Anda di halaman 1dari 1

Suatu perusahaan memerlukan sumber pendanaan supaya perusahaan tersebut bisa

berkembang menjadi lebih besar. Salah satu sumber pendanaan tersebut adalah modal dari
investor, Investor sebelum menanamkan modalnya akan mempertimbangkan dengan sebaik-
baiknya keperusahaan mana modal akan ditanamkan.

Pada umumnya tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di


perusahaan adalah untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return),
yang salah satunya berupa pendapatan dividen. Maka dari itu setiap perusahaan dituntut
untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi supaya tetap mempunyai
keunggulan dan daya saing dalam upaya menghasilkan laba bersih seoptimal mungkin.

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh perusahaan


terutama untuk menentukan besarnya laba yang dibagikan dalam bentuk dividen.
Kebijakan dividen mempunyai arti penting bagi perusahaan dikarenakan kebijakan
keuangan ini berpengaruh pada sikap atau reaksi investor yang berarti pemotongan
dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti itu seringkali
dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan atau financial distress.

Financial distress (tingkat kesulitan keuangan) dapat diartikan sebagai gejala awal
kebangkrutan akibat penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan.
Sehingga dari penurunan kondisi keuangan tersebut perusahaan akan mengambil porsi laba
lebih besar dari biasnaya supaya menghindari kebangkrutan sehingga mempengaruhi jumlah
dividen yang akan dibagikan kepada investor.

Dalam artikel ini kami menggunakan dampak dari Covid-19 menyebabkan financial
distress pada perusahaan manufaktur. Industri manufaktur di Indonesia memiliki
ketergantungan tinggi pada bahan baku impor. Menurut data BPS, Neraca Perdagangan
Indonesia mencatat bahwa tahun 2020, proporsi impor bahan baku terhadap total impor
adalah sekitar 75 persen, dan 26,76 persen berasal dari China. Yang menjadi masalah
adalah, sejak menyebarnya pandemic COVID-19, mata uang rupiah melemah. Saat ini nilai
USD mencapai sekitar Rp 16.000, sedangkan nilai RMB sebesar Rp 2.056. Depresiasi ini
menaikkan biaya produksi manufaktur. Tidak hanya itu industri manufaktur juga mendapat
tekanan dari beban utilitas, sewa, pajak, utang dan bunga pinjaman yang terus berjalan.

Anda mungkin juga menyukai