Anda di halaman 1dari 3

Nama : Esterlina Br Brahmana

Nim : N1A119094

Jurnal 1

Judul jurnal : Analisis kesiapan pembiayaan Hipertensi, Diabetes Melitus dan Gangguan Jiwa dalam
Mendukung Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ( PIK PK) Tahun 2018-2020

Ditulis oleh : Trihardini Sri Rejeki Astuti, Prastuti Soewondo

Hasil penelitian :

1. Komitmen dan kebijakan program

Dalam penelitian ini, aspek keseriusan yang pemerintah daerah menilai adanya keseriusan dan adanya
dukungan pemerintah daerah dalam menjalankannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
Depok mulai memberi perhatian lebih dalam pada penyakit tidak menular. Pemerintah sudah
menunjukkan ketersediaannya dan keseriusannya dalam menjalankan komitmen dalam pelaksanaan PIS
PK.

2. Sumber daya manusia

SDM pada penelitian ini berdasarkan kuantitas dan kualitas SDM yang melaksanakan PIS PK. Aspek SDM
dalam pelaksanaan ini mencakup kecukupan dalam media tenaga yang mengikuti pelatihan dalam
bidang tersebut. Dalam hal ini pemerintah Depok melakukan pendataan dimana masih sedikitnya
tenaga kesehatan yang melakukan pelatihan dalam hal tersebut.

3. Sistem Informasi Kesehatan

Aspek sistem informasi kesehatan yang diterima adalah penggunaan web aplikasi keluarga sehat. Proses
pendataan PIS PK di Depok yang belum dilakukan dengan baik karena terbatasnya SDM, sistem
informasi kesehatan dan anggaran. Dalam hal ini, tentuanya ada kesulitan tersendiri karena sistem
informasi menggunakan web yang dimana hal tersebut masih tergolong baru bagi beberapa kalangan
sehingga belum meratanya informasi kesehatan yang diterima oleh masyarakat.

4. Ketersediaan Anggaran

Dalam penelitian ini terlihat bahwa Depok memiliki anggaran yang cukup besar untuk melakukan
kegiatan yang menunjang PIS PK. Anggaran tersebut juga akan diyakinkan akan terus bertambah
dengan bertambahnya PIS PK sebagai kegiatan prioritas 2019-2021. Dalam hal ini, dapat dinilai bahwa
ketersediaan anggaran sudah sangat cukup, hanya perlu cara pengelolaan yang baik dan tepat.

5. Perencanaan

Dalam Hasil wawancara yang dilakukan secara mendalam menyebutkan bahwa pemerintah kota Depok
telah merencanakan kegiatan dalam Renstra perubahan tahun 2019-2021. Dalam hal ini menunjukkan
perencanaan yang dibuat tidak optimal meskipun anggaran sudah disediakan untuk pelaksanaan jenis
pelayanan penyakit-penyakit tersebut.

6. Peta jalan pelaksanaan PIS PK

Dari tingkat lebih rendah ke tingkat lebih tinggi

7. Realisasi Anggaran dan hasil perhitungan costing SPM

Pembiayaan PIS PK di Depok belum berjalan optimal karena keterlambatan realisasi dana non fisik
sementara dana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan berasal dari DAK non fisik.

Ke 7 point hasil dalam penelitian ini, dimana dengan sangat lengkap dan pembahasan hasilnya dibeda-
bedakan menjadi beberapa bagian sehingga mempermudah untuk membaca dan memahaminya.
Sumber data yang digunakan sangat terpercaya, dicantumkan juga informasi-infoemasi yang sangat
detail.

Pembahasan : Kesiapan kota Depok dalam melaksanakan PIS PK tidak cukup hanya dengan
memasukkan dalam Renstra saja. Hal terpenting adalah bagaimana pemerintah kota Depok
melaksanakan PIS PK. Untuk mencapai hal tersebut tentu saja sangat diperlukan komunikasi dan kerja
sama antara Dinas Kesehatan dan puskesmas sebagai media pelaksana. Dalam penelitian ini dibahas
bagaimana aplikasi sehat yang digunakan yaitu melalui web aplikasi keluarga yang juga merupakan
sistem informasi yang ada dan disediakan oleh pihak eksternal. Pembahasan tersebut mencakup semua
hasil penelitian, dari hal pendanaan, pembiayaan penyakit tersebut, pendataan, dan sumber dana,
perhitungan coasting. Pemberdayaan masyarakat Depok belum optimal sehingga masih sangat
rendahnya kualitas dan kuantitas.

Kesimpulan dan saran : Masalah terutama dalam tulisan adalah kesiapan pembiayaan dari DAK non
fisik, yang belum ada hingga triwulan pertama. Hal ini dikarenakan Permenkes tentang petunjuk teknis
penggunaan dana DAK non fisik terbit setelah APBD. Kesimpulan yang mengandung unsur informasi
yang menjadi penyebab masalah.

Pemerintah seharusnya membuat kebijakan atau peraturan yang mengarah kepada pelayanan
kesehatan dalam hal pelatihan PIS PK, sehingga pelayan kesehatan bisa bertambah sebagai media
pencegahan penyakit-penyakit tersebut.

Jurnal 2

Judul jurnal : Analisis efektivitas biaya penggunaan omeprazol vs ranitidin sebagai profilaksis tekanan
ulser di ICU RSUD Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
Ditulis oleh : R.Fifi Silviariska, Nia sholihat, Hening pertiwi

Hasil dan Pembahasan

Dalam pembahasan ini efektivitas terapi dilihat dari data rekam medis ( kejadian perdarahan terbuka
disertai dengan perdarahan penting secara klinis) dan biaya pengobatan pasien. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien yang memiliki faktor resiko tekanan ulser dan diberikan omeprazol atau
ranitidin sebagai profilaksis tekanan ulser. Dalam penelitian ini dilakukan dengan total pasien sebanyak
54 pasien, dalam hal ini kecelakaan motor menjadi penyebab utama cedera kepala. Bagi pasien yang
diberikan profilaksis tekanan ulser lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Selain dari kecelakaan,
kebiasaan merokok juga menjadi penyebab meningkatnya penyakit ulser dan perokok laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan. Selain rokok, laki-laki juga sering mengonsumsi kopi, kopi yang
dikonsumsi tersebut apalagi secara terus-menerus dapat menjadi faktor terjadi tekanan ulser, yang akan
menyebabkan gangguan lambung. Dari hasil penelitian dilihat pasien yang diberikan profilaksis tekanan
ulser hal tersebut sejalan yang dengan menyatakan semakin meningkatnya usia, dari hal tersebut maka
akan lebih mudah terkena penyakit dan komplikasi yang akan dapat menyebabkan ulser.

Dari faktor resiko yang diketahui dari rata-rata pasien memiliki faktor resiko trauma kepala. Trauma ini
menjadi salah satu penanda keparahan suatu cedera. Setelah adanya faktor resiko kuogalopati
meningkatkan tekanan ulser yang menjadi penyebab pendarahan. Pendarahan terjadi pada hari ke 8
dan ke 10. PPI adalah yang paling baik dalam hal menurunkan pendarahan dibandingkan dengan obat
penekan asam lainnya. Biaya medis yang digunakan yaitu biaya yang dikeluarkan terkait langsung
dengan perawatan kesehatan, meliputi data biaya perawatan kesehatan yaitu biaya obat-obatan, biaya
lab, dan penggunaan fasilitas rumah sakit. Nilai ACER diketahui bahwa pasien tekanan ulser di ICU yang
menggunakan ranitidin memiliki nilai ACER yang lebih rendah. Keterbatasan penelitian ini antara lain
catatan rekam medis yang kurang lengkap diantaranya ada beberapa data pasien yang tidak semua
tercatat di rekam medis seperti terdapatnya darah.

Kesimpulan dan saran

Pada penelitian ini ranitidin memberikan hasil yang dominan terhadap omeprazol, sehingga disarankan
sebagai terapi profilaksis utama untuk tekanan ulser, serta diharapkan penelitian lanjutan yang
dilakukan secara prospektif agar dapat mengevaluasi efektifitas omeprazole vs ranitidin dengan lebih
cepat.

Untuk mempermudah penelitian diharapkan catatan rekam medis dibuat dan dijaga secara mendalam,
karena hal tersebut merupakan hal yang sangat penting apalagi dalam memenuhi penelitian dan cara
pengobatan penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai