Anda di halaman 1dari 3

Slide 1

Kita manusia diciptakan oleh Allah sebgai makhluk yang sempurna, memiliki kelebihan
disbanding dengan makhluk lainnya. Salah satu bukti bahwa manusia makhluk yang lebih baik
dari yang lainnya yaitu manusia mampu berpikir dengan akalnya supaya dapat memilih,
mempertimbangkan, dan menentukan jalan pikirannya sendiri. Dalam islam pun, akal dijadikan
salah satu hal primer dari lima hal primer lainnya untuk dijaga dan dipelihara. ( 4 hal primer
lainnya yaitu menjaga agama, jiwa, keturunan, dan harta. Dan dengan akal ini, manusia mampu
memahami Al-qur’an wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.

Slide 2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu, akal dan wahyu ?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu, akal dan wahyu?

Slide 3-terserah
Pengertian Ilmu, Akal dan Wahyu
A. Ilmu
 Berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alama
 Arti dasar dari kata ini adalah pengetahuan
 Menurut KBBI
Ilmu = pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu
dalam bidang pengetahuan
 Menurut M. Quraish Shihab
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.

B. Akal
 Kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia
 Menurut KBBI
Akal = daya pikir (untuk memahami sesuatu dsb) pikiran dan ingatan
 Secara etimologi yang merujuk kepada kamus-kamus Arab
Menurut Ibnu Manzur = al-‘Aql maknanya adalah al-Hijr (akal) dan al-Nuha
(akal) lawan dari al-Humq (kebodohan dan kepandiran), dan bentuk pluralnya
adalah Uqul.
Menurut Islam = berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql, mashdar dari kata
‘aqola - ya’qilu -‘aqlan yang maknanya adalah “ fahima wa tadabbaro” yang artinya
“paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang)”. Maka al-‘aql, sebagai
mashdarnya, maknanya adalah “kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu”.
 Secara bahasa
Sesuatu yang dijadikan manusia sebagai sarana untuk berpikir, mengingat, dan
mendeskripsikan suatu gambaran tentang suatu masalah dan membedakan antara
yang baik dan buruk

C. Wahyu
 Secara bahasa berasal dari bahasa Arab (‫ )ال َوحْ ُي‬yang memiliki arti memberikan isyarat
atau pemberitahuan dengan cepat dan tersembunyi
 Secara istilah wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan Allah melalui Nabi-Nya
 Dalam bahasa Indonesia, kata wahyu memiliki arti ‘petunjuk dari Allah S.W.T yang
diturunkan hanya kepada para Nabi dan Rasul melalui mimpi dsb.
 Wahyu adalah sabda Tuhan yang mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang
diperlukan umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun akhirat.
Dalam Islam wahyu atau sabda yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
dan terkumpul semuanya dalam Al-Qur’an. Penjelasan tentang cara terjadinya
komunikasi antara Tuhan dan nabi-nabi, diberikan oleh Al-Qur’an sendiri

Slide baru
Hubungan Ilmu, Akal dan Wahyu
 Dalam pandangan Islam, wahyu dan akal memiliki hubungan yang sangat erat. Akal
dan wahyu merupakan dasar dan menjadi tolok ukur dalam menganalisa dan
menilai setiap persoalan kalam. Dalam teologi Islam, akal dan wahyu dihubungkan
dengan persoalan mengetahui Tuhan dan persoalan baik dan jahat.
 Tetapi dalam perjalanannya, sejarah pemikiran Islam mencatat ada perselisihan
fundamental yang terjadi dikalangan cendekiawan muslim terkait dengan posisi
dan kedudukan akal terhadap wahyu :
o Wahyu lebih didahulukan daripada akal
Merupakan pendapat para ulama Ahlussunnah dari kalangan ahli hadits, ahli fikih,
dan ahli tafsir. Seperti Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Taimiah, Sayyid Quthb dan lain
sebagainya. Berkaitan dengan pendapat ini Sayyid Quthb mengatakan bahwa
sesungguhnya akal yang Allah anugerahkan kepada manusia mampu untuk menerima
wahyu, mengetahui kandungan-kandungan maknanya. Dan ini adalah tugasnya sebagai
akal, kemudian ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan cahaya dan hidayah,
serta disiplin dengan aturan yang benar ini yang tidak ada sedikitpun kebatilan di
dalamnya. Sedangkan jika akal manusia ini jauh dari wahyu, maka akal sangat rentan
menjadi sesat dan menyimpang.
o Akal lebih dikedepankan daripada wahyu
Pendapat ini dipegang oleh para ulama kalam dari kalangan Muktazilah, Asy’ariyah
dan Maturidiyah. Dan jauh sebelum mereka adalah para filusuf yang
dinisbatkan kepada Islam seperti al-Kindi, Ibnu Sina, al-Farabi, dan Ibnu Rusyd.
Di antara golongan yang paling masif dalam menyerukan bahwa akal lebih
didahulukan daripada wahyu adalah muktazilah. Pendapat mereka adalah bahwa
mereka mengandalkan akal secara penuh dalam masalah akidah. Bahkan yang
menjadi tolak ukur baik buruknya sesuatu adalah akal. Mereka juga mengatakan
bahwa seseorang itu menjadi mukallaf sebelum datangnya wahyu, dikarenakan baik
dan buruk itu bisa diukur dengan akal.
Dari kedua pendapat di atas, yang rajah (tepat) adalah pendapat yang
pertama, yaitu bahwa wahyu harus didahulukan daripada akal. Karena walau
bagaimanapun, akal memiliki keterbatasan. Sehingga tidak mungkin baginya
mengetahui segala sesuatu. Di samping itu, andaikan akal lebih didahulukan
bahkan dijadikan dasar utama dalam beragama, maka hal itu akan melahirkan
kekacauan pemikiran yang variatif dan tak berujung. Karena masing-masing
memiliki pendapat yang sesuai dengan akal pemikirannya

Slide baru
 Ilmu dalam Islam tidak hanya diformulasikan dan dibangun melalui akal semata, tetapi
juga melalui wahyu. Akal berusaha bekerja maksimal untuk menemukan dan
mengembangkan ilmu, sedangkan wahyu datang memberikan bimbingan serta petunjuk
yang harus dilalui akal.
 Secara fungsional, wahyu tidak akan berfungsi tanpa adanya akal-pikiran, begitu
juga akal, ia akan kehilangan arah tanpa bimbingan wahyu. Karena kedua entitas
tersebut berasal dari sumber yang sama dan memiliki fungsi yang sama, hanya saja
wilayah kerjanya berbeda, walaupun demikian tentu akan bertemu pada titik yang sama
pula.

Anda mungkin juga menyukai