Anda di halaman 1dari 27

 

Contoh Asuhan
Keperawatan(ASKEP) ASMA
terbaru 2015
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian.
    

Asma bronkiale adalah penyakit saluran napas


dengan karakteristik berupa peningkatan reaktifitas
( hiperaktivitas ) trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi berupa penyempitan
saluran napas lah yang menyeluruh ( Leksana, dkk,
2005 ).Contoh Asuhan Keperawatan(ASKEP) .

Asma adalah penyakit obstruktif yang dapat pulih yang


dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus
terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi, dan
dispnea, penyampitan karena kombinasi bronkospasme,
pembengkakan mukosa, dan peningkatan sekresi ( Susan
Martin Tucker, 1998 ).

Etilogi
Belum diketahui secara jelas, factor pencetusnya
( menurut dr. Muhadi Muhiman, 1998 ) adalah:
 Reaksi alergi ( Reeves, 2000 )
Terhadap debu, asap, produk pembersih, bau, udara dingin,
ispa, dan stress.
 Keturunan ( Reeves, 2000 )
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernapasan. Kondisi
yang memperburuk keadaan klinis pada penderita yang
lama adalah:
♣ Penghentian pemakaian obat – obatan bronkodilator
secara mendadak
♣ Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
♣ Pemakaian sedative yang berlebihan

Tanda dan Gejala ( Nelson, MD 2000 )


♣   Cold  dengan rhinorrea disertai: irritabilitas, batuk,
takipnea, mengi
♣  Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
♣  Kelainan rontgenogram
♣  Jalan  obstruktif pada usia awal ( 30% < 1 tahun dan 50 –
55% < 2 tahun)
♣  Kelenjar mukosa hiperplasia
♣  Penyempitan jalan napas
♣  Kurangnya kelenturan statis paru
♣  Kerangka iga lentur
♣  Kurangnya jumlah serabut otot
♣  Kurangnya ventilasi kolateral

Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel
plasma menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel
pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel
mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, maka allergen
tersen mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang
kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan
sejumlah mediater seperti histamine, leukotrin dan factor
pengaktifasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini
menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema,
peningkatan produksi mucus, dan kontraksi otot polos
secara langsung atau melalui persyarapan simpatis.

GAMBAR PATWAY ASKEP


ASMA 
ASKEP ASMA

Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini
dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang,
sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya
pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas
namun bervariasi yang sebagian besar bersifat reversible
baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala
dab serangan asma biasanya timbul bila klien terpapar
factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat
individual.
Derajat Serangan Asma
Parameter Ringan Sedang Berat Anc
Aktifitas (bayi) Berjalan (menangis Berbicara (menangis lemah) Istirahat (berhenti makan)

keras)

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata - kata

Posisi Bisa baring Lebih suka duduk Duduk bertopang tangan

kesadaran Mungkin teragitasi Biasanya teragitas i Biasanya teragitasi Bin

Sianosis (-) (-) (+)

Mengi Sedang, akhir respirasi Nyaring, ekspirasi ± inspirasi Terdengar tanpa stetoskop S

Sesak napas Minimal Sedang berat

Otot Bantu Biasanya tidak Biasanya ya Ya G

pernapasan

Retraksi Dangkal, ret.interkostal Sedang, + ret.suprasternal Dalam, + napas cuping hidung D

Laju napas Takhipnea Takhipnea Takhipnea T

Laju nadi Normal Takhikardi Takhikardi B

Pulsus paradoksus Tidak ada        ( < Ada ( 10 – 20 mmhg ) Ada (< 20 mmhg) T

10mmhg )

Klasifikasi Asma
Menurut GINA ( Global Inisiatif for Asma ) dan Heru
Sundaru, 2000 adalah:
1. Asma Intermitten
  
Gejala klinis: kambuhan < 1- 2x seminggu, gejala asma
pada malam hari < 2x sebulan, eksaserbasi dapat
mengganggu aktifitas tidur
2. Asma Persisten Ringan
      

Gejala Klinis: kambuhan 1 – 2x seminggu tetapi < 1x /hari,


gejala asma malam hari > 2x sebulan, eksaserbasi dapat
mengganggu aktifitas tidur.
3. Asma Persisten Ringan
      

Gejala klinis: setiap hari sesak napas atau kambuh, gejala


asma malam hari > 1x seminggu, eksaserbasi dapat
mengganggu aktifitas tidur.
4. Asma Persisten Berat
      

Gejala klinis: kambuhan sering, gejala sesak terus –


menerus atau continue, gejala sesak malam hari sering,
aktifitas fisik terbatas karena asma.

Potensial Komplikasi
  Edema pulmoner
     

  Gagal pernapasan
     

  Status asmatikus
     

  Pneumonia
     

Pemeriksaan Penunjang
 Darah tepi dan secret hidung: IgE total dapat meningkat
         
 AGD: CO2 meningkat ( asidosis respiratorik )
         

 Uji fungsi paru: PEFR atau FEV1 menurun ( ada obstruksi )


         

 Rontgen thorax: emfisema paru, komplikasi  (ateletaksis,


         

pneumothorax )
 EKG: pada klien dengan status asmatikus yang berat
         

mungkin memperlihatkan gambaran perubahan –


perubahan pada jantung kanan.
 Elektrolit: perubahan kadar kalium dalam darah mungkin
         

terjadi akibat terapi kortikosteroid atau perubahan –


perubahan ventilasi yang perlu dikoreksi.

 Penatalaksanaan
 Medik     

Penderita asma dapat tenang atau tidak sedang ada


serangan, tetapi juga dapat dalam keadaan serangan dan
serangan tersebut dapat ringan, sedang ataupun berat.
Kadang bahkan dapat jauh dalam keadaan status
asmatikus, yakni serangan asma yang berat yang biasanya
diatasi dengan obat yang dapat menolong penderita. Jika
serangan sedemikian berat dan mengancanm nyawa
penderita maka sebaiknya penderita segera di bawa ke
rumah sakit terdekat.
Serangan asma yang ringan biasanya cukup diobati
dengan bronkodilator oral atau aerosol, bahkan yang ringan
sekali tidak memerlukan pengobatan bronkodilator aerosol.
Pada serangan asma yang akut tidak diperlukan
kortikosteroid, sedangkan pada serangan ringan kronik atau
serangan ringan sedang perlu tambahan kortikosteroid
disamping bronkodilator dan juga diperlukan pemasangan
oksigen.
Serangan asma yang berat bila gagal dengan
bronkodilator aerosol oral atau subcutan dan kortikosteroid
perlu theofilinum ( theofilin ) intravena dan koreksi
penyimpangan asma basa serta elektrolit. Oksigen
sangatlah penting untuk klien ini. Keadaan klien yang
demikian ini memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penanggulangan asma:
♥ Oksigen
♥ Periksa keadaan gas darah dan pasang IVSD ( infuse )
dengan cairan 3 : 1, glukosa 10% dan Nacl 0,9% + KCL
mEq/kolf
♣ Koreksi kekurangan cairan
♣ Koreksi penyimpangan asam basa
♣ Koreksi penyimpangan elektrolit
♥ Thofilin yang sudah diberikan diteruskan. Ukur kadar
theofilin dalan darah, pantau tanda – tanda keracunan
theofilin. Bila tnda jeracunan tidak ada dan keadaan
serangan asma belum membaikmungkkin perlu ditambah
theofilin.
♥ Kortikosteroid dialnjutkan, jika belum diberi harus diberikan.
Lebih baik diberikan intravena, karena status asmatikus
sangat diperlukan untuk mempercepat hilangnya edema
dan mengembalikan sensitifitas terhadap obat – obat
bronkodilator.
♥ Usaha pengenceran lender dengan obat – obat  mukolitik
untuk lendir yang banyak dan lengket di seluruh cabang –
cabang bronkus.
♥ Periksa foto thorax
♥ Lakukan pemeriksaan EKG.
♥ Cegah timbulnya stres.
Pantau tanda – tanda vital secara teratur agar bila
terjadi kegagalan pernapasan dapat segera ditolong, bila
perlu di rawat di ICU.

 Keperawatan
     

Perawatan klien dengan asma ditujukan apabila:


♥ Klien sedang tidak sedang mendapat serangan
asma
perawatan pada klien ini ditujukan untuk mencegah
timbulnya serangan asma dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien maupun keluarganya. Mencegah
timbulnya serangan asma tersebut dengan menghindari
factor pencetusnya.
Pendidikan yang dapat diberikan kepada klien  dan
keluarganya meliputi:
♣ klien atau keluarga harus mengenal tanda – tanda
terjadinya asma.
♣  Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan
bila dirasa akan mengalami serangan asma.
♣ Mencegah serangan asma dengan menghilangkan factor
pencetus, misalnya debu, bau yang merangsang, dan lain-
lain.
♣  Kepada klien maupun kelurga perlu diberi penjelasan
tentang pentingnya selalu menyediakan obat untuk
pencegahan maupun untuk serangan.
♥ Klien sedang mendapat serangan asma
Bila klien mendapat serangan asma, masalah yang perlu
diperhatikan pada saat serangan adalah:
♣   Klien menderita kesukaran bernapas
♣   Gangguan rasa nyaman

B. Asuhan Keperawatan pada asma bronkiale


 

1. Pengkajian
  

                                                             Data demografi


-            Identitas klien
-            Identitas penanggung jawab/keluarga klien
                                                           riwayat kesehatan
keluhan utama
apa yang menjadi alasan klien datang ke tempat pelayanan
kesehatan?
Apa yang dikeluhkan klien saat pengkajian
Keluhan utama pada pasien asma biasabnya berupa sesak
nafas disertai atau tanpa batuk
   riwayat kesehatan sekarang
kapan gejala mulai dirasakan?
lamanya serangan gejala?
faktor presipitasinya?
   riwayat kesehatan dahulu
                                  apakah ada riwayat sesak nafas, alergi, eksem,
urtikaria, hay fever dan paparan zat-zat lingkungan yang
menyebabkan bronkhospasme
  riwayat kesehatan keluarga   
                                  apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat
atau menderita gangguan sistem pernafasan: asma,
pneumonia, kanker paru, bronkhitis, alergi, eksem, urtikaria,
dll.
                                                             pola pemeliharaan kesehatan
mana asupan nutrisinya?
imana sanitasi lingkungannya?
pemeriksaan fisik
                                                           

aan umum
eriksaan head to toe/per sistem
an/observasi:
stress pernafasan tiba-tiba
anjangan ekspirasi, mengi
endekan periode inspirasi
i interkostal dan strernal
unaan otot-otot aksesori pernafasan
nafas
s
                                      bunyi nafas
                                                 mengi
menurun
tidak terdengar
duduk dengan posisi tegak; bersandar ke depan
diaforesis
distensi vena leher
cyanosis
area circumoral
dasar kuku
batuk keras, kering, batuk produktif sulit
perubahan tingkat kesadaran
hipoksia
hipotensi
dehidrasi
peningkatan ansietas
takut menderita, takut mati
pemeriksaan penunjang

     
2. Diagnosa Keperawatan
  

a. Bersihan  jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


bronkospasme,    peningkatan produksi sekret, penurunan
energi, kelelahan, sekresi yang lengket.
b. Pola napas tak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan kerja napas
c.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplay O2 (obstruksi jalan napas oleh sekret,
bronkospasme ) kerusakan alveoli.
d. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut
menderita dan atau takut serangan berulang.
e.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan sesak napas, kelelahan, efek samping
obat, produksi sputum, anoreksia, mual – muntah.
3. Perencanaan
      
a. Jalan    napas tak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan
energi, sekret yang lengket.
Tujuan : jalan napas kembali efektif.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
 Perbaikan bunyi napas
         

 Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal.


         

 Tidak ada dyspnea


         

 Tidak ada cyanosis


         

        Intervensi :
   Berikan posisi tidur setengah duduk
         

  Lindungi lingkungan dari polusi / zat – zat alergen.


         

  Tingkatkan intake cairan.


         

  Ajarkan teknik batuk efektif.


         

  Lakukan fisioterapi dada


         

  Kolaborasi: bronkodilator
         

b. Pola napas tak efektifberhubungan dengan penurunan


      

ekspansi paru, peningkatan kerja napas


Tujuan: pasien mempertahankan pola napas yang efektif.
Kriteria evaluasi:
 Frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan normal
         

 Tidak ada atau dyspnea berkurang


         

 TTV dalam parameter normal


         

 Intervensi:
  Monitor pernapasan, catat adanya bunyi napas yang
 

abnormal
  Catat rasio inspirasi : ekspirasi
 

  Monitor adanya dyspnea, gelisah, penggunaan otot


         

bantu     pernapasan
  Posisikan
                      pasien sehingga dapat mendukung atau
meningkatkan ekspansi paru
                       Pertahankan polusi minimum
                       Ajarkan teknik purse lip breathing
                       Lakukan fisioterapi dada

c. Gangguan
    pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplay O2, kerusakan alveoli.
Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
                       Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi dan
keadekuatan O2.
                       Bebas dari gejala kegagalan pernapasan.
Intervensi :
                            kaji kualitas pernapasan, kedalaman dan penggunaan
otot pernapasan tambahan.
                       Berikan posisi semi fowler.
                       Monitor warna kulit, kuku dan mukosa.
  Dorong pengeluaran sputum.
                     

  Kelola penggunaan O2
                     

  Monitor vital sign dan ritme jantung.


                     

  Kolaborasi dengan dokter untuk obat anti cemas /


                     

sedativa.
  Monitor AGD arteri
                     

d. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut


menderita dan atau takut serangan berulang
Tujuan: Pasien mendemonstrasikan reduksi rasa takut dan
ansietas
Kriteria evaluasi:
 Ekspresi wajah stres
         

 Mengungkapkan perasaan cemas berkurang


         

 TTV dalam parameter normal


         

Intervensi:
 Jelaskan
          atau beritahu klien tentang proses
penyakitindividu, dorong klien untuk bertanya
 Diskusikan tentang pemberian terapi, efek samping dan
         

reaksi yang tidak diiginkan


 Tingkatkan kondisi lingkungan yang mendukung
         

 Dorong klien untuk mencari cara – cara untuk mengontrol


         

faktor – faktor pencetus yang ada di sekitar klien


 Anjurkan untuk menggunakan oksigen yang aman dan
         

merujuk ke perusahaan penghasil sesuai dengan indikasi.


 Rujuk untuk evaluasi perawatn di rumah bila diindikasikan
         

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan sesak napas, kelelahan, efek samping
obat, produksi sputum, anoreksia, mual – muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria evaluasi, pasien akan :
 BB ideal.
         

 Pasien menghabiskan 1 porsi makanan yang dihidangkan.


         

 Intervensi :
 Kaji kebiasaan makan
         

 Ukur TB dan BB setiap hari.


         

 Berikan perawatan mulut (k/p)


         

 Anjurkan istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan.


         

 Hindari makanan yang terlalu panas, terlalu dingin ataupun


         

makanan yang merangsang.


  Kelola penggunaan O2 selama makan.
         

♣ Mulut : bibir agak kering, lidah agak kotor, pharing agak


hiperemis, tak ada nyeri telan
♣ Leher : pembesaran kelenjar thiroid (-), tidak
ada    keterbatasan gerak.
♣ Dada :
º Inspeksi : bentuk simetris, retraksi dada (-), tidak
ada    kelainan bentuk, penggunaan otot bantu pernafasan
(-), ekspirasi diperpanjang.
º  Palpasi : tidak ada ketertinggalan gerak dinding dada saat
bernafas
º  Perkusi : sonor
º Auskultasi : wheezing (+), ronchi (-),S1 dan S2 murni tanpa
bising
♣ Abdomen :
º  Inspeksi : tidak tampak adanya benjolan, pembesaran,
luka/ bekas luka
º Palpasi : tidak ada pembesaran organ – organ
intraabdomen, tidak ada nyeri.
º Perkusi : thympani.
º Auskultasi : peristaltik 16 – 20x.

♣ Ekstremitas :
º Atas : simetris kanan – kiri, kuku merah muda, agak kotor,
pendek, tidak ada keterbatasan gerak.
º Bawah : simetris, kuku merah muda, agak kotor, pendek,
tidak ada keterbatasan gerak.
 Data Penunjang : tidak ada
     

Pengelompokan Data
Data subyektif
Pasien mengeluh sesak nafas
Banyak keringat
Tidak bisa tidur, matanya terasa berat
Sekret susah keluar, batuk-batuk

Data obyektif
Pasien sering menguap
Tampak lingkaran gelap di bawah mata
Keluar sekret bening dari hidung
Nadi : 100 x/ menit
RR : 30 x/ menit
Mata tampak sayu
Wheezing
Ekspirasi diperpanjang

I. ANALISA DATA

N Symptom Etilogi Problem


O
1 DO : - RR : 30x bronkospasme Bersihan
/menit jalan napas
- wheezing tak efektif
DS : klien
mengeluh sesak
nafas, batuk-
batuk, sekret
susah keluar.
2 DO : RR 30 x/ Peningkatan Pola nafas
menit, N : 100 x/ kerja nafas tak efektif
menit, ekspirasi
diperpanjang,
wheezing
DS : klien
mengeluh sesak
nafas
3 DO : - mata Rasa idak Gangguan
tampak sayu nyaman akibat pola tidur
- sklera tampak sesak napas
kemerahan
- lingkaran gelap
di bawah mata
- pasien sering
menguap
DS : pasien
mengeluh tak bisa
tidur dan
sekarang matanya
tersa berat

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


                

1. 1. Bersihan jalan nafastak efektif berhubungan dengan


bronkhospasme ditandai dengan whezing (+), klien
mengeluh sesak nafas, batuk-batuk, sekret susah keluar,
RR 30 x/ menit keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
mempunyai riwayat keluarga asma, pasien mengeluh sesak
napas.  
2. pola nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan
kerja nafas ditandai dengan klien mengeluh sesak nafas,
RR 30 x/ menit, N : 100 x / menit, ekspirasi diperpanjang
dan wheezing.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak
nyaman akibat  sesak napas ditandai dengan mata tampak
sayu, sklera kemerahan, lingkaran gelap di bawah mata,
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien susah tidur
karena sesak napas.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan Asuhan Keperawatan ini dimulai dari tahapan


– tahapan seperti yang ada dalam proses keperawatan,
yaitu pengkajian perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi.
Tujuan dilakukan pembahasan dalam kasus ini adalah
untuk mengupas kembali pelaksanaan asuhan keperawatan
dan membandingkannya dengan landasan teori pada Bab
II, hal ini dilakukan kerana respon setiap manusia terhadap
satu masalah berbeda – beda.

A. Pembahasan Pengkajian.
Pengkajian pada kasus Ny AM ini di mulai dari
pengumpulan, pengelompokkan dan analisa data. Data dari
kasus ini dadapat dari pasien dan keluarganya.
Pada Bab II disebutkan bahwa pengkajian pada kasus
asma bronkiale antara lain: pasien mengeluh sesak napas
diikuti batuk dan mengi. Adanya riwayat serangan / alergi /
eksim / urtikaria / hay fever dan atau paparan zat – zat
alergen.
Takipnea, bradikardi, pulsus paradoksus, bradipnea,
bradikardi, hipotensi. Penggunaan otot – otot bantu
pernapasan, whezing, cyanosis, ekspirasi diperpanjang,
VEP1 menurun, hipoksemia, hipokarbia, alkalosis
respiratorik.
Data yang diperoleh adalah RR: 30 x /menit, whezing,
riwayat serangan, adanya anggota keluarga yang
mempnyai riwayat yang sama, mata tampak sayu, mata
kemerahan, lingkaran gelap di bawah mata, keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien susah tidur dan sering rewel.
Data yang tidak ditemukan, namun ada dalam teori adalah
cyanosis, bradipnea, bradikardi, VEP1 menurun, hipoksemia,
hipokarbia, alkalosis repiratorik. Hal ini disebabkan karena
gejala – gejala tersebut muncul pada kondisi yang lebih
berat, pemeriksaan penunjang yang lengkap dan memadai.
Pada kasus ini diperoleh data yang tidak terdapat dalam
teori yaitu mata tampak sayu, sklera kemerahan, lingkaran
gelap di bawah mata, pasien mengatakan bahwa pasien
susah tidur .

B. Pembahasan Diagnosa Keperawatan


Pada tahap penentuan diagnosa keperawatan yang
merupakan pernyataan gangguan kesehatan baik aktual
maupun potensial. Pada kasus ini muncul 3 diagnosa
keperawatan yang 2 diantaranya sesuai dengan teori yaitu
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, potensial terjadi gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplay O2  akibat
bronkospasme.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang tidak sesuai
dengan teori adalah gangguan pola tidur berhubungan
dengan rasa tidak nyaman karena sesak napas.
Kemudian diagnosa keperawatn yang ada dalam teori
tetapi tidak muncul dalam kasus ini adalah imbalance nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sesak
napas, kelelahan, efek samping obat, produksi sputum,
anoreksia, mual dan muntah.
Perumusan diagnosa keperawatn dalam kasus ini, selain
mengacu pada teori juga disesuaikan dengan masalah yang
ada berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian.
Adanya kesenjangan antara diagnosa keperawatn yang
etrdapat dalam teori dengan yang muncul pada kasus ini
lebih disebabkan karena sifat dari masing – masing individu
yang unik dan beragamnya respon tubuh terhadap masalah
yang ada.

C. Pembahasan Rencana Keperawatan


Pada tahap rencana keperawatan semua rencana yang
dibuat telah disesuaikan keadaan pasien, sarana dan
prasarana yang ada.
Dalam perumusan rencana keperawatan ini terlebih
dahulu adalah menetapkan prioritas masalah yaitu jalan
napas yang tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme. Penulis memilih ini sebagai prioritas karena
dianggap paling urgen diantara diagnisa yang lain. Lalu
yang kedua adalah pola nafas tak efektif berhubungan
dengan peningkatan kerja nafas dan gangguan pola tidur
berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat sesak napas.
Perencanaan keperawatan disesuaikan dengan teori dan
keadaan pasien dan difokuskan untuk mengatasi masalah
sesuai masalah yang ditentukan. Cara mengenali
kemungkinan penyebab atau etiologi dari asma tersebut,
maka penulis menampilkan rumusan masalah yang
berhubungan dengan penyebab yang ditandai dengan
tanda dan gejala yang relevan.
Pada tahap perencanaan, penulis mengatur dengan
sedemikian rupa sehingga tetap mengacu pada teori
sekaligus harus berdasarkan masalah, kondisi dan
kemampuan klien. Dengan demikian pasien berhak
menambah atau mengurangi rencana keperawatan dengan
dukungan fasilitas yang tersedia.
D. Pembahasan Pelaksanaan / Tindakan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan tindakan pada umumnya telah
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat,
akan tetapi tidak semua rencana dapat dilaksanakan,
karena terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia.
Bagi penulis, tahap pelaksanaan merupakan tahap yang
paling penting dalam proses keperawatan karena keahlian
( skill dan pengetahuan )juga kreativitas caregiver, teruji
dalam situasi yang benar-benar penulis alami sendiri
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Secara umum, dalam implementasi penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti karena penulis
membuat rencana keperawatan telah disesuaikan dengan
kondisi yang ada, sehingga diperlukan modifikasi yang
mendekati kebenaran, dengan demikian tetap
sesuai  dengan teori.

E. Pembahasan evaluasi
Secara definitif, evaluasi digunakan untuk mengukur
keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan yang telah
dilakukan kepada pasien. Dengan menggunakan evaluasi
proses ( mengacu pada tindakan keperawatan ) dan
evaluasi hasil ( yang mengacu pada kesimpulan dari
tindakan ). Dari sini dpat diketahui bahwa penulis mampu
melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada kasus asma
bronkiale. Hal ini tampak dari keberhasilan pencapaan
tujuan, yaitu dapat teratasinya masalah – masalah
keperawatan yang timbul.

F. Pembahasan Pendokumentasian
Kegiatan pendokumentasian perawatan dilakukan setiap
kali selesai melakukan tindakan keperawatan.
Pendokumentasian merupakan komunikasi tertulis yang
digunakan oleh tim kesehatan sebagai media informasi dari
perkembangan yang dialami oleh pasien ( bila dilakukan di
fasilitas kesehatan ). Dalam melakukan dokumentasi jangan
lupa mencantumkan jam, tanggal, tanda tangan dan nama
terang dari perawat yang bersangkutan dalam status/ format
asuhan keperawatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai