Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan di rumah sakit yang mempunyai peranan besar terhadap pencapaian

efisiensi, mutu dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Pelayanan

keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengertian pasien akan kemampuan

melaksanakan kegiatan secara mandiri. Kegiatan itu dilakukan dalam usaha

mencapai peningkatan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan

kesehatan yang memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup

sehat dan produktif (Aditama, 2002).Perawat merupakan salah satu tenaga

profesional yang jumlahnya terbanyak di rumah sakit, sehingga perlu upaya

peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui upaya peningkatan

pelayanan keperawatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Putra S yang

menyatakan bahwa tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia adalah

bagaimana memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien ( Ester Nunuk, 2009 ).

Menurut Departemen Kesehatan RI, rumah sakit merupakan sarana

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan

mengutamakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan

untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Sebagai penyedia


2
pelayanan kesehatan rumah sakit bersaing dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang

1
bermutu, rumah sakit yang mampu bertahan dalam persaingan adalah rumah

sakit yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Kepuasan klien adalah respons klien terhadap ketidaksesuaian antara

tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah

pemakaian jasa (Kanaadi, 2009). Bentuk kepuasan klien dalam pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh perawat adalah dengan adanya kepuasan kerja

perawat bagi klien dan keluarganya. Bukan berarti kepuasan hanya

ditunjukkan sebagai formalitas saja akan tetapi kepuasan klien terhadap

pelayanan keperawatan dapat dilihat dari konsekuensi dan berkelanjutannya

pengobatan di instansi rumah sakit tersebut. Untuk meningkatkan kepuasan

klien maka system pelayanan keperawatan harus secara terus – menerus

diperbaiki sehingga mutu dan kualitasnyapun juga dapat dipertanggung –

jawabkan kepada pihak klien dan keluarga.

Beberapa nara sumber dari masyarakat mengatakan bahwa, kadang

merasa takut dan sangsi apabila yang melakukan tindakan keperawatan adalah

mahasiswa selama perawatan inap di rumah sakit. Salah satunya yaitu rumah

sakit pendidikan di Kabupaten Blitar yaitu RSUD Ngudi Waluyo. Akan tetapi

perawat – perawat ruangan selalu menguatkan klien apabila mahasiswa

tersebut juga berkompeten untuk melakukan tindakan keperawatan sehingga

para pasien bisa cukup tenang dilakukan perawatan oleh mahasiswa tersebut.

Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pihak RSUD Ngudi

Waluyo untuk tetap menjaga kualitas dan kepercayaan masyarakat. Hal ini

terwujud dengan salah satu Konsep


3
Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) yang diterapkan oleh

pihak RSUD Ngudi Waluyo. Karena kepuasan dan loyalitas yang dirasakan

dan diberikan oleh masyarakat adalah ukuran yang harus dicapai setiap

masyarakat umumnya dan RSUD Ngudi Waluyo khususnya. Walaupun tidak

semua ruangan inap menggunakan konsep manajemen tersebut hanya

beberapa ruangan saja yang menggunakan MAKP Tim dan sebagian besar

menggunakan MAKP

fungsional. Hal ini dilakukan Rumah Sakit karena untuk mengetahui seberapa

maksimalnya penggunaan MAKP tersebut di ruangan. Selain itu tingkat

pendidikan tenaga keperawatan di ruangan inap juga masih ada yang belum

memenuhi kriteria apabila ditetapkan penggunaan MAKP Tim oleh karena itu

beberapa ruangan yang lainnya masih menggunakan model asuhan

keperawatan fungsional.

Penelitian tentang penerapan MAKP teah dilakukan oleh beberapa

peneliti, salah satunya adalah Tukimin pada tahun 2005 untuk mengetahui

gambaran tingkat kepuasan pasien pada kelompok yang mendapat

implementasi MAKP (kasus), mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien

pada kelompok yang tidak mendapat implementasi MAKP (control) dan

mengetahui perbedaan tingkat kepuasan pasien pada kelompok kasus dan

keompok control. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

kelompok kasus yang mendapatkan implementasi MAKP memiliki tingkat

kepuasan yang lebih baik daripada kelompok control yang tidak mendapatkan

implementasi MAKP.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai system MAKP yang diterapkan di instansi Rumah Sakit.

Sistem MAKP banyak macamnya, akan tetapi disini peneliti mengambil salah

satu bentuk system MAKP yaitu MAKP Tim dan fungsional. Sehingga
4
peneliti akan meneliti tentang apakah ada perbedaan penggunaan Model

Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) Tim dan fungsional terhadap kepuasan klien di RS


Ngudi

Walluyo Kabupaten Blitar.


1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diungkap peneliti, “ Apakah ada perbedaan antara

penggunaan MAKP ( Model Asuhan Keperwatan Profesional ) Tim dan

Fungsional terhadap tingkat kepuasan klien di RS Ngudi Waluyo Kabupaten

Blitar.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan penggunaan MAKP Tim

dan Fungsional terhadap kepuasan klien di RS Ngudi Waluyo Kabupaten

Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1Identifikasi tingkat kepuasan klien pada penggunaan Model Asuhan

Keperawatan Professional (MAKP) Tim

1.3.2.2 Identifikasi tingkat kepuasan klien pada penggunaan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) “Fungsional”

1.3.2.Mengetahui adakah perbedaan tingkat kepuasan klien dengan penggunaan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim dan Fungsioanl.


5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi tentang bagaimana bentuk penggunaan

model asuhan keperawatan professional yang lebih efektif pada Rumah

Sakit sehingga bisa menambah ilmu pengetahuan keperawatan khususnya

pada mata pelajaran manajemen keperawatan. Sehingga dalam

pembelajaran bisa dijadikan bahan referensi oleh pihak institusi

pendidikan.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sarana pembelajaran yang nyata tentang konsep pemberian asuhan

keperawatan professional pada Rumah Sakit. Sehingga penulis dapat

mengetahui bagaimana manajemen keperawatan yang harus diterapkan

dalam ruangan pada saat penulis berada dalam lingkungan pekerjaan di

ruang rawat inap Rumah Sakit.

1.4.3 Bagi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Memberikan gambaran tentang pengaruh pemberian model asuhan

keperawatan profesional terhadap kepuasan klien rawat inap sehingga

dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengembangkan layanan

keperawatan yang dapat memuaskan pasien/klien.

1.4.4 Bagi Klien

Dapat memilih dan menentukan bentuk pelayanan yang diinginkan

apabila klien mengalami rawat inap di Rumah Sakit sehingga klien

mendapatkan perawatan yang layak dan nyaman. Dan kedepannya klien

dapat menilai bagaimana kualitas dari pelayanan keperawatan dalam

Rumah Sakit.
6

Anda mungkin juga menyukai