Anda di halaman 1dari 13

POLA PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT DESA

PESISIR PANTAI UJUNG GENTENG SUKABUMI

Dinar Hargono, Enok Linda L, M. Fauzan Anshori, Rizqieka Syalsabiela R


Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: dinarh@upi.edu

ABSTRAK

Desa pesisir adalah wilayah terdepan yang berhadapan pada perbatasan. Secara
geografis, keberadaan perbatasannya antara darat dan laut. Desa pesisir Ujung
Genteng terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. Berdasarkan letak geografisnya, berada pada bibir pantai Selatan pulau Jawa
yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Persekutuan desa pesisir Ujung
Genteng sangat memberdayakan lingkungan pantai untuk menunjang kesejahteraan
masyarakatnya. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan potensi
lingkungan pantai Ujung Genteng bagi persekutuan masyarakat desa pesisir Ujung
Genteng dalam meningkatkan aspek sosial ekonomi masyarakat. Metode yang
digunakan dalam artikel ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif ialah metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh
sejumlah individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah
sosial atau bagi manusia. Teknik pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan
studi literatur dan dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang baik, terstruktur,
dan akurat. Studi ini menunjukkan, bahwa persekutuan masyarakat desa pesisir
Ujung Genteng sangat memberdayakan lingkungan pantai sebagai mata
pencaharian utamanya yakni menjadi nelayan dan pemanfaatan sektor wisata pantai
Ujung Genteng Sukabumi.

Kata kunci: Lingkungan, Masyarakat desa pesisir, Ujung Genteng.

1. PENDAHULUAN

Kehidupan dalam masyarakat di setiap daerah akan mengalami perbedaan,


baik dalam pola kehidupannya, perilaku yang mereka lakukan hingga permasalahan
yang mereka hadapi akan selalu berbeda. Perbedaan-perbedaan seperti itu akan
sering kita jumpai dalam masyarakat di setiap wilayah atau daerah, tidak terkecuali
kehidupan masyarakat desa. Wilayah Indonesia yang begitu luas dan besar
menjadikan setiap desa memiliki ciri khas sesuai dengan lingkungan sekitarnya,
salah satunya adalah kehidupan masyarakat desa pesisir pantai Ujung Genteng
Sukabumi yang memiliki berbagai keunikan yang menjadikan hal itu sangat
menarik untuk bisa dikaji lebih dalam.
Kehidupan masyarakat desa pesisir pantai Ujung Genteng seringkali
mendapatkan berbagai perhatian dari sebagaian masyarakat lainnya, karena
memiliki sebuah pola kehidupan, ciri khas, perilaku masyarakatnya, cara mereka
memberdayakan lingkungan untuk menunjang segala aspek kehidupan, hingga
berbagai persekutuan diantara masyarakat desa pesisir untuk kepentingan mereka.
Kehidupan masyarakat desa pesisir selalu berhubungan dengan alam berupa pantai,
sehingga bisa dikatakan bahwa segala yang terdapat dalam desa tersebut sebagai
bentukan atau pengaruh dari lingkungan sekitarnya.
Pola pemberdayaan lingkungan oleh masyarakat desa pesisir pantai Ujung
Genteng akan menunjukan sejauhmana persekutuan masyarakat desa pesisir disana
dalam mengelelola kepentingan-kepentingan mereka untuk menunjang kehidupan
mereka dalam berbagai aspek, sehingga ini diharapkan agar terciptanya kehidupan
yang sejahtera bagi masyarakat desa. Tidak hanya itu, persekutuan masyarakat desa
ini dapat berpengaruh terhadap berkembangnya desa tersebut, dengan
memanfaatkan segala potensi yang ada tidak menutup kemungkinan bahwa
masyarakat peisir desa pantai Ujung Genteng ini akan tumbuh dan berkembang.
Namun, pada beberapa kenyataan, ada berbagai bentuk kepentingan yang
tidak bisa dikelola dengan baik dari setiap individu dalam masyarakat yang
membuat persekutuan dalam kehidupan masyarakat desa pesisir cenderung tertekan
bahkan tidak muncul, sehingga mempengaruhi terhadap berkembangnya desa
pesisir tersebut. Dalam kajian ini ada beberapa hal yang akan dibahas mulai dari
pembahasan persekutuan hidup desa pesisir secara umum, persekutuan masyarakat
di desa pesisir pantai Ujung Genteng Sukabumi, potensi yang dimiliki desa pesisir
Ujung genteng Sukabumi, pemberdayaan lingkungan oleh masyarakat desa pesisir
Ujung Genteng dalam aspek sosial ekonomi hingga pola kehidupan dan perilaku
masyarakat desa pesisir Ujung Genteng Sukabumi.
Pada penelitian ini mengkaji masyarakat desa pesisir dengan lingkungannya,
maka teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teori struktural
fungsional, dalam teori ini masyarakat adalah sistem sosial yang terdiri atas elemen
yang saling berhubungan dan berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan
(equilibrum). Asumsi pada teori ini ialah pada setiap struktur dalam sistem sosial,
maka akan fungsional terhadap yang lainnya. Dan sebaliknya, jika tidak fungsional
maka struktur tersebut tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. (Ritzer, 2011)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan potensi
lingkungan pantai Ujung Genteng, bagi persekutuan masyarakat desa pesisir Ujung
Genteng Sukabumi dalam meningkatkan aspek sosial ekonomi masyarakat.
Dimana, dari potensi lingkungan pantai yang membentang dapat mensejahterakan
masyarakat desa pesisir, melalui pemberdayaan lingkungan sekitar desa pesisir
Ujung Genteng dapat memenuhi kehidupan sosial eknonomi masyarakat Ujung
Genteng.

2. METODE ILMIAH/METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan


kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2017). Adapun
subjek dalam penelitian ini merupakan masyarakat Desa Pesisir Pantai Ujung
Genteng Sukabumi yang penulis kaji dari segi pola pemberdayaan lingkungan.
Tulisan ini disusun menggunakan teknik studi pustaka yang bahan kajiannya
bersumber dari berbagai jurnal artikel dan hasil penelitian.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian harus memiliki cara atau
teknik untuk mendapatkan informasi yang baik dan terstruktur serta akurat dari
setiap apa yang diteliti, sehingga kebenaran informasi data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
a. Studi literatur
Studi literatur adalah serangkai kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan
penelitian (Zed, 2014). Dalam pencarian teori, peneliti mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan.
Sumber-sumber kepustakaan diperoleh melalui buku, jurnal, dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik kajian.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang atau sekelompok
orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat berguna
dalam penelitian kualitatif (Yusuf, 2014). Informasi yang penulis dapatkan
juga bersumber melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk arsip foto,
dokumentasi video, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa Peisisr dan Persekutuan Desa Pesisir

Desa pesisir merupakan wilayah daratan terdepan yang berhadapan dengan


wilayah perbatasan. Oleh karena itu desa pesisir rentan terhadap gangguan
keamanan, baik secara politik maupun ekonomi. Desa pesisir memiliki karakteristik
yang berbeda dengan desa di wilayah pedalaman. Perbedaan tersebut tidak semata
pada aspek geografis-ekologis, tetapi juga pada karakteristik ekonomi dan sosial-
budaya.

Secara geografis, desa pesisir berada di perbatasan antara daratan dan


lautan. Desa pesisir memiliki akses langsung pada ekosistem pantai (pasir atau
berbatu), mangrove, estuaria, padang lamun, serta ekosistem terumbu karang.
Kondisi geografis-ekologis desa pesisir mempengaruhi aktivitas-aktivitas ekonomi
di dalamnya. Kegiatan ekonomi di desa pesisir dicirikan oleh aktivitas pemanfaatan
sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir. Aktivitas ekonomi mencakup perikanan,
perdagangan, wisata bahari, dan transportasi (Kusumastanto, 2003).

Karakteristik Masyarakat Pesisir

Kebudayaan masyarakat pesisir menunjukkan kebudayaan folk yang


ditandai dengan kecil, terisolasi, buta huruf dan homogen dengan ikatan yang kuat
dalam solidaritas kelompok. Sikap masyarakat pesisir pada alam bergerak dalam
kontinum tunduk pada alam dan ada juga yang berusaha selaras dengan alam. Sikap
tunduk pada alam dilatar belakangi oleh kepercayaan mereka bahwa alam memiliki
kekuatan magis. Upaya sedekah laut adalah contoh sikap tunduk pada alam.
Sedangkan awig-awig di lombok dan sasi di maluku adalah contoh sikap
masyarakat yang selaras dengan alam.

Lebih jauh karakteristik masyarakat pesisir sebagai representasi komunitas


desa-pantai dan desa terisolasi dapat diuraikan dalam berbagai aspek:

1) Sistem Pengetahuan
Masyarakat umumnya didapat dari warisan orangtua atau pendahulu mereka
berdasarkan pengalaman empiris. Kuatnya pengetahuan lokal menjadi salah satu
penyebab terjadinya kelangsungan hidup para nelayan maupun petani. Misalnya
nelayan menggunakan dugo-dugo yaitu seutas tali dengan batu pemberat untuk
mengetahui arah dan kekuatan aliran arus sekaligus kedalaman laut. Arah arus
diketahui dari kecendrungan arah tali dugo-dugo setelah dimasukkan ke laut.
Sedangkan kekuatan arus dapat dirasakan dengan memegang dugo-dugo.

Mereka juga menggunakan tanda alam lain seperti rasi bintang maupun kondisi
air. Pada suku laut dikenal konsep perbani yaitu kondisi air laut pada saat surut atau
pasang tanggung ketika air laut berwarna merah dan tenang. Mereka meyakini pada
kondisi ini banyak ikan. Tapi dalam kondisi air dalam dan berwarna hijau kemerah-
merahan para nelayan percaya banyak ikan besar berkeliaran. Sementara jika
banyak ulat air atau ekor-ekor dipercayai tidak banyak ikannya.

Pengetahuan lokal (indigenous knowledge) merupakan kekayaan intelektual


mereka yang sampai kini terus dipertahankan. Bila pengetahuan lokal ini dapat
dikombinasikan dengan temuan-temuan modern tentu akan menghasilkan suatu
sistim pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kemajuan usaha para nelayan dan
petani ini.

2) Sistem Kepercayaan
Secara umum nelayan masih memiliki kepercayaan yang kuat bahwa laut
memiliki kekuatan magis sehingga perlu mendapat perlakuan-perlakuan khusus
dalam melakukan berbagai aktifitas nafkah di laut agar pelakunya selamat dan
usahanya berhasil.

Salah satunya yaitu pada masyarakat nelayan di Pekalongan biasa ada ritual
cadranan di pertengahan bulan suro dimana sesajen berupa kepala kerbau dan
beberapa jenis makanan yang disusun di atas sebuah tumpeng diletakkan di atas
kapa kecil dan dilayarkan ke laut dengan diiringi kapal-kapal nelayan. Tujuan ritual
ini agar aktifitas penangkapan ikan selamat dan hasil tangkapannya banyak.

Persekutuan di desa pesisir

Secara umum persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau


asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu
usaha secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba (Suparwoto, 1997).
Sedangkan yang dimaksud dengan persekutuan hidup di desa pesisir adalah segala
persatuan/integrasi, himpunan, kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat yang
hidup di desa pesisir dengan melakukan segala bentuk usaha untuk menghidupkan
kehidupan sosial ekonomi demi tercapainya keuntungan hingga kesejahteraan
hidup dengan memberdayakan segala potensi yang ada pada daerah atau wilayah
sekitar.

Desa pesisir sebagai salah satu jenis persekutuan hukum teritorial, persekutuan
hukum teritorial adalah kelompok dimana anggota-anggotanya merasa terikat satu
dengan yang lainnya karena merasa dilahirkan dan menjalani kehidupan di tempat
atau wilayah yang sama (Setiady, 2013). Menurut Koentjaraningrat dalam (Isa,
2012), suatu masyrakat desa yang dalam hal ini termasuk desa pesisir, menjadi
suatu persekutuan dan kesatuan sosial didasarkan atas dua macam prinsip yaitu:

a. Prinsip hubungan kekerabatan (Genologis)


b. Prinsip hubungan tinggal dekat (Terioterial)

B. Kondisi Desa Pesisir Pantai Ujung Genteng Sukabumi


a. Letak Geografis
Desa Ujung Genteng terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya berada pada bibir pantai
Selatan pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Desa Ujung
Genteng terdiri dari empat Dusun yaitu: Ujung Genteng, Cipaku/Citarate, Cigebang
dan Sidomukti. Desa Ujung Genteng memiliki luas 1.870 ha (Manarfa, 2015).
Penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi, termasuk Desa Ujung
Genteng cukup bervariasi, mulai dari daerah pertanian dan perkebunan, pelabuhan
perikanan, kawasan wisata pantai, pemukiman, dan daerah konservasi, khususnya
tempat bertelur penyu hijau, Chelonia mydas (Radiarta, 2015).

b. Batas Wilayah

Secara administratif Desa Ujung Genteng berbatasan dengan Desa Gunung


Batu, Kecamatan Waluran di Sebelah Utara, Samudara Hindia di Selatan, Desa
Cikangkung, Kecamatan Surade di Timur, dan Desa Pangumbahan, Kecamatan
Ciracap di Barat. Desa Ujung Genteng merupakan pemekaran Desa Gunung Batu
sejak tahun 2008 berdasarkan Perda Kabupaten Sukabumi No. 8 tahun 2008
(Manarfa, 2015).

c. Jarak Tempuh

Letak Ujung Genteng ± 23 km dari ibukota Kecamatan Ciracap, 170 km dari


Ibukota Kabupaten (Sukabumi) dan 270 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat
(Bandung). Akses ke desa cukup mudah karena desa ini dilintasi jalan provinsi,
sehingga dari Ciracap ke Ujung Genteng hanya perlu waktu sekitar 23 menit, dari
Sukabumi 3,5 jam, dan dari Bandung 8 jam (Manarfa, 2015).

d. Sumber Daya Alam

1) Terumbu Karang
Kabupaten Sukabumi berbatasan langsung dengan Samudera Hindia khusunya
kawasan Sukabumi Selatan. Potensi terumbu karang di Sukabumi yang saat ini
sedang dikembangkan terdapat di dua wilayah yaitu kawasan Ciemas dan kawasan
Ujung Genteng.
2) Mangrove
Mangrove di kawasan Ujung Genteng terdapat beberapa titik diantaranya di
kawasan Hutan Benteng Belanda, Muara Cikodehel, Muara Cikakap dan Muara
Cikaso.
3) Lamun
Padang lamun terbentang di kawasan Ujung Genteng. Lamun di kawasan Ujung
Genteng sampai saat ini belum pernah dimanfaatkan secara langsung oleh manusia.
Adanya lamun disana hanya sebagai penyedia makanan bagi penyu dan sebagai
tempat hidup bagi biota laut lainnya.
4) Penyu Kawasan
Ujung Genteng sejak dahulu hingga saat ini memang terkenal sebagai lokasi
konservasi penyu. Menurut warga sekitar penyu yang pernah di temukan di Ujung
Genteng adalah jenis Penyu Sisik, Penyu Belimbing, Penyu Hijau, Penyu Lekang
dan Penyu Pipih.
5) Lobster
Lobster merupakan sumber daya alam yang melimpah di Ujung Genteng. Jika saat
musim lobster melimpah, ditepian pesisir bahkan warga bisa mendapatkan lobster
tanpa harus melaut dan harga lobster bisa sangat rendah (Kemalawati, 2016).

e. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Desa Ujung Genteng pada tahun 2013 mencapai 4.569 jiwa
dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 1.277 KK. Jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 2.381 orang lebih banyak daripada perempuan sebanyak 2.188 orang (sex
ratio: 1,09). Penduduk di Desa Ujung Genteng didominasi oleh penduduk berusia
produktif (15-60 tahun) (Manarfa, 2015).
Aktivitas ekonomi dominan yang digeluti warga Desa Ujung Genteng tidak
jauh dari ekosistem laut yang mendukung mereka. Nelayan merupakan profesi
utama masyarakat Desa Ujung Genteng, dimana komposisi mata pencaharian
penduduk 80% berprofesi sebagai nelayan dan selebihnya adalah PNS, Pedagang,
dan Pengusaha. Tetapi pada musim tertentu dapat beralih profesi juga sebagai
nelayan (Azhar, 2015).

f. Infrastruktur

Infrastruktur jalan akses Ujung Genteng saat ini tengah dilakukan perbaikan.
Untuk infrastruktur lainnya cukup lengkap mulai dari sekolah
(PAUD/SD/SMP/SMK/SMA), mushola, pelabuhan, villa, mercusuar, TPI, fasilitas
MCK dan perumahan. Disamping itu, tersedia juga Puskesmas Wisata Ujung
Genteng telah mempromosikan keselamatan wisata pantai dengan cara memasang
spanduk larangan berenang, ambulan yang keliling atau stay di pantai pada saat
weekend serta mendirikan posko kesehatan dekat pantai pada saat hari libur besar
(Adiyani, 2018).
Akan tetapi masyarakat disana yang umumnya berprofesi sebagai nelayan
mengeluhkan masih tidak stabilnya aliran listrik ke wilayah Ujung Genteng
sehingga bisa berakibat pada rusaknya hasil tangkapan. Mereka masih menunggu
kepastian sampai kapan bisa benar-benar menikmati listrik secara normal seperti di
wilayah Indonesia lainnya. Mereka juga mengeluhkan tidak adanya fasilitas
dermaga untuk melindungi kapal mereka dari gelombang laut.
Pada bulan Mei lalu, puluhan kapal nelayan hancur diserang ombak laut yang
mengakibatkan ribuan nelayan berhenti melaut. Menurut para nelayan kondisi laut
di sana memang unik karena lautnya dangkal ketika air pasang, rob menjadi
semakin besar. Pembangunan dermaga ini dirasa makin mendesak karena menurut
data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi, saat ini
terdapat sekitar 4.000 nelayan di Ujung Genteng. (https://maritim.go.id/kemenko-
marves-berkomitmen-menyejahterakan-nelayan-sukabumi/) [Diakses tanggal 1
Maret 2021]

g. Kondisi Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam suasana alam yang keras
yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Menurut salah
satu masyarakat disana menyebutkan bahwa "cuaca pada saat tidak memungkinkan
untuk pergi melaut seperti, gelombang tinggi yang selalu datang tiap tahunnya dan
lamanya pun tidak dapat dipastikan membuat masyarakat nelayan Ujung Genteng
sulit untuk merubah kehidupan perekonomian ke arah yang baik” (Ruswandi,
2014).
Masyarakat nelayan Ujung Genteng umumnya belum banyak tersentuh
teknologi modern masih banyak nelayan yang menggunakan perahu kecil dan alat
tangkap ikan yang sederhana untuk melaut, hanya beberapa yang mempunyai
perahu besar. Kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil
tangkapannya juga sangat rendah karena masih menggunakan perahu kecil dan alat
tangkap ikan yang sederhana untuk melaut. Tingkat pendidikan masyarakat nelayan
Ujung Genteng berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para
nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan
(Ruswandi, 2014).

C. Potensi Lingkungan Desa Pesisir Ujung Genteng Sukabumi

Seperti pada dasarnya bahwa desa pesisir itu selalu identik dekat dengan pantai
atau laut, karena wilayah mereka tepat sekali bersentuhan dengan alam tersebut. Ini
sama halnya dengan desa pesisir Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi. Letak
pantai ini terletak +/- 120km dari kota Sukabumi, atau + 18Km dari Kota Surade,
Ujung Genteng memang merupakan objek wisata yang cukup menarik. Pantainya
yang masih bersih dan alami memiliki pesona tersendiri untuk dikunjungi. Tidak
hanya pantainya saja yang mempesona, ada beberapa potensi lainnya yang dimiliki
oleh desa pesisir pantai Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi yang dapat
diberdayakan oleh masyarakat desa pesisir.

1. Pantai Ujung Genteng


Ujung Genteng adalah daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat, terletak ±220
Km dari kota Jakarta. Ujung Genteng masuk wilayah pemerintahan Kabupaten
Sukabumi. Sebagian besar penduduknya adalah Nelayan, ada juga yang beralih
menjadi petani penyadap Nira dan dijadikan gula kelapa. Sebetulnya nama Ujung
Genteng berasal dari Ujung Gunting, dimana posisi Ujung Genteng berada di ujung
salah satu sudut pulau di Jawa Barat yang berbentuk gunting. Dimana bagian ujung
gunting atas berada di Ujung Kulon & bagian ujung gunting bawah berada di Ujung
Genteng. Maka dinamakanlah daerah tersebut Ujung Ujung Genteng.
(https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/605/jbptunikompp-gdl-januarfath-30212-10-
babii.pdf) [Diakses tanggal 1 Maret 2021].

Di Ujung Genteng terdapat pantai yang menakjubkan karna ombaknya yang


besar dan dapat bergulung sampai tujuh kali, pantai itu bernama Pantai Ombak
Tujuh. Pantai Ombak Tujuh yang berjarak sepanjang enam kilometer Lokasi ini
merupakan kawasan favorit bagi wisatawan mancanegara yang gemar
berpetualang. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu
berurutan tujuh ombak. Pantai Ombak Tujuh dikenal sebagai pantai yang
mempunyai pukulan ombak besar yang gema suaranya terdengar hingga tujuh kali
dentuman.

Selain Pantai Ombak Tujuh, di Ujung genteng pun terdapat pantai yang
bernama Pantai Cibuaya. Cibuaya terletak setelah Pantai Pangumbahan (Tempat
Penangkaran Penyu). Pantai Cibuaya memiliki pasir putih yang bersih dan air laut
yang terlihat biru seperti langit yang cerah. Salah satu olahraga yang cocok di
lakukan di Pantai Ombak Tujuh adalah berselancar atau dalam bahasa Inggris
Surfing.

2. Dermaga peninggalan jaman Jepang


Di Pantai Ujung Genteng terdapat sisa dermaga peninggalan zaman Jepang,
tempat kapal perang bersandar. Di sekitarnya terdapat aquarium alami air payau
yang jernih dan sangat cocok untuk snorkeling. Selain itu, di Ujung Genteng
terdapat beberapa pulau kecil, salah satu pulau yang cukup dikenal adalah Pulau
Keris yang terletak tidak jauh dari pesisir Pantai Ombak Tujuh

3. Penangkaran Penyu
Ujung Genteng mempunyai beberapa pantai menakjubkan yang berada di
daerah konservasi hutan lindung. salah satunya adalah Pantai Pangumbahan. Pantai
Pangumbahan merupakan tujuan wajib jika kita sudah berada di Ujung Genteng.
Pantai pangumbahan dikenal sebagai tempat penangkaran penyu, dan Penyu yang
cukup populer disana adalah Penyu Hijau. Ada dua opsi waktu untuk datang ke
Pantai Pangumbahan. Sore untuk prosesi pelepasan Tukik (anak penyu) ke laut atau
malam hari untuk melihat penyu betina bertelur. Pantai Pangumbahan adalah salah
satu tempat menakjubkan yang terdapat di Ujung Genteng.

4. Muara air payau yang jernih


Salah satu muara yang menjadi objek wisata di sini adalah muara Cipanarikan,
merupakan salah satu objek wisata lain yang menarik di ujung genteng. Muara ini
merupakan tempat bertemunya sungai cipanarikan dengan laut. Sungai Cipanarikan
membentuk alur membelok terlebih dahulu sebelum masuk ke laut, sehingga
terbentuk hamparan pasir yang cukup luas dengan bentuk pasir yang sangat halus,
sangat cocok sebagai tempat bermain pasir bagi anak-anak. Di muara ini banyak
pula binatang seperti kepiting, belibis, biawak dan ikan-ikan muara
(https://westjavainc.org/tourism/pantai-ujung-genteng-sukabumi/) [Diakses
Tanggal 1 Maret 2021].

5. Lahan perkebunan nira


Pohon nira kerap selalu tumbuh pada kawasan pantai, termasuk dalam hal ini
masyarakat desa pantai ujung genteng yang memiliki perkebunan pohon nira yang
mereka berdayakan dan manfaatkan menjadi bahan pangan maupun untuk
menunjang perekonomian. Berdasarkan pengalaman dan tinjauan peneliti
masyarakat desa selalu menyadap air dari pohon nira yang akan mereka olah
menjadi sebuah gula. Produk inilah yang mereka manfaatkan sebagai bahan pangan
dan menunjang perekonomian masyarakat sekitar.

6. Posisi strategis sebagai tempat penginapan


Tak asing bagi para wisatawan apabila mereka mencari dan menemukan banyak
sekali penginapan yang ada di sekitar pantai Ujung Genteng. Masyarakat desa
memanfaatkan posisi yang strategis yang berada di pesisir pantai untuk membangun
penginapan yang nyaman untuk para wisatawan. Hal ini lantas menjadi salah satu
sumber perekonomian masyarakat. Berdasarkan hasil tinjauan peneliti, kisaran
harga yang dipatok mulai dari Rp 300.000 – Rp 1.500.000. harga tersebut
disesuaikan dengan tipe penginapannya, ada yang berupa villa mewah ada juga
yang berupa penginapan biasa.

7. Posisi strategis untuk membuka tempat makan


Selain penginapan, tempat makan menjadi sebuah keharusan yang ada didaerah
sekitar pantai. Ini yang coba di kemabangkan dan diberdayakan oleh masyarakat
desa pesisir pantai Ujung Genteng karena mereka memiliki posisi yang strategis
untuk mengembangkan potensi ini. Berdasarkan pengalaman dan tinjauan peneliti,
tempat makan yang tersedia di sepanjang desa dan pesisir pantai sangat bervariasi,
ada yang bersifat seperti konsep restaurant dan ada yang berkonsep kedai, warkop
dan warung makan biasa.

8. Perikanan yang melimpah


Sudah menjadi hal yang umum apabila masyarakat desa pesisir mayoritas mata
pencahariannya adalah sebagai nelayan karena mereka memiliki potensi perikanan
yang melimpah di lautan yang harus diberdayakan dan dimanfaatkan untuk
menunjang kehidupan, baik sebagai bahan pangan maupun perekonomian yaitu
untuk dijual kembali. Sebagian besar nelayan ini adalah para laki-laki sebagai
kepala keluarga, namun tidak menutup kesempatan juga wanita pun ada yang
bekerja sebagai nelayan. Berdasarkan pengalaman dan tinjauan peneliti, pola
manejemen rumah tangga desa pesisir Ujung Genteng ini memiliki kemiripan satu
sama lain, yaitu suami atau para laki-laki pergi melaut dan para istri menjaga
rumah/penginapan/rumah makan. Hasil tangkapannya itu akan dijual lagi ke pasar,
atau di perjual belikan sebagai hidangan makanan rumah makan mereka.
9. Tempat penyedia barang/fasilitas keperluan wisata
Berdasarkan pengalaman dan tinjauan peneliti, strategisnya posisi desa pesisir
Ujung Genteng membuat masyarakat selalu berinisiatif memanfaatkan kondisi dan
potensi yang ada. Dengan posisi yang dekat pantai ini, sebagian masyarakat
menyediakan barang-barang dan fasilitas yang diperlukan oleh para wisatawan,
seperti pelampung, ban renang, wc umum dan perahu ban. Fasilitas dan barang-
barang ini tentu saja disewakan dengan tarif tertentu sesuai dengan jenis barang dan
fasilitas apa yang digunakan.

D. Pemberdayaan Lingkungan Oleh Masyarakat Desa Pesisir Ujung


Genteng dalam Aspek Sosial Ekonomi

Lingkungan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan


masyarakat Desa Pesisir Ujung Genteng, adanya pola hubungan timbal balik antara
lingkungan dan masyarakat sekitar akan berdampak pada aspek pemenuhan
kebutuhan dalam kegiatan sosial dan perekonomian. Berdasarkan aspek ekologis,
wilayah pesisir adalah wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan,
dimana ke arah laut mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
daratan seperti sedimentasi. Sedangkan dilihat dari aspek perencanaan, wilayah
pesisir adalah wilayah perencanaan pengelolaan dan difokuskan pada penanganan
isu yang akan ditangani secara bertanggung jawab (Naskah Akademik Pengelolaan
Wilayah Pesisir, 2000). Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan
masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja,
dan keadilan. Adapun pemberdayaan lingkungan merupakan cita-cita bersama yang
harus diciptakan secara bersama-sama pula. Berdayanya lingkungan ditandai
dengan kondisi lingkungan yang mendukung aktivitas masyarakatnya, artianya
aktivitas masyarakat tidak akan terganggu dikarenakan alasan lingkungannya.

Setiap sumber daya yang ada di lingkungan tentunya memiliki harga yang
secara ekonomis dapat dikuantifikasikan. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Pesisir Ujung Genteng dapat dikatakan sebagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam pemberdayaan lingkungan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
pembangunan sektoral, regional, swasta dan masyarakat yang mengambil tempat di
kawasan pesisir, seperti budidaya perikanan, resor wisata, industri, tour guide, dan
lain sebagainya. Aspek sosial-ekonomi pada masyarakat Desa Pesisir Ujung
Genteng dapat dikatakan cukup baik apabila dilihat dari adanya pola pemanfaatan
sumber daya di sekitar lingkungan sebagai sarana utama. Hal ini tentunya dapat
dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk pembangunan jangka panjang dalam
memanfaatkan potensi sumber daya kelautan, yang terdapat di wilayah pesisir.

Pada aspek sosial, dapat terlihat dari adanya hubungan baik yang tercipta
antara masyarakat sekitar dengan beberapa pemangku kepentingan (stakeholders).
Sampai saat ini, penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan baik melalui
penyadaran masyarakat dan pemangku kepentingan, upaya pembuatan peraturan,
kesepakatan nasional, undang-undang, maupun melalui penegakan hukum. Dari
banyaknya kegiatan yang dilakukan tersebut diharapkan dapat menjaga
keseimbangan lingkungan yang menjadi sarana utama masyarakat Ujung Genteng
(Yazid & Alhidayatillah, 2017).
E. Pola Kehidupan dan Perilaku Masyarakat Desa Pesisir Ujung Genteng
Sukabumi

Masyarakat desa pesisir merupakan masyarakat yang berada atau tinggal di


wilayah pesisir dan lautan. Maka, masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi dengan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Di daerah desa pesisir
masyarakatnya masih terbelakang dan ada pada posisi marginal. Masyarakat desa
pesisir memiliki cara yang berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, struktur
sosial, dan peranan sosialnya.(Fatmasari, 2016) Pola kehidupan masyarakat Ujung
Genteng Sukabumi tidak jauh dari timbal balik antara lingkungan dengan manusia.
Di mana lingkungan dengan garis pantai Ujung Genteng Sukabumi sepanjang 16
KM menjadi sumber kebutuhan untuk memenuhi kehidupan masyarakat Ujung
Genteng. Aktivitas sosial ekonomi masyarakat pesisir Ujung Genteng pun di
dominasi oleh profesi sebagai nelayan dan selebihnya adalah pedagang, PNS, dan
pengusaha. Dan pada musim tertentu dapat beralih profesi sebagai nelayan.(A,
Azhar, & Muswar, 2015)
Profesi nelayan di Ujung Genteng adalah para nelayan ikan layur. Tetapi,
karena profesi ini membuat masyarakat pesisir rentan dalam hal ekonomi. Beberapa
dari mereka mendapatkan penghasilan minim karena hanya bergantung dari hasil
tangkapan ikan. Selain itu, kondisi masyarakat pesisir juga merupakan kelompok
yang relatif tertinggal khususnya dalam hal akses pendidikan, layanan kesehatan,
maupun teknologi. Dari tinjauan penulis, pola kehidupan masyarakat desa pesisir
Ujung Genteng Sukabumi sangat sederhana. Jarang terlihat rumah-rumah pribadi
yang sangat mewah. Selain itu, pola kehidupan rumah tangga pada desa pesisir
Ujung Genteng relatif terus menerus sama, di mana para suami bekerja sebagai
nelayan, pemancing ikan, pemandu wisata, dan pemanfaatan sektor wisata. Dan
yang sebagai istri menjaga tempat penginapan, menjaga warung makan, menjaga
toko cendera mata dan membuat sektor usaha dari olahan ikan hasil tangkapan
nelayan.
Perilaku masyarakat desa pesisir relatif intensif, kultural pedesaan yang
homogen membuat masyarakat desa saling mengenal satu sama lain antarwarga nya
dan interaksi sosialnya pun sangat kekal. Selain itu, ikatan solidaritas sosial pada
masyarakat desa pesisir sangat kental, mereka saling bergotong royong dalam
melaksanakan pekerjaannya sebagai nelayan. Terlihat dari saat akan berlayar para
nelayan bersama-sama mendorong perahu hingga ke pantai untuk siap menangkap
ikan.

5. SIMPULAN

Kehidupan dalam masyarakat di setiap daerah akan mengalami perbedaan,


baik dalam pola kehidupannya, perilaku yang mereka lakukan hingga permasalahan
yang mereka hadapi akan selalu berbeda. Salah satu contohnya pada masyarakat
desa pesisir pantai Ujung Genteng yang terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa pesisir merupakan wilayah daratan terdepan
yang berhadapan dengan wilayah perbatasan. Berdasarkan letak geografisnya Desa
Ujung Genteng berada pada bibir pantai Selatan pulau Jawa yang berbatasan
langsung dengan samudera Hindia.
Desa pesisir Ujung Genteng kaya akan Sumber Daya Alam yang membuat
desa ini memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata yang diberdayakan oleh
masyarakatnya. Potensi wisata tersebut antara lain Pantai Ujung Genteng. Dermaga
Peninggalan Jaman Jepang, Penangkaran Penyu, Lahan Perkebunan Nira, Posisi
srategis sebagai tempat penginapan dan tempat makan, Perikanan yang melimpah,
dan Tempat penyedia barang/fasilitas keperluan wisata.
Masyarakat desa pesisir Ujung Genteng turut berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan pemberdayaan lingkungan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
pembangunan sektoral, regional, swasta dan masyarakat yang mengambil tempat di
kawasan pesisir, seperti budidaya perikanan, resor wisata, industri, tour guide, dan
lain sebagainya. Pada aspek sosial-ekonomi desa pesisir Ujung Genteng dapat
dikatakan cukup baik dari adanya pola pemanfaatan sumber daya di sekitar
lingkungan sebagai sarana utama. Sedangkan pada aspek sosial hubungan baik
tercipta antara masyarakat sekitar dengan beberapa pemangku kepentingan
(stakeholders).
Pola kehidupan masyarakat Ujung Genteng Sukabumi tidak jauh dari timbal
balik antara lingkungan dengan manusia. Di mana lingkungan dengan garis pantai
Ujung Genteng Sukabumi sepanjang 16 KM menjadi sumber kebutuhan untuk
memenuhi kehidupan masyarakat Ujung Genteng. Aktivitas sosial ekonomi
masyarakat pesisir Ujung Genteng pun di dominasi oleh profesi sebagai nelayan
dan selebihnya adalah pedagang, PNS, dan pengusaha. Pola kehidupan masyarakat
desa pesisir Ujung Genteng Sukabumi juga sangat sederhana. Perilaku masyarakat
desa pesisir relatif intensif, kultural pedesaan yang homogen membuat masyarakat
desa saling mengenal satu sama lain antarwarga nya dan interaksi sosialnya pun
sangat kekal.

6. SARAN

Bagi masyarakat desa pesisir Unjung Genteng, disarankan untuk lebih


mengoptimalkan promosi wisata pantai secara gencar agar tercipta hubungan timbal
balik yang berkualitas antara masyarakat desa dengan wisatawan dalam
pemanfaatan kegiatan sosial-ekonomi. Bagi pemerintahan setempat, disarankan
untuk memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya yang ada. Untuk
mencapai pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan yang optimal dan
berkelanjutan, maka dibutuhkan arahan Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
secara Terpadu, aspek utama dari arahan kebijakan pembangunan tersebut lebih
ditekankan pada tiga aspek, yaitu aspek sistem sumberdaya alam; aspek sistem
sumberdaya manusia; dan aspek sistem manajemen. Bagi peneliti selanjutnya
disarankan untuk meneliti lebih lanjut dari setiap variabel yang ada, misal
kesejahteraan dan permasalahan yang dialami oleh masyarakat desa Ujung Genteng,
Sukabumi.

7. DAFTAR PUSTAKA

A, F., Azhar, H., & Muswar, H. S. (2015). DILEMA AGRARIA PESISIR (Studi
Kasus Masyarakat Pesisir Dusun Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi).
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 3(3), 107–113.
https://doi.org/10.22500/sodality.v3i3.10641
Adiyani, E. (2018). Analisis Pemanfaatan Puskesmas Wisata Ujung Genteng
Sebagai Alat Promosi Keselamatan Wisata Pantai. Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, 1–10.
Creswell, J.W. 2017. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif
& Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fatmasari, D. (2016). Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir
Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Al-Amwal, 6(1),
144–166.
Isa, A. (2012). Teori Persekutuan Hidup Manusia ( Desa, Kota). Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kemalawati, R. (2016). Kegiatan Konservasi Bersama Pokmaswas Genteng
Nusantara di Pantai Ujung Genteng Sukabumi. Universitas Brawijaya.
Kusumastanto, T. (2003). Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era
Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Manarfa, R. A. U. et al. (2015). Strategi Nafkah Dan Pola Pengambilan Keputusan
Rumah Tangga Pengrajin Gula Kelapa Studi di Desa Ujung Genteng
Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. 03(03), 129–138.
Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir, 2000. Departemen Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia, Jakarta.
Radiarta, I. N. et al. (2015). Kondisi Rumput Laut Alam di Perairan Pantai Ujung
Genteng, Sukabumi Dan Labuhanbua, Sumbawa: Potensi Karbon Biru Dan
Pengembangan Budidaya. Jurnal Riset Akuakultur, 10(2), 12.
Ritzer, George. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajagrafindo Persada
Ruswandi, A. (2014). Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung
Genteng (Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1900-2006). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Setiady, T. (2013). Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan,
Alfabeta, Bandung. (p. 83). p. 83.
Suparwoto. (1997). “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Edisi Ketiga. BPFE:
Yogyakarta.
Yazid, Y., & Alhidayatillah, N. (2017). Partisipasi Masyarakat dalam
Pemberdayaan. Risalah, 1-9.
Yusuf, A. M. (2014). Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Kencana.
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
https://www.kompasiana.com/desa-pesisir-mandiri-implematasi-strategi-dan-aksi.
[Diakses Tanggal 27 Februari 2021.]
https://www.jasuda.net/beritadtl.Karakteristik.Masyarakat.Pesisir.
[Diakses 27 Tanggal Februari 2021.]
https://maritim.go.id/kemenko-marves-berkomitmen-menyejahterakan-nelayan-
sukabumi/ [Diakses tanggal 1 Maret 2021]

Anda mungkin juga menyukai