DISUSUN OLEH :
JURUSAN MANAJEMEN
2019/2020
Table of Contents
Ekonomi Internasional..............................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
A. Arus Modal Internasional.........................................................................................................5
1. Pengertian Arus Modal Internasional........................................................................................5
2. Sifat Arus Modal Internasional.................................................................................................5
3. Motif Arus Modal.....................................................................................................................5
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Portofolio Internasional......................................6
B. Penanaman Modal Asing dan Kesejahteraan...........................................................................6
1. Motif-motif Penanaman Modal Asing......................................................................................6
2. Dampak-Dampak Kesejahteraan Dari Arus Modal Internasional.............................................8
C. Perusahaan Multinasional.........................................................................................................11
1. Sebab-Sebab Kehadiran Perusahaan Multinasional..................................................................11
2. Dampak perusahaan multinasional........................................................................................13
3. Dampak Negatif Perusahaan Multinasional..........................................................................14
4. Contoh Perusahaan Multinasional yang Ada di Indonesia......................................................14
BAB III......................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa hal, perdagangan internasional dan pergerakan sumber-sumber daya
produktif sesungguhnya dapat dipandang sebagai subtitusi, dimana yang satu dapat
menggantikan atau mendukung yang lain. Sebagai contoh, sebuah negara yang memiliki modal
melimpah namun terbatas namun terbatas sumberdaya tenaga kerjanya, seperti Amerika
Serikat, dapat mengekspor komoditi padat modal , atau mengekspor modal itu sendiri. Di sisi
lain, Amerika Serikat akan mengekspor produk-produk padat karya, atau mendatangkan faktor-
faktor produksinya seperti membuka pintu bagi masuknya para pekerja dari negara-negara lain
dimana faktor produksi tenaga kerjanya melimpah.
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Arus Modal Internasional
2. Untuk Mengetahui Dampak Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Kesejahteraan.
3. Untuk Mengetahui Sebab-sebab Kehadiran Perusahaan Internasional dan Dampaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
Arus Modal Internasional terjadi karena adanya wilayah yang memiliki banyak modal
(capital-abundant) dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal (capital-scare). Sebagai
suatu faktor produksi yang memiliki marginal product,semakin banyak modal maka semakin
kecil renumerasi (return) yang diperoleh. Demikian sebaliknya, semakin langka modal
semakin tinggi hasil yang diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya arus modal
internasional yang mengalir dari suatu wilayah yang kelebihan modal ke wilayah yang
kekurangan modal.
Sebagai contoh, IBM memiliki teknologi komputer yang sangat canggih yang bisa
dimanfaatkannya untuk mencetak keuntungan besar disetiap tempat dimana ia beroprasi.
Namun jika teknologi itu dikembangkan terus didalam negeri, maka resiko pemalsuan atau
duplikasi akan meningkat (karena banyak perusahaan lain yang memiliki pengetahuan dasar
dibidang teknologi komputer). Seandainya perluasan produksi itu dilakukan ke negara lain,
maka risiko duplikasi tersebut semakin berkurang, karena kemampuan teknologi dinegara yang
bersangkutan tentunya belum ada, atau kalaupun ada tidak setinggi di Amerika. Karena
teknologi itu sangat mahal, maka IBM tidak ingin menerbitkan lisensi untuk produsen asing
yang ingin memanfaatkan teknologi tersebut. Singkatnya, IBM ingin memepertahankan rahasia
dan hak paten teknologinya itu demi memastikan terciptanya kualitas produk barang dan jasa
yang konsisten. Sekalipun IBM bersedia menegosiasikan penerbitan lisensi untuk pemakaian
teknologi tadi, kemajuan teknologi komputer yang demikian pesat akan membuat suatu
teknologi yang hari ini sangat canggih menjadi tertinggal esok hari. Dalam situasi seperti ini,
pilihan terbaik bagi IBM untuk memperluas operasi bisnisnya adalah dengan mengadakan
penanaman modal asing secara langsung ke negara-negara lain. Situasi serupa juga dihadapi
oleh Xerox, Gillette, Toyota, dan berbagai perusahaan multinasonal yang berukuran raksasa
lainnya. Hal tu pulalah yang menjadi motif bagi berlangsungnya investasi secara langsung dua
arah dalam sektor-sektor industri manufaktur diantara sesame negara industri maju.
Alasan penting lainnya bagi sebuah perusahaan untuk mengadakan penanaman modal
asing secara langsung adalah memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau
komoditi primer yang mereka butuhkan diluar negeri. Seandainya mereka dapat menguasai
jalur pasokan itu, maka mereka akan memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan
harga yang relatif murah. Itulah yang biasa disebut sebagai integrasi vertical (vertical
integration) yang merupakan bentuk dari sebagian besar penanaman modal asing langsung
negara-negara berkembang dan sejumlah negara maju yang kaya dengan bahan tambang.
Alasan lain yang masih melatar belakangi terjadinya penanaman modal asing langsung
adalah untuk menghindari tarif impor dan berbagai bentuk restriksi atau hambatan perdagangan
lainnya yang diterapkan oleh pemerintah negara-negara tertentu terhadap komoditi impor, atau
untuk memanfaatkan penawaran subsidi yang sengaja dilakukan oleh pemerintah sejumlah
negara dalam rangka memikat investasi dari luar negeri. Contoh investasi asing dalam rangka
menghindari tarif atau hambatan-hambatan perdagangan itu adalah penanaman modal asing
langsung secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat dan negara-
negara Uni Eropa yang bergerak dibidang manufaktur keberbagai negara berkembang.
Sedangkan contoh investasi langsung yang bertujuan untuk memanfaat subsidi pemerintah
ahdalah penanaman modal asing yang terjadi di sebagian besar kawasan dunia ketiga yang
tengah mengalami kemerosotan ekonomi (sehinggga sangat membutuhkan investasi asing).
Tanpa adanya insentif atau tawaran subsidi itu, negara-negara berkembang yang bersangkutan
memang sulit mendapatkan investasi langsung dari luar negeri. Alasan atau motif-motif
berikutnya bagi dilakukannya penanaman modal asing secara langsung untuk memasuki suatu
pasar oliogopolistik diluar negeri, untuk membeli suatu perusahaan tertentu yang dimasa
mendatang berpotensi menjadi menjadi pesaing, dan mencegah tertutupnya akses pasar disuatu
negara yang bersangkutan. Alasa terakhir inilah yang sering sekali mendorong perusahaan-
perusahaan multinasional raksasa untuk memasuki daerah-daerah baru, yakni karena mereka
ingin memanfaatkan sumber- sumber pembiayaan yang tersedia.
Sedangkan kita asumsikan saja bahwa kedua negara tersebut mengadakan hubungan
ekonomi (perdagangan dan atau investasi internasional) sehingga berlangsunglah pergerakan
modal dintara keduanya. Karena tingkat hasil di negara 2 (O’H) lebih tinggi daripada yang
terdapat di negara 1 (OC), maka sebagian modal di negara 1 akan berpindah ke negara 2
(sebanyak AB), dan perpindahan modal ini lambat laun akan menyamakan tingkat hasil modal
di kedua negara tersebut sebesar BE (=ON=O’T). Total produksi dosmetik di negara 1 berubah
menjadi OFEB. Namun karena sebagian modalnya berada di negara lain, maka hasil investasi
diluar negeri itu juga harus ditambahkan, yakni sebanyak ABER, sehingga total pendapatan
nasional negara 1 adalah OFERA. Tingkat produksi itu lebih tinggi ketimbang yang ada
sebelum berlangsungnya investasi antar negara tersebut. Berkat perpindahan sebagian
modalnya ke negara lain yang tingkat hasilnya lebih tinggi, maka total pendapatan nasional
negara 1 meningkat sebanyak ERG. Disamping itu berkat adanya arus modal internasional
secara bebas tersebut, total tingkat hasil modal di negara 1 meningkat memjadi ONRA,
sedangkan tingkat hasil bagi faktor-faktor produksi lainnya menjadi NFE.
Arus masuk modal ke negara 1 sebanyak AB ke negara 2 akan menurunkan tingkat hasil
modal di negara itu dari O’H menjadi O’T. Karena modalnya kini lebih banyak, maka total
domestik di negara 2 akan bertambah dari O’JMA menjadi O’JEB.
Berdasarkan sudut pandang dunia (yakni jika kedua negara tersebut digabung), maka
total produksi meningkat dari OFGA + O’JEB, atau bertambah ERG + ERM = EGM. Dengan
demikian terjadinya arus modal internasional tersebut meningkatkan efisiensi alokasi sumber
daya secara internasional dan memperbesar output dunia, serta sekaligus meningkatkan
kesejahteraan bagi kedua negara yang terkait.
b. Dampak-Dampak Lainnya Untuk Negara Sumber Investasi dan Negara Penerima Investasi
Berdasarkan asumsi bahwa kedua faktor produksi yang ada, yakni modal dan tenaga
kerja, seluruhnya terserap dalam kegiatan-kegiatan industri (full employment), baik sebelum
atapun sesudah transfer modal antarnegara, maka pada peraga 1.2 itu kita juga dapat melihat
naiknya tingkat hasil total dan tingkat hasil dari faktor produksi modal mengalami peningkatan,
sedangkan tingkat hasil total dan rata-rata dari faktor produksi tenaga kerja dinegara sumber
investasi mengalami penurunan. Jadi meskipun negara sumber investasi itu secara keseluruhan
memperoleh keuntungan dari berlangsungnya transfer modal kenegara lain, ada sebagian warga
(yakni para pekerja) yang mengalami kerugian. Itu berarti transfer modal tadi juga
mengakibatkan redistribusi pendapatan domestik dari para pemilik faktor produksi tenaga kerja
buruh diberbagai negara sumber investasi, seperti di Amerika Serikat, acapkali menentang
dilakukakannya investasi oleh perusahaan-perusahaan amerika serikat ke luar negeri. Dilain
pihak, reditribusi pendapatan domestik juga terjadi di negara tuan rumah atau penerima
investasi itu. Meskipun negara penerima investasi secara keseluruhan diuntungkan oleh adanya
modal dari negara lain, namun adapula sebagian warganya yang mengalami kerugian, yakni
para pemilik modal (krena hasil tingkat modal domestik menjadi berkurang setelah masuknya
modal asing itu). Jika asumsi pengerahan sumber daya secara penuh (full employment) kita
tinggalkan, maka dari sisi lain cederung meningkatkan kebutuhan tenaga kerja dinegara
penerima invesatsi. Dalam kalimat lain, tenaga kerja dinegara sumber investasi akan dirugikan
sedangkan tenaga kerja dinegara penerima investasi diuntungkan.
Transfer modal internasional juga mempengaruhi rencana pembayaran kedua negara
tersebut. Pada dasarnya, neraca pembayaran suatu negara mengitung total penerimaan suatu
negara dari negara-negara lain dan total pembayaran atau pengeluarannya kepada negara-negara
lain. pada saat suatu negara menerima investasi dari negara lain, maka pengeluaran luar negeri
bagi negara sumber investasi akan menurun sehinggga ia akan mengalami defisit neraca
pembayaran (kelebihan pengeluaran luar negeri dan penerima luar negeri). Dalam
kenyataannya, lonjakan investasi mancanegara memang merupakan salah satu penyebab
besarnya defisit pembayaran neraca Amerika Serikat selama dasawarsa 1960an sehinggga hal
ini mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi arus keluar modal kenegara-
negara lain pada periode antara tahunn 1965 hingga tahun 1974. Di pihak lain, memburuknya
neraca pembayaran negara yang menerima investasi dari negara lain.
Meskipun demikian, defisit neraca pembayaran yang dialami oleh negara sumber
investasi itu tidak berlangsung lama. Meskipun pada awalnya transfer modal dan meningktnya
pengeluaran luar negeri akan menciptakan defisit, namun peningkatan ekspor barang-barang
modal, suku cadang dan berbagai produk pendukung lainnya ke negara penerima investasi,
akan menciptakan pemasukan sehingga defisit neraca pembayaran negara sumber investasi itu
akan berkurang, atau bahkan lenyap (bisa pula menjadi surplus). Diperkirakan bahwa periode
pengembalian transfer modal itu belangsung antara 5 hingga 10 tahun (rata-rata).
Sehubungan dengan tingginya pengaruh investasi asing terhadap output dan volume
perdagangan di negara sumber investasi dan negara penerima investasi, maka transfer modal
international juga cederung mempengaruhi nilai tukar perdagangan mereka. Meskipun
demikian, sejauh mana nilai tukar perdagangan itu akan berubah akibat adanya transfer modal,
turut ditentukan oleh berbagai kondisi lainnya dikedua negara, dan mana yang dominan ternyata
berbeda dari satu kasus ke kasus lainnya. Penanaman modal asing juga dapat mempengaruhi
tingkat kemajuan teknologi yang ada dinegara sumber investasi maupun dinegara penerima
invetasi. Lebih jauh, investasi asing itu juga mempengaruhi kemampuan pemerintah disuatu
Negara (khususnya negara penerima investasi) dalam mengendalikan perekonomian
nasionalnya dan kemampuannya dalam memberlakukakan kebijakan ekonomi secara
independen.
C. Perusahaan Multinasional
Salah satu perkembangan paling penting dalam ekonomi internasional sejak usainya
perang dunia kedua adalah muncul dan berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional
atau terkadang disebut pula perusahaan transnasional. Sesuai dengan namanya, perusahaan
multinasional adalah suatu badan usaha yang memiliki, mengendalikan dan atau mengelola
fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Dewasa ini perusahaan-perusahaan
multinasional secara keseluruhan menguasai lebih dari 20% output dunia, sedangkan nilai
transaksi perdagangan intra perusahaan (yakni perdagangan yang berlangsung antara
perusahaan induk dengan cabang-cabang perusahannya yang tersebar di berbagai negara)
mencapai 25% dari seluruh nilai perdagangan manufaktor di dunia. Beberapa perusahaan
maltinasional, seperti General Motor dan Exxon benar-benar berukuran raksasa dan nilai
penjualan tahunannya mencapai puluhan miliar dolar. Perusahaan multinasional menguasai
sejumlah besar perusahaan yang tersebar di berbagai negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Perusahaan multinasional kadangkala sekedar menghimpun dana untuk keperluan
perluasan anak-anak perusahaannya dimana di negara dimana anak-anak perusahaan tersebut
beroperasi, sebagai alternatif dari perluasan operasi bisnis dari perusahaan induk di negara
asalnya sendiri.
Perusahaan-perusahaan multinasional juga memiliki posisi yang jauh lebih baik dalam
mengontrol atau mengubah kondisi-kondisi lingkungan mereka sedemikian rupa sehingga
menguntungkan pihak mereka sendiri. Dalam hal ini mereka benar-benar tidak dapat ditandingi
perusahaan lokal atau unit bisnis nasional murni. Sebagai contoh dalam memilih tempat atau
lokasi pabrik baru yang khusus diperuntukkan membuat komponen tertentu, sebuah perusahaan
multinasional dapat dan biasanya memang melakukan penjajakan keliling ke berbagai negara
yang tingkat upahnya relatif murah. Meskipun mereka sudah diuntungkan oleh murahnya
tenaga kerja mereka masih mencari bentuk-bentuk insentif yang lain. Mereka tahu bahwa modal
mereka dibutuhkan oleh banyak negara. Oleh karena itu mereka akan membangun pabrik di
salah satu negara yang paling banyak memberikan insentif, baik itu berupa pembebasan pajak,
subsidi, kemudahan akses perdagangan, dsb. Kepemilikan sumberdaya yang begitu besar oleh
perusahaan multinasional menjadikan mereka begitu berpengaruh sehingga seringkali dapat
menentukan arah kebijakan dari pemerintah di negara yang menjadi tuan rumah. Mereka
bahkan sanggup mengalahkan perusahaan-perusahaan nasioanl. Perusahaan multinasional itu
tidak hanya mempengaruhi substansi kebijakan pemerintah setempat, tetapi mereka juga dapat
meminta berbagai keistimewaan seperti keringanan pajak atau berbagai keringanan yang
lainnya.
Semua faktor itulah yang menjadikan perusahaan begitu unggul dan sulit untuk
disaingi oleh perusahaan nasional, apalagi yang berasal dari Negara-negra berkembang. Faktor-
faktor itu pula yang dapat menjelaskan terjadinya proliferasi atau pembiakan jumlah serta
lonjakan peranan perusahaan multinasonal dalam perekonomian internasional dewasa ini.
b. Dampak positif kedua adalah, dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan
multinasional dan ikut serta secara financial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri,
pemerintah Negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut
memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek
pembangunan secara lebih baik.
c. Dampak positif ketiga adalah, perusahaan multinasional tersebut tidak hanya akan
menyediakan sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja kepada Negara-negara
miskin yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket”
sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga
pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti
dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik.
d. Dampak positif keempat adalah, perusahaan multinasional juga berguna untuk mendidik
para manajer local agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank
luar negeri, mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan
pemasaran sampai ke tingkat internasional.
e. Dampak positif kelima adalah, perusahaan multinasional akan membawa pengetahuan dan
teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan maju oleh Negara berkembang mengenai
proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada Negara-
negara dun ia ketiga.
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan
kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negatif yang terjadi
pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang menjadi sasaran pemasaran perusahaan
multinasional ini memang adalah Negara-negara yang notabenenya adalah Negara-negara yang
sedang berkembang atau Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-
negara dunia ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum
mempunyai “kekuatan” yang cukup untuk menolak “kekuatan” daripada perusahaan-
perusahaan raksasa multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa melakukan
intervensi terhadap pemerintahan yang dilangsungkan oleh Negara yang bersangkutan, atau
dengan kata lain Negara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu
lemah untuk menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa ini
sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.
Kentucky Fried Chicken, PT. Fastfood Indonesia Tbk. merupakan perusahaan dari
pemilik KFC di Indonesia. KFC sendiri merupakan perusahaan fast food pertama di Indonesia
yang menggunakan sistem waralaba. KFC didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 di
Indonesia, Gelael Group sendiri adalah pihak pertama yang memperoleh waralaba pertama di
Indonesia. Perseroan ini mulai beroperasi pertama kali pada bulan Oktober tahun 1979 di Jalan
Melawi Jakarta. Seiring dengan berjalanya waktu perusahaan ini berkembang dengan sangat
cepat dan akhirnya mencapai kesuksesan.
Kemudian, kesuksesan outlet KFC pertama ini diikuti dengan pembukaan outlet-outlet
lain di Jakarta hingga mengalami perluasan area hingga keseluruh kota di Indonesia beberapa
diantaranya adalah Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Medan, Makasar.
Keberhasilan yang terus-menerus diraih oleh perusahaan ini dari pengembangan merek dan
menjadikan KFC sebagai bisnis restoran waralaba yang dikenal oleh kalangan masyarakat di
Indonesia.
Dengan bergabungnya Salim Group pada tahun 1990 sebagai pemegang saham utama
KFC, telah meningkatkan pengembangan Perseroan ini. Dan pada tahun 1993 telah terdaftar
sebagai Bursa Efek Jakarta. Kepemilikan saham pada saat itu mencapai 79,6% dengan
pendistribusian 43,8% kepada PT. Gelael Pratam dari Gelael Group, selain itu juga sebesar
35,8% kepada PT. Megah Eraraharja dari Salim Group.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arus Modal Internasional adalah hubungan kausal/timbal balik antara transaksi
perdagangan barang internasional dan modal sebagai salah satu faktor produksi tertentu akan
menimbulkan arus modal secara internasional karena adanya suatu negara yang memiliki
banyak modal dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal.
Perusahaan multinasional adalah suatu badan usaha yang memiliki, mengendalikan dan
atau mengelola fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Alasan utama bagi
keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional itu adalah bersarnya keuntungan kompetitif
yang terkandung dalam jaringan produksi dan distribusi global. Perusahaan-perusahaan
multinasional juga memiliki posisi yang jauh lebih baik dalam mengontrol atau mengubah
kondisi-kondisi lingkungan mereka sedemikian rupa sehingga menguntungkan pihak mereka
sendiri. Dalam hal ini mereka benar-benar tidak dapat ditandingi perusahaan lokal atau unit
bisnis nasional murni