BAB III
METODE STUDI
Q = K/B
Dimana:
K = Total rata-rata bulan kering, yang mana curah hujan <60mm
B = Total rata-rata bulan basah, yang mana curah hujan >100mm
b. Kualitas Udara
Data kualitas udara ambien kota Pekanbaru diperoleh dari Laboratorium
Udara Kota Pekanbaru. Data yang dikumpulkan meliputi parameter PM 10,
SO2, CO2, O2, NO2, dan NO dengan rentang periode selama 12 bulan
terhitung dari Januari – Desember 2016.
c. Fisiografi dan Geologi
Data fisiografi dan geologi wilayah studi diperoleh dari peta administrasi,
peta geologi yang dapat diperoleh dari instansi terkait.
d. Hidrologi (Kuantitas dan Kualitas Air)
Data hidrologi yang terdiri dari kuantitas dan kualitas air dapat diperoleh
dari laporan-laporan dan hasil kajian tentang kuantitas dan kualitas air
tanah di wilayah studi dan kajian air permukaan maupun air tanah.
2) Sosial
a. Demografi
Data sekunder aspek demografi diperoleh dari data Badan Pusat statistik
Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Kota Minas serta data statistik yang
relevan dengan kondisi demografi di wilayah studi.
b. Sosial Ekonomi
Data sekunder aspek sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari laporan
studi yang pernah dilakukan, profil kelurahan, profil kecamatan, dan data
statistik yang relevan dengan kondisi sosial ekonomi di wilayah studi.
c. Sosial Budaya
Data sekunder aspek sosial budaya masyarakat diperoleh dari laporan studi
yang pernah dilakukan yang relevan dengan kodisi budaya di wilayah
studi.
3) Kesehatan
a. Jenis Penyakit
Data sekunder tentang jenis penyakit yang dominan diperoleh melalui
data sekunder dari laporan atau profil kesehatan pada pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Kota Minas
atau instansi kesehatan lainnya.
b. Sarana Kesehatan
Data sekunder tentang jumlah dan jenis sarana kesehatan yang terdapat di
wilayah studi diperoleh dari laporan atau profil kesehatan pada Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau instansi kesehatan lainnya.
c. Tenaga Kesehatan
Data sekunder tentang jumlah tenaga kesehatan yang terdapat pada
wilayah studi, diperoleh melalui data sekunder dari profil kesehatan dari
pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau instansi kesehatan lainnya.
Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL secara khusus diatur
dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat
Dalam Penyusunan Amdal. Berpedoman kepada keputusan Kepala
Bapedal ini, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan No.
876/Menkes/SK/VII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan (ADKL), berisi panduan kajian yang harus
dilaksanakan bagi suatu kegiatan atau usaha mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian.
Disebutkan bahwa ADKL merupakan model kajian dengan
pendekatan ARKL untuk mengenal, memahami dan meramalkan kondisi
dan karakteristik lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko
kesehatan sebagai dasar untuk menyusun atau mengembangkan
pegelolaan dan pemantauan risiko tersebut. Atas dasar regulasi ini,
penerapan PHA untuk kajian aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam
studi Amdal memiliki landasan hukum yang jelas dan kuat. Namun,
sebagaimana akan dijelaskan, PHA juga sangat berguna untuk kajian
dampak kesehatan kasus-kasus pencemaran secara umum.
4) Transportasi
Data sekunder tentang bangkitan lalu lintas dapat diperoleh dari hasil
kajian tentang bangkitan lalu lintas dapat diperoleh dari hasil kajian
tentang bangkitan lalu lintas dengan pembangunan Bandar Udara ini.
Metode pengumpulan data komponen fisika-kimia, komponen biologi,
komponen sosial dan kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 3.1
2. Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan
pengukuran langsung, pengambil sampel, analisis sampel di laboratorium,
pengamatan lapangan dan wawancara dengan masyarakat, tokoh masyarakat
maupun aparat pemerintah. Lokasi pengumpulan data primer mengacu pada batas
wilayah studi.
Tabel 3.1 Metoda Pengumpulan Data Sekunder dalam Penyusunan AMDAL
Komponen/ Sub
Jenis Data Sumber Data
Komponen
Fisik-Kimia
Iklim Tipe Iklim BMG Sultan Syarif Qasim
Curah Hujan
II Pekanbaru
Hari Hujan
Suhu Udara
Kelembaban Udara
Morfologi dan Geologi Bentuk Morfologi Peta Topografi
Kondisi Geologi Peta Geologi
Ketinggian Lokasi Pengamatan Lapangan
Hidrologi ( Kuantitas dan Kondisi Muka Air Pengamatan dan laporan
Kualitas Air ) Tanah/Sumur Gali studi hidrologi dan air
Air Permukaan
permukaan serta air tanah
Air Tanah
Sosial
TPAK=(AK/TK)x100
%
Dimana:
TPAK = Tingkat partisipasi angkatan kerja
suatu ruas jalan per satuan waktu. Sedangkan kapasitas jalan dipengaruhi oleh
faktor lebar jalan, hambatan atau gangguan di sekitar jalan, pembagian jalur dan
lajur, faktor sosial dan kondisi wilayah. Berdasarkan MKJI, persamaan yang
digunakan untuk menghitung Derajat Kejenuhan adalah sebagai berikut:
DS = Q/C
Dimana:
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Volume Kendaraan (smp/jam)
C = Kapasitas jalan (didefinisikan sebagai lebar jalan)
Pengumpulan data kepadatan lalu lintas dilakukan secara langsung di
lapangan dengan menggunakan metode traffic counting pada lokasi yang
diperkirakan sebagai wilayah yang dapat terpengaruh oleh kegiatan Bandar Udara
Sultan Sayyid Ali. Peralatan yang digunakan untuk perhitungan volume lalu lintas
adalah tally counter untuk mencatat jumlah kendaraan, alat tulis, handy cam dan
Global Positioning System (GPS) untuk pencatatan koordinat lokasi sampel.
Waktu survey lalu lintas dilakukan pada hari-hari kerja pada jam-jam sibuk yaitu
pada pagi hari (06.30 s/d 08.30), siang hari (11.00 s/d 13.00) dan sore hari (16.00
s/d 18.00) untuk mendapatkan prakiraan dampak terburuk terkait aspek
transportasi.
e. Meningkatnya Kerusakan Jalan Akses
Untuk melakukan analisis terhadap munculnya kecembururan sosial,
dilakukan observasi langsung ke lapangan dengan mengumpulkan data berupa
panjang ruas jalan, tingkat kerusakan jalan, dan frekuensi kecelakaan lalu lintas.
Data yang diperoleh dianalisis dengan Metode Informal (Profesional Judgement).
f. Munculnya Keresahan Masyarakat
Untuk melakukan analisis terhadap munculnya keresahan masyarakat,
dilakukan berdasarkan pada data sekunder (monografi wilayah studi) dan data
primer yang diperoleh dengan melakukan Indepth interview pada masyarakat
(responden) yang dipilih secara acak (random sampling). Data hasil wawancara
akan dilakukan tabulasi dan di analisis secara deskrptif.
2. Kepentingan Ekologis
A=dxh
Dimana:
Q = Debit/aliran (m3/det)
A = Luas penampang aliran ( m3)
V = Kecepatan rata-rata (m/det)
d = Lebar segmen (m)
h = Kedalaman (m)
b. Gangguan Kualitas Udara Ambien
Data kualitas udara ambien dilakukan dengan pengambilan sampel di
lapangan dan kemudian dilakukan analisis di laboratorium atau analogi dengan
kegiatan yang sejenis. Data kualitas udara ini dibandingkan dengan Baku Mutu
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
c. Menigkatnya Kebisingan
Tingkat kebisingan dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat Sound
Level Meter. Data kebisingan dari pengukuran dibandingkan dengan Baku Mutu
sesuai dengan Kepmen LH No 48/MENLH/11/1996, tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan. Dengan mempertimbangkan sumber lokasi pencemar dan kegiatan
lain yang terdapat disekitarnya maka titik dan jumlah sampel kualitas udara dan
kebisingan yang akan diambil disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Lokasi Sampling Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan
Jumlah Sampel
No Lokasi Alasan
Udara Kebisingan
Mewakili kualitas udara ambien
pada saat sebelum kegiatan
1 Lokasi Tapak Proyek 2 2
konstruksi & operasional
dimulai
Mewakili kualitas udara ambien
2 Pinggir Jalan 1 1
di sekitar lokasi kegiatan
Jumlah 3 3
Q = V/A
Volume = d x h
Dimana:
Q = Debit/aliran (m3/det)
A = Luas penampang aliran ( m3)
V = Kecepatan rata-rata (m/det)
d = Lebar segmen (m)
h = Kedalaman (m)
lingkungan yang terkena dampak pada areal sekitar lokasi kegiatan sehingga
dampak yang diperkirakan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Prakiraan dampak dalam studi AMDAL dilengkapi dengan menerapkan
kombinasi beberapa metode seperti berikut:
b. Metode Formal
Melalui metode ini hubungan sebab akibat yang menggambarkan pengaruh
kagiatan proyek terhadap perubahan komponen lingkungan tertenu
dirumuskan dalam bentuk persamaan matematis. Model eksperimen dan
model pendugaan cepat. Pemilihan atas metode prakiraan dampak
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Metode formal dilakukan
terhadap komponen fisika-kimia dan biologi.
c. Metode Non Formal
Metode non formal ini dugunakan apabila ada parameter yang tidak dapat
dikuantifikasi sehingga untuk memperkirakan dampak dilakukan dengan
pendekatan keahlian ( proffesional Judgement). Metode ini digunakan
terhadap komponen sosial.
menetralisir.
c. Pola persebaran dampak yaitu; penelaahan persebaran dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan menurut ruang dan waktu
dalam rangka mempermudah pengelolaan dan pemantauan dampak.
Dampak adanya penelaahan masing-masing komponen lingkungan
terhadap dampak penting yang akan terjadi/akan timbul, maka hasil
evaluasinya akan dituangkan dalam bentuk matriks evaluasi dampak penting
yang dilengkapi dengan bagan alir dampak kegiatan yang menggambarkan
keterkaitan, keteraturan dan ketergantungan antar dampak penting yaitu
dampak wajar/primer menuju ke dampak sekunder/lanjutan sehingga
ditargetkan tindakan pengendalian dampak negatif dan pengembangan
dampak positif secara efektif dan efisien.
Hasil interaksi komponen kegiatan dan komponen lingkungan
diperoleh dampak potensial. Selanjutnya dapat juga dilakukan evaluasi
dampak potensial menggunakan 4 kriteria pertanyaan untuk memperoleh
dampak penting hipotetik yang selanjutnya akan ditelaah dalam ANDAL.
Keempat kriteria tersebut adalah: