tanah lempung, basah lembek
8 2.25 62.4 – 73.5 Tanah lempung, basah lembek
9 2.35 73.5 – 88.9 Tanah lempung, basah lembek
10 666 > 88.9 Batuan dasar terisi tanah kering

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
1.89 – 2.61 meter dengan nilai resistivitas 22.2 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 21.2 – 42.2 meter dengan nilai resistivitas
88.7 ohm.meter

TITIK DUGA KLT-4

24
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-4

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 19.98 0 - 0.525 Top soil, Tanah lanau, pasiran
2 0.7963 0.525 – Air laut
0.5782
3 8.554 0.5782 – Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
5.414
4 59.14 5.414 – 8.656 Tanah lanau, pasiran
5 2.327 8.656 – 17.4 Tanah lempung, basah lembek
6 52.34 17.4 – 25.51 Tanah lanau, pasiran
7 10.03 > 25.51 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
5.414 – 8.656 meter dengan nilai resistivitas 59.14 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 17.4 – 25.51 meter dengan nilai resistivitas
52.34 ohm.meter.

TITIK DUGA KLT-5

25
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-5

No Resistivitas Kedalaman Litologi


(ohmmeter) (m)
1 4.98 0 – 4.33 Top soil, Tanah lanau dan tanah lanau basah
lembek
2 31.4 4.33 – 7 Tanah lanau, pasiran
3 1.16 7 – 13.1 Tanah lempung
4 57.1 13.1 – 17.5 Tanah lanau, pasiran
5 1.99 17.5 – 30.4 Tanah lempung, basah lembek
6 2.06 30.4 – 49.2 Tanah lempung, basah lembek
7 196 > 49.2 Batuan dasar berkekar terisi tanah lembab

Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
4.33 – 7 meter dan 13.1 – 17.5 meter dengan nilai resistivitas 31.4 ohm.meter dan 57.1
ohm.meter, namun karena berada pada kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini
tidak direkomendasikan.

26
PENAMPANG TEGAK GEOLISTRIK B-B1

27
b. Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pendugaan pengukuran geolistrik 1D di Kabupaten Aceh Besar
(Desa Lamleupung dan Desa Kalut) didapatkan data adanya potensi air tanah /
akuifer berupa tanah lanau, pasiran yang dapat dieksploitasi di beberapa titik
pendugaan yang tersebar sepanjang lintasan kedalaman antara 15 – 50 meter
dengan nilai resistivitas 15-70 ohm.meter)
2. Untuk pengukuran geolistrik 2D menggunakan metode konfigurasi Wenner-
Schlumberger di Kabupaten Bogor (Desa Sirna Rasa) didapatkan data potensi air
tanah / akuifer berupa tanah lanau, pasiran yang dapat dieksploitasi di beberapa titik
pendugaan yang tersebar sepanjang lintasan kedalaman antara 27 – 90 meter
dengan nilai resistivitas 15-95 ohm.meter)

4.2 Rekomendasi
Agar interpretasi atau pendugaan hasil pengukuran geolistrik lebih akurat, sebaiknya
didukung data penunjang/informasi yang lebih lengkap (seperti data bor log, peta
topografi,dll), agar hasil yang direkomendasikan untuk titik pengeboran lebih maksimal.

30
DAFTAR PUSTAKA

_____.2021. Bahan Paparan Narasumber Pelatihan Geolistrik. Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat.

_____.2019. Modul Pelatihan Teknologi Geolistrik. Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi.

31

Anda mungkin juga menyukai