Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
                        Fisika mempelajari gejala-gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi, listrik,
dan magnet. Semua gejala ini berbentuk energi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fisika
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara materi dan energi.
Perubahan global berlangsung cukup cepat menempatkan fisika sebagai salah satu ilmu
pengetahuan yang merupakan tulang punggung teknologi terutama teknologi manufaktur dan
teknologi modern. Teknologi modern seperti teknologi informasi, elektronika, komunikasi, dan
teknologi transportasi memerlukan penguasaan fisika yang cukup mendalam.
Salah satu visi pendidikan sains adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang handal
dalam sains dan teknologi serta memahami lingkungan sekitar melalui pengembangan
keterampilan berpikir, penguasaan konsep esensial, dan kegiatan teknologi. Kompetensi
rumpun sains salah satunya adalah mengarahkan sumber daya manusia untuk mampu
menerjemahkan perilaku alam.
Salah satu fenomena alam yang sering ditemukan adalah fenomena fluida. Fluida diartikan
sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair
seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu atau besi tidak dapat
mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air merupakan salah satu contoh zat
cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat
cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan hidraustatis. Dalam
fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep tekanan hidraustatis,
salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil dari nama
penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan hukum
Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari
Italia.
Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia
dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip hukum Pascal dan prinsip hokum
Archimedes. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan studi yang lebih mendalam mengenai hukum Pascal dan hokum Archimedes
serta penerapannya dalam kehidupan

B.       RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud hokum Archimedes dalam sistem fluida statis?
Bagaimana cara menuliskan persamaan hokum Archimedes?
Bagaimana penerapan hukum Archimedes dalam sistem fluida statis?

C.       TUJUAN MAKALAH
             Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.      Mengetahui pengertian hukum Archimedes
2.      Mengetahui cara menuliskan persamaan hukum Archimedes
3.      Mengetahui penerapan hukum Archimedes dalam sistem fluida statis.
BAB II
HUKUM ARCHIMEDES
A.      Prinsip Archimedes
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan bahwa benda yang dimasukan ke
dalam fluida seperti air misalnya, memiliki berat yang lebih kecil daripada ketika benda tidak
berada di dalam fluida tersebut. Kita mungkin sulit mengangkat sebuah batu dari atas
permukaan tanah tetapi batu yang sama dengan mudah diangkat dari dasar kolam. Hal ini
disebabkan karena adanya gaya apung sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya melalui
Percobaan 1.
Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan hidrostatiknya. Hal ini
menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan ada bagian
atasnya. Gaya apung muncul karena selisih antar gaya hidrostatik pada permukaan benda atas
dan bawah. Perhatikan Gambar. Fluida melakukan tekanan hidrostatik p1=ρfgh1pada bagian
atas benda. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1=p1A =ρfgh1A berarah ke
bawah. Dengan cara yang sama, pada permukaan bagian bawah diperoleh F2=p2A
=rfgh2A berarah ke atas.
Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa, yakni :

Fa=F2-F1
=ρfgA(h2-h1)
= ρfgAh
=ρfgVb = mf g = wf

Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa mengatakan bahwa gaya apung pada benda sama
dengan berat fluida yang dipindahkan. Ingat bahwa yang dimaksudkan dengan fluida yang
dipindahkan di sini adalah volume fluida yang sama dengan volum benda yang tercelup dalam
fluida. Pada gambar di atas, kami menggunakan ilustrasi di mana semua bagian benda tercelup
dalam fluida (air).
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang tercelup
hanya sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda yang tercelup
dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk benda tersebut,
semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya Archimedes (287-212 SM)
yang saat ini diwariskan kepada kita dan lebih dikenal dengan julukan Hukum Archimedes.
Hukum Archimedes menyatakan bahwa :ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau
sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya keatas (gaya apung) pada benda
dimana besarnya gaya keatas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang di pindahkan.

B.       Mengapung, Melayang dan Tenggelam


Dengan menggunakan rumus Archimedes
            Ρ = m/v dan w = m x g

Maka dengan menambahkan garam ke dalam air tersebut, berarti kita menambahkan sejumlah
massa ke dalam air. Karena garam larut di dalam air dan volume airnya tetap, massa jenis air
sekarang menjadi lebih besar daripada keadaannya semula. Selain itu, penambahan garam juga
berarti mengubah berat air. Tetapi berat telur tidak berubah. Semakin banyak garam yang
dimasukkan ke dalam air, massa jenis air menjadi semakin besar. Densitasnya semakin besar,
begitu pun beratnya. Akibatnya Air bergaram ini menjadi "semakin berat dan tenggelam". Tak
hanya lebih berat daripada air-segar, namun juga lebih berat daripada telur. Kondisi inilah yang
mengakibatkan sang telur "terdorong" ke atas ... ke atas ... ke atas ... dan akhirnya mengapung.
Tak hanya mengambang.
Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka agar balok berada dalam
keadaan seimbang,volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume
balok.Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda
mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan
volume balok dan rapat massa cairan sama dengan rapat rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami
gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.
Berdasarkan Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup ke dalam zat cair akan
mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (Fa) dari zat cair
itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya kedua gaya tersebut yaitu
seperti berikut
1.      Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w) lebih
besar dari gaya ke atas (Fa).
w>Fa
ob X Vb X g > pa X Va Xg
ob > pa
Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
2.      Melayang
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w) sama
dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w=Fa
ob X Vb X g = pa X Va Xg
ob = pa
Pada 2 benda atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
 (FA)tot = Wtot
rc.g (V1+V2+V3+V4+….) = W1+W2+W3+W4+…..
3.      Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w) lebih kecil
dari gaya ke atas (Fa).
w=Fa
ρb X Vb Xg = ρa X Va X g
ρb < ρa   
Misal : Sepotong gabus ditahan pada dasar bejana berisi zat cair, setelah dilepas, gabus tersebut
akan naik ke permukaan zat cair (terapung)
Selisih antara W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA-W
Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku :
FA’ = Wrc . Vb2 . g = rb . Vb . g
Dengan :
 ô     FA’ = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.
 ô     Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
 ô     Vb2 =    Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.

Vb = Vb1 + Vb2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang dipindahkan

Daya apung (bouyancy) ada 3 macam, yaitu :

         Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda mengapung.

         Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda tenggelam.

         Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.
Bouyancy adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam penyelaman. Selama bergerak
dalam air dengan scuba, penyelam harus mempertahankan posisi neutral bouyancy.

C.       Konsep Melayang, Tenggelam dan Terapung.


Kapankah suatu benda dapat terapung, tenggelam dan melayang ?

         Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.
(miskonsepsi).
         Benda dapat melayang bila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.
(konsepsi ilmiah)

         Benda dapat tenggelam bila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.
(konsepsi ilmiah).

         Terapung, melayang dan tenggelam dipengaruhi oleh volume benda. (miskonsepsi).

         Terapung, melayang dan tenggelam dipengaruhi oleh berat dan massa benda

D.    Penerapan Hukum Archimedes dalam Kehidupan Sehari-hari


»      Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi mengapa kapal laut yang
terbuat dari besi mengapung di atas air? Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Ini
menyebabkan volum air laut yang di pindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya
apung sebanding dengan volum air yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat
besar. Gaya apung ini mampu mengatasi berat total kapal
sehingga kapal laut mengapung di permukaan laut. Jika dijelaskan berdasarkan konsep massa
jenis, maka massa jenis rata-rata besi berongga dan udara yang menempati rongga masih lebih
kecil daripada massa jenis air laut. Itulah sebabnya kapal laut mengapung.

  Titik penting dalam stabilitas kapal


Diagram stabilitas kapal, pusat gravitasi (G), pusat daya apung (B), dan Metacenter (M) pada
posisi kapal tegak dan miring. Sebagai catatan, G pada posisi tetap sementara B dan M
berpindah kalau kapal miring. Ada tiga titik yang penting dalam stabilitas kapal, yaitu:
~     G adalah titik pusat gravitasi kapal.
~     B adalah titik pusat apung kapal.
~     M adalah metacenter kapal (titik perpotongan garis vertikal B dengan garis pusat kapal).

  Bagaimana kapal laut bisa tenggelam?

Jika M di bawah G, kopel menghasilkan torsi yang searah dengan jarum jam. Torsi ini justru
membuat kapal lebih miring lagi, dan keseimbangan menjadi tidak stabil sehingga dapat
membuat kapal tenggelam. Untuk kestabilan maksimal, haruslah G rendah dan M tinggi.

»      Kapal Selam


Kapal selam adalah kapal laut yang dapat berada dalam tiga keadaan, yaitu mengapung,
melayang, dan tenggelam. Ketiga keadaan ini dapat dicapai dengan cara mengatur banyaknya
air dan udara dalam badan  kapal selam.

~     Pada badan kapal selam terdapat tangki pemberat yang dapat diisi udara atau air. Tangki
ini terletak di antara lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Ketika kapal selam
ingin terapung maka tangki tersebut harus berisi udara. Ketika akan melayang, udaranya
dikeluarkan dan diisi dengan air sehingga mencapai keadaan melayang. Jika ingin tenggelam
maka airnya harus lebih diperbanyak lagi.
~     Kapl selam memiliki sebuah bagian pemberat ini dapat diisi dengan . ketika kapal akan
menyelam , pemberat ini diisi dengan air sehingga gaya ke atas yang bekerja pada kpal lebih 
kecil dari pada berat kapal sehingga kapal tenggelam .untuk muncul kembali ke permukaan , air
dalam  pemberat di kosongkan

Anda mungkin juga menyukai