Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RSI MASYITHOH


NOMOR : 149/RSI.M/SK.DIR/04/2016
TENTANG PANDUAN SURVEILAN

BAB I
DEFINISI

Surveilans infeksi nosokomial adalah pemantauan terus menerus, aktif dan


sistematis terhadap suatu kejadian dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu
populasi serta
peristiwa yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi Luka Infus (ILI) adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan
jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3x24 jam dirawat di Rumah Sakit. Infeksi ini
ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan (colour, tumor dan rubor) dengan atau
tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infuse dalamwaktu 3x24 jam atau kurang
dari waktu tersebut bila infuse terpasang.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan
penggunaan kateter urine.
Hospital Associated Pneumonia (HAP) adalah seseorang yang setelah lebih dari 48 jam
dirawat di rumah sakit menunjukkan gejala demam (>38ºC), batuk dan sesak napas, disertai
dahak purulen dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan lekositosis (> 12.000/mm3) atau
lekopenia (<4000/mm3) dan pada pemeriksaan jasmani didapatkan ronkhi dan pada gambaran
radiologi toraks ditemukan inflitrat baru. Tidak dalam masa inkubasi.
Ventilator Associated Infection (VAP) adalah nosokomial pneumonia yang terjadi setelah
48 jam pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik baik melalui pipaendotrachea/tracheostomi.
Infeksi Daerah Operasi (IDO) adalah infeksi akibat tindakan pembedahan, dapat mengenai
berbagai lapisan jaringan tubuh.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Surveilans IRS adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan yang penting pada
suatu populasi spesifik yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. IRS juga mencakup
infeksi yang didapat di RS tetapi baru muncul setelah keluar dari RS dan juga infeksi akibat
kerja pada tenaga kesehatan.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup dari suveilans infeksi di RS Masyithoh Bangil meliputi :


1. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3. Ventilator Associated Pneumonia (VAP), jika ada pemasangan ventilator
4. Infeksi rumah sakit lainnya yaitu Phlebitis
Indikator surveilans dilakukan di unit rawat inap (IDO, ISK, VAP, infeksi lain) sedangkan
dirawat jalan indicator surveilans yaitu IDO.

2
BAB III
TATA LAKSANA

1. Memberikan informasi kepada klinisi dan perawat bahwa tim pengendalian infeksi akan
melakukan surveilans agenda :
a. Identitas masalah infeksi nosokomial
b. Rencana pengumpulan data
2. Melakukan sosialisasi tentang surveilans yang akan dilakukan dan pengenalan instrument
yang akan dipakai pada pelaksana dilapangan.
3. Melakukan koleksi data yaitu pada pasien yang menggunakan alat kesehatan (IV kateter,
urine kateter, ventilator) dan kasus operasi yang telah ditentukan dalam suatu periode (bulan)
sebagai nominator.
4. Melakukan kunjungan pada pasien post operasi di hari ke 3.
5. Melakukan koordinasi dengan perawat di rawatjalan untuk follow up pasien post operasi
yang akan/sudah kontrol.
6. Melakukan pemantauan pelaksanaan surveilans dilapangan, termasuk kelengkapan pengisian
formulir data.
7. Mengumpulkan, menghitung (tabulasi), mengolah dan menyajikan data untuk memberi
informasi yang berguna bagi strategi pengendalian infeksi nosokomial selanjutnya.
8. Melakukan analisis dan interpretasi data untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah
infeksi nosokomial yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
9. Membuat laporan penyajian data secara tertulis dan menyebarkan informasi hasil surveilans
agar pihak terkait dapat memanfaatkan untuk menetapkan strategi pengendalian infeksi
nosokomial.
10. Menyampaikan hasil data yang telah diolah beserta rekomendasi secara berkala dalam
pertemuan yang diadakan rumah sakit.

3
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pengumpul data
Tim PPI bertanggungjawab atas pengumpulan data surveilans. Karena tim tersebut yang
memiliki ketrampilan dalam mengidentifiaksi infeksi di rumah sakit sesuai dengan kriteria.
Sedangkan pelaksana pengumpul data adalah IPCN atau IPCLN.
Mekanisme pelaksanaan surveilans :
1. Ketua tim/ penanggungjawab shift / perawat melakukan rekapitulasi data tiap shift untuk
menilai indicator surveilans sesuai dengan format yang telah ditentukan.
2. IPCLN setiap hari merekap data surveilans yang telah dilaporkan/dituliskan oleh ketua
tim/penanggungjawab shift/perawat. Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN segera
melaporkan ke IPCN untuk ditindak lanjuti (investigasi)
3. Pada akhir bulan IPCLN melaporkan hasil rekapitulasi penilaian indicator surveilans kepada
IPCN.
B. Sumber data
Sumber dapat diperoleh dari :
1. Rekam medis
2. Catatan keperawatan
3. Catatan ahsil penunjang (laboratorium dan radiologi)
4. Farmasi
5. Pasien/ keluarga pasien.
C. Numerator
Angka kejadian infeksi
D. Denominator
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi di rumah sakit.
Jumlah kasus ISK
Insiden rate ISK = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
Jumlah kasus IADP
Insiden rate IADP = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter vena

Jumlah kasus VAP


Insiden rate VAP = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian ETT

Jumlah kasus IDO


Insiden rate IDO = X 100
Jumlah kasus operasi

Jumlah kasus phlebitis


Insiden rate phlebitis = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer

4
E. Pengolahan dan penyajian data
F. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator
dan denominator sehingga laju tersebut mempunyai arti.
Surveilans merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu dan menyita hampir separuh
waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu/ full time. Dalam hal ini
bantuan computer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan efisien pada saat
analisis.
G. Analisis dan interpretasi
Data insiden rata dianalisa, apakah ada perubahan yang signifikan seperti penurunan maupun
peningkatan infeksi RS, kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun waktu
bulan yang sama pada tahun yang lalu. Jika terjadi perubahan yang signifikan dicari factor-
faktor penyebabnya dan dilanjutkan dengan alternative pemecahannya. Hasil analisa data
disajikan dalam bentuk table, diagram dan grafik.
H. Pelaporan, rekomendasi dan diseminasi
Prinsip pelaporan surveilans infeksi RS :
• Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu dan informative
• Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau table
• Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester atau tahunan
• Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
• Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan pimpinan.
Diseminasi
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk
menetapkan strategi pengendalian infeksi rumah sakit. Laporan disampaikan pada seluruh
anggota komite, pimpinan rumahs akit dan ruangan/unit terkait.
Ditetapkan di : Bangil
Pada Tanggal : 04 April 2016
DIREKTUR RSI MASYITHOH

Dr. dr. H. HANDAYANTO, MM

Anda mungkin juga menyukai