Anda di halaman 1dari 6

Nama : Helmi Hauzan

No. Bp : 1810532010

Mata Kuliah : Pengauditan II A3

CHAPTER 13: OVERALL AUDIT PLAN AND AUDIT PROGRAM

A. Jenis Pengujian

Auditor melaksanakan kegiatan - kegiatan untuk menilai adakah risiko salah saji material:

1. Pengujian pengendalian

Auditor menelusuri sistem dalam rangka prosedur audit untuk memahami cara kerja
sistem agar dapat dinilai pengendalian telah berjalan semestinya atau belum. Pengujian
pengendalian berguna untuk menilai efektivitas pengendalian meliputi pengujian pada sampel
transaksi. Pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan
salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan. Jumlah bukti bisa saja bertambah
karena dua hal:

a. Luas bukti yang diperoleh untuk pemahaman


b. Pengurangan risiko pengendalian yang sudah direncanakan
2. Pengujian substantive

Pengujian substantive berhubungan dengan salah saji moneter yang langsung


mempengaruhi saldo laporan keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian substantive:

a. Pengujian substantive atas transaksi


Pengujian ini berguna untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi. Auditor
boleh melakukan pengujain pengendalian dan pengujian substantive secara
bersamaan untuk alasan efisiensi waktu atau dilakukan secara terpisah.
Pengecualian dalam pengujian substantive atas transaksi merupakan salah saji
laporan keuangan.
b. Prosedur analitis
Dikatakan pengujian substantive ketika prosedur analitis dilaksanakan untuk
memberikan bukti beberapa saldo akun. Membandingkan jumlah yang tercatat
dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan paling penting dalam
prosedur analitis ketika mengaudit saldo akun adalah menunjukkan salah saji yang
mungkin dalam laporan keuangan dan memberikan bukti substantive. Jika auditor
yakin prosedur analitis memperlihatkan salah saji yang layak, auditor dapat
memutuskan untuk melakukan prosedur analitis tambahan atau memodifikasi
pengujian rincian saldo. Jika ekspektasi auditor dikembangkan dengan prosedur
analitis dan menyimpulkan saldo akhir akun layak, pengujian rincian saldo
tertentu mungkin diabagikan atau ukuran sampel dikurangi. Pengecualian pada
prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
mempengaruhi nilai mata uang dalam laporan keuangan.
c. Pengujian atas rincian saldo
Berfokus pada saldo akhir buku besar untuk laporan keuangan dan neraca.
Sebagian besar pengujian berfokus pada neraca. Luas pengujian bergantung pada
hasil pengujian-pengujian sebelumnya. Pengujian atas rincian saldo membantu
menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan. Pengecualian
dalam pengujian atas rincian saldo merupakan salah saji laporan keuangan.
B. Memilih Pengujian yang akan dilaksanakan

Setiap jenis prosedur audit masing-masing melibatkan jenis bukti audit tertentu (seperti
konfirmasi, dokumentasi, Tanya jawab, inspeksi, rekalkulasi, pengamatan, dan lain-lain). Biaya
bukti juga merupakan pertimbangan yang paling penting dalam memilih prosedur audit. Prosedur
analitis paling murah karena relative mudah dihitung dan dibandingkan. Prosedur penilaian
risiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dengan mudah dapat melakukan
Tanya jawab dan pengamatan serta melaksanakan analitis perencanaan. Pengujian pengendalian
biaya relatifnya lebih rendah daripada pengujian susbtantif, namun lebih mahal daripada
prosedur penilaian risiko auditor karena luas pengujian lebih besar untuk mendapatkan bukti
bahwa pengendalian beroperasi secara efektif. Pengujian substantif atas transaksi lebih mahal
dibandingkan pengujian pengendalian yang tidak mencakup pelaksanaan ulang karena sering
melakukan rekalkulasi dan penelusuran. Pengujian rincian saldo lebih mahal daripada prosedur
yang lainnya karena terdapat biaya prosedur seperti konfirmasi dan menghitung persediaan.

C. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Audit


Teknologi cukup mempengaruhi dalam proses auditing. Proses auditing bisa menjadi
lebih efektif dan efisien karena beberapa pengendalian sudah terotomatisasi pelaksanaannya.
Namun, auditor tetap melakukan audit, hanya saja dimudahkan dengan adanya teknologi.
Standar auditing membuat pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memroses,
memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronik. Auditor dalam menguji data
yang terotomatisasi harus menggunakan teknik audit berbantuan computer atau menggunakan
laporan yang dibuat oleh IT. Dalam audit atas perusahaan publik, pengendalian yang
dilaksanakan computer harus diuji jika auditor mempertimbangkannya sebagai pengendalian
kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Pemrosesan IT auditor dapat mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.
D. Bauran Bukti
Auditor menggunakan bauran bukti atau kombinasi dari keempat jenis pengendalian
untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi sebagai respons terhadap risiko yang
diidentifikasi. Contoh ilustrasi:
Suatu perusahaan berukuran menengah memiliki beberapa pengendalian dan beberapa risiko
inheren. Auditor memutuskan melakukan pengujian dalam jumlah sedang bagi semua jenis
pengujian kecuali prosedur analitis substantive, yang akan dilaksanakan secara ekstensif.
Pengujian yang lebih ekstensif akan diperlukan jika ditemukan risiko inheren yg efektif.
E. Perancangan Program Audit
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi meliputi
bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang
diperoleh selama pelaksanaan prosedur penliaian risiko. Jika risiko pengendalian tinggi, hanya
pengujian substantive atas transaksi yang digunakan, dengan asumsi audit dilakukan di
perusahaan non publik.
Dalam prosedur analitis, auditor menggunakan data disagregat untuk meningkatkan
ketepatan ekspektasi. Prosedur analitis dihitung dengan menggunakan jumlah bulanan. Ketika
auditor menggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantive atas saldo
akun, data yang digunakan harus dapat diandalkan, baik itu data keuangan maupun non
keuangan.
Auditor menggunakan metodologi yang berorientas pada tujuan adit kalau ingin
merancang prosedur audit pengujian rincian saldo: (contoh untuk piutang usaha)
a. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
Untuk mengidentifikasi peningkatan pada risiko salah saji dalam laporan keuangan.
b. Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren untuk piutang usaha
Jika materialitas rendah, pengujian rincian diperlukan lebih banyak, begitu pula
sebaliknya. Penilaian risiko ineren meliputi identifikasi tiap aspek sejarah, lingkungan,
atau operasi klien yang memperlihatkan kemungkinan salah saji.
c. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian, akhirnya mengurangi
jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan pengujian
rincian saldo.
d. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantive atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
e. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha
f. Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo

Auditor menggunakan program audit tertulis. Sebagian besar prosedur memenuhi lebih
dari satu tujuan dan lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk masing-masing tujuan.
Teknologi membantu auditor memilih prosedur audit yang tepat dan mengaturnya di dalam
program audit atas pertimbangan risiko inheren dan pengendalian serta lainnya. Pengujian
substantive tambahan atas saldo mungkin dilaksanakan untuk tujuan audit yang berhubungan
dengan saldo lainnya, tergantung hasil pengujian.

F. Ikhtisar Istilah Penting yang Berkaitan dengan Bukti


a. Fase proses audit: cara utama audit itu diorganisasi
b. Tujuan Audit: target yang dicapai auditor sebelum menyimpulkan suatu transaksi
dinyatakan wajar
c. Jenis Pengujian: menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar
d. Keputusan Bukti: subkategori keputusan auditor dalam mengumpulkan bukti
e. Jenis Bukti
G. Ikhtisar Proses Audit

Proses audit terbagi kedalam 4 fase:


1. Fase 1: Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit

Auditor menggunakan informasi dari prosedur penilaian resiko yang berkaitan dengan
penerimaan klien dan perencanaan awal, pemahaman bisnis dan industry klien, penilaian risiko
bisnis klien, dan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan terutama untuk menilai risiko
inheren dan risiko audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian atas materialitas,
risiko audit yang dapat diterima, risiko inheren, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang diidentifikasi guna mengembangkan keseluruhan rencana audit dan program
audit secara keseluruhan.

2. Fase 2: Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Fase 2 dilakukan untuk memperoleh bukti agar mendukung pengendalian khusus dan
memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi. Apabila pengendalian tidak
efektif atau auditor menemukan penyimpangan, di fase inilah pengujian substantive bisa
diperluas. Jika menggunakan sistem akuntansi komputerisasi, auditor melaksanakan
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi selama tahun berjalan untuk
mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa atau signifikan, dan menentukan apakah telah
dilakukan perubahan pada program computer klien.

3. Fase 3: Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian Rincian Saldo

Tujuannya untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna penilaian saldo
akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Dua kategori fase 3
adalah:

a. Prosedur analitis substantive yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara
keseluruhan
b. Pengujian rincian saldo
4. Fase 4: Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit

Sebagian besar pengujian auditor yang bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan dilaksanakan pada 3 fase awal, dan pengujian tambahan
dilakukan di fase 4. Pada fase ini, auditor melaksanakan prosedur audit yang berkaitan dengan
kewajiban kontinjen (kewajiban yang mesti dicantumkan pada catatan kaki) dan peristiwa
setelah tanggal neraca (peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca, tapi belum keluar laporan
keuangan dan laporan auditor, yang mempengaruhi laporan keuangan). Jenis laporan audit yang
dikeluarkan tergantung pada bukti dan temuan audit yang ada. Auditor wajib berkomunikasi
dengan komite audit dan manajemen untuk membahas defisiensi yang signifikan dalam
pengendalian internal dan hal-hal lain diluar kuasa auditor.

Auditor harus mengumpulkan bukti berikut selama fase 4:

a. Melaksanakan prosedur analitis terakhir


b. Mengevaluasi asumsi going-concern
c. Mendapatkan surat representasi klien
d. Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan konsistensi laporan
keuangan

Anda mungkin juga menyukai