Contoh Asuhan
Keperawatan(ASKEP) ASMA
terbaru 2015
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.
Etilogi
Belum diketahui secara jelas, factor pencetusnya
( menurut dr. Muhadi Muhiman, 1998 ) adalah:
Reaksi alergi ( Reeves, 2000 )
Terhadap debu, asap, produk pembersih, bau, udara dingin,
ispa, dan stress.
Keturunan ( Reeves, 2000 )
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernapasan. Kondisi
yang memperburuk keadaan klinis pada penderita yang
lama adalah:
♣ Penghentian pemakaian obat – obatan bronkodilator
secara mendadak
♣ Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
♣ Pemakaian sedative yang berlebihan
Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel
plasma menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel
pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel
mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, maka allergen
tersen mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang
kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan
sejumlah mediater seperti histamine, leukotrin dan factor
pengaktifasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini
menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema,
peningkatan produksi mucus, dan kontraksi otot polos
secara langsung atau melalui persyarapan simpatis.
Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini
dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang,
sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya
pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas
namun bervariasi yang sebagian besar bersifat reversible
baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala
dab serangan asma biasanya timbul bila klien terpapar
factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat
individual.
Derajat Serangan Asma
Parameter Ringan Sedang Berat Anc
Aktifitas (bayi) Berjalan (menangis Berbicara (menangis lemah) Istirahat (berhenti makan)
keras)
Mengi Sedang, akhir respirasi Nyaring, ekspirasi ± inspirasi Terdengar tanpa stetoskop S
pernapasan
Pulsus paradoksus Tidak ada ( < Ada ( 10 – 20 mmhg ) Ada (< 20 mmhg) T
10mmhg )
Klasifikasi Asma
Menurut GINA ( Global Inisiatif for Asma ) dan Heru
Sundaru, 2000 adalah:
1. Asma Intermitten
Gejala klinis: kambuhan < 1- 2x seminggu, gejala asma
pada malam hari < 2x sebulan, eksaserbasi dapat
mengganggu aktifitas tidur
2. Asma Persisten Ringan
Potensial Komplikasi
Edema pulmoner
Gagal pernapasan
Status asmatikus
Pneumonia
Pemeriksaan Penunjang
Darah tepi dan secret hidung: IgE total dapat meningkat
AGD: CO2 meningkat ( asidosis respiratorik )
pneumothorax )
EKG: pada klien dengan status asmatikus yang berat
Penatalaksanaan
Medik
Keperawatan
1. Pengkajian
aan umum
eriksaan head to toe/per sistem
an/observasi:
stress pernafasan tiba-tiba
anjangan ekspirasi, mengi
endekan periode inspirasi
i interkostal dan strernal
unaan otot-otot aksesori pernafasan
nafas
s
bunyi nafas
mengi
menurun
tidak terdengar
duduk dengan posisi tegak; bersandar ke depan
diaforesis
distensi vena leher
cyanosis
area circumoral
dasar kuku
batuk keras, kering, batuk produktif sulit
perubahan tingkat kesadaran
hipoksia
hipotensi
dehidrasi
peningkatan ansietas
takut menderita, takut mati
pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
Berikan posisi tidur setengah duduk
Kolaborasi: bronkodilator
Intervensi:
Monitor pernapasan, catat adanya bunyi napas yang
abnormal
Catat rasio inspirasi : ekspirasi
bantu pernapasan
Posisikan
pasien sehingga dapat mendukung atau
meningkatkan ekspansi paru
Pertahankan polusi minimum
Ajarkan teknik purse lip breathing
Lakukan fisioterapi dada
c. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplay O2, kerusakan alveoli.
Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi dan
keadekuatan O2.
Bebas dari gejala kegagalan pernapasan.
Intervensi :
kaji kualitas pernapasan, kedalaman dan penggunaan
otot pernapasan tambahan.
Berikan posisi semi fowler.
Monitor warna kulit, kuku dan mukosa.
Dorong pengeluaran sputum.
Kelola penggunaan O2
sedativa.
Monitor AGD arteri
Intervensi:
Jelaskan
atau beritahu klien tentang proses
penyakitindividu, dorong klien untuk bertanya
Diskusikan tentang pemberian terapi, efek samping dan
Intervensi :
Kaji kebiasaan makan
♣ Ekstremitas :
º Atas : simetris kanan – kiri, kuku merah muda, agak kotor,
pendek, tidak ada keterbatasan gerak.
º Bawah : simetris, kuku merah muda, agak kotor, pendek,
tidak ada keterbatasan gerak.
Data Penunjang : tidak ada
Pengelompokan Data
Data subyektif
Pasien mengeluh sesak nafas
Banyak keringat
Tidak bisa tidur, matanya terasa berat
Sekret susah keluar, batuk-batuk
Data obyektif
Pasien sering menguap
Tampak lingkaran gelap di bawah mata
Keluar sekret bening dari hidung
Nadi : 100 x/ menit
RR : 30 x/ menit
Mata tampak sayu
Wheezing
Ekspirasi diperpanjang
I. ANALISA DATA
A. Pembahasan Pengkajian.
Pengkajian pada kasus Ny AM ini di mulai dari
pengumpulan, pengelompokkan dan analisa data. Data dari
kasus ini dadapat dari pasien dan keluarganya.
Pada Bab II disebutkan bahwa pengkajian pada kasus
asma bronkiale antara lain: pasien mengeluh sesak napas
diikuti batuk dan mengi. Adanya riwayat serangan / alergi /
eksim / urtikaria / hay fever dan atau paparan zat – zat
alergen.
Takipnea, bradikardi, pulsus paradoksus, bradipnea,
bradikardi, hipotensi. Penggunaan otot – otot bantu
pernapasan, whezing, cyanosis, ekspirasi diperpanjang,
VEP1 menurun, hipoksemia, hipokarbia, alkalosis
respiratorik.
Data yang diperoleh adalah RR: 30 x /menit, whezing,
riwayat serangan, adanya anggota keluarga yang
mempnyai riwayat yang sama, mata tampak sayu, mata
kemerahan, lingkaran gelap di bawah mata, keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien susah tidur dan sering rewel.
Data yang tidak ditemukan, namun ada dalam teori adalah
cyanosis, bradipnea, bradikardi, VEP1 menurun, hipoksemia,
hipokarbia, alkalosis repiratorik. Hal ini disebabkan karena
gejala – gejala tersebut muncul pada kondisi yang lebih
berat, pemeriksaan penunjang yang lengkap dan memadai.
Pada kasus ini diperoleh data yang tidak terdapat dalam
teori yaitu mata tampak sayu, sklera kemerahan, lingkaran
gelap di bawah mata, pasien mengatakan bahwa pasien
susah tidur .
E. Pembahasan evaluasi
Secara definitif, evaluasi digunakan untuk mengukur
keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan yang telah
dilakukan kepada pasien. Dengan menggunakan evaluasi
proses ( mengacu pada tindakan keperawatan ) dan
evaluasi hasil ( yang mengacu pada kesimpulan dari
tindakan ). Dari sini dpat diketahui bahwa penulis mampu
melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada kasus asma
bronkiale. Hal ini tampak dari keberhasilan pencapaan
tujuan, yaitu dapat teratasinya masalah – masalah
keperawatan yang timbul.
F. Pembahasan Pendokumentasian
Kegiatan pendokumentasian perawatan dilakukan setiap
kali selesai melakukan tindakan keperawatan.
Pendokumentasian merupakan komunikasi tertulis yang
digunakan oleh tim kesehatan sebagai media informasi dari
perkembangan yang dialami oleh pasien ( bila dilakukan di
fasilitas kesehatan ). Dalam melakukan dokumentasi jangan
lupa mencantumkan jam, tanggal, tanda tangan dan nama
terang dari perawat yang bersangkutan dalam status/ format
asuhan keperawatan pasien.