Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Tinta adalah salah satu bahan berwarna dengan kandungan pigmen didalamnya yang
berfungsi sebagai mewarnai suatu permukaan. Tinta termasuk media yang kompleks, didalamnya
berisi macam- macam komponen seperti pelarut, pigmen, celupan, resin, pelumas dan
sollubilizer. Selain itu juga terdapat surfaktan dimana merupakan salah satu unsur basah yang
berfungsi untuk menurunkan tekanan permukaan dari cairan yang dapat menyebar dengan
mudah. Komponen-komponen tersebut dapat menjalankan banyak fungsi, yaitu unsur pembawa
tinta, pewarna, dan bahan tambahan lainnya yang memiliki kegunaan dalam mengatur aliran,
ketebalan, dan bentuk tinta ketika kering. Pengujian tinta berkaitan erat dengan pengujian kertas,
karena dari banyak kasus pengujian jarang sekali tinta diuji dalam bentuk cair, tetapi biasanya
tinta yang diuji sudah dalam bentuk tulisan pada suatu kertas. Hal tersebut pemeriksaan tinta
pada kasus pemalsuan dokumen sangat sulit dilakukan, tinta yang didapatkan dalam dokumen
ketika diperiksa memungkinkan terjadinya kerusakan dokumen tersebut. Oleh karena itu, untuk
melakukan identifikasi tinta harus mencari metode yang tepat agar dokumen tersebut tidak
mengalami kerusakan.

Selain identifikasi warna pada tinta, dilakukan juga identifikasi asam amino pada sampel
bahan makanan. Asam amino umumnya merupakan hasil hidrolisis dari protein baik
menggunakan enzim maupun asam. Penentuan jenis asam amino ataupun kuantitas nya perlu
dilakukan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994). Asam amino adalah
suatu senyawa organik yang terdiri dari gugus fungsional karboksil (-COOH) dan gugus
fungsional amina (-NH2). Gugus karboksil mununjukkan sifat asam dan gugus amina
menunjukkan sifat basa. Asam amino bersifat amfoterik apabila dalam bentuk larutan, dimana
akan cenderung menjadi asam pada suatu larutan basa dan sebaliknya akan menjadi basa pada
suatu larutan asam. Setiap hidrolisis protein akan menghasilkan 20 jenis asam amino. Jenis-jenis
itu tentunya memiliki perbedaan sifat yang disebabkan oleh perbedaan rantai samping dari asam
amino, misal perbedaan interaksi asam amino terhadap pelarut tertentu. Perbedaan sifat ini
menjadikan asam amino memiliki sifat khas tersendiri sehingga hal ini menyebabkan asam
amino dapat diidentifikasi keberadaannya menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(Poedijaji & Supryanti, 2009). Dalam identifikasi asam amino, terdapat berbagai macam metode
selain dengan KLT, yaitu metode gravimetri, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan
elektroforesis. Pada umumnya yang berkembang hanya dengan menggunakan kromatografi
seperti, kromatografi kertas, KLT, dan kromatografi penukaran ion (poedjiadi, 1994).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom. Perbedaan adsorpsi
terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan
kromatogram(Khopkar, 2003:130). Prinsip kromatografi didasarkan pada pemisahan campuran
karena perbedaan distribusi suatu komponennya dalam dua fase yaitu fase diam (berupa padatan
atau cairan yang terikat pada permukaan padatan) dan fase gerak (cairan atau gas yang disebut
eluen) yang memiliki kepolaran berbeda (Yoshito Takeuchi, 2009).
Kromatografi kertas merupakan salah satu bidang khusus kromatografi cair-cair. Fase
geraknya berupa pelarut yang digunakan sedangkan fase diamnya yaitu air yang terserap pada
pori-pori kertas. Kertas ialah selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut
polar lainnya, dimana berperan sebagai penyangga. Apabila air diadsorbsikan pada kertas, maka
akan terbentuknya lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Prinsip kerja
kromatografi kertas yaitu pelarut bergerak secara lambat pada suatu kertas, kemudian komponen-
komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campurannya dipisahkan berdasarkan pada suatu
perbedaan bercak warna. Kromatografi kertas ini memiliki keuntungan yang paling utama adalah
kemudahan dan kesederhanaannya dalam melakukan pemisahan (hanya pada suatu lembaran
kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan sebagai penyangga). Selain itu
keterulangan Rf yang mana merupakan suatu parameter berharga dalam memaparkan senyawa
tumbuhan baru. Rf adalah jarak yang ditempuh oleh setiap komponen/sampel dari garis dasar
relatif terhadap jarak tempuh pelarut atau eluen. Rf ini sarana yang penting dalam memaparkan
dan membedakan pigmen yang satu dengan yang lainnya. Besaran Rf menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fase diam, sehingga harga Rf disebut juga sebagai faktor referensi atau
faktor refensi.   Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen / jarak yang ditempuh oleh permukaan
larutan (Tika, 2010).

Kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang
dibuat dari alumina, silika gel, ataupun bahan serbuk lainnya. Dalam identifikasi asam amino
lebih baik menggunakan metode kromatografi lapis tipis dari pada kromatografi kertas karena
dengan metode KLT hasilnya akan sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilakukan
dengan waktu yang lebih cepat. Apabila menggunakan kromatografi kertas akan memakan
banyak waktu (Adnan, 1997). Kelebihan dari KLT sendiri yaitu menggunakan pelarut dan
cuplikan lebih sedikit, dapat dilakukan penotolan cuplikan berganda (saling membandingkan
langsung cuplikan pada satu lempeng) serta memiliki beberapa metode (Gritter, 1991).
DAFTAR PUSTAKA

Adnan M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi, Yogyakarta

Gritter, A., 1991, Biokimia 1, PT. Gramedia, Jakarta.

Poedjiadi A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Poedjiadi, A.dan F.M. T. Supriyanti., 2009.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta, Penerbit


Universitas Indonesia.

Takeuchi, Yoshito.2007.KromatografiKertas. Diakses dari http://www.chem-is-


try.org/kromatografi_kertas pada tanggal 26 september 2018.

Tika, I Nyoman. 2010. PenuntunPraktikumBiokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan


Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai