Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA dan DI

INDONESIA, BESERTA TOKOH-TOKOH SEJARAHNYA

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa 1

Dosen Pengajar :Bpk. Kens Napolion., SKp., M.Kep., S.Kep J

Disusun oleh :

Nama : Muhammad ilham

NIM : 1901022

Prodi : S1 Keperawatan 2019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

TAHUN AKADEMIK 2021


KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadirat Allah swt, yang memberikan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah Sejarah Keperawatan Jiwa, ini. Shalawat serta salam tak
lupa kita khaturkan kepada Nabi Muhammad saw, karena berkat beliaulah kita dapat merasakan
pendidikan seperti saat sekarang ini.

Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak terutama dosen Matakuliah Keperawatan Jiwa Yaitu KENS NAPOLION. S.Kp.,
M.kep.,Sp.Kep.J. Oleh karena itu, Saya mengucapkan terimakasih kepada beliau dan terimakasih
yang terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Mudah-mudahan segala bantuan dan dorongan yang diberikan mendapa timbalan dari Allah swt.
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan juga bagi penulis.

Muhammad ilham

Enrekang

Selasa, 16 Maret 2021.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………....

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………….....

BAB I PENDAHULUAN

LatarBelakang………………………………………………………………………………...

Tujuan………………………………………………………………………………………….....

RumusanMasalah………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

Sejarah Keperawatan Jiwa..........................................................

Tokoh Tokoh yang Berperan Dalam keperawatan jiwa.............

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………………………….......

Saran……………………………………………………………………………………………......
...

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….........


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi

sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun

akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia

yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini.

Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang

terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai

– nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat

menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi

materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan

seterusnya.

Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga

mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi

juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat

menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai

kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami

bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam

memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang Sejarah Singkat Perkembangan keperawatan jiwa di dunia dan di

Indonesia Dan Tokoh Tokoh yang berperan dalam Sejarah perkembangan Keperawatan Jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai

pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.

Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan

peradaban manusia.

Perkembangan keperawatan diawali pada :

1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang

ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri

keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang

masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi

kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa

sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-

pohon besar dan gunung-gunung tinggi.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu

mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil

didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut.

Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop,

yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit,

sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.

2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit

dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat

ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien.

Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin

agama.

3. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu

banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk

mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk

mengubur bagi yang meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes

yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini

berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

4. Pertengahan abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring

dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan

keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.

Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti,

Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan

kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh

keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.

5. Permulaan abad XVI


Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,

yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah

ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan

adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga

perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat

bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk

menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari

orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang

bertugas rangkap sebagai perawat.

Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

a. Mulai dikenal konsep P3K

b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat

dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan

keperawatan :

a. Hotel Dieu di Lion

Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya

pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

b. Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama

dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini

adalah Genevieve Bouquet.

c. ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat

mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara

Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang

bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian

Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

d. Perkembangan keperawatan di Inggris

Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami

perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka

sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan

keperawatan di dunia.

Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :

 Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.

 Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit

 Manajemen RS

 Mengembangkan pendidikan keperawatan

 Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran

 Pendidikan berlanjut bagi perawat.

Negara-negara yang berpengaruh dalam perkembangan keperawatan jiwa

1. Peru

Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu

itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa

tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan

perilaku kekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan
jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu

menguasainya merupakan suatu hal yang universal.

2. Mesir

Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai

berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun

berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk

merawat orang dengan gangguan jiwa

3. Yunani

Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang

terkenal karena rumus sumpah dokternya telah menggambarkan gejala- gejala melancholia dan

berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai

penyebab alamiah seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan

pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari serta musik

yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman romawi pada waktu itu di

lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan

romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di

kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di

gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak

dari atas jembatan.

4. Negara-negara Arab

Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian,

diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.

5. Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang

dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang

populer pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di

cambuk.

6. Prancis

Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita

gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk

penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh

penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah

melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.

B. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan

Belanda sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu

pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial

Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken

Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan

staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk
Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di

Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena

tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan

kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia

melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :

 pencacaran umum

 cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

 kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih

maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919

dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri

rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus

Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu

berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia

keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh

orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi

kekurangan obat sehingga timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai

pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.

Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen

Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu

Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu

Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995

PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di

Undip, UGM, UNHAS dll.

C. Model Pendekatan Keperawatan Jiwa

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam

6 model yaitu:

1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila

ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan

seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,

agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of

Behavioral).

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis

terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak

mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan

sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa

mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan

ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali

dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal

dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.

Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,

sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.

Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai

keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya

( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh

dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi

terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)

Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.

Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang

akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini

perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang

sekitarnya.

Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun

rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien

merasa berharga dan dihormati.

Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing

mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan

dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati

dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal

yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)

Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan

perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya

stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and

symptom).

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment

manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan

sosial)

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus

menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman

sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial

klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)


Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila

individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan

akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya

Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman

bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat

dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara

introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in

group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback

tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).

Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam

memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back

dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas

kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo

maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine,

batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang

percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti :

susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,

dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena

tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul

saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.


Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan

mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang

dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.

6. Medica ( Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks

meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya

harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik

interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan

prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi,

laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi

yang digunakan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa

pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger

dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Dalam pendekatan keperawatn jiwa kita menggunakan beberapa model konseptual yaitu

Psycoanalytical (Freud, Erickson), Interpersonal ( Sullivan, peplau), Social ( Caplan, Szasz),

Existensial ( Ellis, Rogers), Supportive Therapy ( Wermon, Rockland), Medica ( Meyer,

Kraeplin)

B. Saran

Kita sebagai perawat tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan keperwatan jiwa yang

selalu dipandang sebalah mata terhdapa khalayak umum & harus terkobarkan semangat juang

membantu orang yang mengalami gangguan jiwa untuk sembuh seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:

EGC.

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai