Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Oleh :

LIYANA LUVITA DEWI


2020207209052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU (UMPRI) LAMPUNG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar

hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan

penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan

POM, 2011).

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah

dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan

eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.

Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin

kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu

dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan

fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan

jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar

Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. 

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang

dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan


kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan

beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

2. Etiologi

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin

B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah.

b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi

rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah

menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin

menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-

menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu

dapat menyebabkan anemia.

e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan

perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat

menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid,

pil KB, antiarthritis, dll).

f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini

dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan

vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,

masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit

lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses

pembentukan sel darah merah.

h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,

malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

3. Klasifikasi Anemia

Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada klasifikasi anemia

menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah

merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Secara morfologi,

pengklasifikasian anemia terdiri atas:

a. Anemia normositik normokrom

Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi

darah yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus

bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit

muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas

ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung

hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita

anemia. Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan

akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan anemia

pada penyakit hati kronik.


b. Anemia makrositik normokrom

Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal

tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini

diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA

seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini

dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada

metabolisme sel

c. Anemia mikrositik hipokrom

Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin

dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya

menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia

defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau

gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin

abnormal kongenital).

Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C

dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif

sehingga menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia

harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi. Berikut adalah

pengklasifikasian anemia menurut etiologinya:

a. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum

tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-

sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami


pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan

trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik

dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi

sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi

kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan

jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari

mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada

beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan

keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga

merupakan keadaan imunologis.

b. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai

anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis

hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di

dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena

kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi

selama hamil.

4. Patofisiologi/Pathway

Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya


baku pembuat sel eritrosit yang pembuatan sel
darah berlebihan darah oleh sum-
sum tulang
Anemia

Anoreksia Resti gangguan Kadar HB


nutrisi kurang
dari kebutuhan
Lemas Komparten sel
penghantar
oksigen/zat nutrisi
ke sel <
Cepat lelah

Ganngguan
Intoleransi
perfusi jaringan
aktifitas

5. Manifestasi Klinik
a. Lemah, letih, lesu dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum.
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

7. Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Parestesia
c. Kejang

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
a. Anemia aplastik:
2) Transplantasi sumsum tulang
3) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk
mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari,
secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

B. Konsep Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas Klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir. Agama,
pekerjaan, alamat, suku/bangsa dan nomor RM.
b) Identitas penangung jawab : nama, alamat, agama, pekerjaan, hubungan
dengan klien
c) Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
d) Pola aktifitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
Perubahan nafsu makan
Perubahan berat badan
2) Pola Eliminasi
Mual muntah, Diare
Kebiasaan berkemih
Perubahan jumlah maupin frekuensi
Karakteristik urine
3) Evaluasi status nutrisi
Tanda-tanda.
BB
IMT

2. Diagnosa keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang, anoreksia
c. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen

3. Intervensi keperawatan
N Dx kep Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
1. Perfusi jaringan Setelah dilakukan - Monitor adanya daerah
tidak efektif b/d tindakan keperawatan tertentu yang hanya
penurunan selama 3x24 jam perfusi peka terhadap
konsentrasi Hb dan jaringan klien adekuat panas/dingin/tajam/tum
darah, suplai dengan kriteria : pul
oksigen berkurang - Membran mukosa - Monitor adanya paretese
merah - Instruksikan keluarga
- Konjungtiva tidak untuk mengobservasi
anemis kulit jika ada lesi atau
- Akral hangat laserasi
- Tanda-tanda vital dalam - Gunakan sarun tangan
rentang normal untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor kemampuan
BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan - BB pasien dalam batas


n nutrisi kurang tindakan keperawatan normal
dari kebutuhan selama 3x24 jam status - Monitor adanya
tubuh b/d intake nutrisi  klien adekuat penurunan berat badan
yang kurang, dengan kriteria - Monitor tipe dan jumlah
anoreksia - Adanya peningkatan aktivitas yang biasa
berat badan sesuai dilakukan
dengan tujuan - Monitor lingkungan
- Beratbadan ideal sesuai selama makan
dengan tinggi badan - Jadwalkan pengobatan 
- Mampumengidentifikas dan tindakan tidak
i kebutuhan nutrisi selama jam makan
- Tidk ada tanda tanda - Monitor kulit kering dan
malnutrisi perubahan pigmentasi
- Menunjukkan - Monitor turgor kulit
peningkatan fungsi - Monitor kekeringan,
pengecapan dari rambut kusam, dan
menelan mudah patah
- Tidak terjadi penurunan - Monitor mual dan
berat badan yang berarti muntah
- Pemasukan yang - Monitor kadar albumin,
adekuat total protein, Hb, dan
- Tanda-tanda malnutri si kadar Ht
- Membran konjungtiva - Monitor makanan
dan mukos tidk pucat kesukaan
- Nilai Lab.: - Monitor pucat,
Protein total: 6-8 gr% kemerahan, dan
Albumin: 3.5-5,3 gr % kekeringan jaringan
Globulin 1,8-3,6 gr % konjungtiva
HB tidak kurang dari - Monitor kalori dan
10 gr % intake nuntrisi

3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan - Menentukan penyebab


tindakan keperawatan
b.d intoleransi
selama 3x24 jam klien
ketidakseimbangan dapat beraktivitas dengan aktivitas&menentukan
kriteria
suplai dan apakah penyebab dari
- Berpartisipasi dalam
kebutuhan oksigen aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai
- Observasi adanya
- Menyatakan gejala
memburuknya efek dari pembatasan klien dalam
OR & menyatakan
beraktifitas.
onsetnya segera
- Warna kulit normal, - Kaji kesesuaian
hangat & kering
aktivitas & istirahat
- Memverbalissikan
pentingnya aktivitas klien sehari-hari
secara bertahap
- ↑ aktivitas secara
- Mengekspresikan
pengertian pentingnya bertahap, biarkan klien
keseimbangan
berpartisipasi dapat
latihan&istirahat
- Peningkatan toleransi perubahan posisi,
aktivitas
berpindah & perawatan
diri
- Pastikan klien
mengubah posisi secara
bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
- Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
- Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
- Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai