Anda di halaman 1dari 17

Ekonomi Internasional

DISUSUN OLEH :

1. KRISNA CANDRA K (B11.2019.056573)

2. TRI YUDHA S (B11.2019.05682)

3. DWITA ISRIYAN K (B11.2019.05875)

4. FERDIAN ADI N (B11.2019.06020)

DOSEN PENGAMPU : IRSANDA

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

2019/2020
Table of Contents
Ekonomi Internasional..............................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
A. Arus Modal Internasional.........................................................................................................5
1. Pengertian Arus Modal Internasional........................................................................................5
2. Sifat Arus Modal Internasional.................................................................................................5
3. Motif Arus Modal.....................................................................................................................5
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Portofolio Internasional......................................6
B. Penanaman Modal Asing dan Kesejahteraan...........................................................................6
1. Motif-motif Penanaman Modal Asing......................................................................................6
2. Dampak-Dampak Kesejahteraan Dari Arus Modal Internasional.............................................8
C. Perusahaan Multinasional.........................................................................................................11
1. Sebab-Sebab Kehadiran Perusahaan Multinasional..................................................................11
2. Dampak perusahaan multinasional........................................................................................13
3. Dampak Negatif Perusahaan Multinasional..........................................................................14
4. Contoh Perusahaan Multinasional yang Ada di Indonesia......................................................14
BAB III......................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa hal, perdagangan internasional dan pergerakan sumber-sumber daya
produktif sesungguhnya dapat dipandang sebagai subtitusi, dimana yang satu dapat
menggantikan atau mendukung yang lain. Sebagai contoh, sebuah negara yang memiliki modal
melimpah namun terbatas namun terbatas sumberdaya tenaga kerjanya, seperti Amerika
Serikat, dapat mengekspor komoditi padat modal , atau mengekspor modal itu sendiri. Di sisi
lain, Amerika Serikat akan mengekspor produk-produk padat karya, atau mendatangkan faktor-
faktor produksinya seperti membuka pintu bagi masuknya para pekerja dari negara-negara lain
dimana faktor produksi tenaga kerjanya melimpah.

Sama halnya dengan perdagangan internasional, pergerakan sumber-sumber daya


produktif dari negara atau tempat-tempat yang memilikinya dalam jumlah yang relatif
melimpah (sehingga harga atau imbalan bagi faktor produksi yang bersangkutan relatif rendah)
ke negara-negara yang relatif miskin dengan sumber daya tadi (sehingga harga/imbalannya
tinggi) dan akan senantiasa berlangsung sehingga dlam jangka panjang pergerakan faktor
produksi antatr negara itu akan menyamakan harga faktor-faktor produksi tersebut secara
internasional, dan selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat
secara keseluruhan. Wujud intgrasi nasional memang tidak semata-mata berupa pertukaran
barang dan jasa antar negara saja, namun juga perpindahan internasional dari faktor-faktor
produksi, yang biasa disebut sebagai perpindahan faktor. Pada dasarnya, landasan pokok bagi
berlangsungya arus perpindahan faktor internasional tersebut tidak berbeda dengan prinsip
perdagangan barang-barang dan jasa antar negara. Sebab-sebab dan dampak dari utang-piutang
antar internasional dan migrasi tenaga kerja dapat dianalogikan dengan kasus pertukaran
barang.

Perdagangan internasional dan pergerkan faktor-faktor produksi masing-masing


menimbulkan berbagai dampak ekonomi yang berbeda terhadap negara-negara yang terkait.
Walaupun terdapat kesamaan konsep ekonomi yang mendasar antara perdagangan (barang dan
jasa) serta perpindahan faktor, terdapat perbedaan –perbedaan yang cukup besar diantara
keduanya dalam konteks politik. Negara yang berkelimpahan tenaga kerja mungkin harus
mengimpor barang-barang padat modal atau dalam keadaan yang lain ia akan berusaha
memperoleh modal dengan menarik pinjaman dari luar negeri. Sementara itu, negara yang
berkelimpahan modal mungkin mengimpor barang-barang padat karya atau mempekerjakan
tenaga kerja migran. Suatu negara yang terlalu kecil untuk untuk membuat aneka produk yang
membutuhkan skala ekonomis atau unit usaha yang cukup besar mungkin akan mengimpor
barang-barang atau produk tersebut dari perusahaan-perusahaan besar luar negeri yang
memiliki keunggulan untuk memproduksinya atau mengijinkan barang-berang tersrbut
diproduksi oleh anak atau cabang dari perusahaan-perusahaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arus modal internasional?
2. Bagaimana Dampak Penanaman Modal Asing Terhadap Kesejahteraan?
3. Apa Sebab-sebab Kehadiran Perusahaan Internasional dan Apa Dampak Yang
Ditimbulkannya?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Arus Modal Internasional
2. Untuk Mengetahui Dampak Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Kesejahteraan.
3. Untuk Mengetahui Sebab-sebab Kehadiran Perusahaan Internasional dan Dampaknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arus Modal Internasional


1. Pengertian Arus Modal Internasional
Arus Modal Internasional adalah hubungan kausal/timbal balik antara transaksi
perdagangan barang internasional dan modal sebagai salah satu faktor produksi tertentu akan
menimbulkan arus modal secara internasional karena adanya suatu negara yang memiliki
banyak modal dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal. Semakin banyak modal maka
semakin kecil renumerasi (return) yang diperoleh. Demikian sebaliknya, semakin langka
modal semakin tinggi hasil yang diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya arus
modal internasional yang mengalir dari suatu wilayah yang kelebihan modal ke wilayah yang
kekurangan modal.

Arus Modal Internasional terjadi karena adanya wilayah yang memiliki banyak modal
(capital-abundant) dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal (capital-scare). Sebagai
suatu faktor produksi yang memiliki marginal product,semakin banyak modal maka semakin
kecil renumerasi (return) yang diperoleh. Demikian sebaliknya, semakin langka modal
semakin tinggi hasil yang diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya arus modal
internasional yang mengalir dari suatu wilayah yang kelebihan modal ke wilayah yang
kekurangan modal.

2. Sifat Arus Modal Internasional


Secara umum arus modal internasional ini dapat bersifat sebagai berikut :
a. Partofolio Invesment
Yaitu arus modal internasional dalam bentuk asset-aset financial, seperti saham (Stock),
obligasi (Bond) dan commercial paperlain. Arus Partofolio saat ini paling cepat dan
paling banyak mengalir keseluruh penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal
dipusat pusat keuangan seperti di New York , London, Paris, Frankfur, Tokyo, Hongkong,
Singapura.
b. Direct Invesment
Yaitu Investasi Riil dalam bentuk pendirian perusahaan , pembangunan pabrik,
pembelian barang modal , tanah , dan bahan baku , dan persediaan, dimana investor
terlibat langsung dalam menejemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal
tersebut.

3. Motif Arus Modal


Sedangkan motif arus modal internasional dari kedua jenis investasi ini adalah:
a. Investasi Portofolio
b. High Return
Yaitu mencari return yang lebih tinggi, yaitu sesuai dengan teori H-O, suatu negara akan
membeli saham atau obligasi dari perusahaan yang berada di negara lain yang
memberikan pengembalian tertinggi
c. Risk Diversification
Diversifikasi resiko, hal ini sesuai dengan portofolio teori, yang menyatakan bahwa
investasi di berbagai negara akan menghasilkan return tertentu dengan resiko yang lebih
kecil, atau return yang lebih tinggi dapat dihasilkan dengan risiko tertentu.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Portofolio Internasional


Keinginan investor individu atau institusi untuk melakukan investasi portofolio asing
langsung disuatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Tarif pajak atas bunga atau dividen, investor umumnya lebih suka melakukan investasi
pada negara yang tarif pajak atas pendapatan bunga atau dividen relatif rendah. Investor
akan menilai potensi laba setelah pajak dari investasi pada sekuritas asing.
b. Tingkat bunga, investasi portofolio juga dipengaruhi tingkat bunga. Uang cenderung
mengalir ke negara yang tingkat bunganya tinggi, selama mata uang domestik
diperkirakan tidak melemah.
c. Kurs mata uang, ketika para investor berinvestasi dalam sekuritas dinegara asing, tingkat
pengembalian mereka dipengaruhi oleh perubahan nilai sekuritas dan perubahan nilai
tukar dari satuan mata uang sekuritas tersebut. Jika mata uang negara setempat
diperkirakan akan menguat, investor asing mungkin akan berinvestasi dalam sekuritas
negara tersebut untuk mendapatkan manfaat dari pergerakan kurs. Sebaliknya jika mata
uang negara setempat diperkirakan melemah, investor asing mungkin akan membeli
sekuritas di negara lain[2].

B. Penanaman Modal Asing dan Kesejahteraan

1. Motif-motif Penanaman Modal Asing.


Secara umum, motif-motif bagi berlangsungnya investasi portofolio, yakni untuk
mempeoleh tingkat hasil yang setinggi mungkin dan mendiversifikasikan atau memecahkan
resiko. Investasi asing portofolio maupun investasi secara langsung juga acap kali dilakukan
untuk menghindari pajak yang terlalu berat di suatu negara, atau untuk mendukung kegiatan
bisnis di suatu negara yang sarana infrastrukturnya belum memadai. Data-data yang ada
menunjukkan perusahaan-perusahaan yang memiliki orientasi internasional (baik itu karena ia
giat mengadakan ekspor atau memiliki fasilitas produksi di negara lain) biasanya memiliki
tingkat laba yang lebih tinggi, dan variabilitas atau gejolak labanya itupun lebih rendah (artinya
lebih stabil) daripada perusahaan-perusahaan domestik murni.

Alasan-alasan diatas sesungguhnya sudah memadai untuk menjelaskan terjadinya


investasi secara umum. Namun untuk memahami berlangsungnya investasi langsung dalam
kenyataan sehari-hari, kita juga dituntut untuk menjawab satu pertanyaan lagi yang memang
belum dapat dijawab berdasarkan penjelasan diatas. Alasan-alasan yang telah disebutkan
sebelumnya belum dapat menjelaskan mengapa penduduk di suatu negara menanamkan
modalnya di suatu negara secara langsung (misalnya dengan mendirikan pabrik) diluar negeri,
sedangkan dalam waktu yang bersamaan mereka menerima masuknya modal asing dari negara
lain. Mengapa mereka tidak menanamkan modalnya atau membuka pabrik didalam negerinya
sendiri ? bukankah itu akan lebih baik karena penduduk disuatu negara tentunya adalah mereka
yang paling mengetahui kondisi dinegara yang bersangkutan, dan mereka pula yang mengetahui
keuntungan kompetitif yang terkandung dalam perekonomiannya sendiri. Ada beberapa hal
yang bisa dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut. Salah satu diantaranya yang paling
penting adalah banyak perusahaan-perusahaan besar (biasanya yang bergerak dalam pasar-pasar
monopolistik dan oligopolistik) memiliki pengetahuan produksi atau keterampilan manajerial
yang unik yang akan dapat dimanfaatkan untuk mencetak keuntungan lebih besar jika
keunggulannya itu diterapkan di luar negri. Dorongan untuk beroperasi ke luar menjadi besar,
karena pasar domestik sudah mereka kuasai. Dalam situasi seperti itulah, sebuah perusahaan
akan melakukan penanaman modal asing secara langsung dinegara lain. Langkah ini melibatkan
integrasi horizontal (horizontal integration) atau perluasan kegiatan produksi ke wilayah yang
lebih luas. Apa yang telah diproduksikan di dalam negri, juga hendak diproduksikan diluar
negeri.

Sebagai contoh, IBM memiliki teknologi komputer yang sangat canggih yang bisa
dimanfaatkannya untuk mencetak keuntungan besar disetiap tempat dimana ia beroprasi.
Namun jika teknologi itu dikembangkan terus didalam negeri, maka resiko pemalsuan atau
duplikasi akan meningkat (karena banyak perusahaan lain yang memiliki pengetahuan dasar
dibidang teknologi komputer). Seandainya perluasan produksi itu dilakukan ke negara lain,
maka risiko duplikasi tersebut semakin berkurang, karena kemampuan teknologi dinegara yang
bersangkutan tentunya belum ada, atau kalaupun ada tidak setinggi di Amerika. Karena
teknologi itu sangat mahal, maka IBM tidak ingin menerbitkan lisensi untuk produsen asing
yang ingin memanfaatkan teknologi tersebut. Singkatnya, IBM ingin memepertahankan rahasia
dan hak paten teknologinya itu demi memastikan terciptanya kualitas produk barang dan jasa
yang konsisten. Sekalipun IBM bersedia menegosiasikan penerbitan lisensi untuk pemakaian
teknologi tadi, kemajuan teknologi komputer yang demikian pesat akan membuat suatu
teknologi yang hari ini sangat canggih menjadi tertinggal esok hari. Dalam situasi seperti ini,
pilihan terbaik bagi IBM untuk memperluas operasi bisnisnya adalah dengan mengadakan
penanaman modal asing secara langsung ke negara-negara lain. Situasi serupa juga dihadapi
oleh Xerox, Gillette, Toyota, dan berbagai perusahaan multinasonal yang berukuran raksasa
lainnya. Hal tu pulalah yang menjadi motif bagi berlangsungnya investasi secara langsung dua
arah dalam sektor-sektor industri manufaktur diantara sesame negara industri maju.

Alasan penting lainnya bagi sebuah perusahaan untuk mengadakan penanaman modal
asing secara langsung adalah memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau
komoditi primer yang mereka butuhkan diluar negeri. Seandainya mereka dapat menguasai
jalur pasokan itu, maka mereka akan memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan
harga yang relatif murah. Itulah yang biasa disebut sebagai integrasi vertical (vertical
integration) yang merupakan bentuk dari sebagian besar penanaman modal asing langsung
negara-negara berkembang dan sejumlah negara maju yang kaya dengan bahan tambang.

Alasan lain yang masih melatar belakangi terjadinya penanaman modal asing langsung
adalah untuk menghindari tarif impor dan berbagai bentuk restriksi atau hambatan perdagangan
lainnya yang diterapkan oleh pemerintah negara-negara tertentu terhadap komoditi impor, atau
untuk memanfaatkan penawaran subsidi yang sengaja dilakukan oleh pemerintah sejumlah
negara dalam rangka memikat investasi dari luar negeri. Contoh investasi asing dalam rangka
menghindari tarif atau hambatan-hambatan perdagangan itu adalah penanaman modal asing
langsung secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat dan negara-
negara Uni Eropa yang bergerak dibidang manufaktur keberbagai negara berkembang.
Sedangkan contoh investasi langsung yang bertujuan untuk memanfaat subsidi pemerintah
ahdalah penanaman modal asing yang terjadi di sebagian besar kawasan dunia ketiga yang
tengah mengalami kemerosotan ekonomi (sehinggga sangat membutuhkan investasi asing).
Tanpa adanya insentif atau tawaran subsidi itu, negara-negara berkembang yang bersangkutan
memang sulit mendapatkan investasi langsung dari luar negeri. Alasan atau motif-motif
berikutnya bagi dilakukannya penanaman modal asing secara langsung untuk memasuki suatu
pasar oliogopolistik diluar negeri, untuk membeli suatu perusahaan tertentu yang dimasa
mendatang berpotensi menjadi menjadi pesaing, dan mencegah tertutupnya akses pasar disuatu
negara yang bersangkutan. Alasa terakhir inilah yang sering sekali mendorong perusahaan-
perusahaan multinasional raksasa untuk memasuki daerah-daerah baru, yakni karena mereka
ingin memanfaatkan sumber- sumber pembiayaan yang tersedia.

2. Dampak-Dampak Kesejahteraan Dari Arus Modal Internasional

a. Dampak-Dampak Untuk Negara Sumber Investasi Dan Negara Penerima Investasi


Kita menyimak sebuah dunia khayalan yang hanya terdiri dari dua negara, yakni negara
1 dan negara 2 dengan total cadangan modal gabungan sebesar OO’ dari seluruh cadangan
modal itu, sebagian diantaranya yakni sebanyak OA, dimiliki oleh negara 1, sedangkan sisanya
yakni O’A dimiliki oleh negara 2. Kurva-kurva VMPK1 dan VMPK2 menunjukkan nilai
produk marginal modal di negara 1 dan di negara 2. Hal itu berlaku untuk setiap tingkatan
investasi. Dalam kondisi kompetitif (antara terjadi persaingan penuh diantara unit-unit ekonomi
yang ada), nilai produk marginal tersebut merupakan tingkat hasil atau keuntungan yang
dibuahkan oleh modal itu. Sedangkan dalam kondisi isolasi (tidak ada perdagangan), negara 1
akan menanamkan modalnya sebanyak OA di dalam negeri dan tingkat hasil yang akan
diperolehnya adalah sebanyak OC. Total produk yang akan diperoleh (diukur berdasarkan luas
wilayah atau bidang yang berada dibawah kurva nilai produk marginal) sama dengan OFGA.
Sebagian diantaranya yakni sebanyak OCGA, akan diterima oleh para pemilik modal di
negara 1 sedangkan sisanya yakni sebanyak CFG akan diterima oleh para pemilik faktor
produksi lainnya (tenaga kerja dan tanah). Demikian pula, dalam kondisi isolasi negara 2 akan
menginvestasikan seluruh modalnya sebanyak O’A di dalam negeri yang akan memberinya
tingkat hasil O’H. Total produknya sama dengan O’JMA. Sebagian dintaranya, yakni O’HMA,
akan diterima oleh para pemilik modal di negara 2, sedangkan sisanya yakni sebanyak HJM,
akan diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi lainnya.

Sedangkan kita asumsikan saja bahwa kedua negara tersebut mengadakan hubungan
ekonomi (perdagangan dan atau investasi internasional) sehingga berlangsunglah pergerakan
modal dintara keduanya. Karena tingkat hasil di negara 2 (O’H) lebih tinggi daripada yang
terdapat di negara 1 (OC), maka sebagian modal di negara 1 akan berpindah ke negara 2
(sebanyak AB), dan perpindahan modal ini lambat laun akan menyamakan tingkat hasil modal
di kedua negara tersebut sebesar BE (=ON=O’T). Total produksi dosmetik di negara 1 berubah
menjadi OFEB. Namun karena sebagian modalnya berada di negara lain, maka hasil investasi
diluar negeri itu juga harus ditambahkan, yakni sebanyak ABER, sehingga total pendapatan
nasional negara 1 adalah OFERA. Tingkat produksi itu lebih tinggi ketimbang yang ada
sebelum berlangsungnya investasi antar negara tersebut. Berkat perpindahan sebagian
modalnya ke negara lain yang tingkat hasilnya lebih tinggi, maka total pendapatan nasional
negara 1 meningkat sebanyak ERG. Disamping itu berkat adanya arus modal internasional
secara bebas tersebut, total tingkat hasil modal di negara 1 meningkat memjadi ONRA,
sedangkan tingkat hasil bagi faktor-faktor produksi lainnya menjadi NFE.

Arus masuk modal ke negara 1 sebanyak AB ke negara 2 akan menurunkan tingkat hasil
modal di negara itu dari O’H menjadi O’T. Karena modalnya kini lebih banyak, maka total
domestik di negara 2 akan bertambah dari O’JMA menjadi O’JEB.

Berdasarkan sudut pandang dunia (yakni jika kedua negara tersebut digabung), maka
total produksi meningkat dari OFGA + O’JEB, atau bertambah ERG + ERM = EGM. Dengan
demikian terjadinya arus modal internasional tersebut meningkatkan efisiensi alokasi sumber
daya secara internasional dan memperbesar output dunia, serta sekaligus meningkatkan
kesejahteraan bagi kedua negara yang terkait.

b. Dampak-Dampak Lainnya Untuk Negara Sumber Investasi dan Negara Penerima Investasi
Berdasarkan asumsi bahwa kedua faktor produksi yang ada, yakni modal dan tenaga
kerja, seluruhnya terserap dalam kegiatan-kegiatan industri (full employment), baik sebelum
atapun sesudah transfer modal antarnegara, maka pada peraga 1.2 itu kita juga dapat melihat
naiknya tingkat hasil total dan tingkat hasil dari faktor produksi modal mengalami peningkatan,
sedangkan tingkat hasil total dan rata-rata dari faktor produksi tenaga kerja dinegara sumber
investasi mengalami penurunan. Jadi meskipun negara sumber investasi itu secara keseluruhan
memperoleh keuntungan dari berlangsungnya transfer modal kenegara lain, ada sebagian warga
(yakni para pekerja) yang mengalami kerugian. Itu berarti transfer modal tadi juga
mengakibatkan redistribusi pendapatan domestik dari para pemilik faktor produksi tenaga kerja
buruh diberbagai negara sumber investasi, seperti di Amerika Serikat, acapkali menentang
dilakukakannya investasi oleh perusahaan-perusahaan amerika serikat ke luar negeri. Dilain
pihak, reditribusi pendapatan domestik juga terjadi di negara tuan rumah atau penerima
investasi itu. Meskipun negara penerima investasi secara keseluruhan diuntungkan oleh adanya
modal dari negara lain, namun adapula sebagian warganya yang mengalami kerugian, yakni
para pemilik modal (krena hasil tingkat modal domestik menjadi berkurang setelah masuknya
modal asing itu). Jika asumsi pengerahan sumber daya secara penuh (full employment) kita
tinggalkan, maka dari sisi lain cederung meningkatkan kebutuhan tenaga kerja dinegara
penerima invesatsi. Dalam kalimat lain, tenaga kerja dinegara sumber investasi akan dirugikan
sedangkan tenaga kerja dinegara penerima investasi diuntungkan.
Transfer modal internasional juga mempengaruhi rencana pembayaran kedua negara
tersebut. Pada dasarnya, neraca pembayaran suatu negara mengitung total penerimaan suatu
negara dari negara-negara lain dan total pembayaran atau pengeluarannya kepada negara-negara
lain. pada saat suatu negara menerima investasi dari negara lain, maka pengeluaran luar negeri
bagi negara sumber investasi akan menurun sehinggga ia akan mengalami defisit neraca
pembayaran (kelebihan pengeluaran luar negeri dan penerima luar negeri). Dalam
kenyataannya, lonjakan investasi mancanegara memang merupakan salah satu penyebab
besarnya defisit pembayaran neraca Amerika Serikat selama dasawarsa 1960an sehinggga hal
ini mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi arus keluar modal kenegara-
negara lain pada periode antara tahunn 1965 hingga tahun 1974. Di pihak lain, memburuknya
neraca pembayaran negara yang menerima investasi dari negara lain.

Meskipun demikian, defisit neraca pembayaran yang dialami oleh negara sumber
investasi itu tidak berlangsung lama. Meskipun pada awalnya transfer modal dan meningktnya
pengeluaran luar negeri akan menciptakan defisit, namun peningkatan ekspor barang-barang
modal, suku cadang dan berbagai produk pendukung lainnya ke negara penerima investasi,
akan menciptakan pemasukan sehingga defisit neraca pembayaran negara sumber investasi itu
akan berkurang, atau bahkan lenyap (bisa pula menjadi surplus). Diperkirakan bahwa periode
pengembalian transfer modal itu belangsung antara 5 hingga 10 tahun (rata-rata).

Dampak kesejahteran yang penting lainnya dari berlangsungnya penanaman modal


asing baik bagi negara sumber investasi maupun negara penerima investasi bertolak dari tingkat
perpajakan dan tingkat hasil modal di masing-masing negara. Dengan demikian, jika pajak
perusahaan yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat 48% sedangkan pemerintah swiss
hanya memungut 40%, maka adalah wajar seandainya perusahaan-perusahaan Amerika Serikat
berbondong-bondong menanamakan modalnya di swiss atau mengubah letak pijakan ekspornya
disalah satu cabang atau anak perusahaannya di luar negeri, agar mereka dapat menghemat
pengeluaran pajak. Secara relatif, peruahaan-perusahaan itupun memperoleh peningkatan
kesejahteraan. Namun karena sebagian negara, termasuk Amerika Serikat, sudah menjadi pihak
atau penandatanganan perjanjian pencegahan pajak ganda, maka pihak negara asal investasi
menjadi lebih dirugikan. Sebagai contoh, dalam kasus tadi, pemerintah Amerika Serikat hanya
dapat memungut pajak sebesar 8% (karena 40% pajak sudah disetorkan oleh pemerintah asing,
dalam hal ini pemerintah swiss). Jadi, jelas bahwa transfer modal internasional itu cenderung
menurunkan penerimaan pajak bagi pemerintah negara sumber penerima investasi, dan disisi
lain cederung memperbesar pemasuk pajak bagi pemeritah dinegara penerima investasi.

Sehubungan dengan tingginya pengaruh investasi asing terhadap output dan volume
perdagangan di negara sumber investasi dan negara penerima investasi, maka transfer modal
international juga cederung mempengaruhi nilai tukar perdagangan mereka. Meskipun
demikian, sejauh mana nilai tukar perdagangan itu akan berubah akibat adanya transfer modal,
turut ditentukan oleh berbagai kondisi lainnya dikedua negara, dan mana yang dominan ternyata
berbeda dari satu kasus ke kasus lainnya. Penanaman modal asing juga dapat mempengaruhi
tingkat kemajuan teknologi yang ada dinegara sumber investasi maupun dinegara penerima
invetasi. Lebih jauh, investasi asing itu juga mempengaruhi kemampuan pemerintah disuatu
Negara (khususnya negara penerima investasi) dalam mengendalikan perekonomian
nasionalnya dan kemampuannya dalam memberlakukakan kebijakan ekonomi secara
independen.

C. Perusahaan Multinasional
Salah satu perkembangan paling penting dalam ekonomi internasional sejak usainya
perang dunia kedua adalah muncul dan berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional
atau terkadang disebut pula perusahaan transnasional. Sesuai dengan namanya, perusahaan
multinasional adalah suatu badan usaha yang memiliki, mengendalikan dan atau mengelola
fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Dewasa ini perusahaan-perusahaan
multinasional secara keseluruhan menguasai lebih dari 20% output dunia, sedangkan nilai
transaksi perdagangan intra perusahaan (yakni perdagangan yang berlangsung antara
perusahaan induk dengan cabang-cabang perusahannya yang tersebar di berbagai negara)
mencapai 25% dari seluruh nilai perdagangan manufaktor di dunia. Beberapa perusahaan
maltinasional, seperti General Motor dan Exxon benar-benar berukuran raksasa dan nilai
penjualan tahunannya mencapai puluhan miliar dolar. Perusahaan multinasional menguasai
sejumlah besar perusahaan yang tersebar di berbagai negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Perusahaan multinasional kadangkala sekedar menghimpun dana untuk keperluan
perluasan anak-anak perusahaannya dimana di negara dimana anak-anak perusahaan tersebut
beroperasi, sebagai alternatif dari perluasan operasi bisnis dari perusahaan induk di negara
asalnya sendiri.

1. Sebab-Sebab Kehadiran Perusahaan Multinasional


Alasan utama bagi keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional itu adalah
bersarnya keuntungan kompetitif yang terkandung dalam jaringan produksi dan distribusi
global. Artinya, semakin luas jaringan produksi dan distribusi yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, akan semakin tinggi daya saingnya. Keunggulan kompetitif perusahaan
multinasional juga didasarkan pada peningkatan skala ekonomis dalam produksi, pembiayaan,
riset dan pengembangan serta penghimpunan informasi-informasi pasar. Besarnya output
perusahaan-perusahaan multinasional juga memungkinkan mereka untuk melakukan pembagian
kerja dan spesialisasi produksi yang jauh lebih baik ketimbang yang dapat dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan nasional berskala kecil yang menjadi saingan mereka. Disamping itu,
perusahaan-perusahaan multinasional dan cabang-cabangnya yang tersebar di mancanegara
biasanya juga memiliki akses lebih luas ke sumber-sumber modal internasional ketimbang
perusahaan nasional murni, dan hal itu tentu saja memungkinkan perusahaan multinasional
untuk memperoleh sumber pembiayaan murah dalam jumlah yang nyaris tidak terbatas
sehingga kemampuan mereka menyelenggarakan proyek-proyek berskala besar sangat sulit
ditandingi.

Perusahaan-perusahaan multinasional yang pada umumnya sangat besar senantiasa siap


menanamkan modalnya keluar negeri apabila perkiraan laba dari setiap unit investasi dalam
sektor industri tertentu diluar negeri memang lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan
tingkat hasilnya di dalam negeri. Karena perusahaan-perusahaan tersebut senantiasa menguasai
keunggulan kompetitif dan memiliki informasi terlengkap mengenai sektor-sektor industri yang
digelutinya, maka ia tidak selalu mengungkap semua peluang keuntungan yang lebih tinggi
dalam semua sektor industri domestik sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya di
luar negeri. Artinya mereka enggan meninggalkan sektor industri yang sudah dikelola sejak
lama, sekalipun sektor-sektor industri lainnya di dalam negeri menjanjikan tingkat keuntungan
yang lebih baik. Itu berarti hal terpenting yang menjadi bahan pertimbangan mereka dalam
menanamkan modal di luar negeri adalah selisih tingkat keuntungan dalam industri tertentu
diluar dan didalam negeri. Itulah sebabnya perusahaan-perusahaan multinasional biasanya setia
pada sektor industri tertentu yang menjadi andalannya.

Perusahaan-perusahaan multinasional juga memiliki posisi yang jauh lebih baik dalam
mengontrol atau mengubah kondisi-kondisi lingkungan mereka sedemikian rupa sehingga
menguntungkan pihak mereka sendiri. Dalam hal ini mereka benar-benar tidak dapat ditandingi
perusahaan lokal atau unit bisnis nasional murni. Sebagai contoh dalam memilih tempat atau
lokasi pabrik baru yang khusus diperuntukkan membuat komponen tertentu, sebuah perusahaan
multinasional dapat dan biasanya memang melakukan penjajakan keliling ke berbagai negara
yang tingkat upahnya relatif murah. Meskipun mereka sudah diuntungkan oleh murahnya
tenaga kerja mereka masih mencari bentuk-bentuk insentif yang lain. Mereka tahu bahwa modal
mereka dibutuhkan oleh banyak negara. Oleh karena itu mereka akan membangun pabrik di
salah satu negara yang paling banyak memberikan insentif, baik itu berupa pembebasan pajak,
subsidi, kemudahan akses perdagangan, dsb. Kepemilikan sumberdaya yang begitu besar oleh
perusahaan multinasional menjadikan mereka begitu berpengaruh sehingga seringkali dapat
menentukan arah kebijakan dari pemerintah di negara yang menjadi tuan rumah. Mereka
bahkan sanggup mengalahkan perusahaan-perusahaan nasioanl. Perusahaan multinasional itu
tidak hanya mempengaruhi substansi kebijakan pemerintah setempat, tetapi mereka juga dapat
meminta berbagai keistimewaan seperti keringanan pajak atau berbagai keringanan yang
lainnya.

Perusahaan-perusahaan multinasional itu acap kali juga mencantumkan harga yang


kelewat tinggi atas pembelian komponen-komponen yang dibuat oleh salah satu anak cabang
perusahaannya disuatu Negara yang dikirimkan ke cabang atau anak perusahaan lainnya yang
berada dinegara lain. Biasaya, pengenaan harga ynag lebih tinggi dari pada harga yang
seharusnya itu dilakukan terhadap ekspor komponen ke cabang Negara yang tingkat pajaknya
relatif tinggi (agara pos biaya pihak yang mengimpor Nampak meningkat, sehingga kewajiban
pajaknya dapat ditekan). Sebaliknya, jika komponen atau produk itu diekspor dari Negara yang
tingkat pajaknya relatif tinggi, maka harganya akan diturunkan (agar peresentase penjualan
yang harus diserahkan sebagai pihak pajak dapat dikurangi). Dengan cara illegal yang disebut
“pengalihan harga” (transfer pricing) ini sebuah perusahaan multinasional dapat meminimalkan
pajaknya secara keseluruhan. Taktik pengalihan atau transfer harga secara diam-diam itu juga
dapat meningkatkan hubungan perdagangan intra-perusahaan sehingga akan mengurangi
perdagangan antara suatu perusahaan lain (yang masing-masing berdiri sendiri).

Semua faktor itulah yang menjadikan perusahaan begitu unggul dan sulit untuk
disaingi oleh perusahaan nasional, apalagi yang berasal dari Negara-negra berkembang. Faktor-
faktor itu pula yang dapat menjelaskan terjadinya proliferasi atau pembiakan jumlah serta
lonjakan peranan perusahaan multinasonal dalam perekonomian internasional dewasa ini.

2. Dampak perusahaan multinasional


Dewasa ini kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional di bidang ekonomi dan
politik dunia, terasa sangat mencolok. Perusahaan-perusahaan multinasional yang
“menancapkan kukunya” juga tentu saja memberikan implikasi kepada, saya sebut sebagai,
Negara yang di’ekspansi’nya, baik dampak positif maupun dampak negatifnya.
Dampak positif antara lain :
a. Dampak positif pertama yang paling sering disebut-sebut sebagai sumbangan positif
penanaman modal asing ini adalah, peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan
sumber daya antara tingkat investasi yang ditargetkan dengan jumlah actual “tabungan
domestik” yang dapat dimobilisasikan.

b. Dampak positif kedua adalah, dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan
multinasional dan ikut serta secara financial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri,
pemerintah Negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut
memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek
pembangunan secara lebih baik.

c. Dampak positif ketiga adalah, perusahaan multinasional tersebut tidak hanya akan
menyediakan sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja kepada Negara-negara
miskin yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket”
sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga
pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti
dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik.

d. Dampak positif keempat adalah, perusahaan multinasional juga berguna untuk mendidik
para manajer local agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank
luar negeri, mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan
pemasaran sampai ke tingkat internasional.

e. Dampak positif kelima adalah, perusahaan multinasional akan membawa pengetahuan dan
teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan maju oleh Negara berkembang mengenai
proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada Negara-
negara dun ia ketiga.

Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan
kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negatif yang terjadi
pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang menjadi sasaran pemasaran perusahaan
multinasional ini memang adalah Negara-negara yang notabenenya adalah Negara-negara yang
sedang berkembang atau Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-
negara dunia ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum
mempunyai “kekuatan” yang cukup untuk menolak “kekuatan” daripada perusahaan-
perusahaan raksasa multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa melakukan
intervensi terhadap pemerintahan yang dilangsungkan oleh Negara yang bersangkutan, atau
dengan kata lain Negara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu
lemah untuk menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa ini
sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.

Kemudian kita juga harus menyadari bahwa perusahaan-perusahaan mutinasional ini


tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu Negara. Perhatian mereka hanya
tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan atau tingkat hasil finansial atas setiap sen
modal yang mereka tanamkan. Perusahaan-perusahaan multi nasional ini senantiasa mencari
peluang ekonomi yang paling menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk
memberi perhatiam kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan
pengangguran. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan multinasional hanya sedikit
memperkerjakan tenaga-tenaga setempat. Operasi mereka cenderung terpusat di sektor modern
yang mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal yaitu di daerah perkotaan.

3. Dampak Negatif Perusahaan Multinasional


Alasan utama banyaknya negara berhati-hati sebelum mengizinkan operasi suatu
perusahaan multinasional di negaranya adalah dampak-dampak negatif yang mungkin
ditimbulkannya. Salvatore paling tidak menyebutkan 6 dampak ini di dalam bukunya,
Terhadap negara asal :

a. Hilangnya sejumlah lapangan kerja domestik. Ini karena perusahaan multinasional


mengalihkan sebagian modal dan aktivitas bisnisnya ke luar negeri.
Ekspor teknologi, yang oleh sebagian pengamat, secara perlahan-lahan akan melunturkan
prioritas teknologi negara asal dan pada akhirnya mengancam perekonomian negara
bersangkutan.
Kecenderungan praktik pengalihan harga sehingga mengurangi pemasukan perpajakan
d. Mempengaruhi kebijakan moneter domestik.
Terhadap negara tuan rumah:
a. Keengganan cabang perusahaan multinasional untuk mengekspor suatu produk karena
negara tersebut bukan mitra dagang negara asalanya.
Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.
c. Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah budaya konsumsi
konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit usaha tradisional.
Dan tentu saja dampak-dampak lainnya masih banyak mengingat masalah ini adalah masalah
yang kompleks. Mulai dari politik yang mempengaruhinya, belum lagi bidang lainnya yang
mempengaruhi dan dipengaruhi baik di bidang sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.

4. Contoh Perusahaan Multinasional yang Ada di Indonesia

Kentucky Fried Chicken, PT. Fastfood Indonesia Tbk. merupakan perusahaan dari
pemilik KFC di Indonesia. KFC sendiri merupakan perusahaan fast food pertama di Indonesia
yang menggunakan sistem waralaba. KFC didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 di
Indonesia, Gelael Group sendiri adalah pihak pertama yang memperoleh waralaba pertama di
Indonesia. Perseroan ini mulai beroperasi pertama kali pada bulan Oktober tahun 1979 di Jalan
Melawi Jakarta. Seiring dengan berjalanya waktu perusahaan ini berkembang dengan sangat
cepat dan akhirnya mencapai kesuksesan.

Kemudian, kesuksesan outlet KFC pertama ini diikuti dengan pembukaan outlet-outlet
lain di Jakarta hingga mengalami perluasan area hingga keseluruh kota di Indonesia beberapa
diantaranya adalah Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Medan, Makasar.
Keberhasilan yang terus-menerus diraih oleh perusahaan ini dari pengembangan merek dan
menjadikan KFC sebagai bisnis restoran waralaba yang dikenal oleh kalangan masyarakat di
Indonesia.

Dengan bergabungnya Salim Group pada tahun 1990 sebagai pemegang saham utama
KFC, telah meningkatkan pengembangan Perseroan ini. Dan pada tahun 1993 telah terdaftar
sebagai Bursa Efek Jakarta. Kepemilikan saham pada saat itu mencapai 79,6% dengan
pendistribusian 43,8% kepada PT. Gelael Pratam dari Gelael Group, selain itu juga sebesar
35,8% kepada PT. Megah Eraraharja dari Salim Group.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arus Modal Internasional adalah hubungan kausal/timbal balik antara transaksi
perdagangan barang internasional dan modal sebagai salah satu faktor produksi tertentu akan
menimbulkan arus modal secara internasional karena adanya suatu negara yang memiliki
banyak modal dan ada pula yang mengalami kelangkaan modal.

Alasan perusahaan untuk mengadakan penanaman modal asing adalah untuk


menghindari pajak yang terlalu berat di suatu negara, alasan penting lainnya bagi sebuah
perusahaan untuk mengadakan penanaman modal asing secara langsung adalah memperoleh
kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan
diluar negeri.

Perusahaan multinasional adalah suatu badan usaha yang memiliki, mengendalikan dan
atau mengelola fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Alasan utama bagi
keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional itu adalah bersarnya keuntungan kompetitif
yang terkandung dalam jaringan produksi dan distribusi global. Perusahaan-perusahaan
multinasional juga memiliki posisi yang jauh lebih baik dalam mengontrol atau mengubah
kondisi-kondisi lingkungan mereka sedemikian rupa sehingga menguntungkan pihak mereka
sendiri. Dalam hal ini mereka benar-benar tidak dapat ditandingi perusahaan lokal atau unit
bisnis nasional murni

Anda mungkin juga menyukai