Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas merupakan periode mulai dari enam jam

sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Asuhan ibu nifas adalah

asuhan ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-

kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam

jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat

sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29

sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.( Analia, 2020 )

Masa nifas merupakan periode dimana terdapat perubahan

pada kodisi reproduksinya pasca melahirkan. Wanita akan

mengalami perubahan fisiologis dimana uterus mengalami

pengerutan kembali menjadi ukuran semula.( Ratih, 2018 )

Masa Nifas atau Puerperium dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah Itu.

Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya

pencegahan,deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit


yang mungkin terjadi,serta penyedian pelayanan pemberian ASI,

Cara Menjarangkan kehamilan ,imunisasi,dan nutrisi bagi ibu.

Masa nifas merupakan masa pemulihan kondisi ibu. Pada

masa nifas luka perineum harus mendapat penanganan yang baik

sehingga infeksi tidak terjadi karena perawatan perineum yang

tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena

lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembang biakan

bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada

perineum.( Andi, 2019 )

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobari dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB. ( Meni, 2017 )

3. Periode Masa Nifas

a. Peurperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam

post partum.
b. Peurperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7

haripost partum.

c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu

post partum.( Meni, 2017 )

4. Perubahan fisiologi masa nifas

Perubahan yang terjadi pada masa nifas meliputi :

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Involusi Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil

Waktu Tinggi Fundus


No Berat Uterus
Involusi Uteri
1 Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Akhir kala III Dua jari bawah
2 750 gram
persalinan pusat
Pertengahan
3 1 Minggu 500 gram
pusat-simfisi
Tidak teraba di
4 2 Minggu 350 gram
atas simfisis
Bertambah
5 6 Minggu 50 gram
kecil

Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus

2) Perubahan pada serviks


Serviks mengalami involusi bersama-sama

uterus, setelah persalinan, ostium eksterna dapat

dimasukioleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

3) Lochea

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari

cavumuteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-

macam lochea

a) Lochea rubra (Cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, verniks kascosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari postpartum.

b) Lochea Sanguinolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7

postpartum.

c) Lochea Serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 postpartum.

d) Lochea Alba

Cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.
f) Locheastasis

Lochea tindak lancar keluarnya.

4) Perubahan pada vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua orang ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Perinium

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke

5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum melahirkan.

6) Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar

hypofisis anterior meningkat secara stabil selama

kehamilan, tetapi hormon plasenta menghabat produksi

ASI. Setelah persalinan plasenta, konsentrasi estrogen


dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan

sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara

meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular

sementara. Air susu, saat diperoduksi, disimpan di

alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan

cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan

keberlangsungan laktasi.

b. Perubahan sistem pencernaan pada masa nifas

1) Nafsu Makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan,

sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu

seringkali cepat lapar setelah melahirkan dan siap

makan pada 1-2 jam postprimordial, dan dapat

ditoleransi dengan diet yang ringan. Kerap kali untuk

pemulihan nafsu makan,diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus kembali normal. . (Nuha medika,

2013 )

2) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas

otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat

setelah bayi lahir kelebihan analgesia dan anastesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas

keadaan normal. . (Nuha medika, 2013 )


3) Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda

selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan pada awal masa

pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu

seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena

nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi,

laserasi atau hemoroit. Kebiasaan buang air yang

teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus

kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara

regular perlu dilatih kembali untuk merangsang

pengosongan usus.

Sistem pencernaan pada masa nifas

membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk

kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan

seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu

akan terasa sakit untuk defekasi. . (Nuha medika, 2013

).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-


buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan, urine dalam jumlah

yang esar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasentadilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan

diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

tempo 6 minggu.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi

selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa

pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu

relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat

gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi

lengkap pada minggu ke 6 sampai minggu ke-8 setellah

wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain

kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami

perubahan setelah melahirkan.

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi

normal. Temperatur kembali ke normal dari sedikit

peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil

dalam 24 jam pertama postpartum. Nadi dalam keadaan


normal kecuali partus lama dan persalinan sulit. Dalam buku

Maternitas, terdapat tabel perubahan tandatanda vital sebagai

berikut:

No Tanda Vital

Temperatur / Suhu
1
Selama 24 jam pertama dapat meningkat saampai 38 derajat celsius

sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak

harus demam.

Denyut Nadi
2
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi

selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurundengan

frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah

melahirkan, denyut nadi kewmbali ke frekunsi sebelum hamil.

Pernapasan
3
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan

Tekanan Darah
4
Tekanan Darah Sedikit berubah atau menetap.

Tabel 2.2 Perubahan Tanda-tanda Vital

f. Perubahan Berat Badan

1) Kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan.


2) Kehilangan 3 sampai 5 kg selama minggu pertama

masa nifas.

Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat

badan pada masa nifas di antaranya adalah peningkatan berat

badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali

bekerja di luar rumah, dan merokok. Usia atau status

pernikahan tidak memengaruhi penurunan berat badan.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah

urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg

selama masa pascapartum. . (Nuha medika, 2013 )

g. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang

sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat

sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-

keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal

memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta

pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas

agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.

Adaptasi psikologis pada masa nifas oleh Reva

Rubin yang terjadi pada 3 tahap berikut ini:

1) Taking in

Terjadi pada 2-3 hari setelah persalinan, ibu

masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,


focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat

pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2) Taking hold

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima

tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.

Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

3) Letting go

Dialami setelah ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu

mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai

“seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan

bayi sangat bergantung pada dirinya. ( Rizka, 2019 )

5. Faktor yang mempengaruhi masa nifas

a. Faktor yang mempengaruhi fisik

1) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi

(gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim

sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang

menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-


angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil. .

(Nuha medika, 2013 )

2) Jalan lahir (servik , vulva, vagina)

Jalan lahir mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, sehingga menyebabkan

mengendurnya organ ini bahkan robekan yang

memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3

pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering

melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar

tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk,

rasa perih, panas, merah, dan terdapat nanah.(Nuha

medika, 2013 )

3) Darah

Darah nifas hingga hari kedua terdiri dari

darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa

darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-

angsur berubah menjadi berwarna kuning kecokelatan

lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir

masa nifas. . (Nuha medika, 2013 )

4) Payudara

Payudara menjadi besar, keras, dan menghitam

di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya


proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah

lahir (walaupun ASI belum keluar). Pada hari ke-2

hingga ke-3 akan diproduksi kolostrum atau susu

jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya

akan antibodi, dan protein. . (Nuha medika, 2013 )

5) Sistem perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami

kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan

juga karena penyempitan saluran kencing akibat

penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun

usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut

dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu

penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang

berakibat terjadi perdarahan. . (Nuha medika, 2013 )

6) Sistem pencernaan

Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh

yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus,

sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang

air besar). Terkadang muncul wasir atau ambeien pada

ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena

kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena

sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah

melahirkan. . (Nuha medika, 2013 )


7) Peredaran darah

Sel darah putih akan meningkat dan sel darah

merah serta hemoglobin (keping darah) akan

berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu.

Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan

lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.

8) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan Setelah melahirkan ibu

akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal

dari bayi, ari-ari, air ketuban, dan perdarahan

persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai

usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan

waktu hamil.

9) Suhu badan

Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak

meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal.

Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena

dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau

tanda bahaya lain.

b. Faktor yang mempengaruhi psikologis

1) Lingkungan

Faktor yang paling memengaruhi status

kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan


nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di

samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat

mengetahui dan memahami hal-hal yang memengaruhi

status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat

tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang

merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil,

bersalin, dan nifas.

2) Sosial

Secara sosial terjadi perubahan-perubahan

pada wanita yang sudah melahirkan, perlu

menyesuaikan diri terhadap dasar sebagai ibu, atau

penambahan anak. Terdapat konflik rasa kewanitaan

dan rasa keibuan pada masa nifas. Sebagian wanita

berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada masa

nifas, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil

menyesuaikan diri dengan keadaan sosialnya sehingga

mengalami gangguangangguan psikologis dengan

berbagai gejala atau sindroma. Berarti secara langsung

bahwa perubahan sosial menentukan psikologis ibu

nifas. Perubahan sosial yang akan dialami oleh ibu

setelah melahirkan di antaranya:

a) Menjadi Orang Tua yang Sempurna Maksudnya

di sini adalah bagi pasangan yang baru pertama


kali memiliki anak terdapat perubahan sosial

besar dimana sebelumnya hanya ada 2 orang

(suami istri) tiba-tiba berubah menjadi orang tua

yang sempurna ketika buah hati lahir. Pada masa

ini, suami istri dituntut untuk menjadi orang tua

yang siap siaga 24 jam dalam kehidupannya,

dimulai dengan mengatur jadwal bersama demi si

buah hati untuk memenuhi kebutuhannya. Mulai

dari memberikan ASI, bangun di tengah malam,

memasang popok, memandikan, dan lain-lain.

Semua itu harus dipersiapkan dengan baik-baik

agar perubahan sosial menjadi orang tua dapat

dicapai dengan maksimal.

b) Penerimaan Anggota Baru oleh Keluarga Besar

Dengan kehadirannya seorang anggota baru

dalam sebuah keluarga, secara tidak langsung

mengubah suasana seluruh anggota besar. Di sini

dimaksudkan dengan adanya kelahiran bayi

diharapkan anggota keluarga besar (seperti kakek,

nenek, mertua, dan lain-lain) bisa digerakkan

dalam membantu serta untuk merawat si bayi.

Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana


kekeluargaan yang erat antara kehadiran si buah

hati dengan keluarga besarnya.

3) Budaya

Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu

yang memengaruhi status kesehatan. Di antara

kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat

ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.

Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan

berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya

karena pelayanan medik yang tidak memadai atau

kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain

masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun

temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu

ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku

yang tidak sesuai dengan prinsipprinsip kesehatan.

Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah:

Pandai Sikek dari zaman nenek moyang yang dilakukan

pada saat nifas. Walaupun dari tahun ke tahun budaya

ini sudah mulai hilang, seiring dengan perkembangan

zaman. Antara lain:

a) Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan

dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas

dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis


setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan

Benang Tujuh Ragam, dan dipasang selama 40

hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru

boleh dibuka.

b) Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri.

c) Pada hari ke-3 setelah melahirkan ibu diurut oleh

dukun.

d) Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu

”Disembur” dengan kunyahan kunyit, bawang

putih, merica hitam, merica putih, dan jariangau

pada bagian keningnya.

e) Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang

untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4

m (dimulai setelah hari ke-3).

f) Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh.

Dilarang keras untuk mengangkang, karena akan

mengakibatkan perut jatuh atau lepas.

g) Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus

membawa bawang putih atau gunting kecil, untuk

penangkal makhluk halus. Dan menjaga air susu

ibu dari gangguannya.


h) Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan

asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan

bau badan atau aroma tidak sedap.

i) Ibu harus memakai sarung selama nifas,dan lain-

lain.

4) Faktor Ekonomi

Status ekonomi merupakan simbol status

sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi

menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi yang memenuhi zat gizi untuk ibu

hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang

rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan

yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan. . (Nuha

medika, 2013 )

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi Dan Cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi

akan sangat memengaruhi produksi ASI. Selama menyusui,

ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar

800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status

gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI.

Pemberian ASI sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh


sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar. . (Nuha

medika, 2013 )

1) Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama

pascapost partum mencapai 500 kkal. Rata-rata

produksi ASI sehari 800cc yang mengandung 600 kkal.

Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk

menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika

laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama

itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti

jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.

Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar

700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil

dari cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama

hamil. . (Nuha medika, 2013 )

2) Protein

Selama menyusui, ibu membutuhkan

tambahan protein di atas normal sebesar 20 gram/hari.

Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan

mengandung asam lemak omega 3 yang banyak

terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Selain itu

ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung

kalsium, zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D.


Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan

seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter

sehari (1 liter setiap 8 jam). Beberapa anjuran yang

berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui

antara lain:

a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak

500 kka

b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein,

mineral, dan vitamin

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama

setelah menyusui

d) Mengonsumsi tablet zat besi

e) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya.

b. Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas

mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak

dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung,

paru-paru, demam, dan keadaan lain yang membutuhkan

istirahat. Keuntungannya yaitu:

1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat


2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan

kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.

4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia. Ambulasi dini

dilakukan secara perlahan namun meningkat secara

berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam

ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat

melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga

tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

c. Eliminasi: Buang Air Kecil Dan Besar

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien

sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan,

maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus

dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena

biasanya ibu malas buang air kecil karena takut akan merasa

sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang

air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan

lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan.

Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

d. Personal hyigine
Infeksi disebakan oleh personal hygiene yang

kurang baik, oleh karena itu personal hygiene pada masa

postpartum seorang ibu sangat penting menjaga kebersihan

diri agar tidak rentan terkena infeksi. Menjaga kebersihan diri

secara keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada luka

jahitan maupun kulit. Jika seorang ibu postpartum tidak

melakukan personal hygiene dengan baik akan terjadi infeksi

pada masa nifas yaitu terjadinya peradangan yang disebabkan

oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia.

Maka dari itu kebersihan diri ibu sangat membantu

mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan

nyaman pada ibu.

1) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan

cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari

2) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta

lingkungan dimana ibu tinggal

3) Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi

4) Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan

antiseptik dan selalu diingat bahwa membersihkan

perineum dari arah depan kebelakang. Jaga kebersihan

diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik

pada luka jahitan maupun kulit.


Upaya pencegahan infeksi pada masa nifas harus

dilakukan langkah dasar dengan cara menjaga kebersihan diri

yaitu tentang menjaga kebersihan personal hygiene atau

kebersihan genetalia agar tidak menjadi tempat masuk utama

bakteri, dan kebersihan tubuh sangat penting juga untuk

mencegah terjadinya infeksi ( Fatihatul, 2020 )

e. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

cukup untuk memulihkan kembali keadaan fisik. Kurang

istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa

kerugian, misalnya:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk

merawat bayi dan diri sendiri.

4) Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga

agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus

tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang

dan malam. . (Nuha medika, 2013 )


f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan

seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa

nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang

sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 minggu

setelah melahirkan. Namun keputusan itu tergantung pada

pasangan yang bersangkutan. . (Nuha medika, 2013 )

g. Senam Nifas

Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan

oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah

untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat

penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi,

memulihkan, dan memperbaiki regangan pada otot-otot

setelah kehamilan.

Senam nifas pada postpartum adalah untuk

membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah

melahirkan, membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu,

memperbaiki sirkulasi darah, pemulihan fungsi alat

kandungan, dan meminimalisir timbulnya kelainan dan

komplikasi masa nifas.


7. Komplikasi / Masalah

a. Perdarahan nifas

Pendarahan nifas dinamakan sekunder bila terjadi 24

jam/lebih sesudah persalinan. Perdarahan ini bisa timbul pada

minggu kedua masa nifas. Perdarahan sekunder ini

ditentukan <1% dari semua persalinan. Perdarahan dari

vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam sampai 42 hari

sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan post partum

sekunder dan memerlukan pemeriksaan serta pengobatan

segera. Perdarahan post partum sekunder paling sedikit

selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40

hari biasanya disebabkan oleh adanya sub involusi uteri.

Penderita disuruh tidur dan diberi tablet ergometrin,

umumnya perdarahan berhenti. Bila perdarahan tetap ada,

maka sebaiknya dilakukan kerokan untuk menyingkirkan

kemungkinan sisa-sisa plasenta.( Meni, 2017 )

b. Infeksi Masa Nifas

Haid pertama sesudah persalinan kadang-kadang

banyak, akan tetapi tidak jarang ini dapat diatasi dengan

tidur. Bila serviks tidak hiperemik, meradang dan erosi; dan

ada persangkaan kearah keganasan maka pengobatan dengan

kauterisasi (kimiawi, elektrik) atau cryosurgeri sudah cukup


untuk kelainan tersebut. Pemeriksaan sesudah 40 hari tidak

merupakan pemeriksaan terakhir. Lebih-lebih bila ditemukan

kelainan-kelainan meskipun sifatnya ringan.( Meni, 2017 )

c. Sakit Kepala

Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan

gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan

kejang maternal, stroke,koagulopati dan kematian. Kadang-

kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena

terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak

yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat

menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan

gangguan penglihatan.(Meni, 2017)

d. Penglihatan Kabur

Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat

menjadi tanda preeklampsi. Masalah visual yang

mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur

atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) , berkunang-

kunang.(Meni,2017)

Kunjungan Masa Nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan


bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan baik
persalinan (normal) uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari hari
3 2 minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan baik
setelah (normal) uterus berkontraksi, fundus
persalinan dibawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyuIit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari hari.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit
setelah yang ibu atau bayi alami.
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara
dini

Tabel 2.3 Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas

B. Konsep Dasar Teori Luka Perineum

Luka robekan perineum adalah luka pada daerah perineum yang

disebabkan oleh tindakan episiotomi, dapat juga terjadi secara alami karena

pada saat proses persalinan, kurang adanya perlindungan terhadap perineum,


sehingga kepala bayi dan tekanan ibu dapat merobek jaringan perineum dan

sekitarnya. Faktor penyebab luka jahitan perineum pada ibu nifas antara lain

partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak

mampu berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan

dorongan fundus yang berlebih, edema dan kerapuhan pada perineum,

vasikositas vulva yang melemah jaringan perineum, arkus pubis sempit

dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala

bayi kearah posterior, dan perluasan episiotomi. Sedangkan Faktor

penyebab janinnya antara lain bayi besar, posisi kepala yang abnormal,

kelahiran bokong, ekstraksi forcep yang sukar, dan distosia bahu.

Luka perineum dapat mengalami penyembuhan melalui tiga proses

tahapan yang dimulai dengan tahap inflamasi luka (24-48 jam pertama),

tahap kedua adalah tahap proliferasi (48 jam-5 hari), dan tahap ketiga

adalah tahap maturasi (5 hari sampai dengan hitungan bulan).

Wanita yang melahirkan dengan partus spontan mengalami robekan

perineum 32-33%, sedangkan trauma episiotomi sebanyak 52%. Derajat

luka yang dialami oleh ibu postpartum dapat bervariasi dari luka perineum

yang ringan sampai dengan luka perineum yang berat atau juga dikatakan

sebagai derajat 1 sebagai luka ringan, sampai dengan luka derajat 4.

1. Pembagian luka perineum setelah melahirkan

a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan


kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk

ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek

sulit dilakukan penjahitan.

b. Episiotomi adalah irisan dari perineum untuk memudahkan

persalinan dan mencegah rupture perineum totalis.

Episiotomi dilakukan ketika kepala sudah tampak 2-3 cm di

vulva.

2. Derajat perlukaan pada perineum

a. Derajat 1 ditandai dengan adanya robekan dari mukosa

vagina sampai ke kulit perineum yang tepat di bawahnya dan

dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kondisi ini, bila tidak

ada pendarahan yang serius, luka dapat tertutup.

b. derajat 2 robekan terjadi pada mukosa vagina, kulit

perineum dan sampai ke otot perineum. Restorasi luka

perineum dilakukan dengan pembian obat anastesi untuk

dilakukan penjahitan luka perineum dengan menyatukan otot

diafragma urogenitalis pada garis tengah mengikutsertakan

lapisan jaringan-jaringan kulit di bawahnya.

c. Derajat 3, robekan perineum terjadi mulai dari mukosa

vagina, lalu ke kulit perineum, otot perineum dan otot

spingterani eksternal. Masalah yang sering terjadi pada luka

perineum derajat 3, robekan bisa mengenai sfingter.


d. Derajat 4 robekan perineum meluas sampai ke dinding

rektum anterior dengan panjang robekan bervariasi.

3. Perawatan luka perineum

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk

menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada

ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan

kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

Luka pada perineum atau episiotomi merupakan daerah

yang sulit dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan

perawatan khusus diperlukan untuk menjamin daerah tersebut agar

dapat sembuh dengan cepat dengan melakukan perawatan pada

luka perineum secara benar. Sikap ibu dalam melakukan

perawatan luka perineum dipengaruhi oleh pengetahuan yang

dimiliki oleh ibu yang didapat dari orang tuanya (tradisi), tenaga

kesehatan dan media cetak, dengan demikian sikap ibu dalam

melakukan perawatan luka perineum sangat menentukan kesehatan

ibu.

4. Tujuan Perawatan Luka Perineum

Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya

infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, cara melakukan

perawatan perenium adalah :


a. Persiapan ibu post partum Perawatan perineum sebaiknya

dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu

telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka

b. Penatalaksanaan perawatan perineum Khususnya bagi wanita

setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidak nyamanan,

kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan

penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan adalah:

1) Mencuci tangan.

2) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan

kebawah mengarah kerectum dan letakkan pembalut

tersebut kedalam kantong pelastik.

3) Berkemih dan buang air besar ke toilet.

4) Membersinkan vulva dari depan kebelakang sampai

daerah sekitar anus

5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue

handuk kecil

7) Pasang pembalut dari depan kebelakang

8) Cuci tangan kembali

Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan

kondisi perineum yang terkena lokea lembab akan sangat menunjang

perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada


perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandungan kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Infeksi tidak hanya

menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan

kerusakan pada jaringan sel. Cara untuk mencegah terjadinya infeksi

perlukaan jalan lahir. Perawatan perineum terdiri dari 3 teknik dengan

memakai antiseptik, tanpa antiseptik, dan cara tradisional. Namun

perawatan luka perineum dilakukan oleh masyarakat masih banyak yang

menggunakan cara tradisional, salah satunya dengan menggunkan air

rebusan daun sirih tersebut untuk membersihkan alat kelaminnya supaya

luka perineum cepat sembuh dan bau darah keluar tidak amis. Sirih merah /

Piper crocatum merupakah salah satu jenis tanaman obat yang terdapat di

Indonesia dari beberapa jenis tanaman obat herbal. Pemberian daun sirih

merah ini dilakukan dengan cara memberikan rebusan daun sirih merah kepada

responden untuk digunakan sebagai air cebok atau vulva hygiene selama 5 hari

berturut – turut direbus sebanyak 20 lembar daun sirih merah selama 10 menit

dengan suhu 36°C dan jumlah air rebusan sebanyak 500 cc lalu digunakan 4x

dalam sehari sebagai air cebok atau vulva hygiene.

Hasil penelitian ( Debi, 2020) lama kesembuhan luka perineum

pada ibu nifas yang memakai rebusan daun sirih merah rata – rata adalah 2

- 3 hari sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan rebusan daun

sirih merah lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas rata – rata

adalah 5 – 6 hari, artinya daun sirih merah jauh lebih efektif digunakan dari

pada iodine dalam melakukan perawatan luka perineum.


5. Perawatan luka perinium dengan menggunakan daun sirih

merah

Daun sirih merah memiliki beberapa kandungan senyawa

aktif yang memilki efek sebagai antibakteri dan antiseptik. Daun

sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih dari daun

sirih hijau, adapun beberapa kandungan yang terdapat pada daun

sirih merah yaitu minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol,

euganol, alilprokaketol, kadimen estradiol, fenil propada.

Kandungan dalam ekstrak sirih merah antara lain:

a. Karvakrol berfungsi sebagai membunuh dan penghambat

mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat dipakai sebagai

obat antiseptik.

b. Minyak atsiri yang terutama bersifat sebagai antimikroba.

c. Mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman yang

bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir,

meningkatkan gerakan peristaltik. Dengan peningkatan

peristaltik, berarti dapat memperlancar peredaran darah

sehingga kandungan oksigen juga menjadi lebih baik

sehingga sangat membantu proses penyembuhan luka.

d. Kandungan tannin pada daun sirih merah bermanfaat untuk

mengurangi sekresi cairan pada vagina sehingga

mempercepat kering pada luka. Dengan sifat antiseptiknya,


yang menyembuhkan luka pada kulit. Juga digunakan ibu

postpartum untuk mengobati luka perineum dengan cara

dicebok ataupun direndam bahkan diminum.

C. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan dibuat dengan pendekatan Menajemen Varney

yaitu :

a. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajiandengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, riwaya

kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, melihat

data laboratorium.

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langakah ini dilakukan identifikasikan terhadap

diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah

diinterpretasikan dikumpulkan sehingga dapat diagnosa dan

masalah yang spesifik.


c. Langkah III : Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah

pontensial

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan dituntut untuk

mampu mengatasi masalah pontensial, tidak hanya

merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah teratasi.

d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera

Mengidentifikasikan perlu tindakan segera oleh

bidan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim tenaga kesehatan lain sesuai kondisi

klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan

bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita dalam

persalinan.

e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Langkah ini merupakan lanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasikan


atau antisipasi. Pada langkah ini informasi atau data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan

Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana

asuhan menyeluruh secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seleuruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh

klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evalusi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diindentifikasi dalam diagnosa dan masalah.


D. Kerangka teori
Asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan luka perineum

S: - ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan bekas 1.menjelaskan kepada ibu bahwa
penggutingan pada jalan lahir kondisinya saaat ini dalam keadaan baik
- Ibu mengatakan pada saat proses persalinan 2.Mengobservasi tinggi fundus uteri
dilakukan pengguntingan pada jalan lahir (TFU),kontraksi uterus,lochia.
- Ibu mengatakan terasa nyeri dirasakan 3.Menjelaskan penyebab nyeri luka
setelah melahirkan pada jahitan episiotomi yang dirasakanibu
tanggal,bulan,tahun,jam disebabkan oleh adanya pemisahan
- ibu mengatakan untuk mengatasi rasa nyeri jaringan atau otot-otot perineum dari
yaitu ibu berbaring dan bergerak lebih hati- akibat tindakan episiotomi.
hati 4.Menganjurkan ibu Mobilisasi dini secara
o : - masa nifas hari pertama bertahap
- keadaan umum ibu baik 5.melakukan perawatan luka episiotomi
- kesadaran compos mentis 1).menganjurkan ibu ke wc untuk
- eksperisi ibu tampak meringis bila bergerak mencebokan daun sirih.
- tanda tanda vital 2).mencuci tangan
- TD : 3).menganjurkan ibu berbaring
- N: 4) membuka pakaian bawah ibu
- S: Menggunakan handscoon
- P: Melihat keadaan episiotomi
Membersikan dengan betadin
Memasang pembalut, celna dalam dan
pakaian bawah ibu
Memberskan alat
Melepaskan hancoon
Mencuci tangan

D : Nyeri Luka Jahitan Memberikan asuhan


Dengan luka rupture kebidanan pada ibu nifas
perineum dengan luka perineum

Bagan 2.1 Kerangka Teori Asuhan Kebidanan


E. Kerangka Konseptual
Input Proses Output

Ibu nifas 6 jam Proses Asuhan Kebidanan Hasil Asuhan kebidanan


setelah persalinan setelah dilakukan asuhan
1. Penkajian pada hari ke 7 masa nifas
dengan luka
perineum : a. Data Subjektif menggunakan rebusan
1. Nifas normal Ibu mengatakan sudah daun sirih merah teratasi
6-8 jam melahirkan 6 jam yang lalu dengan kriteria :
2. Keadaan b. Data Objektif
1.keadaaan umum baik 1. Keadaan umum ibu
umum ibu baik
2.kesadaran composmentis baik
3. TTV normal
3.nadi 60-80 x/menit 2. Ibu tidak cemas lagi
TD : 90/60-
4.pernapasan 18-24 x/menit 3. Keadaan luka kering
120/80 mmHg
5. suhu 36,5 4. Keadaan luka
N : 60-90
2. Diagnosa menutup
S : 36-37,5
P : 16-24 x/m Ny….. umur…tahun 5. Potensial tidak terjadi
4. Abdomen:TFU P……A…. postpartum 6 jam infeksi pada luka
dengan luka rupture perineum perineum, dengan
(1-2 jari
3. Penatalaksanaan tanda :
dibawah pusat)
a. Lakukan observasi a. Suhu 36,5 c
konsistensi
keadaaan ibu,TTv,Kontaksi b. Tidak ada
lunak/keras,
uterus. pengeluaran Pus
kontraksi
b. KIE tentang rasa nyeri pada dan tidak ada
baik/tidak
luka pembengkakan
5. Genetalia :
c. Anjurkan ibu untuk pada luka
Ada jahitan
menjaga perinium selalu c. Tidak ada nyeri,
luka perineum
bersih dan kering rasa panas, warna
dan tampak
d. Lakukan perawatan luka kemerahan dan
masih
perinium dengan kelainan fungsi
basa/lembab
menggunakan rebusan daun jaringan pada luka
6. Terasa nyeri
sirih merah 6. TFU pertengahan
pada luka
e. Menggunakan catatan pusat simfisis
perinium
perkembangan dengan
pendokumentasian SOAP

Bagan 2.2 Kerangka Konseptual Asuhan Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai