Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel
(1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting
tetapi tidak dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah
dirumuskan secara operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda
bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah
lakunya.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama tujuan
umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program
diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU
(Tujuan Instruksional Umum). Kedua tujuan yang didasarkan atas tingkah laku.
Dalam periode 20 tahun terakhir ini, banyak usaha yang telah dilakukan untuk
mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau
mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya pendidikan dalam
bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi (taxonomy). Ada 3
macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
(yang dalam hal ini penulis gunakan istilah keterampilan). Ketiga, tujuan yang
lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris (kaum yang
mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan
oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental. Mereka tidak
menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati.
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal., penafsirannya lalu menjadi
subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini
menjadi tujuan yang lebih terperinci.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga
tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere disimpulkan
bahwa ada 3 tingkatan (termasuk taksonomi), yaitu:
a. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan.
b. Taksonomi.
c. Tujuan yang operasional.
2. Taksonomi Bloom
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak
orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh
2 orang ini ada 4 buah, yaitu:
a. Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksikan kepada cara-cara guru
dalam mengajar.
b. Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang.
c. Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-
nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak
yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang
menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah
daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi
kepada kesulitan dalam proses belajar dan mengajar.
Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua
bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain (cognitivedomain and affective
domain). Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik pada psikomotor
domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaanya di Sekolah
Menengah atau Universitas (Bloom, 1956). Akhirnya Simpson melengkapi dua
domain yang ada dengan psikomotor domain (1966). Namun sebenarnya
pemisahan antara ketiga domain ini merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat
dipecah-pecah sehingga segala tindakannya juga merupakan suatu kebulatan.
Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai
taksonomi Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di
Universitas yang terdiri dari B.S. Bloom Editor M.D. Engelhart, E. Furst, W.H.
Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pada oleh Ralp W. Tyler.
Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan pada 3 (tiga) tingkatan:
a. Kategori tingkah laku yang masih verbal.
b. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.
c. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-
pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Ada 3 (tiga) ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang
selanjutnya disebut taksonomi yaitu:
a. Ranah kognitif (cognitive domain).
b. Ranah afektif (affective domain).
c. Ranah psikomotor (psychomotor domain).
Keterangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
1). Mengenal (recognition)
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih Satu dari dua atau lebih jawaban.
Contoh:
Hasil bumi yang terkenal dari daerah Temanggung adalah:
a). padi
b). tebu
c). tembakau
Mengungkap/mengingat kembali (recall)
Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali ini siswa diminta
untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.
Contoh:
Tempat keluarnya air dari dalam tanah disebut……
Mengenal dan mengungkap kembali, pada umumnya dikategorikan menjadi satu
jenis, yakni ingatan. Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah
tingkatnya karena tidak terlalu banyak meminta energi.
2). Pemahaman (comprehension)
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
Contoh:
Di antara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-
siku adalah:
a.
b.
c.
Untuk dapat menentukan gambar yang mana yang dapat dinamakan segitiga siku-
siku maka ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.
3). Penerapan atau aplikasi (application)
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk
menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hokum, dalil, aturan,
gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
Contoh:
Untuk menyelesaikan hitungan 51 × 40 = n, maka paling tepat kita gunakan
a. hukum asosiatif,
b. hukum komutatif,
c. hukum distributif.
4). Analisis (analysis)
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau
situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
Contoh:
Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendukung dan ada angin
kencang tidak segera turun hujan.
5). Sintesis (synthesis)
Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka
pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifikasi
agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi.
Contoh:
“Dengan mengetahui situasi daerah milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta
semangat penduduk di suatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi
kota pelabuhan yang besar maka kota-kota kecil di tepi pantai mana yang
mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kota pelabuhan yag besar?”
6). Evaluasi (evaluation)
Apabila penyusun soal bermaksud untuk mengahui sejauh mana siswa mampu
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai
sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal.
Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan
mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek
kognitif ini menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum,
prinsip pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut
masalah “benar/salah” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang
bersangkutan.
Sejak tahun 1983 istilah “aspek” inilebih populer dengan istilah yakni “ranah”.
Untuk ranah kognitif. Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah,
tersusun dalam urutan meningkat (hierarki) yang bersifat linear. Namun dan
beberapa studi lanjutan yang dilakukan oleh ahli-ahli lain antara lain Madaus
dikemukakan bahwa ranah-ranah tersebut tidak seharusnya dalam urutan linear.
Untuk ranah yang lebih tinggi, yakni analisis, dan evaluasi terletak pada satu garis
horizontal dan terlihat sebagai cabang.
Apabila dibandingkan akan tergambar sebagai berikut ini:
Analisis Sintesis
Sintesis
Analisis
Aplikasi
Aplikasi
Pemahaman
Pemahamann
Ingatan
Ingatan
b. Ranah Afektif
1). Pandangan atau pendapat (opinion)
Apabila guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan
siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respons yang melibatkan
ekpresi, perasaan atu pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang relative
sederhana tetapi bukan fakta.
Contoh:
“Bagaimana pendapat Anda tentang keputusan yang diambil oleh Bapak Lurah
dalam situasi di atas? Bagaimana tindakan Anda jika seandainya yang menjadi
lurah itu Anda?
2). Sikap atau nilai (attitude, value)
Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai respon
yang melibatkan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru
meminta dia untuk mempertahankan pendapatnya.
Contoh:
“Bagaimana pendapat Anda seandainya semua penjahat yang merugikan
masyarakat dan negara, baik yang proletar maupun yang elite diberi hukuman
mati saja? Mengapa pendapat Anda demikian?”
c. Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor atau
perceptual-motor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan erat kerja
otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang
termasuk ke dalam klasifikasikan gerak di sini mulai dari gerak yang paling
sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cabang televisi serta
computer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan
(skills) dan kemampuan (abilities).
Contoh:
“Seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat.” “Seberapa terampil
para siswa menggunakn alat-alat.”
Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow
(1972). Menurut Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaian
100 dari tujuan yang dikemukakan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan
yang dapat dicapai oleh siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari
keterampilan lanjutan atau gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya. Selain
yang telah dikemukakan tersebut, Harrow juga memberikan saran mengenai
bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah psikomotor ini. Menurutnya,
penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam
jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut
diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola
keterampilan yang mencerminkan kemampuan siswa.
Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut:
Tingkat Uraian dan contoh
1. Gerak reflex(reflex Respon gerakan yang tidak disadari yang
movement) dimiliki sejak lahir.
3. Lain-lain Taksonomi
Banyak kritik telah dilemparkan kepada Bloom cs, tentang pembagian taksonomi
ini, sehingga timbul teori-teori sebagai adaptasi, modifikasi atau kategori baru.
a) McGuire (1963), Klickman (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang
Biologi, Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk ilmu
Pengetahuan Alam. Sebagai contoh, dihasilkan oleh The National
Longitudinal Study of Mathematical Abilities (NLSMA).
1) knowledge of facts,
2) computation,
3) comprehension,
4) application,
5) analysis.
Alasannya adalah:
1) Computation (komputasi, perhitungan) merupakan satu keterampilan khusus
yang tidak mempunyai tempat dalam taksonomi Bloom. Padahal aspek ini
perlu dinilai pula.
2) Synthesis and evaluation (sintesis dan evaluasi) hanya sedikit mempunyai
peranan di dalam kurikulum matematika.
Operational/process
(bidang mendatar)
Product
(bidang belakang)
Content
(bidang tegak)
Selanjutnya Guilford juga telah berbicara lebih luas tentang implikasi model
ini bidang pendidikan. Dikatakannya bahwa untuk melatih kemampuan intelektual
tertentu dibutuhkan latihan tertentu pula.
c) Gagne dan Merrill juga mengemukakan taksonomi lain. Di dalam bukunya The
Conditions of Learning (1965), Gagne menyebutkan adanya 8 buah kategori, yang
oleh Merrill (1971) ditambah 2 (dua) kategori lagi.
Delapan hierarki tingkah laku menurut Gagne adalah:
1) signal learning,
2) stimulus-response learning,
3) chaining,
4) verbal assoclation,
5) discrimination learning,
6) concept learnin,.
7) rule learning,
8) problem solving.
d) Garlach dan Sullivan beranggapan bahwa taksonomi Bloom mempunyai
kegunaan tang terbatas sebagai alat untuk perencanaan dan pengembagan
kurikulum. Mereka mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan
yang umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati.
Kategori yang diajarakan adalah:
1) identify,
2) name,
3) describe,
4) construct,
5) order,
6) demonstrate.
Concreteknowledge Abstractknowledge
Factual Conceptual Procedural Metacognitive
Knowledge of Knowledge of Knowledge of Strategic knowledge
terminology classifications and subject- specific skills
categories and algorithms Knowledge about
knowledge of cognitive tasks,
specific details Knowledge of Knowledge of including
and element principles and subject- specific appropriate
generalizations techniques and contextual and
methods conditional
Knowledge of knowledge
theories, models, and Knowledge of criteria
structures for Self-knowledge
determining when to
use appropriate
procedures
a. PengetahuanFaktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para
pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu
mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui
siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan
masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua
subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang
detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi
melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (kata,
angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan simbol,
baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada makna- makna tertentu. Label
dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu. Contoh-contoh
penggunaan pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan tentang alfabet,
pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata dalam
bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan
semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan
spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik
adalah fakta-fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah
dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang,
tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan penting
tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang detail-detail dan elemen- elemen
yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan peristiwa
dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan produk ekspor
Indonesia.
b. PengetahuanKonseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi,
dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks
dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori
yang mempresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi
kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling
berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan (3)
pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Klasifikasi dan kategori
merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi
menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi,
dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu
memiliki serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji
elemen-elemen baru. Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan
antara elemen-elemen. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat
dicontohkan misalnya: ketika peserta didik menganalisis sebuah cerita dengan
kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut
dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh
semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan
generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan
digunakan untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip
dan generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik,
mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa,
dan menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi dan kategori.
Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi antara lain
pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan
suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum geometridasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang
berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-
disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena. Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain
pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai
dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan
kota setempat.
c. PengetahuanProsedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma,
teknik, dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk.,
1991; Anderson, 1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan
Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan
“bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2)
pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3)
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yangtepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma,
pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah
pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual.
Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu, pengetahuan ini
adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil
penyelesaian masalah atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini
dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan
jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi), pengetahuan
tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam menyelesaikan persamaan-
persamaan aljabar.
d. PengetahuanMetakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.
Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan
dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting
pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka atas
kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985;
Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang
pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat
siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan
berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk
menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa yang
mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar
lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, danorganisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah
untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai
teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam
teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran,
membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas-
tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional. Menurut
Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai
tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi
kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan
pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan mengapa
menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk.,1983).
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam
strategi dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang
penting dalam metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang
kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan
belajar. Gambar 3 menampilkan kombinasi cognitive process dan knowledge
dimension