FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
RINGKASAN
Secara historis, pendidikan telah memainkan peran penting dalam mendorong rasa
nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia maupun mahasiswa. Pendidikan, khususnya
pendidikan kewarganegaraan, saat ini memiliki peran yang strategis dan penting dalam
melestarikan, meningkatkan, dan mentransformasikan ideologi negara dan nilai-nilai
nasionalisme kepada generasi muda. Dalam era globalisasi, pendidikan kewarganegaraan
memiliki misi sebagai pendidikan politik, pendidikan nilai, pendidikan nasionalisme,
pendidikan demokrasi, pendidikan multikultural, dan pendidikan resolusi konflik. Pendidikan
kewarganegaraan harus dimaknai dalam tafsir yang maksimal yaitu mengajarkan peserta
didik untuk secara kritis dan analitis menyelesaikan masalah sosial dan
mengimplementasikan nilai-nilai ideologi negara dan kebangsaan. Oleh karena itu,
pendidikan kewarganegaraan tidak hanya diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan tetapi
juga diajarkan sebagai inkuiri reflektif.
DAFTAR
i ISI
RINGKASAN i
DAFTAR ISI ii
BABI. PENDAHULUAN 1
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 3
BAB III. PEMBAHASAN 5
A. Pancasila Dapat Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme 5
B. Strategi yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai dasar Pancasila 6
dan nasionalisme pada masa sekarang
BAB IV. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, rumusan masalah dari makalah ini
yaitu:
1. Apakah Pancasila dapat menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan rasa
kebangsaan atau nasionalisme dalam perbedaan yang ada atau kondisi
multikultural?
2. Apakah strategi yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai dasar Pancasila
dan nasionalisme pada masa sekarang terutama di lingkungan mahasiswa?
C. Tujuan 1
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Untuk meningkatkan informasi di dunia ilmu pengetahuan terutama dalam hal
studi literatur, baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas.
2. Untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai pancasila dalam menumbuhkan jiwa
nasionalisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nasionalisme berasal dari kata “nation‟ yang berarti bangsa. Terkadang kata
“nasionalisme” itu sendiri telah sering disalahartikan oleh masyarakat. Nasionalisme sering
diartikan sebagai sebagai paham chauvinisme yang berarti paham yang merendahkan bangsa
lain dan menjunjung tinggi bangsa sendiri dengan cara yang berlebihan. Persepsi yang salah
tentang kata “nasionalisme” perlu mendapat tanggapan dari masyarakat itu sendiri karena
nasionalisme dapat menghantarkan dan menjadikan suatu bangsa tersebut menjadi bangsa
yang besar. Seperti pepatah mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat
menghargai jasa-jasa pahlawannya”. Pepatah tersebut menjelaskan arti kata “nasionalisme”
yang sebenarnya, apapun tantangan dan hambatanya bangsa dan negara sendiri yang utama.
Nasionalisme yang benar mengutamakan kepentingan nasional tanpa mengabaikan tanggung
jawab global.
Wahab (1996) menyebutkan bahwa setelah 63 tahun merdeka dan seratus tahun
kebangkitan nasional, dan selama ini kita masih menghadapi berbagai tantangan terkait
dengan upaya penerapan nilai-nilai inti pancasila dan nasionalisme dalam Bangsa Indonesia.
Pertama, nilai-nilai Pancasila tampaknya tidak berdasar, tidak dihargai dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Pancasila seakan-akan hanya sebuah simbol yang tidak
diimplementasikan baik di tataran bernegara maupun kehidupan publik. Kedua, kehidupan
masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda di era globalisasi ini sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai budaya eksternal atau luar, sehingga banyak pandangan dan perilaku yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ketiga, ada yang meyakini bahwa nilai-nilai nasionalisme
saat ini sedang mengalami erosi, terutama di kalangan generasi muda.
3
Pancasila sebagai ideologi negara telah didukung oleh para pendiri bangsa sejak
tahun 1945. Namun, nilai-nilai pancasila tidak serta merta berarti telah diinternalisasikan oleh
bangsa Indonesia. Nyatanya, untuk beberapa waktu, Pancasila tampaknya hanya merupakan
ekspresi simbolik kenegaraan tanpa perwujudan yang jelas baik dalam kehidupan bernegara
maupun publik. Interpretasi Pancasila terkadang berubah tergantung pada kelompok dan
bahkan pada kekuatan politik saat ini.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
pertandingan sepak bola, yang diselenggarakan oleh penggemar masing-masing tim, tidak
senang dengan kekalahan tim mereka. Dan juga perkelahian mahasiswa masih berlangsung di
masyarakat Indonesia.
Melihat kasus di atas, sebenarnya ada kesamaan masalah utama yang menyebabkan
semua kejadian tersebut, yaitu melindungi apa yang disukai. Mahasiswa melakukan aksi
unjuk rasa karena ingin mengubah tatanan yang salah atau tidak setuju dengan kebijakan
pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan rakyat, keadilan dan lain-lain. Mahasiswa
ingin melindungi masyarakat karena kecintaannya pada bangsanya, sedangkan suporter
olahraga huru hara karena ketidakadilan terhadap wasit dan sebagainya, sehingga tim mereka
kalah, itu wujud kecintaan kepada tim, perlindungan tim, untuk yang mana hakim
diperlakukan tidak adil. Sedangkan perkelahian antar pelajar, warga, dan lainnya juga
dimotivasi oleh pertimbangan untuk "melindungi" apa yang "dicintai". Hal ini membuktikan
bahwa nilai-nilai dalam Pancasila mendorong tumbuhnya rasa nasionalisme untuk terus
berbuat baik agar persatuan dan kesatuan tetap terwujud.
6
disatukan dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian, sebenarnya
pada masa ini dalam kurikulum formal baik di jenjang persekolahan maupun perguruan
tinggi, upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila, termasuk nilai-nilai nasionalisme, mengalami
penurunan intensitas.
7 IV
BAB
KESIMPULAN
Maftuh, B, 1990, Studi Historis tentang Perkembangan Program Pendidikan umum dalam
kurikulum Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) Sejak Tahun 1945 sampai
dengan Tahun 1984. Thesis yang tidak dipublikasikan. Bandung: PPS IKIP Bandung.
Maftuh, B. dan Sapriya, 2004, “Pembelajaran PKN melalui Peta Konsep,” dalam Jurnal
Civicus, Jurusan PKN FPIPS UPI.
Somantri, N. M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Wahab, A. A. 1996. Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan
Kewarganegaraan Indonesia menuju Warganegara Global. Pidato Pengukuhan Guru
Besar pada IKIP Bandung.