Bahan Laporan
Bahan Laporan
KELOMPOK V
Mustolih (21)
Nasikin (22)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha esa penulis ucapkan atas segala rahmat
dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kegiatan Pelatihan
teknik Geolistrik untuk Perencanaan Air Tanah ini. Dalam proses penyusunan laporan ini
penulis menyadari masih banyak sekali terdapat kekurangan dalam laporan ini dan penulis
sangat berharap masukan dan kritik yang membangun untuk kita bersama.
Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna sebagai bahan pembelajran kita
bersama dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para pengajar atas ilmu dan
materi pembelajarannya. Tak lupa pula kepada para panitia atas kerjasamanya sehingga
pembelajaran pelatihan Teknik Geolistrik ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya di
tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini
Penulis berharap agar masa pandemi ini segera berakhir dan kita dapat melaksanakan
pembelajaran dengan tatap muka kembali dan laporan penulisan ini dapat memberikan
manfaat kepada rekan-rekan semua dan terlebih kepada penulis sendiri. Akhir kata penulis
ucapkan permohonan maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan laporan ini dan
terima kasih.
Februari 2021
Kelompok V
Mustolih
Nasikin
Gerson Bungyaran
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Pengertian……………………………………………………………………………..6
2.2 Uraian Teori……………………………………………………………………….…...6
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam hal ini merupakan
instansi yang berperan dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku untuk pertanian
maupun air minum di wilayah yang air permukaannya kurang, maka air tanah merupakan
alternatif yang sangat diandalkan. Keberadaan air tanah angatlah spesifik dan tidak
menyebar merata, tergantung kepada geologi bawah tanah (lapisan pembawa air atau
lapisan kedap air). Untuk mengetahui keberadaan air tanah tersebut perlu dilakukan
penyelidikan geologi tanah tersebut. Maksud dan tujuan dilakukan penyelidikan ini adalah
untuk mengetahui keberadaan batu di lokasi penyelidikan yang meliputi ada tidaknya batu
di bawah permukaan, ketebalan lapisan batu, serta untuk mengetahui penyebaran batu di
lokasi penyelidikan.
Dari hasil pemboran dan pengembangan air tanah untuk pemenuhan air bersih
yang telah dilaksanakan di beberapa tempat yang tersebar di wilayah tersebut dapat
dilihat bahwa tanggapan masyarakat sangat baik yang terbukti dari tindak lanjut
masyarakat berupa pemakaian, pengoperasian dan pemeliharaan dan pemanfaatannya.
Pada penelitian kali ini dilakukan eksplorasi air tanah dengan metode 1d dan 2d.
Untuk metode 1d dilakukan dengan bantuan aplikasi Progress dan untuk 2d dilakukan
dengan bantuan aplikasi res2dnv. Metode 1d mengambil lokus di Desa Kalut dan
4
Lamleupung Kabupaten Aceh Besar, sedangkan metode 2d mengambil studi kasus pada
lokasi Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Dari hasil perangkat lunak tersebut kita dapat
membaca dimana lokasi terdapat akuifer dari hasil bacaan nilai resistivitasnya serta
melihat adanya potensi batuan di sekitarnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hasil pengukuran geolisrik dapat berupa peta sebaran tahanan jenis baik jenis
mapping atau horizontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil pengukuran geolistrik
mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya akuisisi data
serta jenis konfigurasi yang digunakan.
Untuk menduga ada tidaknya potensi air tanah banyak cara yang dapat dilakukan,
seperti studi peta hidrogeologi dan penyelidikan langsung di lapangan. Salah satu cara
penyelidikan langsung di lapangan yang paling mudah dan cukup efektif adalah dengan
cara survey geolistrik, yaitu pendugaan tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah
dengan alat resistivity meter. Hasil bacaan alat resistivity meter ini sangat diperlukan
dalam pelaksanaan pemboran selanjutnya, pendugaan struktur geologi ini dilakukan
dengan mengalirkan arus listrik ke bawah permukaan, kemudian menganalisa tahanan
listrik yang berbeda-beda tergantung dari kualitas batuan, derajat kepadatan dan kondisi
kelembapan tanah.
6
Jadi jika arus listriknya dialirkan di dalam tanah dan gradien tekanan listriknya
diukur di atas permukaan tanah maka kondisi lapisan-lapisan di bawahnya dapat
diperkirakan, jadi dapat disimpulkan fungsi geolistrik itu sendiri adalah perencanaan tahap
awal dalam pelaksanaan eksplorasi air tanah.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini sesuai arahan yang diberikan, maka lokasi yang
dijadikan bahan penelitian adalah di Kabupaten Aceh Besar (untuk penelitian
menggunakan cara 1d) dan Kabupaten Cariu, Bogor (untuk penelitian menggunakan 2d).
a. Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Kabupaten Aceh Besar secara geografis terletak pada koordinat 5,5° - 5,8° LU
dan 95,0° - 95,8° BT dengan luas 2.974,12 kilometer persegi, sebagian bear daerah
merupakan daerah morfologi pedataran dan sebagian lagi dengan morfologi
bergelombang. Untuk Kabupaten Aceh Besar, penuelidikan dilakukan dalam 2
kecamatan berbeda, yaitu Kecamatan Cot Gile pada Desa Lamleupung dan
Kecamatan Ingin Jaya pada Desa Kalut.
Kabupaten Aceh Besar terletak dekat garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini
tergolong beriklim tropis. Suhu yang teramati rata-rata berkisar antara 26°C - 28°C.
rata-rata curah hujan bervariasi dari 53,5 – 461 mm, dimana curah hujan terendah
terjadi pada bulan Mei dan curah hujan tertinggi pada bulan November, yang
merupakan bulan terkering dan terbasah. Musim kemarau terjadi pada bulan April –
Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November - Maret. Secara
Geologi penyelidikan di Desa Kalut Kecamatan Ingin Jaya berada pada Batuan
Gunungapi Lam Teuba dan Desa Lamleupung Kecamatan Cot Gile berada pada
Endapan Aluvium dan Formasi Meulaboh. (mengacu pada peta geologi oleh J.d
Benett, D.Mc.C. Bridge, N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H. Jeffery, W.
8
Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thomson dan R. Whandoyo, terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung tahun 1981).
b. Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat
Lokasi ini berada di batas Kabupaten Bogor di bagian utara dan Kabupaten di
Bagian selatan yaitu Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat.
9
3.2 Permasalahan
Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
10
3.3 Pemecahan Masalah
a. Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Desa Lamleupung didapatkan hasil seperti
berikut :
11
Dengan error pengamatan model dari software sebesar 1,77 % dari enam (6) layer hasil
interpretasi sebagai berikut:
Dari hasil pembacaan software didapatkan rekomendasi untuk potensi air tanah akuifer
berada pada kedalaman 15.98 – 36.85 meter dengan nilai resistivitas 20.53 ohm.meter.
12
TITIK DUGA LLP-2
13
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-2
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
3.71 – 3.74 meter dengan nilai resistivitas 41.5 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 16 – 52.2 meter dengan nilai resistivitas 20
ohm.meter.
14
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-3
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
3.81 – 4.43 meter dengan nilai resistivitas 83.5 ohm.meter dan , namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 11.2 – 18 meter dengan nilai resistivitas
85.8 dan 39.2 ohm.meter.
15
TITIK DUGA LLP-4
16
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
2.54 – 15.1 meter dengan nilai resistivitas 29.8 - 35 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 28.2 – 42 meter dengan nilai resistivitas
53.6 ohm.meter.
17
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik LLP-5
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
4.05 – 5.66 meter dengan nilai resistivitas 119 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Kemudian
pada kedalaman 95-103 meter dan 115-119 meter dengan nilai resistivitas 37.2 dan 42.1
meter, pengeboran juga tidak direkomendasikan karena kedalaman lebih dari 100 meter
membutuhkan biaya yang lebih besar. Pemboran dapat dilakukan pada potensi akuifer
kedalaman 13.5 – 32.3 meter dengan nilai resistivitas 53.6 ohm.meter dan kedalaman 64.9 –
95 meter dengan nilai resistivitas 20.8 ohm.meter.
18
Potensi Akuifer Desa Lem Leupung,
Kec.Cot Glie, Kab.Aceh Besar
19
TITIK DUGA KLT-1
Dengan error pengamatan model dari software sebesar 6.01 % dari sepuluh layer dapat
dilakukan interpretasi sebagai berikut:
20
No Resistivitas Kedalaman Litologi
(ohmmeter) (m)
1 2.63 0 – 1.04 Top Soil, Tanah lempung, basah lembek
2 94.9 1.04 – 1.68 Tanah lanau, pasiran
3 85.2 1.68 – 2.66 Tanah lanau, pasiran
4 0.873 2.66 - 4 Air laut
5 36.6 4 - 5.28 Tanah lanau, pasiran
6 68.9 5.28 – 9.58 Tanah lanau, pasiran
7 3.47 9.58 – 29 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
8 21.5 29 – 49.7 Tanah lanau, pasiran
9 2.84 49.7 – 85.8 Tanah lempung
10 23.2 > 85 Tanah lanau, pasiran
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada
kedalaman 1.04 – 9.58 meter dengan nilai resistivitas antara 36.6 - 94.9 ohm.meter, namun
karena berada pada kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak
direkomendasikan. Kemudian pada kedalaman > 85 meter dengan nilai resistivitas 23.2
ohm.meter, pengeboran juga tidak direkomendasikan karena kedalaman lebih dari 100 meter
membutuhkan biaya yang lebih besar. Pemboran dapat dilakukan pada potensi akuifer
kedalaman 29 – 49.7 meter dengan nilai resistivitas 21.5 ohm.meter
21
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-2
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
1.58 – 3,87 meter dengan nilai resistivitas 16.9 ohm.meter dan kedalaman 9 - 11.2 meter,
dengan nilai resistivitas 91.6 ohm.meter, namun karena berada pada kedalaman yang
dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran dapat dilakukan
pada po
tensi akuifer kedalaman 35.7 – 82.6 meter dengan nilai resistivitas 23.3 ohm.meter.
22
TITIK DUGA KLT-3
23
2 22.2 1.89 – 2.61 Tanah lanau, pasiran
3 3.66 2.61 – 4.85 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
4 13.4 4.85 – 8.64 Tanah lanau dan tanah lanau basah lembek
5 1.79 8.64 – 21.2 Tanah lempung, basah lembek
6 88.7 21.2 – 42.2 Tanah lanau, pasiran
7 2.12 42.2 -62.4 Tanah lempung, basah lembek
8 2.25 62.4 – 73.5 Tanah lempung, basah lembek
9 2.35 73.5 – 88.9 Tanah lempung, basah lembek
10 666 > 88.9 Batuan dasar terisi tanah kering
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
1.89 – 2.61 meter dengan nilai resistivitas 22.2 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 21.2 – 42.2 meter dengan nilai resistivitas
88.7 ohm.meter
24
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-4
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
5.414 – 8.656 meter dengan nilai resistivitas 59.14 ohm.meter, namun karena berada pada
kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini tidak direkomendasikan. Pengeboran
dapat dilakukan pada potensi akuifer kedalaman 17.4 – 25.51 meter dengan nilai resistivitas
52.34 ohm.meter.
25
Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik Titik KLT-5
Dari hasil pembacaan software didapatkan potensi air tanah akuifer berada pada kedalaman
4.33 – 7 meter dan 13.1 – 17.5 meter dengan nilai resistivitas 31.4 ohm.meter dan 57.1
ohm.meter, namun karena berada pada kedalaman yang dangkal untuk pengeboran dititik ini
tidak direkomendasikan.
26
PENAMPANG TEGAK GEOLISTRIK B-B1
27
b. Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pendugaan pengukuran geolistrik 1D di Kabupaten Aceh Besar
(Desa Lamleupung dan Desa Kalut) didapatkan data adanya potensi air tanah /
akuifer berupa tanah lanau, pasiran yang dapat dieksploitasi di beberapa titik
pendugaan yang tersebar sepanjang lintasan kedalaman antara 15 – 50 meter
dengan nilai resistivitas 15-70 ohm.meter)
2. Untuk pengukuran geolistrik 2D menggunakan metode konfigurasi Wenner-
Schlumberger di Kabupaten Bogor (Desa Sirna Rasa) didapatkan data potensi air
tanah / akuifer berupa tanah lanau, pasiran yang dapat dieksploitasi di beberapa titik
pendugaan yang tersebar sepanjang lintasan kedalaman antara 27 – 90 meter
dengan nilai resistivitas 15-95 ohm.meter)
4.2 Rekomendasi
Agar interpretasi atau pendugaan hasil pengukuran geolistrik lebih akurat, sebaiknya
didukung data penunjang/informasi yang lebih lengkap (seperti data bor log, peta
topografi,dll), agar hasil yang direkomendasikan untuk titik pengeboran lebih maksimal.
30
DAFTAR PUSTAKA
31