Anda di halaman 1dari 17

V.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Letak Geografis dan Topografi Daerah

Desa Pondokrejo merupakan daerah yang berada di daerah Kecamatan

Tempurejo Kabupaten Jember yang terdiri empat dusun yaitu Dusun Krajan,

Dusun Glantangan, Dusun Langkap dan Dusun Pondokmiri. Adapun batas-batas

Desa Pondokrejo dengan desa-desa lainnya adalah: Desa Tempurejo di bagian

Utara, Desa Sidodadi di bagian Selatan, Desa Jatisari di bagian Barat, dan Desa

Curahtakir di bagian Timur.

Desa Pondokrejo terletak pada ketinggian antara 188-200 meter di atas

permukaan laut, mempunyai curah hujan 2.059 mm/tahun dan 104 hari hujan

setahun, dengan suhu rata-rata berkisar 320C. Letak Desa Pondokrejo dari ibukota

kecamatan terdekat berjarak 6 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan selama

kurang lebih 0,30 jam, dari ibukota kabupaten berjarak 26 km dan dapat ditempuh

dengan kendaraan selama kurang lebih 1,15 jam, dari ibukota propinsi berjarak

226 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan selama 6 jam dan dapat ditempuh

dengan transportasi yang sudah lancar, sedangkan jarak pasar dengan pusat-pusat

perdagangan lainnya mudah ditempuh dari segala jurusan.

Desa Sidodadi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember yang terdiri dari empat dusun yaitu

Dusun Wonosari, Dusun Jatirejo, Dusun Krajan, dan Dusun Mandiku. Dimana

tiap-tiap dusun terdiri dari beberapa RT, untuk Dusun Wonosari terdiri dari 6 RT,
Dusun Jatirejo terdiri dari 9 RT, Dusun Krajan 13 RT, dan Dusun Mandiku terdiri

dari 7 RT.

Desa Sidodadi berbatasan dengan Desa Jatisari dan Pondokrejo dibagian

Utara, Desa Andongsari di bagian Selatan, Desa Pontang dibagian Barat, dan

Desa Curahtakir dibagian Timur. Topografi Desa Sidodadi berbentuk dataran

dengan ketinggian antara 185-192 meter di atas permukaan laut dan mempunyai

curah hujan rata-rata 1.615 mm/tahun. Hal ini membuat produktivitas tanah di

desa tersebut sedang, dengan suhu rata-rata di desa tersebut berkisar antara 28 0C -

300C. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap aktivitas kegiatan masyarakatnya.

Jarak Desa Sidodadi dari ibukota kecamatan terdekat berjarak 9 km yang

dapat ditempuh dengan kendaraan selama kurang lebih 0,30 jam dan dari ibukota

kabupaten berjarak 30 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan selama kurang

lebih 1,5 jam dan dari ibukota propinsi berjarak 235 km dan dapat ditempuh

dengan kendaraan selama kurang lebih 7 jam dengan transportasi yang sudah

lancar. Jarak pasar dengan pusat-pusat perdagangan mudah ditempuh dari segala

jurusan.

5.2 Keadaan Penduduk

5.2.1 Jumlah Penduduk

Desa Pondokrejo memiliki jumlah penduduk 6.376 jiwa yang tersebar di

empat dusun dan terdiri dari 2.801 jiwa (43,9%) penduduk pria dan 3.575

penduduk wanita (56,1%). Jumlah penduduk tersebut hidup dalam 1.863 keluarga,

yang berarti jumlah anggota keluarga per rumah di Pondokrejo rata-rata sekitar 3

jiwa.
Desa Sidodadi memiliki jumlah penduduk yang lebih padat dari Desa

Pondokrejo. Dengan jumlah penduduk 9.021 jiwa yang terdiri dari 4.419 jiwa

penduduk pria (49%) dan 4.602 jiwa penduduk wanita (51%). Jumlah anggota

keluarga per rumah di Desa Sidodadi rata-rata sekitar 3 jiwa yang hidup dalam

2.665 kepala keluarga.

Dengan mengetahui jumlah penduduk dapatlah ditaksir atau diperkirakan

kebutuhan penduduk, baik kebutuhan sarana perhubungan, kebutuhan kesehatan

dan lain-lain. Selain itu dengan mengetahui komposisi penduduk menurut umur

akan dapat diperkirakan pula mengenai sarana pendidikan yang diperlukan,

kesempatan kerja yang dibutuhkan lain-lain. Adapun distribusi penduduk menurut

umur disajikan pada Tabel 5.1

Tabel 5.1
Distribusi Penduduk Menurut Umur Desa Pondokrejo dan Sidodadi,
Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Umur
Jiwa % Jiwa %
0–6 310 4,9 918 10,3
7 – 12 619 9,7 941 10,4
12 - 18 711 11,1 860 9,5
18 – 24 971 15,2 1327 14,7
24 – 30 1581 24,8 2420 26,8
30 – 36 656 10,3 813 9,0
36 - 40 148 2,3 621 6,9
40 – 48 153 7,1 407 4,5
48 – 54 578 9,1 238 2,6
55 – 349 5,5 476 5,3
keatas
Jumlah 6376 100 9021 100
Sumber : Data Potensi desa, 2001.

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa penduduk di desa Pondokrejo yang berada

pada kelompok umur 24  30 tahun mempunyai persentase cukup besar yakni


sebesar 24,8 %. Jumlah penduduk usia produktif (18  55 tahun) adalah sebesar

74,3 % sedangkan penduduk usia tidak produktif sebesar 25,7 %.

Dengan pemanfaatan lahan pertanian yang cukup luas, yaitu sebesar 1790

Ha atau 89 % dari luas wilayah keseluruhan (2009, 55 Ha), maka kebutuhan

tenaga kerja dalam sektor pertanian cukup tersedia, baik sebagai petani, buruh

tani, maupun sub sektor pertanian lain, misalnya sebagai buruh perkebunan.

Bahkan banyak diantaranya yang bekerja pada lebih satu jenis pekerjaan.

Distribusi penduduk Desa Sidodadi pada kelompok umur 24 - 30 tahun

mempunyai prosentase sebesar 26,8 %. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui

bahwa penduduk usia kerja produktif (18  55 tahun) sebesar 69,8 %, mampu

memenuhi angkatan kerja sektor pertanian Desa Sidodadi seluas 1079 Ha atau

40,8 % dari luas wilayah keseluruhan (2645,38 % Ha). Sedangkan usia penduduk

tak produktif diketahui sebesar 30,2 %. Dengan demikian memungkinkan bagi

desa ini untuk berkembang karena sumber daya manusianya cukup terpenuhi dan

tinggal bagaimana cara memanfaatkannya.

5.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Di Indonesia, mata pencaharian pokok penduduk pedesaan pada umumnya

adalah petani, terutama bagi mereka yang jauh dari pusat-pusat kota

(perekonomian) yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukan

pergeseran profesi ke sektor non pertanian. Berbeda dengan penduduk pedesaan

yang dekat dengan pusat-pusat perkotaan (perekonomian) dimana sektor pertanian

lambat laun akan mengalami pergeseran ke sektor non pertanian.


Penduduk di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi mempunyai mata

pencaharian baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian. Pekerjaan di

sektor pertanian meliputi aktivitas di usahatani lahan basah berupa sawah irigasi

teknis dan tadah hujan, usaha tani lahan kering (ladang dan pekarangan),

perkebunan dan peternakan, sedangkan pekerjaan di sektor non perkebunan dan

peternakan, sedangkan pekerjaan di sektor non pertanian meliputi aktivitas di

sektor perdagangan dan jasa. Adapun mata pencaharian pokok penduduk desa

Pondokrejo dan Sidodadi lebih jelasnya disajikan pada Tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2
Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok Desa Pondokrejo dan
Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Jenis Mata Pencaharian
Jiwa % Jiwa %
1. Tani 1771 42,6 3196 51,1
2. Buruh Tani 989 23,8 2709 43,4
3. Dagang 435 10,5 99 1,6
4. Tukang 231 5,6 75 1,2
5. PNS/ABRI/Swasta 656 15,8 118 1,9
6. Lain-lain 72 1,7 50 0,8
Jumlah 4154 100 6247 100
Sumber : Data Potensi desa, 2001.

Tabel 5.2 mengungkapkan bahwa jenis mata pencaharian pokok penduduk

di Desa Pondokrejo adalah tani sebesar 42,6%, buruh tani sebesar 23,8%,

pedagang sebesar 10,5% tukang sebesar 5,6%, PNS/ABRI/Swasta sebesar 15,8%

dan pencaharian lainnya sebesar 1,7%. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa

petani memiliki persentase terbesar dibanding lima jenis mata pencaharian

lainnya, artinya jumlah penduduk Desa Pondokrejo yang terserap pada sektor

pertanian sekitar 27,8% atau 1771 jiwa dari total penduduk (6376 jiwa). Namun
demikian untuk yang mata pencahariannya sebagai buruh tani kontribusinya bagi

sektor pertanian tidak dapat diabaikan, yaitu sebesar 15,5% (989) dari total

penduduk.

Sementara itu, jenis mata pencaharian penduduk Desa Sidodadi adalah :

tani sebesar 51,1%, buruh tani sebesar 43,4%, pedagang sebesar 1,6%, tukang

sebesar 1,2%, PNS/ABRI/Swasta sebesar 1,9% dan mata pencaharian lain sebesar

0,8%. Mengingat luas lahan pertanian yang ada di Desa Sidodadi relatif cukup

luas, yaitu 40,8% (1079 Ha) dari wilayah keseluruhan, maka jumlah angkatan

kerja yang terserap pada sektor pertanian adalah : tani sekitar 35,4% (3196) dari

total penduduk (9021 jiwa), sedangkan buruh tani sekitar 30% (2709 jiwa) dari

total penduduk Desa Sidodadi.

5.2.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar penduduk yang sangat

penting dan mempunyai peranan yang besar dalam kehidupannya, sebab dengan

pendidikan orang akan berpikir inovatif, kreatif untuk lebih maju dan tidak statis.

Tingkat pendidikan yang mereka miliki akan menentukan aktivitasnya sehari-hari

yang pada akhirnya akan mempengaruhi segi pendapatan yang akan diperolehnya.

Tingkat pendidikan penduduk merupakan indikator keberhasilan

pembangunan di wilayah pedesaan, pendidikan penduduk menggambarkan pula

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang menentukan pula cara berpikir

petani dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

ditempuh petani, maka semakin rasional cara berpikir petani untuk mengelola dan
mengembangkan usahataninya ke arah yang lebih baik. Selain dari itu, mereka

lebih mudah menerima anjuran-anjuran ke arah yang lebih baik. Selain dari itu,

mereka lebih mudah menerima anjuran-anjuran baru dalam berusahatani.

Gambaran keadaan penduduk di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi

menurut tingkat pendidikan, disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3.
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Pondokrejo
dan Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Jenis Pendidikan
Jiwa (%) Jiwa (%)
1. Belum Sekolah 171 2,7 75 0,9
2. Formal :
- Tidak tamat SD 797 12,5 843 9,3
- Tamat SD/sederajat 2209 34,6 4583 50,8
- Tamat SLTP 1451 22,8 2194 24,3
- Tamat SLTA 1149 18,0 1064 11,8
- Tamat 12 0,2 9 0,09
Akademi/D1-D3 11 0,2 31 0,3
- Tamat PT/S1 – S3 352 5,5 70 0,8
- Tamat Ponpes
3. Non Formal 49 0,8 152 1,7
- Kursus / 175 2,7 - -
ketrampilan
4. Buta Aksara
Jumlah 6376 100 9021 100
Sumber : Data Potensi desa, 2001.

Pada tabel 5.3 terlihat penduduk Desa Pondokrejo yang mampu

menamatkan pendidikan Sekolah Dasar sekitar 12,5% tingkat lanjutan (SLTP dan

SLTA) sebanyak 40,8% dan tamat perguruan tinggi sekitar 0,4%, serta lulus

pondok pesantren 5,5% dan pendidikan non formal sekitar 0,8%. Namun

demikian di Desa Pondokrejo masih dijumpai penduduk buta aksara yaitu sekitar

2,7%. Kondisi ini apabila tidak diperhatikan dapat menghambat proses

pembangunan, khususnya dalam penyebarluasan teknologi baru di pedesaan.


Distribusi penduduk desa Sidodadi yang menamatkan pendidikan di

Sekolah Dasar sekitar 50,8%, tamat tingkat lanjutan (SLTP dan SLTA) sekitar

36,1%, sedangkan untuk penduduk tidak tamat SD mencapai prosentase 21,79%

dari total penduduk yang ada. Namun demikian di Desa Sidodadi tidak ditemukan

penduduk yang buta aksara.

5.3 Potensi Daerah

5.3.1 Keadaan Pertanian

Desa Pondokrejo dan Sidodadi Tempurejo merupakan daerah yang sangat

dominan dengan lahan kering, namun demikian keadaan pertanian di dua desa

tersebut pada dasarnya dapat dikategorikan baik. Namun demikian, tingkat

kesejahteraan masyarakat di daerah penelitian sangat ditentukan oleh rasio luas

lahan pertanian terhadap jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya dari

sektor pertanian. Selain itu daripada faktor kesuburan tanah, jenis tanah, serta

fasilitas irigasi sangat turut pula menentukan tingkat kemakmuran yang bias

dicapai.

Desa Pondokrejo dengan luas wilayah 2009,547 Ha terbagi dalam

beberapa bagian penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi, keberadaan dan

letak desa menurut tata wilayah yang ada. Desa Sidodadi yang luas wilayahnya

2645,377 Ha, terbagi dalam beberapa bagian penggunaan lahan yang sangat

berpengaruh terhadap macam kegiatan yang berhubungan dengan proses

pertanian.

Jenis-jenis penggunaan tanah di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi dapat

digolongkan sebagai berikut :


Tabel 5.4.
Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Pondokrejo dan
Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Jenis Penggunaan
Ha (%) Ha (%)
1. Tanah Basah :
- Sawah irigasi teknis - - 269,847 10,20
- Sawah tadah hujan 7,250 0,36 36,975 1,40
2. Tanah Kering :
- Tegal/ladang 178,373 8,61 515,646 19,49
- Pekarangan 685,697 34,12 178,246 6,74
3. Perkebunan 918,682 45,72 78,257 2,96
4. Pemukiman 187,675 9,34 178,246 6,74
5. Lain-lain (belum diolah) 31,870 1,58 1388,160 52,47

Jumlah 2009,547 100 2645,377 100


Sumber : Data Potensi desa 2001.

Distribusi penggunaan tanah di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi

sebagaimana disajikan pada Tabel 5.6 menunjukkan penggunaan pada beragam

fungsi, yaitu sebagai sawah basah (irigasi teknis) dan tadah hujan, tegal,

pekarangan, perkebunan dan pemukiman serta kawasan yang belum diolah. Tanah

pertanian di Desa Pondokrejo terdiri dari : tanah basah berupa sawah tadah hujan

sebesar 7,25 Ha (0,36%), tanah kering berupa tegal dan pekarangan seluas 864,07

Ha (42,73%). Sementara yang digunakan untuk perkebunan sekitar 918,682 Ha

(45,72%), pemukiman penduduk sekitar 9,34% atau 187,675 Ha dan tanah belum

diolah sekitar 31,87 Ha atau 1,58%.

Terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa tanah untuk keperluan

sektor pertanian di Desa Pondokrejo, yang berupa tanah pekarangan lebih luas

dibanding sawah pada tanah basah. Keadaan ini menggambarkan bahwa usahatani

tanah kering lebih dominan dibanding usahatani sawah, dengan luas sekitar

864,07 Ha atau setara dengan 42,73% dari total luas lahan sebesar 2009,547 Ha.
Apabila dikaitkan dengan luas wilayah tanah pertanian dan pemukiman maka

kepadatan penduduk Desa Pondokrejo sekitar 322 jiwa per km2.

Sementara itu, di Desa Sidodadi tanah kering berupa tegalan dan

pekarangan lebih dominan dibanding tanah basah (sawah), yaitu sebesar 693,89

Ha atau 26,23%. Luas tanah pertanian di Desa Sidodadi 1079 Ha atau 40,79% dari

luas kota keseluruhan (2645,377 Ha). Namun demikian, luas tanah pertanian ini

lebih relatif kecil apabila dibandingkan dengan 1388,16 Ha (52,47%) tanah yang

belum diolah atau digunakan untuk keperluan lain. Adapun tanah yang belum

diolah di Desa Sidodadi masih berupa hutan konservasi, dimana selain

difungsikan sebagai hutan industri, juga dimanfaatkan oleh sebagian penduduk

untuk membuka lahan pertanian baru melalui sistem bagi hasil dengan pihak

Perhutani.

Pada Tabel 5.6 di atas, menjelaskan perbedaan distribusi tata guna tanah di

Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi. Penggunaan tanah sawah di desa Sidodadi

lebih dominan bila dibandingkan penggunaan tanah sawah di Desa Pondokrejo,

yaitu sebesar 306,82 Ha dibanding 7,25 Ha. Namun demikian, Desa Pondokrejo

memiliki luas tegal dan pekarangan lebih besar dibanding Desa Sidodadi, yaitu

864,07 Ha berbanding 693,892 Ha.

Lahan Sawah di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi, pada umumnya

dimanfaatkan untuk komoditi tanaman pangan berupa tanaman padi, jagung,

kedelai serta sayuran (kacang panjang) dan tembakau rajang. Lahan kering berupa

tegalan, oleh petani di dua desa tersebut biasa ditanam komoditi padi, jagung,

kacang tanah, dan tembakau rajang. Bahkan sebagian petani juga mengusahakan
komoditi cabe dan tanaman obat di pekarangan untuk keperluan rumah tangga

maupun dijual di pasar.

Sementara itu, pemanfaatan tanah perkebunan di Desa Pondokrejo dan

Desa Sidodadi, dikelola oleh negara, dengan tanaman yang diusahakan adalah

kopi dan karet. Kontribusi sektor perkebunan bagi masyarakat Desa Pondokrejo

dan Desa Sidodadi adalah terserapnya tenaga kerja yang bekerja sebagai buruh

kebun, sehingga menyebabkan bertambahnya pendapatan bagi petani atau

masyarakat setempat. Disamping dapat meningkatkan pendapatan, sektor

perkebunan juga dapat mengurangi jumlah pengangguran angkatan kerja di

daerah setempat.

5.3.2 Aktivitas di Sektor Pertanian

Pada umumnya pelaksanaan usahatani di Desa Pondokrejo dan Desa

Sidodadi berdasarkan bentuknya dapat digolongkan sebagai usahatani subsisten.

Hal ini mengingat, bahwa penguasaan faktor produksi dan pengelolaannya

dilakukan oleh keluarga, kecuali untuk perkebunan besar yang dikelola oleh

negara.

Berdasarkan coraknya dapat dikatakan bahwa usahatani lahan kering di

Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo masih bercorak

transisi yaitu antara subsisten dan komersial. Hal ini disebabkan karena sebagian

tanaman yang diusahakan tidak seluruhnya memenuhi kebutuhan pasar. Akan

tetapi sebagian ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, yaitu seperti
tanaman padi, jagung dan palawija. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar,

komoditas tembakau lebih diprioritaskan untuk ditanam.

Pengusahaan tanaman padi dilahan kering biasanya dilakukan pada awal

musim hujan yaitu pada bulan Nopember-Pebruari. Kebutuhan air irigasi pada

saat tanam dan masa primodial serata pengisian biji. Sistem pengairan di Desa

Sidodadi yang menggunakan irigasi pompa diesel adalah sistem pengairan berkala

atau terputus, yaitu memanfaatkan air tanah dangkal dengan kedalaman tidak

lebih dari 500 meter.

Tembakau rajang merupakan tanaman semusim yang hanya diusahakan

sekali dalam setahun serta membutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan sejak

persiapan lahan sampai panen. Petani diDesa Pondokrejo dan Desa Sidodadi biasa

mengusahakan tembakau Virginia terutama di lahan tegal pada bulan mei-

september.

Pemanfaatan teknologi irigasi pompa menggunakan diesel di desa

penelitian, pada umumnya digunakan pada saat segera setelah tanam, supaya bibit

segera beradaptasi dengan keadaan lahan dan untuk memperkecil kematian bibit

akibat terik matahari ataupun keracunan pupuk. Pengiran selanjutnya dilakukan

pada umur 30 HST untuk merangsang pertumbuhan akar, 45 HST pada saat

masuk periode cepat, dengan frekuensi 7 hari sekali sampai tanaman membentuk

bunga (± 65 HST).

Komoditi jagung, di Desa penelitian maksimum hanya dilakukan dua kali

pananaman. Hal ini terutama berkaitan dengan kebutuhan air pada awal
pertumbuhan tananman. Waktu tanam yang umum dilakukan petani Kecamatan

Tempurejo adalah awal musim kemarau (marengan) antara bulan Pebruari-April.

Pada penanaman dimusim kemarau ini, tanaman dapat diairi minimum empat kali

sehari, dengan memanfaatkan teknologi irigasi pompa diesel. Jumlah air yang

diberikan untuk setiap pemberian, biasanya adalah 60 mm tinggi air.

Sedangkan untuk mengetahui rata-rata tingkat produksi per hektar

tanaman-tanaman penting di Desa Pondokrejo dan Desa Sidodadi dapat dilihat

pada Tabel 5.5 di bawah ini:

Tabel 5.5.
Tingkat Produksi Perhektar Tanaman-Tanaman Penting
di Desa Pondokrejo dan Sidodadi, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Jenis Tanaman
Produksi per Ha (ton) Produksi per Ha (ton)
1. Padi 2,93 4,50
2. Jagung 2,00 4,26
3. Ketela pohon 2,40 -
4. Kedelai 1,64 2,20
1,93 3,84
5. Kacang tanah
0,75 2,00
6. Cabe 2,50 4,48
7. Tembakau 5,58 -
8. Kelapa 0,58 -
9. Kopi - -
10. Karet - -
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Tempurejo, 2001.

5.3.3 Aktivitas di sektor Peternakan

Umumya penduduk Desa Pondokrejo dan Sidodadi mengusahakan dan

memelihara beberapa jenis ternak seperti kerbau, sapi, kambing/domba, unggas

dan hasilnya (telur). Pemeliharaan dan pengusahaan ternak besar, umumnya

terkait dengan pekerjaan yang digelutinya yaitu, digunakan untuk membantu


kegiatan usaha tani pengolahan tanah dan menarik gerobak sebagai salah satu alat

transportasi tradisional, yang masih banyak dijumpai di desa penelitian.

Usaha peternakan unggas yang diusahakkan oleh petani dan keluarga,

umumnya merupakan usaha rumah tangga yang berskala kecil, dan sifatnya hanya

konsumsi hidup keluarga. Populasi ternak yang ada di Desa Pondokrejo dan

Sidodadi sebagai berikut :

Tabel 5.6.
Jenis Ternak Dan Jumlah Populasinya di Desa Pondokrejo dan Sidodadi,
Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember Tahun 2001
Desa Pondokrejo Desa Sidodadi
Jenis Ternak
Jumlah Jumlah
1. Kerbau 6 -
2. Sapi 177 740
3. Kambing/domba 123 300
4. Unggas 1356 14810
Sumber : Data Potensi Desa, 2001.

5.4 Keadaan Sosial dan Ekonomi Desa

5.4.1 Keadaan Sosial

Keadaan sosial masyarakat dipedesaan sangat bergantung dari lembaga

sosial yang berfungsi sebagai wadah meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

masyarakat, serta mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses

pembangunan Desa. Lembaga sosial masyarakat pedesaan di Pondokrejo dan

Sidodadi adalah Badan Perwakilan Desa (BPD), karang taruna, majelis taklim,

PKK, dan kelompok tani.

Fungsi lebaga-lembaga sosial tersebut diatas diabtaranya mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kelompok tani. Mengingat sebagian


besar penduduk Desa Sidodadi mata pencaharian utamanya adalah petani, maka

organisasi sosial agraris seperti kelompok tani, keberadaannya sangat diperlukan.

Aktivitas dan kemampuan kelompok tani di Desa Sidodadi lebih baik di

banding Desa Pondokrejo. Jumlah kelompok tani Desa Sidodadi adalah 11

kelompok, yang tersebar diempat dusun. Namun demikian, yang masih aktif

hanya lima kelompok tani yang terdiri : 4 kelompok tani tingkat pemula dan 1

kelompok tani tingkat lanjut. Sedangkan kelompok tani di Desa Pondokrejo,

seluruhnya (7 kelompok) tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Keadaan yang bertolak belakang ini, disebabkan oleh adanya kesibukan

para anggotanya dalam mencari nafkah, rendahnya permodalan, serta rendahnya

sumber daya manusia dari pengurus meyebabkan kegiatan kelompok tani terbatas

pada kegiatan sesaat saja. Beberapa kelompok tani yang masih aktif di Desa

Sidodadi, tidak lepad dari peran serta intansi terkait, seperti Petugas Penyuluh

Pertanian (PPL) yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi kelompok

petani.

Motivasi yang diberikan PPL dan instansi terkait lain berkaitan dengan

upaya penyebaran informasi dan inovasi baru, mengajarkan ketrampilan,

membantu penyediaan sarana produksi pertanian, mengikhtiari sarana dan

prasarana usaha tani yang lebih menguntungkan, serta mengembangkan swakarsa

san swadaya petani dalam angka memanfaatkan potensi pertanian secara efesien,

demi mencapai penghidupan dan kesejaghteraan yang lebih baik.


5.4.2 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Desa Sidodadi dan Desa Pondokrejo relatif

cukup baik, dan kegiatan ekonomi penduduknya lebih terfokus pada sektor

pertanian. Semua kegiatan ekonomi diatas, tidak lepas dari peran lembaga-

lembaga ekonomi seperti : lembaga perkreditan, koperasi desa, dan pasar.

Aktivitas pertanian masyarakat pedesaan yang paling menonjol adalah

sektor pertanian tanaman pangan meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sektor

non pertanian juga memberi peluang usaha bagi angkatan kerja untuk melkukan

aktivitas usaha. Pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai dan

palawija lebih banyak diusahakan secara subsisten. Namun demikian, bagi

beberapa masyarakat petani ada pula yang mengusahakan tanaman komersial

yang memiliki harga jual yang menjanjikan seperti tembakau kasturi.

Dalam subsektor perkebunan, masyarakat Desa Sidodadi dan Pondokrejo

sebagian besar terserap diperkebunan besar yang dikelolah negara. Sementara

subsektor lain seperti hutan konservasi, telah membantu penduduk desa untuk

bekerja mengerjakan lahan secara bagi jasil. Dengan demikian sektor hutan

konservasi memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat, terutama di Desa

Sidodadi.

Sektor non pertanian lain yang jiga berperan adalah usaha perdagangan.

Kegiatan perdagangan di desa penelitian, kontribusinya bagi sektor pertanian

sangat signifikan, terutama dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran

hasil pertanian. Di Desa Sidodadi dterdapat 4 kios pertanian dan 1 pasar desa
sebagai tempat memperoleh sarana sekaligus menjual hasil pertanian masyarakat

Sidodadi maupun masyarakat desa sekitarnya.

Selain itu, di desa penelitian banyak dijumpai pedagang musiman atau

lokal yang bisa membeli langsung produk pertanian masyarakat tani. Penjualan

hasil pertanian secara langsung kepada pedagang lokal atau tengkulak, ataupun

pedagang yang datang dari daerah lain, bagi petani akan dapat segera menjual

produk pertaniannya dengan cepat, dibandingkan harus ke pasar yang letaknya

lebih jauh dari domisili petani.

Prasarana perhubungan antar desa didaerah penelitian, sangat membantu

kelancaran aktifitas ekonomi masyarakat. Sebagian jalan di Desa Sidodadi sudah

berupa jalan aspal (kelas III), sedangkan di Desa Pondokrejo masih berupa jalan

tanah, namun keadaannya cukup memenuhi syarat atau memadai dalam

membantu dan mejual hasil pertanian menuju pusat desa, maupun pusat kabupaten

dengan sarana angkutan yang memadai pula.

Anda mungkin juga menyukai