BAB I
PENDAHULUAN
hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam.
keuletan, kelelahan dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu
karbon yang sama juga bisa mempunyai nilai kekerasan yang berbeda,
yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat sebagai upaya
untuk memperoleh sifat – sifat tertentu dari logam. Salah satu cara adalah
kebutuhan.
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan
contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang
2.2.1. Hardening
sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan
bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit untuk mengadakan
pergerakan difusi dan bentuk sementit oleh karena itu terjadi fase
mertensit, ini berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pada dasarnya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak
tarik akan turun, sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Pada
saat tempering proses difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan
diri dari martensit berarti keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi
temperatur tempering.
2.2.2. Tempering
proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak
Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan
Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini
berbeda dengan proses anil (annealing) karena di sini sifat-sifat fisis dapat
dikendalikan dengan cermat. Pada suhu 200°C sampai 300°C laju difusi
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
500°C dan 600°C difusi berlangsung lebih cepat, dan atom karbon yang
dan kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor
dan sebagainya.
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan
kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu,
2.2.3. Annealing
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2.2.4. Normalizing
perlit dan ferit namun hasilnya jauh lebih mulus dari anneling. Prinsip dari
karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu
yang telah diuji dalam perlakuan panas. Pemakaian media pendingin juga
berguna dalam penentuan sifat dan fasa dari sturktur yang terbentuk
Secara garis besar ada dua jenis media pendingin yang digunakan,
yaitu media pendingin dengan tingkat kerapatan yang rendah dan media
urutan yang terperinci dari media pendingin yang memiliki densitas yang
tinggi sampai yang paling rendah, maka diperoleh, sbb: air garam, air,
solar, oli dan udara. Untuk lebih jelasnya maka dalam pembahasan ini
lebih mudah terjadi apabila jarak molekul lebih kecil. Dengan percepatan
kasar, dimana memiliki sifat yang keras dan getas. Sifat ini terjadi karena
memiliki jarak yang besar. Dengan proses yang lambat ini, akan
membentuk struktur yang keras dan ulet. Hal ini disebabkan karena ada 2
fasa yang terbentuk yaitu fasa ferit + sementit. Ferit memiliki sifat yang
ikatnnya kembali.
BAB III
METODE PERAKTIKUM
Mangkurat Banjarbaru.
- Baja ST 41
3.3. Peralatan
berikut:
2. Ragum 5. Penggaris
1. Furnace/Tungku
2. Sarung tangan
3. Tang penjepit
4. Oli
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5. Air
6. Cawan keramik
7. Sarung tangan
yang tidak diberi perlakuan panas pada saat pengujian dan yang
38 mm 5 mm
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
MULAI
Pemotongan material St 41
Persiapan furnace
SELESAI
Muhammad Adha
1910816210003
PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DAFTAR PUSTAKA
http://tabunginfo.blogspot.com/2011/06/heat-treatment-process.html
Muhammad Adha
1910816210003