Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT TN.

A PASCA
STROKE TERHADAP PEMENUHAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)
DI TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

Description of Family Experience in Caring for Mr. A Post Stroke to Complete of ADL
(Activity Daily Living) in Tunggulwulung Malang City

Stevany Khrisdayanti Anggoman1, Lilla Maria2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Maharani Malang
2
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maharani Malang
Gmail : stevanyanggoman22@gmail.com

ABSTRAK

Anggoman, Stevany Khrisdayanti. 2019. Gambaran Pengalaman Keluarga Dalam Merawat


Tn.A Pasca Stroke Terhadap pemenuhan ADL (Activity Daily Living) Di
Tunggulwulung Kota Malang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ners STIKes
Maharani Malang. Pembimbing : Ns. Lilla Maria., M.Kep.

Stroke merupakan tanda-tanda klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsi
otak, yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih hingga dapat menyebabkan kematian.
ADL merupakan keterampilan dasar dan tujuan okupasional yang harus dimiliki setiap orang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan oleh seseorang sehari-hari dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dengan peran sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat. Pengalaman keluarga merupakan suatu proses pembelajaran pada keluarga
dalam bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke terhadap
pemenuhan ADL. Penelitian dilakukan di Tunggulwulung kota Malang. Desain penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus yang dikaji secara kualitatif. Hasil
penelitian ini terdapat satu tema yaitu pengalaman keluarga pasien terhadap pemenuhan
ADL. Dari tema tersebut menunjukan bahwa pengalaman keluarga baik dalam merawat
pasien pasca stroke saat di rumah. Disarankan pada penderita dan keluarga untuk tetap
menjadi teamwork yang bekerjasama dalam menghadapi penyakit yang dialami. Sehingga
pasien tetap semangat menjalani pengobatan dan terapi.

Kata Kunci : Pasca Stroke, ADL, Pengalaman Keluarga

1
PENDAHULUAN Panti Waluya Sawahan Malang tentang
jumlah penderita stroke yang dirawat inap
Potret terjadinya permasalahan
dari tahun 2011 hingga tahun 2013 rata-
kesehatan masa kini sangat beragam, salah
rata 415 orang pasien per tahun.
satu yang terus mengalami peningkatan
Sedangkan pada bulan Oktober hingga
yakni kejadian stroke. Menurut WHO,
Desember 2014 jumlah penderita stroke
stroke adalah salah satu gangguan saraf
yang dirawat di ruang rawat inap dewasa
yang terjadi akibat dari terganggunya
rata-rata berjumlah 26 orang per bulan
peredaran darah ke otak yang terjadi
(Yuanita, 2017). Stroke membutuhkan
sekitar 24 jam atau lebih, gangguan saraf
penangan komperhensif termasuk upaya
ini bersifat permanen, tanpa penyebab lain
pemulihan dalam jangka waktu yang lama
kecuali gangguan vaskular. Stroke juga
bahkan sepanjang sisa hidup pasien.
merupakan penyebab kematian utama
Kemundururan fisik akibat stroke
kecacatan yang dapat dicegah (Hasanah,
menyebabkan kemunduran perawatan diri.
2018). Stroke merupakan penyebab
Penderita stroke memerlukan bantuan
kematian ketiga terbesar di dunia. Sekitar
keluarga dalam memenuhi perawatan diri
42,2 kematian per 100.000 penduduk
(Syairi, 2013).
akibat stroke pada. Stroke merupakan
masalah neurologi primer di dunia yang Akibat dan dampak yang ditimbulkan
angka kejadiannya setiap tahun meningkat stroke sangat luas tidak hanya
sebesar 13% dan dapat menyebabkan mengakibtkan penderitaan pada
kematian (Yastroki, 2014). penderitanya, namun juga menjadi beban
sosial ekonomi bagi keluarga, masyarakat,
Jumlah total penderita stroke di
maupun negara. Masalah kesehatan yang
Indonesia diperkirakan 500.000 setiap
timbul akibat stroke sangat bervariasi
tahunnya. Dari jumlah tersebut sekitar
tergantung dari luasnya daerah otak yang
2,5% (250.000 orang) meninggal, dan
mengalami penyumbatan maupun lokasi
sisanya cacat ringan dan cacat berat.
perdarahan. Sebagian besar penderita
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
stroke mengalami gejala sisa yang sangat
(Riskesdas) Nasional tahun 2013,
bervariasi, dapat berupa gangguan
prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
mobilisasi atau gangguan pergerakan,
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per
gangguan penglihatan, gangguan bicara,
mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga
perubahan emosi, dan gejala sisa lain
kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
sesuai lokasi yang mengalami kerusakan
Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah
(Sulistiani, 2013).
terdiagnosis oleh nakes. Selain itu, stroke
juga merupakan penyebab kematian Kelemahan atau kelumpuhan ini
tertinggi di Indonesia yaitu sekitar 15,4% seringkali masih dialami pasien sewaktu
(Ningtyas, 2017). keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu,
hal yang perlu dipertimbangkan oleh
Pada propinsi Jawa Timur, penyakit
keluarga adalah tingkat kemandirian atau
stroke yang berdasarkan diagnosa dan
tingkat ketergantungan pasien terhadap
gejala di masyarakat prevalensinya 0,8 per
orang lain dalam melakukan aktifitas
1.000 penduduk (Wardhani, 2014). Data
kehidupan sehari-hari (AKS) atau Activity
yang didapatkan dari rekam medik RS
2
Daily Living (ADL). Kejadian stroke dapat pengalaman keluarga dalam merawat
menimbulkan kelemahan dalam kehidupan pasien pasca stroke. Maka dari itu peneliti
sehari-hari. Salah satunya adalah ingin meneliti dengan judul “Gambaran
ketidakmampuan perawatan diri akibat Pengalaman Keluarga Dalam Merawat
kelemahan pada ekstremitas dan Tn.A Pasca Stroke Terhadap Pemenuhan
penurunan fungsi mobilitas yang dapat ADL (Activity daily Living) di
menghambat pemenuhan activity daily Tunggulwulung Kota Malang”.
living (ADL). Terdapat kira-kira 2 juta
METODE
orang yang bertahan hidup dari stroke
yang mengalami kecacatan, dari angka ini Penelitian ini menggunakan
40% memerlukan bantuan dalam aktivitas metode deskritif dalam bentuk studi kasus
kehidupannya sehari-hari (Ningtyas, yang dikaji secara kualitatif. Penelitian ini
2017). dilakukan pada objek yang alamiah,
dimana objek yang berkembang apa
Hal ini di dukung oleh penelitian
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti
Haqhqoo (2013) menemukan sekitar
dan kehadiran peneliti tidak begitu
65,5% penderita stroke mengalami
mempengaruhi dinamika pada objek
ketergantungan dan membutuhkan bantuan
tersebut. Dalam metode ini instrumen yang
orang lain dalam memenuhi kebutuhan
digunakan adalah orang, yaitu peneliti itu
aktivitas kehidupannya sehari-hari (AKS).
sendiri. Maka untuk bisa menjadi
Terdapat beberapa faktor yang
instrumen, peneliti harus memiliki bekal
berhubungan dengan tingkat kemandirian
teori dan wawasan yang luas, sehingga
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yaitu
mampu bertanya, menganalisis, memotret,
umur dan status perkembangan, kesehatan
dan mengkonstruksi situasi yang diteliti
fisiologis, fungsi kognitif, fungsi
menjadi lebih jelas dan bermakna.
psikososial, tingkat stress, ritme biologi,
HASIL
status mental, dan pelayanan kesehatan
Adapun hasil penelitian ini dijelaskan pada
(Ningtyas, 2017).
tema berikut ini :
Dari hasil studi pendahuluan yang Tema 1 : Pengalaman Keluarga Pasien
dilakukan peneliti pada tanggal 15 Mei Terhadap Pemenuhan
2019, Tn.A mengalami stroke sejak tahun ADL (Activity Daily
2017 akibat dari riwayat hipertensi yang di Living)
derita. Selama 2 tahun ini telah rutin ontrol Pada tema ini adalah tentang
ke dokter spesialis saraf dan menjalani pengalaman keluarga terhadap pemenuhan
terapi di rumah sakit. Dari segi psikologis ADL (Activity Daily Living) yang terdapat
Tn.A tidak merasa stress maupun merasa 5 kategori yaitu mandi, berpakaian,
tertekan dengan penyakit yang diderita berpindah, makan, dan personal hygiene.
saat ini. Dari hasil wawancara yang Dari aktivitas dasar mandi, pasien
dilakukan oleh peneliti bahwa pada memiliki keterbatasan yang tidak bisa
keluarga Tn.A memberikan perawatan dilakukan sendiri sehingga dibutuhkan
yang baik selama merawat Tn.A di rumah. bantuan keluarga. Hal ini didukung dari
Dengan adanya data tersebut peneliti pernyataan partisipan sebagai berikut :
tertarik untuk mengetahui seberapa jauh
3
“...Kalau pakai shower beliaunya Selain itu aktivitas dasar makan,
bisa sendiri tapi ya gitu mbak jadinya juga memiliki keterbatasan yang tidak
ndak pakai sabun, kan enggak bisa dapat dilakukan oleh pasien sendiri,
menggosok badannya sendiri. Kalau sehingga dibutuhkan bantuan keluarga.
mandi pakai gayung itu yang ndak bisa Hal ini di dukung dari pernyataan
karena tangannya enggak kuat jadi ya partisipan sebagai berikut :
saya bantu...” (P1). “...Em.. untuk makan sebenarnya
“...Ayah saya itu nggak bisa mandi bisa cuma karena tangannya itu tremor
sendiri, biasanya dibantu ibu saya, karena jadi saya suapin...” (P1).
nggak bisa menggerakan tangan seluwes “...kalau makan kadang makan
dulu...” (P2). sendiri kadang perlu disuapi mbak...”
Selain itu, aktivitas dasar seperti (P2).
berpakain juga memiliki keterbatasan yang Kemudian aktivitas dasar yang
tidak bisa dilakukan oleh pasien sendiri berkaitan dengan personal hygiene,
sehingga dibutuhkan bantuan keluarga, hal memiliki beberapa kegiatan yang tidak
ini didukung dari pernyataan partisipan dapat dilakukan oleh pasien sendiri,
sebagai berikut : sehingga dibutuhkan bantuan keluarga.
“...Kurang bisa sih mbak apalagi Hal ini didukung dari pernyataan
kalau memakai kaos yang ketat gitu pasti partisipan sebagai berikut:
susah, terus kadang kalau pakai baju yang “...Em.. kalau gosok gigi bisa
ada kancingnya itu harus dibantu, karena sendiri, kalau membersihkan telinga dan
kalau memasang sendiri jadinya ndak memotong kuku saya bantu...” (P1).
sesuai gitu...” (P1). “...Gosok gigi bisa sendiri,
“...Kalau pakai baju harus membersihkan telinga dibantu ibu saya,
dibantu, soalnya kadang bngung kalau potong kuku kadang saya juga
memposisikan bajunya, apalagi kalau baju bantu...” (P2).
yang ada kancingnya...” (P2). Pada tema ini sesuai dengan
Kemudian untuk aktivitas dasar pernyataan partisipan diatas dapat peneliti
berpindah, memiliki keterbatasan yang simpulkan bahwa pengalaman keluarga
tidak dapat dilakukan oleh pasien sendiri, diperlukan dalam merawat pasien pasca
sehingga dibutuhkan bantuan keluarga. stroke selama berada di rumah. Dari lima
Hal ini didukung dari pernyataan kategori yang telah disebutkan diatas
partisipan sebagai berikut : keluarga mampu membantu pasien
“...Mungkin kalau jalan agak jauh melakukan aktivitas dasar sehari-hari yaitu
ya, kalau sekitar 10 langkah tidak perlu mandi, berpakaian, berpindah, makan, dan
bantuan. Kalau jalan terlalu jauh atau personal hygiene.
lama tidak bisa karena goyah, sudah PEMBAHASAN
berkurang keseimbangan badannya...” Dalam penelitian ini terdapat satu
(P1). tema yang disimpulkan dan dibahas sesuai
“...Em.. kalau cuma pindah masih dengan tinjauan literatur dan hasil
bisa tapi kalau untuk jalan kadang penelitian terdahulu yaitu :
gloyoran nggak seimbang...” (P2).

4
Tema 1 : Penglaman Keluarga Pasien mampu makan sendiri namun dikarenakan
Terhadap Pemenuhan ADL tangan pasien tremor maka perlu dibantu
(Activity Daily Living) oleh keluarga seperti menyuapi dan
Aktivitas dasar sehari-hari menyiapkan makannya. Partisipan juga
merupakan keterampilan dasar yang harus menjelaskan bahwa nafsu makan pasien
dimiliki seseorang, yang meliputi mandi, baik, makan teratur, dan patuh dalam
berpakaian, berpindah, makan, dan minum obat. Pengalaman keluarga
personal hygiene. Berdasarkan hasil diperlukan untuk membantu aktivitas
wawancara dapat disimpulkan bahwa dari sehari-hari terkait dengan aktivitas makan
lima kategori aktivitas dasar sehari-hari pada pasien pasca stroke.
yang telah disebutkan diatas, keluarga Mandi adalah indikator kedua,
mampu membantu pasien melakukan adanya keterbatasan fisik bukanlah
aktivitas dasar sehari-hari. menjadi faktor penghambat untuk tidak
Menurut Agustina (2013) bahwa mandi secara rutin. Orang pasca stroke
bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan harus tetap mandi secara rutin meskipun
kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi harus dibantu oleh orang lain. Pertolongan
(makan), eliminasi (buang air besar dan orang lain diperlukan apabila kemampuan
kecil), dan perawatan diri (seperti gerak orang pasca stroke untuk mandi
grooming dan personal hygiene). terbatas. Pada kondisi di lapangan,
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi berdasarkan hasil wawancara, sebagian
pasien pasca stroke sangat diperlukan agar besar responden menggunakan alat bantu
pasien tetap bisa menjalankan aktifitas berjalan seperti tongkat untuk mandi.
sehari-harinya seperti sedia kala (Julianti, Pada penelitian ini partisipan
2013). menjelaskan bahwa pasien hanya mampu
Hal ini didukung oleh penelitian mandi menggunakan shower namun tidak
Lingga (2016), hasil penelitian menggunakan sabun karena tidak mampu
menunjukan bahwa Indikator pertama pada menggosok badannya sendiri, selain itu
pengukuran kemandirian, adalah makan. pasien tidak mampu mandi menggunakan
Orang pasca stroke pasti akan memerlukan gayung karena tangannya tidak kuat.
orang lain untuk membantunya makan. Partisipan juga menjelaskan bahwa harus
Apabila orang pasca stroke memerlukan selalu siap ketika pasien ingin ke kamar
bantuan untuk makan, maka orang yang mandi saat malam hari, karena perlu
menyuapi harus bersabar, dikarenakan adanya pengawasan dan bantuan dari
kemampuan untuk mengunyah dan partisipan. Dalam hal ini pengalaman
menelan makanan mengalami gangguan keluarga diperlukan untuk membantu
atau disfagia, serta dapat terjadi tremor aktivitas sehari-hari terkait dengan
pada tangan penderita. Fakta di lapangan, aktivitas mandi pada pasien pasca stroke.
sebagian besar responden mandiri dalam Indikator ketiga adalah perawatan
hal makan, meskipun harus makan dengan diri (personal hygiene). Perawatan diri
tangan kiri, karena tangan kanannya yang dimaksud di sini adalah menggosok
lumpuh. gigi, mencuci muka, menyisir rambut dan
Pada penelitian ini partisipan lainnya. Perawatan diri ini dapat dilakukan
menjelaskan bahwa pasien sebenarnya sendiri tanpa perlu bantuan orang lain,
5
apabila orang pasca stroke tidak berpakaian sendiri, pasien tidak dapat
mengalami kelumpuhan total. Hasil menggunakan kaos yang ketat dan harus
wawancara pada penelitian ini memakai pakaian yang longgar. Selain itu
menunjukkan orang pasca stroke dapat pasien tidak dapat memasang kancing pada
menggosok gigi, mencuci muka dan baju, partisipan menjelaskan jika pasien
menyisir rambut dengan mandiri, memasang kancing sendiri maka hasilnya
meskipun untuk menuju wastafel atau tidak sesuai. Dalam hal ini pengalaman
tempat untuk merawat diri masih dibantu keluarga diperlukan untuk membantu
oleh orang lain. aktivitas sehari-hari terkait dengan
Pada penelitian ini partisipan aktivitas berpakaian pada pasien pasca
menjelaskan bahwa pasien dalam stroke.
perawatan diri (personal hygiene) seperti Indikator yang kelima adalah
menggosok gigi, pasien mampu mobilitas atau berpindah. Mobilitas yang
melakukannya sendiri, selain itu untuk dimaksud dalam hal ini adalah berjalan di
membersihkan telinga, mata dan permukaan datar. Berjalan diatas
memotong kuku, pasien tidak mampu permukaan datar tidak harus berjalan
melalukan sendiri dan harus dibantu oleh menggunakan kaki, tapi juga apabila tidak
keluarga. Dalam hal ini pengalaman dapat berjalan dapat mengayuh kursi roda
keluarga diperlukan untuk membantu sendiri. Apabila orang pasca stroke yang
aktivitas sehari-hari terkait dengan sudah bisa berjalan meskipun
aktivitas perawatan diri (personal hygiene) menggunakan walker, sebaiknya jangan
pada pasien pasca stroke. dibiasakan untuk dituntun orang lain. Cara
Indikator keempat adalah seperti ini akan membantu orang pasca
berpakaian. Selama tangan tidak stroke menguatkan kembali kakinya,
mengalami kelumpuhan total, orang namun hal ini harus tetap diawasi oleh
dengan pasca stroke seharusnya dapat anggota keluarga atau orang yang ada
berpakaian sendiri. Orang dengan pasca disekitarnya. Pada hasil di lapangan,
stroke disarankan untuk menggunakan menunjukkan pada saat melakukan terapi,
pakaian yang longgar dan usahakan orang pasca stroke ini menggunakan kursi
kemeja. Ini ditujukan agar pasien berlatih roda meskipun sudah dapat berjalan meski
menggunakan jarinya terutama saat menggunakan walker atau sudah bisa
memasangkan kancing. Pada indikator ini, berjalan dengan pelan. Pada penelitian ini,
tidak hanya membahas mengenai sebagian besar merekan mandiri dalam
berpakaian, namun juga membahas mobilitas (Karunia, 2016).
mengenai memakai sepatu beserta talinya. Pada penelitian ini partisipan
Pada awalnya, pasien diajarkan cara menjelaskan bahwa pasien mampu
memakai sepatu sendiri, namun setelah berpindah dengan jarak yang dekat, pasien
terbiasa, biarkan memakai sepatu secara masih mampu melakukannya sendiri
mandiri. Manfaat dari hal ini adalah dapat dengan berjalan pelan-pelan tanpa bantuan
melatih tangan saat menggunakan sepatu tongkat, kursi roda, maupun orang lain.
dan memakai tali sepatu dengan benar. Namun, jika pasien berpindah atau
Pada penelitian ini partisipan berjalan dengan jarak yang lebih jauh,
menjelaskan bahwa pasien tidak dapat pasien harus di bantu oleh keluarga. Jika
6
pasien berjalan jauh atau berdidri terlalu untuk mengingat sesuatu, keadaan ini
lama tidak mampu karena keseimbangan membuat keluarga bingung dengan
badannya sudah mulai berkurang. Dalam kemauan pasien karena apa yang dimaksud
hal ini pengalaman keluarga diperlukan tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan
untuk membantu aktivitas sehari-hari sehingga keluarga harus lebih memahami
terkait dengan aktivitas berpindah pada lagi tentang maksud dari pasien. Kemudian
pasien pasca stroke. partisipan menjelaskan bahwa saat ini
Berdasarkan hasil kesimpulan dari sudah jarang dan hampir tidak pernah
peneliti yaitu pasien pasca stroke sangat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
membutuhkan bantuan orang lain atau rumah baik pasien maupun partisipan,
orang terdekatnya seperti keluarga. Dari dikarenakan pertisipan harus menjaga dan
lima kategori aktivitas dasar sehari-hari mengawasi pasien selama 24 jam saat
keluarga menyampaikan bahwa terdapat dirumah.
pengalaman positif dan negatif dalam Hal ini sesuai dengan tujuan
merawat Tn.A selama di rumah. penelitian jika pengalaman keluarga sangat
Pengalaman positif yang di rasakan oleh dibutuhkan untuk memenuhi aktivitas
keluarga yaitu mendapatkan pengalaman dasar sehari-hari pada pasien pasca stroke.
baru yang menyenangkan selama merawat Dari pengalaman keluarga Tn.A yang telah
di rumah, semakin dekat dengan pasien, dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa
dan keluarga mendapatkan pengetahuan pengalaman yang dialami oleh keluarga
yang lebih tentang cara merawat pasien selama merawata Tn.A dirumah yaitu tidak
pasca stroke. Hal ini didukung dengan hanya pengalaman yang menyenangkan
kondisi pasien yaitu memiliki semangat saja (positif) namun dapat juga berupa
hidup yang tinggi, memiliki jadwal hidup pengalaman yang tidak menyenangkan
yang teratur setiap harinya, patuh dalam (negatif). Pengalaman tersebut dapat
melakukan perawatan dan pengobatan, dan dipelajari dan dijadikan referensi sebagai
selalu rajin kontrol ke dokter, serta pengalaman untuk merawat pasien atau
menjalani berbagai terapi. Dari keadaan anggota keluarga yang mengalami stroke.
tersebut dapat memotivasi keluarga untuk KESIMPULAN
selalu merawat pasien. Setelah melakukan penelitian dan
Sedangkan pengalaman negatif analisis data maka dapat disimpulkan
yang dirasakan oleh keluarga yaitu emosi bahwa keluarga mendapatkan dua
pasien yang tidak stabil, kesulitan dalam pengalaman dalam merawat pasien pasca
mengingat sesuatu, dan berkurangnya stoke yaitu pengalaman yang positf dan
waktu untuk keluarga bersosialisasi pengalaman negatif. Pengalaman keluarga
dengan lingkungan sekitar. Hal ini yang yang telah dialami dalam merawat
didukung dengan kondisi pasien yang Tn.A menurut peneliti sudah baik, dari
terjadi saat di rumah. Partisipan pengalaman tersebut dapat dikembangkan
menjelaskan bahwa pasien tiba-tiba lagi dan bisa menjadi referensi bagi orang
emosinya tidak stabil sehingga membuat lain yang memiliki keluarga dengan
keluarga bingung untuk mengahadapinya. penyakit stroke.
Selain itu, pasien juga memiliki gangguan
pada memorinya sehingga pasien sulit
7
SARAN Jurnal Empati. Karya Ilmiah S1
Fakultas Psikologi : UNDIP.
1. Bagi Keluarga Audin, L. (2016). Pengalaman Keluarga
Suku Banjar Dalam Merawat Pasien
Diharapkan keluarga dapat
Stroke Di Banjarmasin, Jurnal
menjalankan fungsi perawatan Kesehatan : STIKes Suaka Insan.
kesehatan yaitu fungsi keluarga dalam Fadlulloh, S. F. (2014). Hubungan Tingkat
melindungi keamanan dan kesehatan Ketergantungan Dalam Pemenuhan
seluruh anggota keluarga, serta antara Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
penderita dan keluarga dapat menjadi (AKS) Dengan Harga Diri Penderita
teamwork untuk bekerja sama dalam Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo
penyelesaian masalah kesehatan di
Purwokerto, Jurnal Keperawatan
dalam keluarga. Selain itu, keluarga Soedirman (The Soedirman Journal
dituntut untuk memahami keadaan of Nursing), Volume 9, No.2, Juli
pada pasien pasca stroke. 2014 : Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto.
2. Bagi Peneliti Fetriyah, U. H. (2016). Pengalaman
Keluarga dalam Merawat Anggota
Diharapkan bagi peneliti
Keluarga Paska Stroke di Wilayah
selanjutnya dapat mengembangkan Kerja Puskesmas Pekauman
penelitian tentang gambaran Banjarmasin, Dinamika Kesehatan
pengalaman keluarga dalam merawat Vol.7 No. Juli 2016 : Stikes Sari
pasien pasca stroke terhadap mulia Banjarmasin.
pemenuhan ADL (Activity Daily Harmoko. (2016). Asuhan Keperawatan
Living) secara spesifik dalam bidang Keluarga. (P. Pelajar, Ed.). Yogyakarta.
Harsanti, S. E. (2015). Pengalaman
keperawatan serta dapat diperluas lagi
Keluarga dalam Menghadapi
agar memperoleh hasil yang lebih Kejadian Serangan Akut Miokard
representatif. Infark (AMI) pada Anggota
Keluarga di RSUD Sragen. Skripsi :
3. Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Keperawatan Hasanah, U. (2018). Pengaruh Motor
Diharapkan bagi pelayanan bidang Relearning Programme (MRP)
Terhadap Kemampuan Activity Of
kesehatan dapat memberikan asuhan
Daily Living (ADL) Pada pasien
keperawatan secara komperhensif baik Post Stroke Di Makassar. Skripsi :
dari segi pelayanan kesehatan secara Universitas Hasanuddin Makassar.
jasmani maupun rohani, karena Jajak, M. (2015). Stroke Momok Yang
penderita stroke selain memiliki menakutkan. Gramedia: Yogyakarta.
gangguan pada fisiknya juga mudah Julianti, E. (2013). Pengalaman Caregiver
Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke
rentan terganggu dari psikisnya.
Di Rumah Pada Wilayah Kerja
DAFTAR RUJUKAN Puskesmas Benda Baru Kota
Tangerang Selatan. Skripsi :
Alifudin, M. R. (2019). Pengalaman Universitas Islam Negri Syarif
Menjadi Caregive : Studi Hidayatullah Jakarta.
Fenomenologis Deskriptif Pada Istri Karunia, E. (2016). Hubungan antara
Penderita Stroke, 8(1), 111–116, Dukungan Keluarga dengan

8
Kemandirian Activity of Daily Tentang Definisi, Penyebab, Efek,
Living Pasca Stroke, Jurnal Berkala Dan Risiko, 195–198. Aldy S.
Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei Rambe, Departemen Neurologi FK-
2016: 213–224 : Universitas USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Airlangga Surabaya. : Universitas sumatra Utara.
Ningtyas, I. F. (2017). Hubungan Sulistiani, D. A. (2013). Pengaruh
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Discharge Planning Oleh Perawat
Kemandirian Dalam Activity Daily Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Living Pada Pasien Pasca Stroke Di Keluarga Dalam Perawatan Lanjutan
Poliklinik Syaraf RSUD Dr. H. Penderita Stroke Di Ruang Dahlia
Abdul Moeloek Bandar Lampung. RSUD Muntilan. Skripsi : Stikes
Skripsi: Universitas Lampung 'Aisyiyah Yogyakarta.
Bandar lampung. Syairi, A. (2013). Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Keluarga Pasien Tentang Self-care
Penelitian Kesehatan. (R. Cipta, Ed.). (Perawatan Diri) Pada Anggota
Jakarta. Keluarga Yang Mengalami Stroke
Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Di RSU Kabupaten Tangerang
Ilmu Keperawatan. (S. Medika, Ed.). Tahun 2013. Skripsi : Universitas
Jakarta. Islam Negri Syarif Hidayatullah
Permita, D. M. (2017). Hubungan Efikasi Jakarta.
Diri Dengan kemandirian Aktivitas Wardhani, N. R. (2014). Faktor Yang
Sehari-Hari Pada Pasien Stroke Di Berhubungan Dengan Pengetahuan
RSUD Tugurejo Semarang Dan Tentang Stroke Pada Pekerja
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro. Institusi Pendidikan Tinggi, Jurnal
Skripsi : Universitas Diponegoro Berkala Epidemiologi, Volume 2
Semarang. Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23 :
Rambe, A. (2012). Stroke : Sekilas Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai