2067 2786 1 PB
2067 2786 1 PB
Abstrak
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun
negara maju. Prevalensinya meningkat sejak dua dekade terakhir. Laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2012
perkiraan jumlah penderita asma didunia adalah 300 juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga
180.000 orang per tahun. Prevalensi total asma bronkial di dunia diperkirakan 7,2%, Indonesia sebesar 3,32% dan Provinsi
Lampung 1,45%. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Pasien mengeluh
sesak saat membantu suami membersihkan kandang ayam dibelakang rumah. Sesak bersifat terus-menerus dan semakin
memberat. Sesak sudah pernah dirasakan sebelumnya. Pasien tidak pernah membersihkan kandang ayam sebelumya. Data
sekunder didapat dari rekam medis pasien. Faktor pencetus seperti stres, debu, kotoran hewan dapat mempengaruhi
eksaserbasi asma dengan ditambah faktor psikososial dan faktor perilaku terhadap kesehatan serta pemanfaatan fasilitas
kesehatan. Pelayanan dokter keluarga dalam terapi farmakologis maupun nonfarmakologis mampu menyelesaikan masalah
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Korespondensi: Anwar Nuari, alamat Jl. Pengajaran, gg parkit 2, Bandarlampung, HP 081366342813, e-mail
anwarnuari73@gmail.com
hingga seratus delapan puluh ribu orang per mempertahankan aktivitas normal termasuk
tahun.2 latihan jasmani dan aktivitas lainnya,
Data World Health Organization (WHO) Menghindari efek samping obat, mencegah
juga menunjukkan data yang serupa bahwa terjadinya keterbatasan aliran udara Ireversibel,
prevalensi asma terus meningkat dalam 30 meminimalkan kunjngan ke gawat darurat
tahun terakhir terutama di negara maju.3 Komunikasi yang baik dan terbuka antara
Hampir separuh dari seluruh pasien asma dokter dan pasien adalah hal yang penting
pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan sebagai dasar penatalaksanaan.1,4
kunjungan ke bagian gawat darurat setiap Risiko berkembangnya asma bronkial
tahunnya.3 merupakan interaksi antara faktor pejamu (host
Pengelolaan penyakit asma meliputi faktor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu
terapi nonfarmakologis dan farmakologis. disini termasuk predisposisi genetik yang
Terapi nonfarmakologis dengan menghindari mempengaruhi untuk berkembangnya asma
faktor pencetus, menjaga kebersihan bronkial, yaitu genetik, alergik (atopi),
lingkungan dan rutin kontrol ke dokter. hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras.7
Sedangkan terapi farmakologis dengan obat Faktor lingkungan mempengaruhi individu
pelega maupun pengontrol saluran nafas ada dengan kecenderungan atau predisposisi asma
yang disemprot dan diminum. Dijelaskan bronkial untuk berkembang menjadi asma
kepada pasien dan keluarga pasien bahwa bronkial, menyebabkan terjadinya eksaserbasi
terapi nonfarmakologis lebih penting dan dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
bermakna daripada terapi farmakologis. bronkial menetap.7 Termasuk dalam faktor
Pasien diberitahu masih perlu memperbaiki lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan
pola hidupnya dan sering kontrol asma ke kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
Puskesmas sebulan sekali serta meminum pernapasan (virus), diet, status sosio-ekonomi
obat dan kurangi aktivitas fisik serta selalu dan besarnya keluarga.7 Interaksi faktor genetik
sedia obat semprot pelega dirumah. 4 dengan lingkungan dipikirkan melalui
Pada prinsipnya pengobatan asma kemungkinan bahwa baik faktor lingkungan
dibagi menjadi 2 golongan yaitu antiinflamasi maupun faktor genetik masing-masing
merupakan pengobatan rutin yang bertujuan meningkatkan risiko penyakit asma bronkial,
mengontrol penyakit serta mencegah dan pajanan lingkungan hanya meningkatkan
serangan dikenal dengan pengontrol, serta risiko asma bronkial pada individu dengan
bronkodilator merupakan pengobatan saat genetik asma bronkial.7 Faktor-faktor yang
serangan untuk mengatasi eksaserbasi/ mempengaruhi asma bronkial akan berbeda
serangan dekenal dengan pelega. 5 Contoh pada tiap individu.7
antiinflamasi yaitu golongan steroid inhalasi
seperti flutikason propionat dan budesonid, Ilustrasi Kasus
golongan antileukotrin seperti Ny.H, 46 tahun, seorang ibu rumah
metilprednisolon, kortikosteroid sistemik tangga, datang ke Puskesmas Gedong Tataan
seperti prednison, agonis beta-2 kerja lama dengan keluhan sesak nafas sejak 30 menit yang
seperti formeterol, prokaterol. 6 Obat pelega lalu. Sesak bersifat terus-menerus dan makin
ada dari golongan agonis beta-2 kerja singkat berat. Sesak sudah pernah dirasakan
seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, sebelumnya. Pasien mengeluh sesak saat
golongan antikolinergik seperti ipratoprium membantu suami membersihkan kandang
bromide,golongan metilsantin seperti teofilin, ayam dibelakang rumah. Pasien tidak pernah
aminofilin dan lain-lain.7 membersihkan kandang ayam sebelumya.
Tujuan dari penatalaksanaan pasien Awalnya hanya sesak biasa lalu pasien
yang mengalami asma adalah menghilangkan beristirahat namun sesak tidak juga hilang lalu
gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup pasien dibawa ke Puskesmas oleh suami pasien.
pasien. Penatalaksanaan Asma Bertujuan untuk Pasien sudah memiliki obat yang sering dipakai
menghilangkan dan mengendalikan gejala yaitu salbutamol Inhaler Dosis Terukur (IDT)
asma, agar kualitas hidup meningkat, mencegah namun saat ini obat sedang habis.
eksaserbasi akut, meningkatkan dan Pasien pernah mengeluhkan penyakit
mempertahankan faal paru seoptimal mungkin, seperti ini sebelumnya, terutama saat pasien
beraktivitas banyak dan terkena debu di jalan. kambuh lagi, takut akan komplikasi yang terjadi
Pasien selalu memakai obat semprot pelega akibat sesak nafas. Harapan pasien adalah agar
nafas salbutamol yang direkomendasikan oleh sesak bisa segera hilang, penyakit pasien segera
dokter. Pasien memiliki riwayat asma sejak sembuh dan pasien bisa beraktivitas seperti
masih anak-anak. Namun sudah lebih dari 1 biasanya.
tahun asma tidak pernah kambuh lagi karena
pasien rutin memakai pelega saat mulai merasa Pemeriksaan Fisik
sesak. Setelah disemprotkan kedalam mulut Keadaaan umum: tampak sakit sedang;
maka pasien bisa beraktivitas seperti biasa suhu: 35,4 oC; tekanan darah: 100/70 mmHg;
kembali. frekuensi nadi: 96 x/menit; frekuensi nafas:
Ny.H tinggal bersama suaminya Tn. S 32x/menit; berat badan: 65 kg; tinggi badan:
dan kedua orang anaknya. Ayah Ny. H sudah 150 cm; IMT: 28,8.
meninggal dikarenakan kecelakaan dan ibu
pasien masih hidup hingga saat ini. Dari Status generalis
keluarga Ny. H yang menderita asma adalah ibu Mata, telinga, hidung, kesan dalam
pasien. Anak Ny. H yang menderita asma ada batas normal. Paru, gerak dada dan fremitus
dua yaitu anak pertama Tn. T dan anak kelima taktil simetris, nafas vesikuler, frekuensi cepat,
An. D. Hubungan pasien dengan anak-anak dan didapatkan adanya wheezing pada kedua
lingkungan sekitar terjalin baik. lapangan paru, tidak didapatkan rhonki kesan
Pola pengobatan pasien dan pasien dalam kondisi sesak. Batas jantung tidak
keluarganya adalah kuratif yaitu apabila terdapat pelebaran, kesan batas jantung
mengalami keluhan, pasien baru pergi untuk normal. Abdomen, datar dan supel, tidak
berobat. Sama saja dengan pola pengobatan didapatkan organomegali ataupun asites kesan
anggota keluarga lainnya yaitu kuratif, dimana dalam batas normal. Ekstremitas tidak
anggota keluarga mencari pelayanan kesehatan didapatkan edema, kesan dalam batas normal.
jika sakit saja.
Lingkungan didalam rumah pasien Data Keluarga
cukup bersih dan tertata rapi. Namun Pasien adalah anak pertama dari empat
pencahayaan masih kurang dan bagian kamar bersaudara. Memiliki 2 saudara perempuan dan
tampak gelap dan lembap. Pasien sudah 1 saudara laki-laki. Pasien memiliki 6 orang
memasak dengan kompor gas sehingga paparan anak. Bentuk keluarga pasien adalah keluarga
asap bisa dikurangi. Namun dibelakang rumah inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan dua anak
pasien masih ada kandang ayam yang jaraknya yang tinggal dalam satu rumah. Pasien seorang
dekat dengan rumah sehingga bisa wanita berusia 46 tahun. Pasien tidak bekerja
mencetuskan resiko kekambuhan asma akibat (ibu rumah tangga). Seluruh keputusan
debu, kotoran, bulu binatang maupun kutu mengenai masalah keluarga dimusyawarahkan
pada bulu ayam yang berterbangan. bersama dan diputuskan oleh suami pasien
sebagai kepala keluarga. Gaji kepala keluarga
Metode (KK) didapatkan dari berdagang Rp.
Studi ni adalah deskriptif. Data primer 4.000.000/bulan.
diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis)
dan pemeriksaan fisik. Kunjungan rumah, Genogram
melengkapi data keluarga, dan psikososial serta
lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis
holistik dari awal, proses dan akhir studi secara
kuantitatif dan kualitatif.
Data Klinis
Sesak nafas yang timbul tiba-tiba
setelah membersihkan kandang ayam
dibelakang rumah. Riwayat asma (+).
Kehawatiran pasien adalah sesak nafas kembali Gambar 1. Genogram Keluarga Ny.H
muncul setelah lebih dari 1 tahun tidak pernah
ayam, tungau, bulu ayam dan lelah aktivitas. rumah, hewan berbulu, kecoa, dan jamur,
Sesak disertai keluar keringat dingin dan nyeri alergen outdoor seperti polen, jamur, infeksi
pada dada. Sedangkan dari pemeriksaan fisik virus, polutan dan obat.11 Mengurangi pajanan
didapatkan tekanan darah pasien 100/70 penderita dengan beberapa faktor seperti
mmHg, nadi 98 x/menit, RR 32x/menit. menghentikan merokok, menghindari asap
Pemeriksaan fisik paru didapatkan adanya rokok, lingkungan kerja, makanan, aditif, obat
wheezing saat ekspirasi. Sesuai dengan yang menimbulkan gejala dapat memperbaiki
gambaran klinis asma yaitu sesak nafas, adanya kontrol asma serta keperluan obat.11 Tetapi
batuk, mengi/wheezing, serta kulit bibir biasanya penderita bereaksi terhadap banyak
kebiruan. 7 faktor lingkungan sehingga usaha menghindari
Penegakan diagnosis pada pasien sudah alergen sulit untuk dilakukan.12 Hal-hal lain yang
tepat yaitu Asma bronkial. Diagnosis asma yang harus pula dihindari adalah polutan indoor dan
tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini outdoor, makanan dan aditif, obesitas, emosi-
dapat ditangani dengan baik, mengi (wheezing) stres dan berbagai faktor lainnya.10-13 Pada
berulang dan/atau batuk kronik berulang kasus ini pasien mengeluh sesak saat
merupakan titik awal untuk menegakkan membantu suami membersihkan kandang
diagnosis. Diagnosis asma didasarkan ayam dibelakang rumah. Pasien tidak pernah
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan membersihkan kandang ayam sebelumya.
penunjang. Diagnosis klinis asma sering Pengelolaan penyakit asma meliputi
ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
mengi, batuk dan dada sakit/sempit. Terapi nonfarmakologis dengan menghindari
Pengukuran fungsi paru digunakan untuk faktor pencetus, menjaga kebersihan
menilai berat keterbatasan arus udara dan lingkungan dan rutin kontrol ke dokter.
reversibilitas yang dapat membantu diagnosis. Sedangkan terapi farmakologis dengan obat
Mengukur status alergi dapat membantu pelega maupun pengontrol saluran nafas ada
identifikasi faktor risiko. Pada penderita dengan yang disemprot dan diminum. Dijelaskan
gejala konsisten tetapi fungsi paru normal, kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
pengukuran respons dapat membantu terapi nonfarmakologis lebih penting dan
diagnosis. Asma diklasifikasikan menurut bermakna dari pada terapi farmakologis.
derajat berat, namun hal itu dapat berubah Tujuan dari pengelolaan itu sendiri adalah
dengan waktu. Untuk membantu penanganan menurunkan resiko komplikasi dan kematian
klinis, dianjurkan klasifikasi asma menurut akibat penyakit asma. Pasien diberitahu masih
ambang kontrol.8,9 perlu memperbaiki pola hidupnya dan sering
Untuk mencegah resiko lebih lanjut kontrol asma ke Puskesmas sebulan sekali
yang bisa dialami oleh pasien, maka dapat kita serta meminum obat dan kurangi aktivitas
sarankan kepada pasien untuk patuh terhadap fisik serta selalu sedia obat semprot pelega
pengobatan dan anjuran yang diberikan serta dirumah.14 Pada kasus ini pasien tidak rutin
melakukan beberapa pemeriksaan yang kontrol sehingga pasien kambuh.
mungkin dapat ia lakukan untuk mengetahui Pada prinsipnya pengobatan asma
lebih dini perluasan penyakitnya, sebagai dibagi menjadi 2 golongan yaitu antiinflamasi
prinsip pencegahan terhadap faktor resiko yang meupakan pengobatan rutin yang bertujuan
ia miliki. mengontrol penyakit serta mencegah
Eksaserbasi asma adalah episode akut serangan dikenal dengan pengontrol, serta
atau subakut dengan sesak yang memburuk bronkodilator merupakan pengobatan saat
secara progresif disertasi batuk, mengi, dan serangan untuk mengatasi eksaserbasi/
dada sakit, atau beberapa kombinasi gejala- serangan dikenal dengan pelega. 7 pasien
gejala tersebut.10 Eksaserbasi ditandai dengan sudah memiliki obat yang sering dipakai yaitu
menurunnya arus napas yang dapat diukur salbutamol Inhaler Dosis Terukur (IDT) namun
secara obyektif (spirometri atau PFM) dan saat ini obat sedang habis, sehingga pada kasus
merupakan indikator yang lebih dapat ini pasien kambuh.
dipercaya dibanding gejala.10 Eksaserbasi asma Contoh antiinflamasi yaitu golongan
dapat ditimbulkan berbagai faktor (trigger) steroid inhalasi seperti flutikason propionat
seperti alergen (indoor seperti tungau debu dan budesonid, golongan antileukotrin
pemeriksaan fisik pasien yang mendekati stabil 4. Cicak B, Verona E, Stefanovic M. 2008. An
maka prognosis pada pasien ini dalam hal quo individualized approach in the education of
ad vitam: dubia ad bonam dilihat dari kesehatan asthmatic children. Acta Clinica Croatica.
dan tanda-tanda vitalnya yang sudah mulai 47(4):231-8.
baik; quo ad functionam: dubia ad bonam 5. Depkes RI. 2007. Pharmaceutical care
karena pasien masih bisa beraktivitas sehari- untuk penyakit asma. Departemen
hari secara mandiri; dan quo ad sanationam: Kesehatan Republik Indonesia
dubia ad bonam karena pasien masih bisa 6. Hermawan. 2012. Faktor resiko kejadian
melakukan fungsi sosial dan berinteraksi baik asma bronkial berdasarkan jarak pusat
dengan tetangga sekitar rumah. semburan lumpur lapindo Sidoarjo Jawa
Timur. Program Studi Ilmu Kesehatan
Simpulan Masyarakat Kekhususan Epidemiologi
Didapatkan faktor internal perempuanusia Lapangan. Program Pascasarjana FK UGM
46 tahun, predisposisi genetik, tidak pernah Yogyakarta. Tesis
kontrol, pengetahuan yang kurang tentang 7. PDPI. 2006. Pedoman diagnosis dan
asma, pola berobat kuratif, hipersensitif jalan penatalaksanaan asma di indonesia.
nafas, riwayat atopi/alergi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
1. Telah dilakukan pemeriksaan secara 8. Global strategy for asthma management
holistik dan didapatkan pada keluarga yaitu and prevention. 2007. National Institutes
ibu dan kedua anak pasien memiliki of Health.
penyakit asma. 9. Bernstein JA. Asthma in handbook of
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada allergic disorders. Philadelphia: Lipincott
pasien secara holistik dan komprehensif, Williams & Wilkins. 2003:73-102.
patient center, family appropried dengan 10. Corrigan C, Rak S. 2004. Asthma in allergy.
pengobatan asma secara literatur China: Elsevier Mosby: 2004: 26-38.
berdasarkan EBM. 11. Bacharier LB, Louis S. 2002. ”Step-down”
3. Dalam melakukan intervensi terhadap therapy for asthma: Why, When, and How?
pasien tidak hanya memandang dalam hal JACI. 109(6):916.
klinis tetapi juga terhadap psikososialnya, 12. Bochner BS, Busse. 2005. Allergy and
oleh karnanya diperlukan pemeriksaan dan Asthma. JACI. 115(5):953-9.
penanganan yang holistik, komperhensif 13. Broide D. 2004. New perspectives on
dan berkesinambungan. mechanisms underlying chronic allergic
4. Pada pasien diberikan edukasi mengenai inflammation and asthma in 2007. JACI.
faktor pencetus yang harus dihindari, pola 122(3):475-80.
makan sesuai dengan gizi seimbang, pola 14. Gotzsche CP. 2007. House dust mite
olahraga dan aktivitas yang boleh control measures for asthma: systematic
dilakukan, pentingnya untuk meminum review in European Journal of Allergy and
obat dan memiliki obat pelega dirumah Chronic Urticaria. (63)646.
serta kontrol rutin asma. Dukungan 15. Bateman ED, Jithoo A. 2007. Asthma and
keluarga diperlukan untuk membantu allergy - a global perspective in Allergy.
pasien mengendalikan penyakit pasien. European Journal of Allergy and Clinical
Immunology. 62(3):213-5.
Daftar Pustaka: 16. Anastri R. 2011. Self acceptance in
1. IDAI. 2010. Buku ajar respirologi anak. Edisi adolescence who have parent polygamy.
ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Artikel Psychology.
Indonesia. 17. Salwa U, Kuncoro J, Setyaningsih R. 2010.
2. Global Initiative for Asthma (GINA). 2012. Dukungan sosial keluarga dan persepsi
At-A-Glance Asthma Management terhadap vonis dengan penerimaan diri
Reference. narapidana lembaga pemasyarakatan Klas
3. Rengganis I. 2008. Diagnosis dan II.A wanita Semarang. Proyeksi. (2):79-89.
tatalaksana asma bronkial. Majalah
Kedokteran Indonesia. 58(11):444-51.