Anda di halaman 1dari 3

Siaran Pers

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor : 008/sipres/A6/I/2021

Gelar Raker Perdana,


Kemendikbud dan DPR Bahas Program Prioritas Pendidikan 2021
Jakarta, 20 Januari 2021 --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalukan rapat
kerja dengan Komisi X DPR RI, Rabu (20/1). Rapat ini membahas program prioritas pendidikan, di
antaranya realisasi APBN Kemendikbud Tahun Anggaran (TA) 2020, persiapan program dan anggaran
Kemendikbud TA 2021, serta isu-isu strategis lainnya seperti Asesmen Nasional, persiapan pembelajaran
tatap muka, serta Bantuan Subsidi Upah Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Selain itu, dibahas pula
perkembangan penyusunan Revisi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

“Alhamdulillah, TA 2020 kita bisa merealisasikan 91,61 persen,” terang Pelaksana tugas (plt.) Sekretaris
Jenderal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ainun Na’im

Ia menambahkan bahwa terjadi perubahan terkait program dan anggaran Kemendikbud TA 2021. Hal
tersebut dikarenakan Kemendikbud mengalami reorganisasi di lingkup internal serta sebagai bentuk
respon kementerian menyikapi pandemi Covid-19.

Ainun Na’im menyampaikan, tahun 2021 perfoma Kemendikbud dinilainya lebih siap karena proses
restrukturisasi sudah selesai. Selain itu, di tahun ini juga Kemendikbud akan selesai menetapkan berbagai
pejabat pelaksana untuk perbendaharaan. “Kami juga telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal
Anggaran, alhamdulillah tidak ada pemotongan, hanya refocussing sehingga kegiatan-kegiatan kita lebih
optimal dan tepat sasaran,” tambahnya.

Untuk diketahui, pagu anggaran pendidikan memang 20 persen dari APBN, yaitu sebesar Rp 550 triliun.
Namun, Kemendikbud mengelola sebanyak 14,8 persen atau sekitar Rp 81,5 triliun. Sesuai amanat
undang-undang, anggaran pendidikan turut dikelola oleh berbagai kementerian/lembaga lainnya yang
menjalankan fungsi pendidikan seperti Kementerian Agama (Kemenag). Sejalan dengan itu, Undang-
undang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan ditransfer ke daerah
secara langsung. Anggaran tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

Adapun proporsi terbesar anggaran yang dikelola Kemendikbud yaitu Pendanaan Wajib sebesar Rp 31,13
triliun. Anggaran itu untuk membiayai Program Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, tunjangan
guru non PNS, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan Bantuan Pendanaan PTN
Badan Hukum (BPPTN-BH) Pendidikan Tinggi.

Asesmen Nasional (AN)

Sementara itu, terkait isu strategis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar
Makarim menerangkan, Asesmen Nasional (AN) dirancang untuk memantau dan mengevaluasi sistem
pendidikan. Dijelaskan bahwa AN tidak sama dengan Ujian Nasional baik dari sisi fungsi maupun
substansi.
Siaran Pers
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Mendikbud menegaskan, AN bukan evaluasi individu siswa dan tidak ada konsekuensi untuk siswa. AN
bukan untuk menambah beban siswa dan bukan sebagai salah satu syarat dalam penerimaan peserta
didik baru (PPDB). Melainkan dirancang untuk memperbaiki sistem pendidikan dasar dan menengah. Di
sisi lain, evaluasi kompetensi peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan sekolah.

AN terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum yang terdiri dari literasi dan numerasi, Survei Karakter, dan
Survei Lingkungan Belajar. Oleh karena itu, AN berguna untuk membantu sekolah memperbaiki performa
layanan pendidikannya menjadi lebih baik. “AN bukan untuk menghukum sekolah,” ujar Mendikbud
menekankan.

Dalam penjelasannya, Mendikbud menyampaikan, target pelaksanaan AN diubah menjadi September s.d.
Oktober 2021. Hal ini untuk memastikan agar persiapan logistik, infrastruktur, dan protokol kesehatan lebih
optimal. Di samping itu, juga digunakan untuk menyosialisasikan dan berkoordinasi lebih masif dengan
pemerintah daerah.

“AN tetap perlu dilaksanakan. Kalau tidak, kita tidak bisa menghitung learning loss dan mengetahui mana
saja sekolah-sekolah yang paling membutuhkan bantuan kita. Inilah yang diinginkan Kemendikbud dan
DPR,” imbuhnya.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Selanjutnya, terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM), Mendikbud mengakui, dengan adanya Surat
Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri maka pembelajaran tetap mengutamakan kesehatan dan
keselamatan warga pendidikan. Pada Januari 2021, kebijakan PTM dimulai dengan pemberian izin oleh
pemerintah daerah atau kantor wilayah Kemenag. Dilanjutkan dengan izin berjenjang dari satuan
pendidikan dan orang tua.

Berdasarkan pengamatan, meski Kemendikbud telah memberikan otoritas pada pemerintah daerah,
keinginan pemda untuk membuka satuan pendidikan dinilai masih cukup rendah. Terutama untuk satuan
pendidikan di kota-kota besar yang penyebaran virus dan kepadatan penduduknya tinggi. Mendikbud
menilai banyak daerah yang memilih menggunakan opsi yang lebih aman untuk mempersiapkan diri dulu.
“Setiap pemda merespons (mengeluarkan kebijakan) sesuai situasi riil di daerah mereka,” jelas Mendikbud.

Kemendikbud telah menghimpun Laporan Proses Belajar Mengajar Satuan Pendidikan. Merujuk survei
yang telah dilaksanakan, diperoleh fakta bahwa sebanyak 84,5 persen satuan pendidikan (186.552
sekolah) menyatakan siap Belajar Dari Rumah. Sementara itu, 15,5 persen sisanya (34.200 sekolah)
menyatakan sanggup menggelar belajar tatap muka dengan protokol kesehatan.

Bantuan Subsidi Upah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) non PNS

Berikutnya, menyangkut Bantuan Subsidi Upah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) non PNS di
tahun 2020 telah direalisasikan sesuai target kepada 1.634.832 orang. Jumlah tersebut terdiri dari PTK
Siaran Pers
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan untuk PTK pendidikan tinggi, bantuan
yang rencananya menyasar untuk 399.900 orang, dapat terealisasinya sebanyak 374.836.

Revisi Undang-undang Sisdiknas

Pada kesempatan yang sama, pelaksana tugas (plt.) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) dan Perbukuan, Kemendikbud, Totok Suprayitno menjelaskan terkait revisi UU Sisdiknas.
“Sinkroinsasi draf perubahan UU Sisdiknas di internal Kemendikbud telah kami lakukan sejak Juli 2020
hingga April 2021. Kami memastikan tiap unit di Kemendikbud terlibat menyusun konsepnya. Kami harap,
pada Mei-Oktober 2021, draf ini sudah bisa dirapatkan antar kementerian. Pada November, targetnya
finalisasi draf perubahan UU Sisdiknas antar kementerian dan Desember adalah penyampaian naskah
akademik dan rapat konsultasi dengan DPR. Ini jadwal yang kami pandang masih realistis hingga saat ini,”
jelas Totok.

Anggota Komisi X Fraksi PDI-Perjuangan, Sofyan Tan mengapresiasi Kemendikbud atas penggunaan
anggaran yang cepat tanggap di masa Covid-19. Sofyan juga menyoroti Asesmen Nasional (AN).
Menurutnya, “AN adalah solusi yang baik bagi Kemendikbud untuk melihat kondisi pendidikan dan
bagaimana cara membenahinya. Program ini sangat baik,” ujar Sofyan.

Sementara itu, Hetifah Sjaifudian dari Fraksi Golkar menyentuh isu guru honorer dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). “Rekrutmen PPPK menjadi terobosan yang sangat baik dari
Kemendibud,” tutur Hetifah. *

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat


Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#bersamahadapikorona

Anda mungkin juga menyukai