Anda di halaman 1dari 15

Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
Ai Sulastri
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik,
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail : aisulastri711@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman


konsep matematis siswa pada pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang di kelas IV
Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perkembangan proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika pada pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang sederhana di kelas IV
Sekolah Dasar dan mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
kelas IV Sekolah Dasar terhadap pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang sederhana
setelah menerapkan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IV B yang berjumlah 34. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang di adaptasi dari Kemmis Mc Taggart. Teknik pengumpulan data
antara lain dengan lembar observasi, lembar tes selama proses pembelajaran, dan
dokumentasi selama kegiatan pembelajaran. Perkembangan proses pembelajaran dari
siklus I ke siklus II meningkat dilihat dari aktivitas yang semakin kondusif dan
antusias selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan
pemahaman konsep matematis mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada
siklus I pemahaman konsep matematis mencapai 71%. Sedangkan pada siklus II
mencapai 94%. Dengan demikian dalam penelitian ini peningkatan pemahaman
konsep matematis siswa dengan menggunakan pendekatan konstekstual mengalami
peningkatan sebesar 23%.
Kata kunci: pemahaman konsep matematis, pendekatan kontekstual, bangun ruang
sederhana

Abstrack: The Classroom Action Research is motivated by less of students’


mathematical concept at solid geometry subject at fourth grade of Elementary school.
The aim of this research is to describe the learning development proccess by applying
contextual teaching and learning approach in math at solid geometry at fourth grade
of Elementary school and describe elementary school students’ comprehension of
mathematical concept ability after applying contectual teaching taching and learning.
The subject of this research is the fourth grade students (B class) that numbers of 34
students. This research is done at one of Elementary school in Bandung. The method
that used in this research was Classroom Action Research (PTK) addapted from
Kemmis Mc Taggart. Data collection method used observation papers, test, and
documentation during teaching and learning proccess. Learning development process
from first cycle to the second cycle increased, it is seen from the activity that more
condusive. The result of this research shows students’ comprehension mathematis
concept are rising in all cycles. On first cycle students’ comprehension mathematis
concept rising to 71%. In second cycle rising to 94%. Finally, on this research rising
of students’ comprehension mathematis concept using contectual approach rising to
23%.
Keywords : mathematical concept comrehension, contectual approach, solid geometri.

156
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

Pendidikan merupakan hal dasar didominasi dengan menggunakan metode


yang penting bagi kehidupan manusia. ceramah dan menulis. Guru menjadi
Melalui pendidikan manusia dapat pusat dari seluruh kegiatan di kelas.
memperoleh informasi dan pengetahuan Pembelajaran matematika juga sering
untuk mengembangkan diri dan diinterpretasikan sebagai aktivitas utama
melangsungkan kehidupannya. yang dilakukan guru, yaitu guru
Pendidikan merupakan kunci kemajuan mengenalkan materi, mengajukan satu
suatu bangsa. Di zaman Era Globalisasi atau dua pertanyaan, dan meminta siswa
diharapkan generasi muda dapat yang pasif untuk aktif dengan memulai
mengaplikasikan dan mengembangkan melengkapi latihan dari buku teks.
ilmu yang diperoleh dalam Pelajaran diakhiri dengan
kehidupannya sehingga tidak ketinggalan pengorganisasian yang baik. Selanjutnya
zaman. Hal tersebut melandasi pembelajaran dilakukan dengan
pentingnya pendidikan baik di menggunakan sekenario yang serupa.
lingkungan keluarga, sekolah dan Pola pembelajaran yang
masyarakat. tergambar dalam hasil observasi di atas,
Pendidikan merupakan tugas dan pemahaman siswa dalam materi
tanggung jawab pemerintah. Oleh karena pelajarannya belum optimal.
itu, dalam dunia pendidikan, pemerintah Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar
selalu melakukan penyempurnaan seharusnya dilaksanakan dengan
kurikulum untuk meningkatkan mutu melibatkan pengalaman siswa sehari-hari
pendidikan. Salah satunya sehingga pembelajaran menjadi lebih
menyelenggarakan Kurikulum Tingkat bermakna. Hal tersebut sejalan dengan
Satuan Pendidikan (KTSP). teori belajar David Ausubel (Darminto,
Matematika merupakan salah satu dkk., 2008, hlm. 77) yaitu pembelajaran
mata pelajaran yang termasuk kedalam bermakna (meaningful learning).
kelompok mata pelajaran Ilmu Belajar bermakna adalah suatu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) proses mengaitkan informasi baru dengan
seperti yang terdapat di dalam kurikulum pengetahuan yang sudah dipunyai
2006 (Depdiknas, 2006, hlm. 4). seseorang yang sedang belajar.
Kelompok mata pelajaran IPTEK Pembelajaran yang bermakna merupakan
merupakan kelompok mata pelajaran pembelajaran yang melibatkan
yang paling menitik beratkan pada keterkaitan dan pertautan antar konsep,
keterampilan berpikir tingkat tinggi antar mata pelajaran, atau antara
(higher other thinking). Salah satu tujuan pembelajaran dengan kehidupan nyata
mata pelajaran matematika yang siswa. Hal tersebut dilakukan mengingat
tercantum dalam KTSP pada SD/MI yaitu tahap berpikir siswa SD yang masih
agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir konkret, sehingga dalam
memahami konsep matematika pembelajaran matematika khususnya,
(Depdiknas, 2007, hlm. 10). selain melibatkan kehidupan nyata siswa,
Berdasarkan hasil observasi juga melibatkan benda-benda konkret
peneliti, ditemukan beberapa fakta yang yang dapat menjembatani konsep-konsep
bertolakbelakang. Pembelajaran matematis yang abstrak untuk
matematika umumnya didominasi oleh disampaikan atau dikuasai siswa.
pengenalan rumus-rumus serta konsep- Sebagaimana kita ketahui pembelajaran
konsep secara verbal, tanpa ada perhatian matematika bagi kehidupan nyata, oleh
yang cukup terhadap pemahaman siswa. karena itu pembelajaran matematika
Di samping itu proses belajar mengajar dipelajari semua siswa dari SD sampai
yang berlangsung di lapangan cenderung Perguruan Tinggi.

157
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

Berdasarkan hasil observasi ruang sederhana. Jangankan untuk


terhadap pembelajaran matematika yang menyebutkan dan menentukan sifat-
telah dilaksanakan di kelas IV B disalah sifatnya, ketika disuruh menggambar
satu Sekolah Dasar Negeri di kecamatan bentuk bangunnya pun masih banyak
Sukasari Bandung, tingkat pemahaman yang salah. Ada siswa yang menggambar
konsep matematis siswa masih sangat bentuk balok menyerupai gawang sepak
rendah pada kisaran 50%. Hal ini bola, ada juga yang menggambarnya
dibuktikan pada saat pengambilan data menyerupai bingkai foto. Hal tersebut
awal siswa diperoleh hanya 9 siswa dari menunjukan bahwa daya abstraksi siswa
jumlah 34 siswa yang mendapatkan nilai dalam memahami konsep matematis
di atas KKM atau sekitar 26,5 %. Kondisi masih rendah. Selain itu, ketika siswa
tersebut tampak lebih parah pada dituntut untuk menyebutkan dan
pembelajaran bangun ruang. Sebagian menentukan sifat-sifatnya, siswa masih
siswa tidak mengetahui mengapa dan terlihat bingung dalam mengidentifikasi
untuk apa mereka belajar konsep-konsep sisi, membedakan bidang sisi, rusuk, dan
bangun ruang. Hal itu dikarenakan semua titik sudut. Terutama ketika kegiatan
yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan belajar mengajar tidak menggunakan
mereka sehari-hari. Untuk mengetahui benda konkret atau semi abstrak padahal
lebih jelas terkait pemahaman siswa tahap berpikir siswa masih konkret.
peneliti melakukan tanya jawab Karena bangun ruang merupakan benda
mengenai pemahaman konsep matematis berbentuk tiga dimensi, sehingga jika
siswa dalam pokok bahasan sifat-sifat tanpa difasilitasi dengan media konkret
bangun ruang sederhana. Hasil tanya siswa akan sangat kesulitan dalam
jawab tersebut menunjukan masih banyak mengimajinasikannya.
siswa yang belum memahami Pembelajaran yang demikian tidak
pemahaman konsep mengenai pokok sesuai dengan karakteristik siswa yang
bahasan ini. Hal tersebut dibuktikan saat masih berpikir konkret, sehingga jika
siswa diminta menunjukan sisi, rusuk dan terus dipertahankan akan berakibat fatal
titik sudut pada sebuah bangun ruang terhadap pemahaman siswa untuk pokok
kebanyakan siswa tidak bisa menjawab, bahasan selanjutnya seperti pokok
adapun yang bisa menjawab jumlah sisi, bahasan jaring-jaring kubus dan balok.
rusuk, dan titik sudut namun tidak bisa Idealnya, pembelajaran matematika
menunjukan bagian-bagian tersebut. dimulai dengan sesuatu yang konkret
Hanya 10 siswa dari jumlah 34 siswa atau sesuai dengan karakteristik siswa SD,
sekitar 29% yang dapat mejawab dengan kemudian dilanjutkan dengan sesuatu
tepat. Pada saat peneliti menanyakan yang semi konkret, semi abstrak sampai
sifat-sifat bangun ruang sederhana, pada objek kajian matematika yang
kebanyakan siswa tidak bisa menjawab, abstrak. Oleh karena itu, siswa
hanya 8 orang siswa atau sekitar 23,5% diharapkan mampu membayangkan objek
yang dapat menjawab dengan tepat. kajian matematika yang abstrak tersebut
Dari data tersebut terlihat masih melalui benda-benda konkret yang
banyak siswa yang belum memahami pernah mereka kenal sebelumnya melalui
konsep bangun ruang sederhana. Siswa pengalaman sehari-harinya.
hanya mengenal objek-objek bangun Selain itu pada saat pembelajaran
ruang dari apa yang digambar oleh guru berlangsung, siswa yang berkemampuan
di depan papan tulis atau dalam buku rendah pada umumnya memiliki
paket matematika. Para siswa di sekolah kemampuan pemahaman konsep yang
tersebut masih mengalami kesulitan rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil test
dalam menentukan sifat-sifat bangun pembelajaran siswa yang rendah,

158
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

kemudian pada proses pembelajaran tidak menemukan makna didalam pelajaran


kooperatif, dan pembelajaran lebih mereka, mereka akan belajar dan ingat
klasikal sehingga siswa yang apa yang mereka pelajari.
berkemampuan tinggi kurang Berdasarkan temuan di atas
dimanfaatkan untuk bekerja sama. peneliti telah melakukan penelitian
Dengan demikian, dalam pembelajaran tindakan kelas dengan judul “Penerapan
matematika SD khususnya di kelas IV B Pendekatan Kontekstual dalam
disalah satu Sekolah Dasar Negeri di Pembelajaran Matematika untuk
kecamatan Sukasari Bandung diperlukan Meningkatkan Pemahaman Konsep
sebuah pendekatan pembelajaran yang Matematis Siswa Sekolah Dasar”.
dapat memfasilitasi siswa untuk Dengan menerapkan pendekatan
mengaitkan konsep yang akan dipelajari kontekstual dalam proses pembelajaran
dengan konsep sebelumnya atau dengan diharapkan dapat meningkatkan
kehidupan sehari-harinya, memberikan pemahaman konsep siswa kelas IV
kesempatan kepada siswa untuk Sekolah Dasar.
berinteraksi satu sama lain, dan
melibatkan kehidupan nyata siswa METODE
(kontekstual) sehingga objek kajian yang Model Penelitian Tindakan Kelas
abstrak mudah dibayangkan oleh siswa. (PTK) yang digunakan dalam penelitian
Salah satu pendekatan yang memiliki ini adalah model PTK Kemmis dan Mc
karakteristik di atas adalah pendekatan Taggart. Tujuan utama penelitian
kontekstual (Contextual Teaching and tindakan kelas antara lain adalah untuk
Learning). meningkatkan mutu isi, masukan, proses,
Pendekatan kontekstual serta hasil, pendidikan dan pembelajaran
merupakan konsep belajar yang di sekolah, membantu guru dan tenaga
membantu guru mengaitkan antara materi kependidikan lainnya mengatasi masalah
yang diajarkannya dengan situasi dunia pembelajaran dan pendidikan di dalam
nyata siswa serta dapat mendorong siswa maupun di luar kelas, meningkatkan
membuat hubungan antara pengetahuan sikap profesional pendidik dan tenaga
yang dimilikinya dengan penerapannya kependidikan, serta menumbuhkan
dalam kehidupan sehari-hari dengan budaya akademik di lingkungan sekolah
melibatkan tujuh komponen sehingga tercipta sikap pro aktif di dalam
pembelajaran (Nurhadi dalam Nurdin, melakukan perbaikan mutu pendidikan
2009, hlm. 110). Dalam konteks ini, dan pembelajaran secara berkelanjutan
siswa perlu mengerti apa makna belajar, (Arikunto dk (2009, hlm 61).
manfaatnya dalam status mereka, dan Sesuai dengan model penelitian
bagaimana mencapainya. Dengan ini tindakan kelas yang dikemukakan oleh
siswa akan menyadari bahwa apa yang Kemmis dan Mc Taggart penelitian ini
mereka pelajari berguna sebagai terdiri atas empat komponen pada setiap
hidupnya nanti. Sehingga akan membuat siklusnya, keempat komponen tersebut
mereka memposisikan sebagai diri meliputi: 1. Perencanaan atau Planning;
sendiri yang memerlukan suatu bekal 2. Pelaksanaan tindakan atau Acting; 3.
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti Pengamatan atau Observing; 4. Refleksi
dan siswa akan berusaha untuk atau Reflecting. Setelah satu siklus selesai
menggapainya. Melalui Pendekatan diterapkan maka siklus kedua akan
kontekstual, siswa diharapkan mampu dilakukan dengan ke empat komponen
mengaitkan makna pada mata pelajaran- tersebut dan seterusnya.
pelajaran akademik mereka dengan cara Penelitian ini akan dilaksanakan
yang tepat. Ketika para siswa dengan dua siklus, untuk lebih jelasnya

159
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

dapat dilihat dari gambar 3.1. sebagai siswa. Berdasarkan pengamatan yang
berikut: dilakukan, diketahui bahwa pemahaman
konsep matematis siswa pada pokok
bahasan sifat-sifat bangun ruang
sederhana masih sangat rendah dilihat
dari temuan pembelajaran siswa yang
masih kesulitan saat diminta untuk
menunjukan sisi, rusuk, dan titik sudut
sebuah bangun ruang. Siswa juga masih
tidak bisa menjelaskan sifat-sifat bangun
ruang sederhana.
Penelitian ini dilaksanakan
dilaksanakan di salah satu SDN yang
terletak di Kecamatan Sukasari,
Bandung. Sekolah ini merupakan salah
satu sekolah dari dua SD yang terletak
Gambar 1 Model PTK Kemmis dan Taggart dalam satu komplek sekolah dengan satu
(dalam Arikunto, 2010, hlm. 16) kepala sekolah. Di dalam satu komplek
sekolah ini terdapat 12 kelas, karena
Keempat komponen dalam model ruangan kelas telah memadai rombongan
Kemmis & McTaggart dipandang sebagai belajar ini seluruhnya dilaksanakan pada
suatu siklus, dalam hal ini merupakan rombongan belajar pagi. SD ini sudah
suatu putaran kegiatan yang terdiri dari terakreditasi A dengan jumlah guru
perencanaan, tindakan, pengamatan sebanyak 10 orang terdiri dari 7 guru
(observasi) dan refleksi. Berdasarkan PNS dan 3 guru honorer. Untuk jadwal
refleksi kemudian disusun rencana pembelajaran dimulai dari pukul 07.15-
(perbaikan), tindakan dan observasi serta 12.00. Di sekolah ini terdapat banyak
refleksi, demikian seterusnya. Banyaknya benda yang yang berbentuk bangun ruang
siklus tergantung pada permasalahan sederhana sehingga peneliti
yang dipecahkan. Pada model penelitian menggunakan pembelajaran dengan
Kemmis & McTaggart (dalam Widayati, pendekatan kontekstual dalam Penelitian
2008, hlm. 91) komponen acting Tindakan Kelas ini.
(tindakan) dan observing (pengamatan) Instrumen yang digunakan dalam
dijadikan satu kesatuan, hal ini didasari penelitian yaitu instrumen tes, observasi,
bahwa pada kenyataannya penerapan catatan lapangan dan dokumentasi. Tes
tindakan dan pengamatan tidak dapat pada penelitian ini yaitu Lembar Evaluasi
dipisahkan. Dua kegiatan ini merupakan yang berupa uraian dan Lembar Kerja
kegiatan yang dilakukan dalam waktu Siswa yang berupa kinerja/praktik siswa
yang bersamaan. yang disesuaikan dengan indikator pada
Partisipan dalam penelitian ini kisi-kisi soal tes siklus satu dan dua
adalah adalah siswa kelas IV B di salah sebagaimana yang terlampir . Tes
satu SDN Kecamatan Sukasari kota berbentuk uraian dan Lembar Kerja
Bandung, pada semester 2 Tahun ajaran Siswa berupa kinerja/praktik siswa
2015-2016. Jumlah siswa sebanyak 34 diberikan kepada siswa untuk mengetahui
orang yang terdiri dari 17 siswa kemampuan siswa dalam memahami
perempuan, dan 17 siswa laki-laki. konsep matematis siswa pada
Heterogenitas siswa dilihat dari pembelajaran matematika dengan
kemampuan pemahaman konsep pendekatan kontekstual pada siklus satu
matematis siswa dan kemampuan sosial dan dua.

160
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

Teknik pengolahan data yang melakukan apersepsi dengan


digunakan adalah teknik analisis data memberikan pertanyaaan dimanakah
kualitatif dan kuantitatif. sekarang kita berada? Guru
HASIL DAN PEMBAHASAN mengarahkannya agar siswa menjawab
A. Deskripsi Siklus I kalau kita berada dalam sebuah ruangan
Pelaksanaan tindakan kelas. Setelah itu guru menyampaikan
pembelajaran pada siklus I dilakukan tujuan pembelajaran yang akan
melalui satu pertemuan yang terdiri dari dilaksanakan yaitu agar siswa mengenal
proses pembelajaran dengan menerapkan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Siswa
pendekatan kontekstual dan tes akhir dengan seksama mendengarkan
siklus. Pembelajaran siklus I ini penjelasan guru. Setelah itu guru
dilaksanakan pada tanggal 11 mei 2016. memberikan motivasi kepada siswa agar
Pembelajaran berlangsung selama 70 dapat mengikuti pembelajaran dengan
menit dimulai pukul 08.00-09.10 WIB. baik dan semangat, serta mengaitkannya
Tim observer yang hadir dari teman dengan kehidupan sehari-hari.
sejawat sebanyak tiga orang. Tindakan Untuk lebih jelasnya pada
pembelajaran pada siklus I berisi kegiatan kegiatan inti peneliti malakukan
pembelajaran pokok bahasan sifat-sifat langkah-langkah spesifik sebagai berikut:
bangun ruang sederhana dengan a. Guru melakukan apersepsi dengan
menerapkan pendekatan kontekstual yang bertanya kepada siswa tentang bangun
mengacu pada tujuh prinsip yang harus ruang sederhana sebagai pengetahuan
dilaksanakan pada pembelajaran awal siswa (constructivism,
kontekstual, yaitu: konstruktivisme, questioning)
menemukan, bertanya, masyarakat b. Siswa bersama guru melakukan tanya
belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian jawab mengenai contoh bangun ruang
yang sebenarnya. Pada penelitian ini sederhana berbentuk balok yang ada di
pun peneliti mengacu dan melaksanakan lingkungan sekitar dan meminta
7 prinsip pendekatan kontekstual perwakilan siswa untuk maju kedepan
tersebut. membawa benda berbentuk balok
Proses pembelajaran diawali untuk ditunjukan kepada teman-
dengan berdo’a menurut agama dan temannya (inquiry, modeling)
kepercayaannya masing-masing dipimpin c. Siswa dibimbing oleh guru bersama-
oleh ketua kelas. Kemudian sama menunjukan unsur-unsur yang
mengkondisikan siswa agar pada situasi terdapat pada bangun ruang balok
pembelajaran dapat berjalan dengan yaitu sisi, rusuk, dan titik sudut
kondusif dan baik. Pada kegiatan ini (constructivism, questioning,
sebagian besar siswa dapat merespon modeling)
baik dan mengikuti apa yang d. Siswa dibagi menjadi enam kelompok
disampaikan oleh guru hanya secara heterogen, Masing-masing
ditemukannya beberapa siswa yang kelompok terdiri dari enam orang dan
masih asyik mengobrol tidak dibagikan pula LKS serta media dan
mendengarkan penjelasan guru. alat yang diperlukan dalam kegiatan
Selanjutnya guru mengecek kehadiran diskusi kelompok (learning
melalui presensi siswa. Guru membuka community)
kegiatan pembelajaran dengan e. Guru memberikan arahan mengenai
memberikan ice breaking agar kegiatan diskusi kelompok yang akan
memusatkan perhatian siswa. Siswa dilakukan kemudian mempersilahkan
sudah mulai terlihat siap dan antusias untuk mngerjakan LKS sesuai dengan
untuk mengikuti pembelajaran. Guru konsep bangun ruang berbentuk balok

161
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

(learning community, inquiry, bersemangat dan besungguh sungguh


constructivism, questioning) dalam belajar agar dapat mencapai cita-
f. Siswa secara berkelompok melalui citanya.
tanya jawab dapat saling menunjukan Temuan-temuan selama proses
bagian-bagian bangun ruang balok pembelajaran Matematika dengan
berdasarkan sifat-sifatnya, peneliti menerapkan pendekatan kontekstual
dibantu oleh observer melakukan berlangsung dikumpulkan menggunakan
penilaian mengenai pernyataan lembar observasi proses pembelajaran,
masing-masing siswa. (inquiry, aktivitas yang dilakukan oleh guru dan
questioning, authentic assesment, siswa serta catatan lapangan terkait
learning community) dengan pelaksanaan prinsip-prinsip pada
g. Siswa secara berkelompok bergiliran pendekatan kontekstual. Peneliti sebagai
mempresentasikan hasil kerjanya observer dan tim observer mengamati
dengan membawa media berbentuk keterlaksanaan pembelajaran
bangun ruang balok untuk Matematika dengan menerapkan
menunjukan bagian-bagiannya pendekatan kontekstual
berdasarkan sifat-sifatnya di depan Pada siklus I ditemukan tiga
kelas dan guru memberikan temuan negatif terkait prinsip-prinsip
kesempatan kepada kelompok lain pembelajaran matematika dengan
untuk bertanya atau memberi menerapkan pendekatan kontekstual.
komentar terkait hasil kerja Temuan tersebut terkait pada komponen
kelompoknya (modeling, questioning, konstruktivisme, menemukan,
inquiry) masyarakat belajar.
h. Guru membahas tugas dan Adapun skor pemahaman konsep
pembelajaran yang telah diberikan matematis yang diperoleh siswa pada
bersama-sama dengan siswa, guru setiap indikator pemahaman konsep
bertanya kepada siswa tentang apa saja matematis pada siklus I yang diukur dan
yang sudah mereka dapatkan dalam diamati terhadap 34 siswa, sebagai
pembelajaran mengenai sifat-sifat berikut:
bangun ruang balok, dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari siswa (constructivism,
questioning, reflection)
i. Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran
yang sudah dipelajari
j. Guru melakukan evaluasi individu
berupa tes tertulis berbentuk uraian
terhadap peserta didik untuk
mengetahui ketercapaian dari
kompetensi yang diharapkan yang
nantinya dijadikan refleksi (reflection,
authentic assesment) Grafik 1 Skor Pemahaman Konsep
Setelah semua kegiatan selesai Matematis Siswa sesuai Indikator pada
guru memberikan kata-kata pujian, pesan Siklus I
serta amanat kepada peserta didik atas
keaktifan dan dapat bekerja sama selama Pada grafik di atas, skor tertinggi
proses pembelajaran. Guru kembali pemahaman konsep dengan indikator
memberikan motivasi agar siswa menyatakan ulang sebuah konsep adalah

162
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

100 yang diperoleh sebanyak empat dengan pendekatan kontekstual ini agar
siswa, dan skor terkecil 32 oleh satu pemahaman konsep matematis siswa
siswa. Sedangkan dalam indikator meningkat.
memberi contoh dari suatu konsep nilai Dari data yang tersaji pada Grafik
tertingi adalah 100 yang diperoleh oleh di atas dapat dilihat bahwa terdapat 24
10 siswa dan terkecil 50 oleh tiga siswa. siswa (71%) dengan nilai pada batas
Pencapaian skor pemahaman konsep Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sama dengan KKM yaitu 70, hanya yaitu 70, sementara 10 siswa (29%)
sebanyak 14 siswa (41,1%) sudah tuntas mendapat nilai di bawah Kriteria
dalam aspek pemahaman dengan Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
indikator menyatakan ulang sebuah Adapun rata-rata hasil tes pemahaman
konsep, dan 31 siswa (91.1%) sudah konsep matematis pada siklus I ini adalah
tuntas dalam aspek pemahaman konsep 75. Diagram lingkaran di bawah
dengan indikator memberi contoh dari menunjukkan persentase banyaknya
suatu konsep. Adapun tabel rata-rata siswa di atas dan di bawah KKM pada
pencapaian pemahaman konsep siklus I sebagai berikut:
matematis dengan indikator mengulang
suatu konsep dan memberi contoh dari
suatu konsep sebagai berikut:

Tabel 1 Skor Rata-rata Pemahaman


Konsep Matematis Siswa pada Siklus I
Indikator Pemahaman Rata-
No
Konsep rata
Menyatakan ulang Grafik 2 Persentase Jumlah Siswa
1 69 berdasarkan KKM pada Siklus I
sebuah konsep
Memberi contoh dari 80
2 pada siklus I ditemukan beberapa
suatu konsep
75 temuan negatif terkait prinsip-prinsip
Jumlah penerapan pendekatan kontekstual pada
saat pembelajaran matematika.
Dalam tabel di atas dapat dilihat Berdasarkan hasil refleksi di atas
bahwa dalam pembelajaran yang pembelajaran pada siklus I yang telah
dilakukan di siklus I, pemahaman konsep dilakukan menunjukan beberapa hal
matematis dengan indikator menyatakan sebagai berikut:
ulang sebuah konsep masih kurang. a. Pada saat kegiatan kelompok,
Rendahnya pemahaman konsep beberapa kelompok tidak berdiskusi
matematis dengan indikator menyatakan dengan baik. Pada komponen
ulang sebuah konsep disebabkan oleh masyarakat belajar ini terlihat masih
pendekatan kontekstual yang kurang banyak anggota kelompok yang tidak
efektif, hal ini bertentangan dengan ikut berdiskusi namun kegiatan
keunggulan pendekatan kontekstual kelompok didominasi oleh siswa
menurut Anisa (2009) yang salah satunya tertentu/ yang berkemampuan tinggi.
adalah pembelajaran lebih produktif dan Menurur Nurhadi, dkk. (2004, hlm.
mampu menumbuhkan penguatan konsep 47) mengemukakan bahwa
kepada siswa karena pembelajaran masyarakat belajar dapat tercipta
kontekstual menuntut siswa menemukan apabila ada proses komunikasi dua
sendiri bukan menghafalkan. Seharusnya arah. Yang pandai mengajari yang
guru lebih memaksimalkan pembelajaran lemah, yang tahu memberi tahu yang

163
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

belum tahu, yang cepat menangkap dan yang tahu memberi tahu yang
medorong temannya yang lambat, belum tahu. Guru seharusnya
yang mempunyai gagasan segera menunjuk seorang pencatat yang akan
memberi usul, dan seterusnya. membuat laporan tentang kemajuan
“Seorang guru mengajari siswanya” dan hasil kerja kelompok tersebut.
bukan merupakan contoh masyarakat Pada tahap ini guru bisa membantu
belajar karena komunikasi hanya menunjuk siswa yang berkempuan
terjadi satu arah, yaitu informasi hanya lambat sebagai pencatat agar siswa
datang dari guru ke arah siswa, tidak tersebut termotivasi dan terlibat pada
ada arus informasi yang datang dari kegiatan diskusi tersebut.
siswa untuk dipelajari oleh guru. b. Siswa kurang cermat dalam
Dalam masyarakat belajar, dua mengamati dan mengumpulkan data
kelompok (atau lebih) yang terlibat dari media yang diamati, masih
dalam komunikasi pembelajaran banyak yang bermain dan tidak
saling belajar. Pada komponen ini bersungguh-sungguh dalam mengikuti
hasil belajar diperoleh dari sharing pembelajaran sehingga pembelajaran
antara teman, antarkelompok, antara tidak kondusif pada saat menerapkan
mereka yang tahu ke mereka yang komponen inkuiri ini. Siswa seringkali
lebih tahu. Menurut Roestiyah (1998, keliru pada saat akan menentukan
hlm. 19-20), ada enam langkah agar rusuk,sisi, dan titik sudut. Langkah-
kerja kelompok dapat berhasil, yaitu; langkah dalam kegiatan inquiry
1) Mejelaskan tugas kepada siwa sebagai berikut.
2) Menjelaskan apa tujuan kerja 1) Merumu
kelompok skan masalah.
3) Membagi kelas menjadi beberapa 2) Mengam
kelompok ati atau melakukan observasi.
4) Setiap kelompok menunjuk seorang 3) Mengana
pencatat yang akan membut laporan lisis dan menyajikan hasil dalam
tentang kemajuan dan hasil kerja tulisan, gambar, laporan, bagan,
kelompok tersebut tabel, dan karya lainnya.
5) Guru berkeliling selama kerja 4) Mengom
kelompok itu berlangsung, bila unikasikan atau menyajikan hasil
perlu memberi saran/pertanyaan karya pada pembaca, teman
6) Guru membantu menyimpulkan sekelas, guru, atau audiensi yang
kemajuan dan menerima hasil kerja lain.
kelompok Prinsip inkuiri ini dapat
Dari penjelasan tersebut , berjalan kalau setiap langkahnya
terlihat bahwa guru tidak melakukan terlaksana dengan baik. Apabila siswa
tiga langkah yang menyebabkan tidak tidak mengikuti pengamatan dengan
semua anggota kelompok berdiskusi baik bagaimana siswa dapat
dengan baik. Pada tahap ini sebaiknya menganalisis ataupun menyajikan
guru menjelaskan apa tujuan kerja hasil pengamatannya dalam tulisan
kelompok yaitu dengan kerjasama dengan tepat. Oleh karena itu guru
dapat menciptakan pembelajaran yang seharusnya memberlakukan
lebih baik dibandingkan dengan punishment bagi siswa yang tidak
belajar. Dominasi siswa-siswa yang memperhatikan/mencermati
pintar perlu diperhatikan dengan cara pembelajaran dengan seksama. dan
guru berkeliling mengawasi siswa. pula memberikan reward bagi siswa
Yang pandai mengajari yang lemah yg berpartisipasi mengikuti seluruh

164
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

pembelajaran dengan baik. Dengan memperhatikan/mencermati


begitu siswa terdorong untuk pembelajaran dengan seksama, dan
bersungguh-sungguh menemukan/ pula memberikan reward dengan
mengikuti pembelajaran sehingga begitu siswa terdorong untuk
hasilnya sesuai dengan kompetensi bersungguh-sungguh
yang diharapkan. menemukan/mengikuti pembelajaran
c. Masih sehingga hasilnya sesuai dengan
ada siswa yang tidak terkonstruks kompetensi yang diharapkan. Peneliti
pengetahuannya, terlihat adanya siswa juga harus membantu siswa dalam
yang belum bisa menjelaskan sifat- menemukan pengetahuan tentang apa
sifat bangun ruang sederhana dengan yang telah diamatinya.
benar. Hal ini diduga disebabkan guru c. Dalam prinsip masyarakat belajar
kurang mendorong agar siswa bisa (learning community), Pada tahap ini
bertanggung jawab terhadap proses sebaiknya guru menjelaskan apa
belajarnya. Guru harus memotivasi tujuan kerja kelompok, guru
siswa agar yakin terhadap berkeliling mengawasi siswa pada saat
kemampuannya, serta melatih siswa kegiatan berlangsung. Guru juga
agar lebih percaya diri untuk seharusnya menunjuk seorang pencatat
mengemukakan gagasan-gagasan yang akan membuat laporan tentang
mereka terlebih dahulu dan guru kemajuan dan hasil kerja kelompok
mengusahakan agar siswa dapat tersebut.
mengkomunikasikan pemahaman
mereka dengan begitu mereka benar- B. Deskripsi Siklus II
benar sudah belajar. Seharusnya siswa Pelaksanaan tindakan
dilatih dan di beri kesempatan untuk pembelajaran pada siklus II dilakukan
melakukan refleksi dan mengatur melalui satu pertemuan yang terdiri dari
kegiatan belajarnya. proses pembelajaran Matematika dengan
Berdasarkan hasil refleksi di atas, pendekatan kontekstual dan test akhir
peneliti merekomendasikan siklus. Pembelajaran siklus II ini
pelaksanaan pembelajaran matematika dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016.
dengan menerapkan pendekatan Pembelajaran berlangsung selama 70
kontekstual untuk siklus II sebagai menit dimulai pukul 08.00-09.10 WIB.
berikut: Tim observer yang hadir dari teman
a. Pada prinsip konstrukstivisme sejawat sebanyak dua orang. Tindakan
(constructivism) guru seharusnya pembelajaran pada siklus II sebagai
mengecek ulang pemahaman siswa tindak lanjut hasil refleksi pada
yang belum paham tentang pembelajaran siklus I yang berisi
membedakan sisi rusuk dan titik sudut kegiatan pembelajaran dengan pokok
kemudian memberikan pelayanan bahasan sifat-sifat bangun ruang
secara individu, guru mengusahakan sederhana menggunakan pendekatan
agar siswa dapat mengkomunikasikan kontekstual yang terdiri dari langkah-
pemahaman dengan begitu mereka langkah spesifik sebagai berikut:
benar-benar sudah belajar, serta a. Guru membagi siswa kedalam enam
peneliti harus memberikan motivasi kelompok secara heterogen, tiap
agar siswa yakin/percaya diri terhadap kelompok terdiri dari enam siswa dan
kemampuannya. dibagikan pula LKS serta media dan
b. Dalam prinsip menemukan (inquiry) alat yang diperlukan dalam kegiatan
guru seharusnya memberlakukan diskusi kelompok (learning
punishment bagi siswa yang tidak community)

165
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

b. Siswa bersama guru melakukan tanya menunjukan bagian-bagiannya


jawab mengenai contoh bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya di depan
sederhana berbentuk kubus yang ada kelas dan guru memberikan
di lingkungan sekitar dan meminta kesempatan kepada kelompok lain
perwakilan siswa untuk maju kedepan untuk bertanya atau memberi
membawa benda berbentuk kubus komentar terkait hasil kerja
untuk ditunjukan kepada teman- kelompoknya (modeling,questioning)
temannya (constructivism, inquiry, i. Guru membahas tugas dan
modeling) pembelajaran yang telah diberikan
c. Guru menunjukkan sebuah media bersama-sama dengan siswa, guru
bangun ruang berbentuk kubus, dan bertanya kepada siswa tentang apa saja
menunjukan media bangun ruang yang sudah mereka dapatkan dalam
balok untuk mengingatkan pembelajaran mengenai sifat-sifat
pembahasan sifat-sifat bangun ruang bangun ruang kubus, dan
sederhana pada pertemuan sebelumnya penerapannya dalam kehidupan sehari-
(modeling, constructivism) hari siswa (constructivism,
d. Siswa dibimbing oleh guru bersama- questioning, reflection) Guru
sama menunjukan dan menjelaskan membahas tugas dan pembelajaran
ulang unsur-unsur yang terdapat pada yang telah diberikan bersama-sama
bangun ruang kubus yaitu sisi, rusuk, dengan peserta didik, guru bertanya
dan titik sudut (constructivism, kepada siswa tentang apa saja yang
questioning, modeling) sudah mereka dapatkan dalam
e. Guru memberikan arahan mengenai pembelajaran mengenai sifat-sifat
kegiatan kelompok yang akan bangun ruang kubus, dan
dilakukan dan memberitahukan tujuan penerapannya dalam kehidupan sehari-
kegiatan kelompok kemudian hari siswa (constructivism,
mempersilahkan untuk mengerjakan questioning, reflection)
LKS sesuai dengan konsep bangun j. Guru membagikan Lembar Kerja
ruang berbentuk kubus (learning Evaluasi siswa yang hasilnya akan
community, inquiry, constructivism, dijadikan refleksi (reflection, authentic
questioning) assesment)
f. Siswa secara berkelompok melalui Seperti halnya pada siklus I,
tanya jawab dapat saling temuan-temuan selama proses
menemutunjukan bagian-bagian pembelajaran matematika dengan
bangun ruang kubus berdasarkan sifat- menerapkan pendekatan kontekstual pada
sifatnya, peneliti dibantu oleh observer siklus II dikumpulkan menggunakan
melakukan penilaian mengenai lembar observasi proses pembelajaran
pernyataan masing-masing siswa. dan catatan lapangan. Adapun
(inquiry, questioning, authentic bebeberapa prinsip yang telah peneliti
assesment) perbaiki pelaksanannya sebagaimana
g. Siswa menuliskan sifat-sifat bangun hasil dari refleksi pada siklus I terkait
ruang kubus berdasarkan ciri-ciri yang temuan negatif pada prinsip
telah diamatinya dan dituliskan di konstruktivisme, menemukan dan
Lembar Kerja Siswa (inquiry, learning masyarakat. Pada penelitian inipun
community) peneliti mengacu dan melaksanakan tujuh
h. Siswa secara berkelompok bergiliran prinsip pada pendekatan kontekstual
mempresentasikan hasil kerjanya tersebut. Seperti halnya pada siklus
dengan membawa media berbentuk I. Hasil pemahaman konsep siswa pada
bangun ruang kubus untuk siklus II ini diperoleh siswa pada setiap

166
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

indikator pemahaman konsep yang


diukur dan diamati terhadap 34 siswa Tabel 4 Skor Rata-rata Pemahaman
pada siklus II menggunakan instrumen Konsep Matematis Siswa pada Siklus II
tes pemahamn konsep matematis. No Indikator Pemahaman Rata-
Penilaian aspek pemahaman konsep Konsep rata
terdiri dari dua indikator yaitu: 1) 1 Menyatakan ulang sebuah 90
Menyatakan ulang sebuah konsep, 2) konsep
Memberikan contoh dari suatu konsep. 2 Memberi contoh dari suatu 93
konsep
Jumlah 91,5

Berdasarkan tabel di atas rata-rata


pemahaman konsep matematis siswa
dengan indikator menyatakan ulang
sebuah konsep adalah 90 dan memberi
contoh dari suatu konsep 93 yang artinya
sudah berada di atas KKM yaitu 70.
Dari data yang tersaji pada Grafik
4.4 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 32
siswa (94%) dengan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,
Grafik 4 Skor Pemahaman Konsep
sementara dua siswa (6%) lainnya mendapat
Matematis Siswa sesuai Indikator pada
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
Siklus II
(KKM) yaitu 70. Sementara rata-rata hasil tes
belajar siswa pada tes akhir Siklus II ini adalah
Pada grafik di atas dapat dilihat
94% di atas KKM. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa skor tertinggi pemahaman konsep
siswa sudah bisa menentukan bangun ruang
dengan indikator menyatakan ulang
sederhana kubus dan balok, menuliskan sifat-
sebuah konsep adalah 100 yang
sifat bangun ruang sederhana kubus, balok,
diperoleholeh 15 orang siswa, dan skor
dan memberi contoh benda yang ada disekitar
terkecil 54 oleh satu orang siswa.
lingkungan yang termasuk ke dalam bentuk
Sedangkan dalam indikator memberi
bangun ruang sederhana berbentuk kubus,
contoh dari suatu konsep nilai tertingi
balok. Diagram lingkaran di bawah ini
adalah 100 yang diperoleh oleh 32 orang
menunjukkan presentase banyaknya siswa di
siswa dan terkecil 50 oleh satu orang
atas dan di bawah KKM pada Siklus II.
siswa. Pencapaian skor pemahaman
konsep sama dengan KKM yaitu 70,
sebanyak 32 siswa (94%) sudah tuntas
dalam aspek pemahaman dengan
indikator menyatakan ulang sebuah
konsep, dan 19 siswa (90,5%) sudah
tuntas dalam aspek pemahaman konsep
dengan indikator memberi contoh dari
suatu konsep. Adapun tabel rata-rata
pencapaian pemahaman konsep
matematis dengan indikator mengulang Grafik 6. Persentase Jumlah Siswa
suatu konsep dan memberi contoh dari Berdasarkan KKM pada Siklus II
suatu konsep terlihat pada tabel 4.4
sebagai berikut:

167
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

Setelah dianalisis, siswa yang dalam kelompok. Saat siswa mulai


masih mendapat skor kurang dari KKM berdiskusi guru harus berkeliling
merupakan siswa yang masih mengawasi siswa dalam kelompoknya
kebingungan mengidentifikasi salah satu agar semua siswa terlibat dan diskusi
sifat dari bangun ruang kubus yaitu berjalan sesuai dengan kompetensi
mengidentifikasi sisi dan rusuk yang yang diharapakan.
ukurannya sama pada bangun ruang b. Pada prinsip inkuiri, guru harus
kubus. Maka hal ini perlu diperbaiki mengawasi kinerja siswa dan
dengan cara guru memberikan pelayanan membantu siswa menggali
khusus untuk siswa tersebut atau dengan pengetahuannya serta
memberikan jam tambahan , karena memberlakukannya pemberian reward
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dan punishment agar setiap tahap
sederhana merupakan materi prasyarat pembelajaran siswa mengerjakannya
yang akan memudahkan siswa untuk dengan bersungguh-sungguh.
memahami materi selanjutnya. c. Pada prinsip konstrukstivisme, guru
Pada siklus II ditemukan beberapa harus memberikan proses
temuan pada tahap spesifik pembelajaran pembelajaran dan pengalaman belajar
Matematika dengan menerapkan sampai siswa benar-benar bisa
pendekatan kontekstual. Hasil refleksi menjelaskannya dengan tepat. Dan
pembelajaran pada siklus II yang telah langkah-langkah pembelajaran harus
dilakukan menunjukkan beberapa hal sesuai agar siswa terkonstruk
sebagai berikut: pengetahuannya dari apa yang ia alami
a. Anggota kelompok berdiskusi dan sendiri sebelumnya.
mengerjakan tugasnya dengan sangat Peningkatan proses pembelajaran
baik dikarenakan guru menjelaskan dengan pendekatan kontekstual dan
tujuan bekerja kelompok dan kelas pemahaman konsep matematis setelah
sangat kondusif saat berdiskusi karena dilakuan pembelajaran dengan
guru berkeliling mengawasi setiap pendekatan kontekstual dalam dua siklus.
kelompoknya. Pada pelaksanaan siklus II yaitu
b. Kelas terlihat sangat kondusif pada berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.
saat mengamati, siswa bisa Dimana pada siklus I saat menerapkan
menunjukkan sisi, rusuk dan titik tujuh prinsip pendekatan kontekstual
sudut, dan dapat menyajikan belum terlaksana dengan baik dan efektif,
pengamatannya dalam bentuk tulisan temuan negatif tersebut terkait penerapan
pada LKS ataupun lembar evaluasi. prinsip konstruktivisme, inquiri, dan
c. Siswa terkonstruk pengetahuannya masyarakat belajar. Pada siklus II peneliti
dengan baik dan siswa dapat memberlakukan reward dan punishment
menjelaskan didepan kelas tentang sehingga pada tahap inquiri bejalan
sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan baik. Peneliti pun memperbaiki
dengan benar. dan melaksanakan langkah-langkah
Berdasarkan hasil refleksi di atas, mengajar secara konstruktivisme,
peneliti merekomendasikan pelaksanaan memberikan proses pembelajaran dan
pembelajaran matematika dengan pengalaman belajar yang benar-benar
menerapkan pendekatan kontekstual mengikut sertakan semua siswa
dalam pokok bahasan sifat-sifat bangun didalamnya serta mengecek ulang
ruang sederhana sebagai berikut: pemahaman siswa. Kemudian pada
a. Pada prinsip masyarakat belajar, penerapan komponen masyarakat belajar,
Sebelum memulai berdiskusi, guru sebelum memulai berdiskusi, guru
harus menjelaskan tujuan bekerja menjelaskan tujuan bekerja dalam

168
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 156-170

kelompok, dan saat siswa mulai Persentase Siswa di


71% 94%
berdiskusi guru berkeliling mengawasi atas KKM
siswa dalam kelompoknya serta Persentase Siswa
29% 6%
melibatkan semua siswa. Berikut di bawah KKM
pemahaman konsep matematis siswa
dalam bentuk diagram: Tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam
menguasai bahan pelajaran dari awal
sampai akhir tindakan pembelajaran terus
meningkat. Selain itu juga persentase
ketuntasan pemahaman konsep matematis
siswa dari awal sampai akhir tindakan
pembelajaran terus meningkat, dari
kategori sedang menjadi sangat tinggi.
Grafik 7. Peningkatan Pemahaman Hal ini karena prinsip-prinsip pendekatan
Konsep Matematis Siswa kontekstual telah diterapkan secara
efektif dari hasil refleksi siklus I.
Dalam grafik di atas terlihat
adanya peningkatan rata-rata pemahaman SIMPULAN
konsep matematis siswa dan persentase Berdasarkan pembahasan dalam
ketuntasan pemahaman konsep siswa Penelitian Tindakan Kelas mengenai
pada batas KKM setelah penerapan penerapan pendekatan kontekstual untuk
pendekatan kontekstual setelah tindakan meningkatkan pemahaman konsep
pembelajaran menunjukan adanya matematik siswa pada pokok bahasan
peningkatan dari siklus I ke siklus II. bangun ruang sederhana, dapat ditarik
Terbukti pada saat siklus I data beberapa simpulan diantaranya sebagai
menunjukan bahwa persentase ketuntasan berikut :
pemahaman konsep matematis di atas 1. Pelaksanaan pembelajaran
KKM yaitu 71% pada siklus II matematika dengan menerapkan
mengalami peningkatan persentase pendekatan kontekstual pada pokok
ketuntasan pemahaman konsep yaitu bahasan sifat-sifat bangun ruang
sebesar 23% dengan perolehan sederhana mengalami perkembangan
persentase banyaknya siswa di atas KKM dari siklus 1 ke siklus II. Pada
yaitu 94%. Rata-rata pemahamna konsep kegiatan pembelajaran guru
siswa juga meningkat pada siklus I menjelaskan tujuan bekerja dalam
memperoleh nilai rata-rata 75, pada kelompok sehingga seluruh siswa
siklus II mengalami peningkatan sebesar terlibat bekerja sama melakukan
16 poin yaitu mempeoleh nilai rata-rata pengamatan dan guru mengawasi
91. Data hasil pemahaman konsep berjalannya diskusi kelompok. Guru
matematis siswa dan persentase jumlah juga memberikan reward dan
siswa berdasarkana KKM setelah punishment selama kegiatan
tindakan pembelajaran dapat disajikan pembelajaran. Sehingga pada siklus II
dalam bentuk tabel berikut: ini proses pembelajaran sudah
terlaksana dengan baik
Tabel 7. Peningkatan Persentase 2. Kemampuan pemahaman konsep
Banyaknya Siswa Berdasarkan KKM matematis siswa dari siklus I ke
Siklus Siklus siklus II mengalami peningkatan
Hasil Tes
I II sebesar 23%.

169
Sulastri, Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika …

DAFTAR PUSTAKA 235. [Online]. diakses dari


Arikunto, S. Dkk. (2009). Prosedur http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P
Penelitian Suatu Pendekatan 18%20Pendidikan%28Nila%20K
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta %29.pdf
Arikunto, Suharsimi. dkk. (2010).
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004
Standar Kompetensi Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional.
(2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Nurhadi, Yasin, B., Senduk, A. (2004).
Pembelajaran Kontekstual Dan
Penerapannya Dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
Roestiyah, N. (1998). Metode
Mengajar. Jakarta
Darminto, dkk. (2008) Studi
perbandingan antara model
pembelajaran berbasis komputer
dalam peningkatan kemampuan
berpikir matematis tingkat tinggi.
Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi, 1 (2),
hlm. 69-91.
Hasratuddin. (2014). Pembelajaran
matematika sekarang dan yang akan
Datang berbasis karakter. Jurnal
Didaktik Matematika, 1(2), hlm. 30-
42.
Nurdin. (2009). Implementasi pendekatan
CTL (contextual teaching and
learning) dalam meningkatkan
hasil belajar. Jurnal Administrasi
Pendidikan, 9 (I), hlm. 110.
Widayati, A. (2008) Penelitian tindakan
kelas. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, 6 (1), hlm.
87-93.
Anisa (2009). Kelebihan pembelajaran
CTL. [Online]. Diakses dari
http://www.sekolahdasar.net/2012
/05/kelebihan-dan-kelemahan
pembelajaran.html
Matematika Universitas PGRI
Palembang. Palembang, hlm.229-
170

Anda mungkin juga menyukai