Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bahasa Arab, kata “akhlak” seakar dengan kata “khalik” dan “makhluk”. Akar ketiganya
berasal dari kata “khalaqa – yakhluqu – khalqan” yang berarti mencipta. Allah disebut dengan al-
khalik karena dia adalah satu-satunya zat yang dapat mencipatakan sesuatu. Oleh karena itu, kata
khalik tidak dapat disandangkan kepada selain Allah. Adapun seluruh alam raya beserta isinya,
termasuk manusia disebut dengan makhluk, karena ia merupakan ciptaan Allah. Selanjutnya kata
akhlak merupakan jamak dari “khuluqun” yang berarti perangai atau sifat-sifat yang mencerminkan
diri manusia

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian akhlak ?

2. Apa dasar akhlak ?

3. Apa tujuan akhlak

4. Bagaimana pembagian akhlak ?

5. Apa saja ruang lingkup akhlak ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian, dasar, dan tujuan akhlak

2. Mengetahui pembagian akhlak

3. Mengetahui ruang lingkup akhlak

D. Manfaat Penulisan

Pembaca dapat mengetahui tentang akhlak dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Sebelum mempelajari akhlak secara lengkap, terlebih dahulu kita harus mengerti apakah arti Akhlak
itu? Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, sopan
santun, atau tata krama. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah sifat yang tertanam didalam diri kita
yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan mudah tanpa perlu berfikir dan pertimbangan
terlebih dahulu.(al-ghazali,t.t.:56)

B. Dasar Akhlak

Dasar akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Tingkah laku nabi Muhammad merupakan contoh suri
teladan bagi umat manusia. Allah berfirman

ٗ ِ‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱليَ ۡو َم ٱأۡل ٓ ِخ َر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكث‬


٢١ ‫يرا‬ ْ ‫َة لِّ َمن َكانَ يَ ۡرج‬ٞ ‫ُول ٱهَّلل ِ أُ ۡس َوةٌ َح َسن‬
ِ ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُكمۡ فِي َرس‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.
Al-Ahzab: 21)

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengandung pesan akhlak yang mulia. Misalnya pesan akhlak
yang terdapat pada perintah sholat, yaitu agar manusia dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan
munkar

َّ ‫صلَ ٰو ۖةَ إِ َّن ٱل‬


ِ ‫ ت َۡنهَ ٰى ع َِن ۡٱلفَ ۡح َشٓا ِء َو ۡٱل ُمن َك ۗ ِر َولَ ِذ ۡك ُر ٱهَّلل‬wَ‫صلَ ٰوة‬ ِ َ‫ك ِمنَ ۡٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬ َ ‫ۡٱت ُل َمٓا أُو ِح َي إِلَ ۡي‬
٤٥ َ‫َصنَعُون‬ ۡ ‫أَ ۡكبَ ۗ ُر َوٱهَّلل ُ يَ ۡعلَ ُم َما ت‬
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ankabut: 45)

Selain itu dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa sholat yang diterima oleh Allah adalah sholat yang
mendorong pelakunya merendahkan diri dihadapan Allah, tidak bersikap sombong terhadap sesama
manusia, tidak keras menentang perintah Allah, melainkan sholat yang menghasilkan sikap ingat
kepada Allah, menaruh rasa kasih sayang kepada orang miskin, orang terlantar dalam perjalanan,
janda, dan orang yang ditimpa kesusahan (HR. Muslim)

Pesan akhlak yang terdapat pada perintah puasa, yaitu agar manusia senantiasa bertaqwa keada Allah,
dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, menimbulkan sifat iba dan kasih sayang kepada
orang yang hidupnya dalam kekurangan, menjaga dirinya dari perbuatan yang keji, tidak mau
mengadakan pertengkaran, dan lain sebagainya. Dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa orang yang
tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta, maka nilai pahala puasa orang yang
demikian itu tidak ada disisi Allah. (HR. Bukhari – Muslim)

Pesan akhlak yang terdapat perintah zakat, yaitu agar seseorang dapat menyucikan dirinya dari sikap
kikir dan tidak mau bersyukur.

‫ن لَّهُمۡ ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع‬ٞ ‫ك َس َك‬ َ ‫صلِّ َعلَ ۡي ِهمۡ ۖ إِ َّن‬


َ َ‫صلَ ٰوت‬ َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬
َ ‫ص َدقَ ٗة تُطَهِّ ُرهُمۡ َوتُزَ ِّكي ِهم بِهَا َو‬
١٠٣ ‫َعلِي ٌم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah: 103)

Zakat juga mengandung ajaran agar kita peduli pada orang yag tidak mampu

Pesan akhlak yang terdapat pada perintah ibadah haji, yaitu agar selama mengerjakan ibadah haji
tidak melakukan perbuatan yang tercela seperti berkata yang tidak sopan, mencaci maki dan
bertengkar

‫ق َواَل ِجدَا َل فِي ۡٱل َح ۗجِّ َو َما‬ َ ‫ث َواَل فُسُو‬ َ َ‫ض فِي ِه َّن ۡٱل َح َّج فَاَل َرف‬ َ ‫ۚت فَ َمن فَ َر‬ٞ ‫ُر َّم ۡعلُو ٰ َم‬ٞ ‫ۡٱل َحجُّ أَ ۡشه‬
ۖ
١٩٧ ‫ب‬ ِ َ‫خَي َر ٱل َّزا ِد ٱلتَّ ۡق َو ٰى َوٱتَّقُو ِن ٰيَٓأُوْ لِي ٱأۡل َ ۡل ٰب‬ ْ ‫خَي ٖر يَ ۡعلَمۡ هُ ٱهَّلل ۗ ُ َوتَ َز َّو ُد‬
ۡ ‫وا فَإ ِ َّن‬ ْ ُ‫ت َۡف َعل‬
ۡ ‫وا ِم ۡن‬
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)

Selain itu ibadah haji juga dapat mendidik seseorang agar menunjukkan kecintaannya kepada Allah
melebihi kecintaannya kepada yang lainnya

C. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak seccara umum adalah agar terciptanya kehidupan yang tertib, damai, harmonis, dan
saling tolong-menolong. Coba kalau kita membiasakan akhlak yang mulia pasti akan dicintai oleh
Allah, oleh Rasul-Nya, oleh sesama masyarakat dan dicintai oleh makhluk Allah yang lainnya.
Misalnya jika kita selalu menjalankan perintah Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan di
dunia dan balasan surga di akhirat nanti

ُ ‫ َويَ ۡر ُز ۡقهُ ِم ۡن َح ۡي‬٢ ‫ق ٱهَّلل َ يَ ۡج َعل لَّ ۥهُ َم ۡخ َر ٗجا‬


ُ‫ث اَل يَ ۡحتَ ِسب‬ ِ َّ‫َو َمن يَت‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:2)
Begitu juga jika kita taat kepada Rasulullah, maka kita akan mendapatkan syafaat dan pertolongannya
di hari kiamat. Rosulullah bersabda “ barang siapa yang cinta kepadaKu, maka ia akan bersamaku di
Surga.” (HR. Alhakim). Jika kita selalu berbuat baik kepada sesama manusia maka kita akan
mendapatkan penghargaan, penghormatan, dan pertolongan ketika menghadapi musibah.

D. Pembagian Akhlak

Jika dilihat dari sifatnya, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.

1. Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-akhlaqul Mahmudah. Akhlak terpuji
merupakan perbuatan yang dilakukan menurut akal dan syariat Islam. Sebagai seorang muslim, kita
harus mempunyai akhlak terpuji, karena akhlak terpuji merupakan sifat Rasulullah yang harus kita
teladani. Dengan meneladani akhlak terpuji, kita bisa menjaga harga diri dan meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah. Akhlak terpuji misalnya cinta Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada orang
tua, menyantuni fakir miskin, menyantunni anak yatim, bersikap jujur, sabar, tawakal, rajin, ramah,
hemat, optimis, ridla terhadap pemberian Allah, pemaaf, kasih sayang, menepati janji, menjauhkan
diri dari makanan haram, menyayangi binatang, dan lain sebagainya. Sifat-sifat terpuji inilah yang
harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman:

ْ ُ‫ين َءا َمن‬


‫وا‬ َ ‫ إِاَّل ٱلَّ ِذ‬٥ ‫ين‬ َ ِ‫ ثُ َّم َر َد ۡد ٰنَهُ أَ ۡسفَ َل ٰ َسفِل‬٤ ‫لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا ٱإۡل ِ ن ٰ َس َن فِ ٓي أَ ۡح َس ِن تَ ۡق ِو ٖيم‬
ٖ ُ‫ت فَلَهُمۡ أَ ۡج ٌر َغ ۡي ُر َممۡ ن‬
٦ ‫ون‬ ِ ‫صلِ ٰ َح‬َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ْ ُ‫َو َع ِمل‬
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
(QS. At-Tin: 4-6)

2. Akhlak tercela

Akhlak tercela dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-Akhlaqul Mazmumah. Akhlak tercela
merupakan segala perilaku atau perbuatan yang tidak terpuji. Sebagai seorang muslim, kita tidak patut
berakhlak tercela. Sebaliknya, kita sepatutnya berakhlak terpuji dan mulia. Untuk itu kita perlu
mengetahui apa saja yang termasuk akhlak tercela.

Akhlak tercela itu banyak sekali macamnya. Ada yang bersifat buruk bagi diri sendiri maupun buruk
bagi orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyatakan bahwa manusia ditunjuki dua pilihan jalan,
yaitu fujur (jahat) dan taqwa.

٨ ‫فَأ َ ۡلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوت َۡق َو ٰىهَا‬


“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS. Asy-Syams: 8)
Orang-orang yang memilih jalan fujur akan mencerminkan akhlak tercela dalam hidupnya.
Sebaliknya, orang-orang yang mengambil jalan taqwa akan menampakan akhlak terpuji disetiap
perangai dan tingkah laku.

Selain itu, ada pula akhlak terccela yang bersifat merugikan orang lain atau buruk bagi kehidupan
dalam masyarakat dan negara. Oleh karena itu, Allah SWT memperingatkan kita dalam Al-Qur’an

ٗ ِ‫ث ِم ۡنهُ َما ِر َجااٗل َكث‬


‫يرا‬ َّ َ‫ق ِم ۡنهَا ز َۡو َجهَا َوب‬ ۡ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّق‬
ٖ ‫وا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذي خَ لَقَ ُكم ِّمن نَّف‬
َ َ‫س ٰ َو ِحد َٖة َوخَ ل‬
ْ ُ‫َونِ َسٓاءٗۚ َوٱتَّق‬
١ ‫وا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذي تَ َسٓا َءلُونَ بِ ِهۦ َوٱأۡل َ ۡر َحا ۚ َم إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َعلَ ۡي ُكمۡ َرقِيبٗ ا‬
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisa: 1)

E. Ruang lingkup akhlak

Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan
seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.

Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an
dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya.
Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan
akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam. Dalam persepktif pendidikan
Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting dalam pembinaan umat manusia, oleh
karena itu, pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan Islam.
Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan
mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam.

Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45

‫صالَةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر‬ َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬


َّ ‫صالَةَ إِ َّن ال‬
Terjemahnya:

“… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar…”.

Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159

ِ ‫ًظ¿ًّا َغلِيظَ ْالقَ ْل‬


‫ب الَ نـْفَضُّ وا ِم ْن َح ْولِك‬ َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِم َن هَّللا ِ لِ ْن‬
َ ‫ت لَهُ ْم َولَ ْو ُك ْن‬
w َ‫ت ف‬
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai landasan segala
tingkah laku yang berasal dari Al-Qur’an.

Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi pokok sebagai berikut:

1. Hubungan manusia dengan khalik

Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya mencakup dari segi aqidah yang meliputi, iman
kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya, iman kepada rasul-
rasulnya, dan kepada qada’ dan qadarnya.

2. Hubungan manusia dengan hamba

Materi yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban
membiasakan diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

3. Hubungan manusia dengan lingkungannya

Materi yang dipelajari meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam arti
yang luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu:

1. Akhlak terhadap Allah swt.

2. Akhlak terhadap Rasulullah saw.

3. Akhlak pribadi

4. Akhlak dalam keluarga

5. Akhlak bermasyarakat

6. Akhlak bernegara.

Adapun ruang lingkup bidang studi akhlak adalah:

1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan
merusak, membinasakan dan menganiyaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan),
maupun secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan)

2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti
pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka.

3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan soaial, menolong
sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadist.

4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak bermaksiat kepada
agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi berimn kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, beribadah
kepada Allah. Taat kepada Rosul serta meniru segala tingkah lakunya. Prinsip akhlak dalam Islam
yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai
kehendak-kehendak dan tidka melakukan sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua
dilakukannya dan harus menjaga perintah dan larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan
tanggung jawab pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan
sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih
kepada gambaran jiwa yang tersembunyi.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Aqidah Akhlak

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Aqidah Akhlak antara lain adalah:

1. Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori
oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa
didorang oleh orang lain.

b. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan, yang artinya:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak”.

c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya
kecintaan anak kepada orang tuanya.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan
dan tantangan.

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih
dahulu.

2. Adat atau kebiasaan

Adat atau Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan
manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan
adat kebiasaan.

3. Wirotsah (keturunan) adapun warisan adalah:


Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat
asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi
sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

4. Milieu

Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2
macam:

a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh
seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi
masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh
bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma
yang berlaku.

b. Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul.
Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak
anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru
disekolah.[1]

Adapula yang mengatakan ruang lingkup akhlak meliputi”

1. Akhlak pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu
menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri
sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani
dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia
mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

2. Akhlak berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak,
dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara
sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang
yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-
ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga
anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka
mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia
lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,
menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna
dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan
permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu
dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu.
Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan
berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

3. Akhlak bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah,
mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu
cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat
pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan,


kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup
sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling
membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat
bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

4. Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu,
tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan
penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan
engkau timbul tenggelam bersama mereka.

5. Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup
akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan ( Adab
Mukmin Dihadapan allah ), maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.[2]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak merupakan sifat-sifat yang mencerminkan diri manusia. Akhlak dibagi menjadi 2, yatu akhlak
terpuji atau akhlak baik dan akhlak tercelak atau bisa disebut akhlak yang tidak baik. Manusia di
dunia ini adakalanya manusia tersebut perbuatannya baik, berarti ia mempunyai akhlak yang baik,
namun sebaliknya, jika perbiatannya itu jelek maka ia mempunyai akhlak yang tidak baik atau akhlak
tercela

B. Saran

Sebaiknya sebagai seorang muslim yang baik kita harus mempunyai akhlak yang terpuji agar orang-
orang lain dapat menghormati dan menghargai kita, dan juga derajat dari orang tersebut akan diangkat
oleh Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai