EVALUSI KINERJA
SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN (QKJ 01/02/03)
Abstrak
ANALISIS PENURUNAN KINERJA SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN. Sistem penyedia air
dingin berfungsi sebagai media pendingin pada sistem sirkulasi udara dari sistem ventilasi untuk daerah
radiasi menengah gedung reaktor RSG-GAS. Akibat dari penuaan, maka kinerja kinerja sistem penyedia air
dingin mengalami penurunan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penurunan kinerja sistem
penyedia air dingin, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai acuan pada program perawatan dan
perbaikan system ventilasi. Analisis yang telah dilakukan adalah membahas hasil-hasil pengukuran
parameter operasi pada sistem penyedia air dingin dan sistem sirkulasi udara. Disimpulkan bahwa
penyebab penurunan kinerja sistem penyedia air dingin adalah evaporator atau kondensor yang tidak bisa
beroperasi secara optimal.
Abstract
Gambar 1. Distribusi air dingin sistem penyedia air dingin ke unit pengguna
Tabel 2. Dampak Massa Air, Beban Pendingin dengan Kemampuan Pendinginan pada CWU.
Prinsip Kerja Sistem Penyedia Air Dingin (lihat akan mati (berhenti karena ada gangguan ↔
Gambar 2.) fault) untuk mencegah terjadinya panas
berlebih di unit kondensor;
Beban pendingin dari air handling unit (AHU, 3) Pengendalian tekanan minyak pelumas (oil
KLA31/32/33/34) dan cooler (FAK01 & SCA02) pressure control, OPC) mesin refrijerasi harus
diangkut/dipindahkan melalui air yang di berada diantara: 1,5 – 5 bar (≈kgf/cm2) diatas
sirkulasikan dari dan ke CWU melalui pompa tekanan isap. Jika tekanan minyak pelumas
sirkulasi air dingin dan diukur oleh sensor suhu. lebih kecil dari batas bawah maka pendinginan
Jika suhu air lebih besar dari 12°C maka CWU akan kompresor akan berkurang karena distribusi
beroperasi. Bila suhu air lebih kecil atau sama minyak pelumas tidak merata atau saringan
dengan 6°C maka CWU akan berhenti beroperasi, minyak pelumas kotor atau pompa minyak
tetapi pompa sirkulasi masih tetap beroperasi. pelumas rusak, dan jika tekanan minyak
Dalam kondisi CWU beroperasi maka seluruh pelumas melebihi batas atas maka
parameter harus terkendali sampai batas aman kemungkinan saringan minyak pelumas rusak;
operasi. Lingkup pengendalian meliputi : Pengendalian suhu pembekuan (freeze
1) Pengendalian tekanan isap (low pressure protection thermostat, BT1) berfungsi untuk
control, LPC ) mesin refrijerasi harus berada mencegah agar air tidak membeku dan alat ini
diantara: 3,5 – 4,5 bar (≈kgf/cm²). Jika tekanan di setting diantara: (4 – 5)°C.
isap lebih kecil dari tiga setengah bar maka Pengendalian laju alir air (dry running
kemampuan pendingin berkurang sehingga protection, CF) berfungsi untuk mencegah pompa
terjadi bunga es di sekitar sisi isap kompresor sirkulasi beroperasi tanpa ada aliran air yang
semi hermetik, dan jika tekanan isap melebihi minimum atau lebih kecll dari empat puluh persen
empat setengah bar maka kemampuan dari penampang pipa normal; Pengendalian
pendingin akan berkurang, dimana air rangkaian pengaman kompresor (safety circuit)
membutuhkan waktu yang lama untuk berfungsi untuk mencegah rangkaian pengaman
menurunkan suhu air hingga batas yang telah di selalu dapat beroperasi dengan normal dan
setting oleh BT 2; terpantau.
2) Pengendalian tekanan keluaran (high pressure
control, HPC) mesin refrijerasi harus berada Prinsip Kerja Unit sirkulasi udara AHU
diantara: 12 ~ 25 bar (≈ kgf/cm²). Jika tekanan Unit sirkulasi udara AHU adalah suatu alat yang
keluaran lebih kecil dari dua belas bar berfungsi untuk mendinginkan/memanaskan dan
(PIHIGH<12bar) maka kemampuan pendingin meresirkulasi udara pada suatu balai/ruang.
berkurang, karena kompresi yang dihasilkan Penggunaan AHU adalah untuk kapasitas beban
tidak memadai sehingga freon akan pendingin yang menengah dan besar. AHU
mengembun sebagian sebelum memasuki unit dilengkapi beberapa alat/unit, antara lain adalah unit
evaporator, dan jika keluaran melebihi dua blower, alat pendingin (cooler) yang terdiri dari
puluh lima bar (PIHIGH>25bar) maka pipa-pipa kecil (tubes) dan dirangkum pada
kemampuan pendingin akan berkurang karena lembaran-lembaran plat tipis (fins), serta saringan
freon tidak mengembun sempurna di unit udara (air filter) dan pada konstruksi AHU
evaporator dan, memungkinkan kompresor terpasang saluran udara (ducting) sisi masuk/ keluar
udara, dan untuk sisi masuk udara terdapat cabang bercampur dengan udara segar yang berasal dari
ducting yang berfungsi sebagai saluran masuk udara lingkungan (mixture air processing).
segar, sehinggga terjadi proses pencampuran antara
udara yang si isap dari ruang/balai kemudian
Pada saat AHU beroperasi, terjadi aliran udara 14) Ukur tekanan outlet pompa QKJ03
masuk dan keluar dimana proses sirkulasi udara 15) Matikan QKJ03
berlangsung. Saat udara masuk memiliki suhu dan 16) Pengukuran selesai
kelembaban nisbi yang relatif tinggi setelah B. Urutan pengukuran parameter suhu air dan
melewati water cooler maka suhu udara dan udara AHU
kelembaban nisbi akan turun.
Batasan suhu udara keluar dari AHU akan terukur 1) Kombinasi operasi QKJ01/02
oleh kendali suhu udara (control temperature, CT), 2) Operasikan QKJ01 dan QKJ02
jika batasan suhu udara sudah tercapai maka kendali 3) Operasikan KLA31, KLA32, KLA33 dan
suhu udara memberikan perintah tutup ke katup KLA34
aktuator air dingin, sedangkan AHU masih tetap 4) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
beroperasi untuk sirkulasi udara ke ruang/balai yang KLA32, KLA33 dan KLA34
akan dikondisikan suhu dan kelembaban nisbi, 5) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
tetapi dengan tertutup katup aktuator air dingin ke KLA33 dan KLA34
AHU maka beban pendingin CWU akan berkurang. 6) Kombinasi operasi QKJ01/03
Jika keseluruhan AHU telah tercapai suhu 7) Matikan QKJ02 dan operasikan QKJ03
udara sesuai dengan harga batas yang diinginkan, 8) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
maka beban pendingin CWU relatif tidak ada, KLA32, KLA33 dan KLA34
kondisi ini terpantau oleh kendali suhu air pada 9) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
chiller water system (CT-S) sehingga KLA33 dan KLA34
memerintahkan membuka katup aktuator aliran 10) Kombinasi operasi QKJ02/03
pintas (by pass line pipe), maka aliran air dingin 11) Matikan QKJ01 dan operasikan QKJ02
akan bersirkulasi dari dan ke CWU melalui aliran 12) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
pintas. Keberlangsungan aliran air dingin yang KLA32, KLA33 dan KLA34
bersirkulasi akan terpantau oleh kendali suhu air 13) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
(CT) yang terpasang pada masing-masing CWU , KLA33 dan KLA34
jika harga batas suhu air dingin telah tercapai 14) Pengukuran selesai
[setting: BT2 = (6 ± 1) OC, maka akan
memerintahkan stop kompresor semi hermetik, HASIL DAN PEMBAHASAN
tetapi pompa sirkulasi masih tetap beroperasi terus
hingga suhu air dingin telah mencapai batasan Hasil pengukuran besaran tekanan QKJ01, QKJ02
operasi (12OC ≥ BT2 > 6OC) dan semua unit/sistem dan QKJ03 ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan
kembali operasi seperti semula. hasil pengukuran besaran suhu air dan udara
KLA31, KLA32, KLA33 dan KLA34 ditunjukkan
METODE Tabel 4.
A. Urutan pengukuran parameter tekanan
QKJ01/02/03 Tabel 3. Hasil pengukuran parameter QKJ01/02/03
1) Operasikan QKJ01 kompresor A dan B HASIL PENGUKURAN TEKANAN
2) Ukur tekanan inlet QKJ01 kompresor A (bar)
CHILLER KOMPONEN
dan B INLET OUTLET
3) Ukur tekanan oulet QKJ01 kompresor A Kompresor A 3,8 19
QKJ01 Kompresor B 4,0 19
dan B Pompa - 4
4) Ukur tekanan outlet pompa QKJ01 Kompresor A 3,9 20
5) Matikan QKJ01 QKJ02 Kompresor B 4,0 20
6) Operasikan QKJ02 kompresor A dan B Pompa - 4
Kompresor A 4,2 20
7) Ukur tekanan inlet QKJ02 kompresor A QKJ03 Kompresor B 4,1 20
dan B Pompa 4
8) Ukur tekanan oulet QKJ02 kompresor A
dan B Tabel 4. Hasil pengukuran suhu air dan udara AHU
9) Ukur tekanan outlet pompa QKJ02 Su mber pendinginan : 2 dari QKJ01/02/03
10) Matikan QKJ02 SUHU AIR MASU K SUHU AIR KELUAR SUHU RU ANGAN
dan B KLA32
(Balai 8 0C 6 0C 13 0C 12 0C 26 0C 20-28
percobaan) 0C
KLA33
(Ruang
8 0C 6 0C 13 0C 12 0C 26 0C 30 0C
sist. bantu)
KLA34
(Ruang
- 6 0C - 12 0C 30 0C 40 0C
Primer)
Tabel 3 menunjukkan bahwa secara individu
masing-masing kompresor yang terpasang pada
chiller QKJ01, QKJ02 dan QKJ03 memiliki nilai
besaran (tekanan) yang tdak menyimpang dari nilai
desainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa satu unit
chiller yang dioperasikan dengan 2 buah kompresor
mampu mendinginkan air untuk keperluan
operasional AHU yang ada pada tiap gedung RSG
yaitu KLA31, KLA32, KLA33 dan KLA34
sehingga suhu desain ruangan-ruangan tersebut
dicapai. Tetapi pada kenyataannya (lihat
Tabel 4) suhu desain ruangan-ruangan gedung
RSG hanya bisa dicapai dengan 2 buah chiller yaitu
QKJ01 dan QKJ02 atau QKJ01 dan QKJ03 atau
QKJ02 dan QKJ03. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja sistem pendingin secara keseluruhan telah
mengalami penurunan.
Penurunan kinerja sistem bisa terjadi
akibat beban panas yang mengalami peningkatan
atau sistemnya yang mengalami penurunan
kemapuan. Dalam hal beban panas ruangan-ruangan
gedung RSG diyakini tidak mengalami perubahan
yang berarti sehingga faktor kemampuan sistem
sebagai penyebab penurunan kinerja. Dari hasil
pengukuran (lihat Tabel 3 dan 4) jelas terlihat
bahwa komponen sistem yang menurun
kemampuannya adalah QKJ01, QKJ02 dan QKJ03.
Perlu diketahui bahwa chiller-chiller
tersebut tersusun oleh beberapa komponen utama
yaitu 2 buah kompresor, 1 buah evaporator, 1 buah
pompa dan 2 buah kondensor. Semua kompresor
dan pompa pada QKJ01/02/03 sudah jelas
kemampuannya memenuhi kemampuan desain
seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyebab penurunan kinerja
chiller-chiller tersebut terdapat pada evaporator atau
kondensor yang tidak beroperasi secara optimal.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA