Disusun Oleh :
MASLIKAH
JNR
B. DEFINISI
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(Damayati, 2012:53)
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi
yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Berdasarkan pengertian halusinasi dapat diartikan sebagai gangguan respon yang
diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini
meliputi seluruh pancaindra yang membuat klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada.
C. ETIOLOGI HALUSINASI
Menurut Yosep (2014) etiologi halusinasi terdiri dari 2 faktor yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan
2
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakikatnya seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
yang menekan, namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi
lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap
bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
E. JENIS-JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar di mana klien mendengar perkataan bahwa klien di
suruh untuk melakukan sesuatau kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster. Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan
selalu menunjuk-nunjuk ke rah tertentu.
3. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang
atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, dan feses sehingga sering meludah
dan muntah.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa sstimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, beda mati, atau orang lain, dan merasa ada serangga di
permukaan kulit.
6. Halusinasi Kinestetik
Merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau phantomlimb).
G. FASE-FASE HALUSINASI
Menurut Stuart dan Laraia dalam Prabowo (2014) menunjukan tahapan terjadinya
halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas
disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata cepat, dan asyik
sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul peningkatan
tanda-tanda vital.
3. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada halusinasi. Disini
pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain, dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang
lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi.
Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
H. POHON MASALAH
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan halusinasi menurut
(Yosep, 2014) yaitu:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Isolasi Sosial
L. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Pasien mempercayai kepada perawat.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut :
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
I. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Damayanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawtan Jiwa. Bandung: PT Refika Adimata.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa
Dan Psikososial. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Stuart, G,W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, H. I. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adimata.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
c. TERMINASI
”Bagaimana perasaan pak.I setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut! bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita
bertemu lagi besok untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau jam 14.00? Berapa lama kita
akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa besok yaa pak.I. Terimakasih, Assalamualaikum”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
b. KERJA
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) pak obat bapak ada 3 macam. Ini
yang warna putih (Lodomer) 2 kali sehari diminum jam 8 pagi, dan jam setengah 6
sore gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang kuning pekat (Hexymer)
diminum 2 kali sehari jam nya sama jam 8pagi dan jam setenga 6 sore, gunanya
untuk
merilekskan tubuh bapak supaya tidak kaku. Sedangkan yang warna kuning kecil
(Clorilex) diminum 2 kali sehari waktu jam nya sama dan gunanya untuk membuat
pikiran bapak menjadi tenang. Kalau suara-suara itu sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan pak. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
bapak akan kambuh, suara itu bisa jadi datang lagi pak, dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. Dan bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat
yang benar-benar punya bapak. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca
nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 8 gelas per hari yaa pak.
c. TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau
pada keluarga kalau di rumah. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat cara
mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa pak.I? Bagaimana
kalau jam 08.30 sampai jumpa besok pak.I. Terimakasih yaa pak.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
b. KERJA
“Cara ketiga untuk mencegah atau mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung
saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak.
Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya adik dan sepupu bapak katakan: de,
ayo ngobrol dengan kakak, kapak sedang dengar suara-suara. Begitu yaa pak. Coba
bapak lakukan seperti yang saya tadi lakukan. Ya, Bagus! Coba sekali lagi pak.I!
Bagus! Nah, latih terus yaa pak!”
c. TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
pak.I pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah ketiga cara ini kalau
bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Pak.I bagaimana kalo nanti
siang jam 10.30 saya mengobrol lagi dengan bapak untuk melatih cara yang
keempat yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Baik pak. Mau di mana, disini lagi?
Oh baik pak, sampai bertemu siang yaa pak.I. Terimakasih.
4. SP 4 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan aktivitas terjadwal
a. ORIENTASI
“Selamat siang bapak Bagaimana perasaan bapak siang ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai ketiga cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, siang ini kita akan belajar cara yang
keempat untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di
mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tengah pak. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
b. KERJA
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
c. TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang keempat untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam). Terimakasih pak. Sampai jumpa. Assalamualaikum”
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN.I DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI “HALUSINASI PENDENGARAN”
DI PANTI GRAMESIA CIREBON TAHUN 2020-2021
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. I Tanggal Masuk : 25 Juni 2020
Jenis Kelamin : Laki-Laki RM NO 113
Umur : 51 tahun
Alamat : Cilimus Kuningan
Informan : Klien dan Perawat
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
Usia/Pelaku Korban/ Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik 51/Klien ART klien/ - Keluarga/ -
Aniaya seksual Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penolakan -/mantan
Klien/51 Keluarga/ -
pacar
Kekerasan dalam
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluarga
Tindakan kriminal 51/Klien ART klien/ - Keluarga/ -
Jelaskan : Klien pernah masuk panti gramesia pada tahun 2013 dan pulang tahun
2014. Klien masuk lagi panti pada tanggal 25 Juni 2020 dengan diagnosa medis yang
sama. Menurut informasi dari perawat panti bahwa klien pernah melakukan
kekerasan pada asisten rumah tanggga dan merusak mobil milik klien. Klien hanya
melakukan perilaku kekerasan saat berada di rumah, saat berada di panti klien tidak
pernah melakukan perilaku kekerasan terhadap pasien lainnya ataupun perawat panti.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
IV. FISIK
1. Tanda-Tanda Vital :
a. TD : 120/90 mmHg
b. HR : 82 x/menit
c. RR : 18 x/menit
d. S : 36,4o C
2. Ukur :
a. TB : 163 cm
b. BB : 60 kg
Jelaskan : Tanda-tanda vital klien dalam batas normal, tinggi badan dan berat badan
dalam rentang normal, klien mengeluh sakit kepala akibat jatuh disawah saat sedang
bercocok tanam.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Garis keturunan
= Garis Pernikahan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu saudara-saudaranya.
Klien berkata jika ada masalah selalu menceritakan kepada saudaranya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan tidak terlalu sering mengikuti kegiatan gotong royong yang
dilakukan di tempat tinggalnya.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Saat pengkajian klien tidak terlalu banyak berbicara, terkadang menolak ketika
diajak berbicara, selalu menyendiri dan senang tidur.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan
kodisinya saat ini, dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktifitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitas
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebih
Jelaskan : Klien mengatakan ia merasa sedih karena selama ia masuk panti tidak
pernah dijenguk oleh keluarganya, klien merasa takut dan khawatir akan kondisinya
saat ini, dan beranggapan ia dibuang oleh keluarganya. Klien tampak tidak semangat,
sering duduk menyendiri dan mengatakan ingin segera pulang.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak Labil
Jelaskan : Saat pengkajian klien hanya berbicara seperlunya, ketika ia ditanya baru
berbicara, dan ketika ditanya mengenai keluarganya klien tampak sedih dan langsung
menunduk.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecap Penghidung
Jelaskan : Klien mengatakan ia sering mendengar suara bisikan hantu dari mulai
sekolah SMP sampai dengan sekarang.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Persevarasi
Jelaskan : Klien mampu berkomunikasi dan menjawab pertanyaan tetapi dengan
singkat dan lambat, pembicaraan sesuai, tidak berbelit-belit. Ketika klien mengatakan
sudah tidak ingin berkomunikasi maka klien akan menyudahi pembicaraan dan
meninggalkan lawan bicara.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Lainnya Lainnya
Jelaskan : Klien terlihat pernah berbicara dengan temannya dipanti tetapi tidak lama,
klien lebih suka menyendiri, tidak ingin berkomunikasi dalam durasi waktu yang
lama dan menjawab pertanyaan seperlunya. Klien selalu mengikuti olahraga senam
yang rutin dilakukan dipanti ketika pagi hari.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
Koping Obat-obatan
Lainnya :
SP 2 Pasien SP 2 Pasien
1. Evaluasi tanda dan 1. Mengetahui tanda
gejala harga diri dan gejala harga diri
rendah rendah klien
2. Validasi kemampuan 2. Mengukur sejauh
klien melakukan mana kemampuan
kegiatan pertama klien melakukan
yang telah dilatih dan kegiatan
berikan pujian 3. Mengetahui manfaat
3. Evaluasi manfaat dari kegiatan yang
melakukan kegiatan dilakukan klien
pertama
4. Bantu pasien memilih 4. Memudahkan klien
kegiatan kedua yang untuk memilih
akan dilatih kegiatan yang akan
5. Latih kegiatan kedua dilakukan
6. Masukkan pada selanjutnya
jadwal kegiatan untuk 5. Mengisi waktu luang
latihan klien dengan
kegiatan yang positif
6. Mengetahui hasil
kegiatan klien yang
telah dilakukan
SP 2 Keluarga SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan 1. Mengetahui
keluarga kemampuan
mengidentifikasi keluarga mengenai
tanda gejala harga diri gejala dari harga diri
rendah rendah
2. Validasi kemampuan 2. Mengukir sejauh
keluarga dalam mana keluarga
membimbing klien membimbing klien
melaksanakan dalam melaksanakan
kegiatan yang dilatih kegiatan
3. Evaluasi manfaat 3. Mengetahui masalah
yang dirasakan keluarga dalam
keluarga dalam merawat klien harga
merawat klien dan diri rendah
berikan pujian 4. Keluarga memahami
4. Bersama keluarga kegiatan yang akan
latih klien melakukan dilakukan
kegiatan kedua yang selanjutnya
dipilih
5. Anjurkan keluarga 5. Membantu klien
untuk membantu untuk melakukan
kegiatan klien sesuai kegiatan secara
jadwal dan berikan terjadwal
pujian.
SP 3 Pasien SP 3 Pasien
1. Evaluasi tanda dan 1. Mengetahui tanda
gejala harga diri dan gejala harga diri
rendah rendah
2. Validasi kemampuan 2. Megukur kembali
melakukan kegiatan kegiatan yang tealh
pertama dan kedua dilakukan klien
yang telah dilatih dan sebelumnya
berikan pujian 3. Mengetahui manfaat
3. Evaluasi manfaat dari kegiatan yang
melakukan kegiatan tealh dilakukan
pertama dan kedua 4. Membantu klien
4. Bantu klien memilih memilih kegiatan
kegiatan yang akan selanjutnya
dilatih 5. Mengisi waktu luang
5. Latih kegiatan ketiga klien dengan
6. Masukkan jadwal melakukan kegiatan
kegiatan untuk latihan yang positif
6. Mengetahui hasil
kegiatan klien
SP 3 Keluarga SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan 1. Mengetahui
keluarga kemampuan
mengidentifikasi keluarga mengenai
tanda gejala harga diri gejala dari harga diri
rendah rendah
2. Validasi kemampuan 2. Mengukir sejauh
keluarga dalam mana keluarga
membimbing klien membimbing klien
melaksanakan dalam melaksanakan
kegiatan yang telah kegiatan
dilatih 3. Mengetahui masalah
3. Evaluasi manfaat keluarga dalam
yang dirasakan merawat klien harga
keluarga dalam diri rendah
merawat klien dan 4. Keluarga memahami
berikan pujian kegiatan yang akan
4. Bersama keluarga dilakukan
latih klien melakukan selanjutnya
kegiatan ketiga yang 5. Membantu klien
dipilih untuk melakukan
5. Anjurkan keluarga kegiatan secara
untuk membantu terjadwal
kegiatan klien sesuai
jadwal dan berikan
pujian
SP 4 Pasien SP 4 Pasien
1. Evaluasi harga diri 1. Mengetahui tanda
rendah dan gejala harga diri
2. Validasi kemampuan rendah klien
melakukan kegiatan 2. Mengukur sejauh
pertama, kedua, dan mana kemampuan
ketiga yang telah klien melakukan
kegiatan
dilatih dan berikan 3. Mengetahui manfaat
pujian dari kegiatan yang
3. Evaluasi manfaat dilakukan klien
melakukan kegiatan 4. Memudahkan klien
pertama, kedua dan untuk memilih
ketiga kegiatan yang akan
4. Bantu klien memilih dilakukan
kegiatan keempat selanjutnya
yang akan dilatih 5. Mengisi waktu luang
5. Latih kegiatan klien dengan
keempat kegiatan yang positif
6. Masukkan pada 6. Mengetahui hasil
jadwal kegiatan untuk kegiatan klien yang
latihan telah dilakukan
SP 4 Keluarga SP 4 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan 1. Mengetahui
keluarga kemampuan
mengidentifikasi keluarga mengenai
tanda gejala harga diri gejala dari harga diri
rendah rendah
2. Validasi kemampuan 2. Mengukir sejauh
keluarga dalam mana keluarga
membimbing klien membimbing klien
melakukan kegiatan dalam melaksanakan
yang telah dilatih kegiatan
3. Evaluasi manfaat 3. Mengetahui masalah
yang dirasakan keluarga dalam
keluarga dalam merawat klien harga
merawat klien dan diri rendah
berikan pujian
4. Bersama keluarga 4. Keluarga memahami
latih klien melakukan kegiatan yang akan
kegiatan keempat dilakukan
yang dipilih selanjutnya
5. Anjurkan pada 5. Membantu klien
keluarga untuk untuk melakukan
membantu kegiatan kegiatan secara
klien sesuai jadwal terjadwal
dan berikan pujian