Lampiran 1
Alur Pikir
• Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan
terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan efek samping atau
toksik pada jaringan.
• Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan
biokompatibel
• Prioritas dan fokus penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS
IPTEK 2015- 2019) tentang pengembangan dan penemuan bahan baru dari
tanaman tradisional dalam bidang kesehatan
Buah Lerak
• Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan adalah buah lerak. Buah lerak
telah digunakan sebagai insekstisida, nematisida, antiseptik, bahan dasar sampo
serta kosmetik.
• Khasiat farmakologik buah lerak antara lain sebagai antijamur, bakterisid,
antiinflamasi dan peluruh dahak.
• Buah lerak ini terdiri dari biji yang mengandung minyak dan daging buah yang
mengandung saponin, alkaloid, polifenol, antioksidan, flavanoid serta tannin.
• Flavanoid diduga dapat merusak membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan
kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler.
• Senyawa polifenol menghambat enzim penting mikroorganisme, sedangkan
alkaloid sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan
sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.
• Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang diduga akan menyerang
lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar dan non polar sehingga
menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel bakteri. Saponin juga bersifat sebagai
surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan deterjen yang dapat melarutkan
kotoran.
• Penelitian Fitrawati J dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ektstrak etanol lerak
0,01% memiliki efek antifungal dan dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans
• Peneltian Irham dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01%
memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus Mutans
• Penelitian Sanny dan Nevi Y (2008) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM
0,25%
• Penelitian Elvia ER dan Nevi Y (2008) menyatakan bahwa ekstrak lerkak 0,01%
dan saponin buah lerak 0,008% dapat mencegah kebocoran mikro karena dapat
mengangkat smear layer
• Penelitian Marsha RD dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
25% mempunyai efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis
• Penelitian Mutia Pratiwi dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol
lerak 0,01% dapat menurunkan sel-sel radang pada tikus wistar jantan.
• Penelitian Bakti FU dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
memiliki efek anlagetik pada konsentrasi 2,5 % , 5%, dan 7,5%.
• Siregar SN dan Nevi Y (2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 1.25%
diperoleh nilai LC50
• Penelitian Rosida IY (2013) menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak (Sapindus
rarak) 0,01% sebagai dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear layer
dan sama efektifnya dengan asam poliakrilat 10%
• Penelitian Fifin IS dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
25% mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah dari klorheksidin 2%
sehingga dengan nilai tegangan permukaan rendah suatu bahan irigasi dapat
berpenetrasi lebih dalam pada tubulus dentin.
• Penelitian Syarifah M dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa tegangan permukaan
ekstrak etanol lerak dengan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaan lebih
rendah dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.
• Penelitian Vivi L dan Nevi Y (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 25%
mempunyai efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis
• Penelitian Teo HY dan Nevi Y (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
6,25%, 12,5% dan 25% memiliki efek untuk melarutkan jaringan pulpa pada waktu
kontak 2 menit, 5 menit dan 10 menit. Ekstrak lerak mempunyai daya untuk
melarutkan jaringan pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dari
segi konsentrasi dan waktu kontak.
Dari uraian diatas, banyak kelemahan dari sodium hipoklorit dan EDTA. Esktrak
etanol lerak memiliki beberapa kelebihan sesuai dengan syarat bahan irigasi. Namun,
sejauh ini belum ada penelitian tentang kebersihan dinding saluran akar jika
menggunakan ekstrak etanol lerak sebagai bahan irigasi.
Timbul permasalahan :
• Apakah ada pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25%
terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi ?
• Apakah ada perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak
25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear
layer saluran akar gigi ?
Tujuan penelitian :
• Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25%
terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.
• Untuk mengetahui perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap
smear layer saluran akar gigi.
Judul Penelitian :
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM).
Lampiran 2
Buah lerak 1 kg dicuci dan dikeluarkan bijinya sehingga diperoleh 940 gram
daging buah lerak
Lerak yang telah kering seberat 550 gram dihaluskan dengan blender dan diayak dan
didapat serbuk 500 gram.
500 gram simplisia dimaserasi dengan 800 ml pelarut etanol 70% selama 3 jam.
Ekstrak cair.
Disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan dalam kulkas dan diberi label
Lampiran 3
40 buah gigi premolar mandibula yang dicabut untuk keperluan perawatan ortodonti
Panjang kerja seluruh sampel ditentukan dengan mengukur panjang gigi dan
dikurangi 1 mm
Sampel akan diukur dari cementoenamel junction dari arah bukolingual sampai ke
ujung apeks dan diberi tanda
Sampel yang diberi tanda akan bur dengan separating disk dan dibelah dengan
menggunakan chisel
Analisa Data
Lampiran 4
Anggaran Penelitian
Total : Rp 8.373.000
Lampiran 5
Jadwal Penelitian
Kegiatan Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Penentuan
masalah dan X X
survei ke
lab/lapangan
2. Penyusunan X X X X X
proposal
3. Ujian X
proposal
4. Perbaikan X
proposal
5. Pengambilan X
data
6. Analisis X
statistik
7. Penyusunan X
laporan
8. Diskusi tim
laporan X
penelitian
9. Perbaikan X
11. Perbaikan X
12. Penyerahan
skripsi ke X
departemen,
perpustakaan
Lampiran 6
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7
Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Kelompok II : Kombinasi Ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%
(Pembesaran 1000x)
Sampel 1
` Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7
Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7
Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Lampiran 7
Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Measure of Kappa 1.000 .000 25.659 .000
Agreement
N of Valid Cases 360
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 8
Kruskall Wallis
NPar Tests
Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 10.60
Gigi 25%
Ekstrak etanol buah lerak 10 14.80
25% dan NaOCl 2,5%
NaOCl 2,5% dan EDTA 10 22.10
17%
Salin 10 34.50
Total 40
Test Statisticsa,b
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Chi-Square 28.162
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok perlakuan
Lampiran 9
Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 9.00 90.00
Gigi 25%
Ekstrak etanol buah lerak 10 12.00 120.00
25% + NaOCl 2,5%
Total 20
Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 35.000
Wilcoxon W 90.000
Z -1.314
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
Exact Sig. [2*(1-tailed .280a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah 10 7.10 71.00
Gigi lerak 25%
NaOCl 2,5% + EDTA 10 13.90 139.00
17%
Total 20
Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 71.000
Z -2.952
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed .009a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Kebersihan Saluran Ekstrak etanol buah 10 5.50 55.00
Akar Gigi lerak 25%
Salin 10 15.50 155.00
Total 20
Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 55.000
Z -4.119
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed .000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
perlakuan
NPar Tests
[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 8.30 83.00
Gigi 25% + NaOCl 2,5%
NaOCl 2,5% + EDTA 10 12.70 127.00
17%
Total 20
Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 28.000
Wilcoxon W 83.000
Z -2.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
Exact Sig. [2*(1-tailed .105a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 5.50 55.00
Gigi 25% dan NaOCl 2,5%
Salin 10 15.50 155.00
Total 20
Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 55.000
Z -4.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed .000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan
NPar Tests
Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank
Kebersihan Saluran Akar NaOCl 2,5% dan EDTA 10 6.50
Gigi 17%
Salin 10 14.50
Total 20
Test Statisticsa,b
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Chi-Square 12.667
df 1
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok perlakuan
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
DAFTAR PUSTAKA
1. Agrawal Vineet S, Rajesh M, Sonali K, Mukesh P. A contemporary overview of
endodontic irrigants – A review. Journal of Dental application 2014; 1(6): 105-
15.
2. Young GR, Parashos P, Messer HH. The principle of technique for cleaning root
canal. Australian Dental Journal 2007; 52(1 Suppl): 52- 3.
3. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics principles and practice. Missouri:
Saunders Elsevier, 2009: 258- 68.
4. Kocani F, Kamberi B, Dragusha E, Mrasori S, Haliti F. The cleaning efficiency of
the root canal after different instrumentation technique and irrigation protocol: A
SEM analysis. Journal of Stomatology 2012; 2: 69-76.
5. Peter OA, Scheonenberger K, Laib A. Effects of four Ni-Ti preparation technique
on root canal geometry assessed by micro computed tomography. Int Endod J
2001; 34: 221-30.
6. Dechichi P, Moura CCG. Smear layer: a brief review of general concepts. Part I.
characteristics, compounds, structure, bacteria and sealing. RFO UPF 2006;
11(2): 96-9.
7. Silveira LFM, Silveira CF, Martos J, De castro LAS. Evaluation of the different
irrigation regiments with sodium hypoclorite and EDTA in removing the smear
layer during root canal preparation. Journal of Microscopy and Ultrastructure
2013: 51-6.
8. Violich DR, Chandler NP. The smear layer in endodontics-a review. International
Endodontic Journal 2010; 43: 2-15.
9. Zakarea NA, Mohammad TH, Taqa AA, Chumbley S, Al- juad S, Batto H. A
newly prepared solution for the removal of the smear layer. International Journal
of Dental Science and Research 2014; 2(1):19-26.
10. Paul J. Recent trends in irrigation in endodontics. International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences 2014; 3(12): 941-52.
11. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics. 3 rd ed., India: Jaypee, 2014: 210-4.
12. Biro Hukum dan Humas. Keputusan Menteri Ristek RI: Kebijakan strategis
nasional dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Jakstranas Iptek) 2015-2019.
13. Udarno L, Balitri. Lerak (Sapindus rarak) tanaman industri pengganti sabun.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 2009; 15(2): 7-8.
14. Nevi Y. Smear layer removal of saponin from lerak’s fruit 0,008% and NaOCl
5% as intracanal irrigant. Proceeding APDC ke-29, Jakarta, 2007.
15. Aizah N, Suharti S, Suci DM. Fortification lerak (Sapindus rarak) extract with
mineral mix (Ca, Mg, P and S) and its efects on fermentation characteristics and
bacterial protein synthesis in vitro. Skripsi. Bogor: IPB, 2011.
16. Nevi Y, Elvia RR. Pengaruh larutan ekstrak buah lerak terhadap pembentukan
celah mikro di apikal saluran akar. Dentika Dental Journal 2009;14(2): 203-7.
17. Teo HY. Pengaruh konsentrasi dan waktu kontak ekstrak etanol lerak (Sapindus
rarak DC) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap kelarutan
jaringan pulpa (penelitian in vitro). Skripsi. Medan: FKG USU, 2015: 43.
18. Rosida IY. Efektivitas ekstrak daging buah lerak (Sapindus rarak) 0,01% sebagai
dentin conditioner dalam membersihkan smear layer. Skripsi. Jember: FKG
UNEJ, 2012: 30-1.
19. Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans.
Dentika Dental Journal 2009; 14(1): 53-8.
20. Juni F. Efek antifungal berbagai sediaan buah lerak terhadap Candida albicans.
Proceeding Asyiah-DMII PSKG FK UNSYIAH, Banda Aceh, 2011.
21. Vivi L. Efek antibakteri ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap Porphyromonas gingivalis
(penelitian in vitro). Proceeding RDME ke-6 FKG USU, Medan, 2014.
22. Risya DM. Efek antibakteri ekstrak lerak dalam pelarut etanol terhadap
Enterococcus faecalis. Proceeding Program Kreativitas Mahasiswa DP3M Ditjen
Dikti Depdiknas, 2009: 24-7.
23. Nevi Y, Sanny. Efek antibakteri berbagai sediaan lerak terhadap Fusobacterium
nucleatum sebagai alternatif larutan irigasi intrakanal. Maj Kedokteran Gigi (Dent
J) 2009; 24(4): 147-52.
24. Nevi Y, Fitrah UB. Efek analgetik ekstrak lerak sebagai bahan pereda nyeri gigi.
Dentika Dental Journal 2010;15(1): 51-6.
25. Mutia P. Efek ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) terhadap penurunan sel-
sel radang pada tikus wistar jantan (penelitian in vivo). Kongres IKORGI IX &
Seminar Ilmiah Nasional, 2010.
26. Fifin IS. Perbedaan tegangan permukaan antara ekstrak etanol lerak (Sapindus
rarak DC) dengan klorheksidin glukonat 2% sebagai bahan irigasi saluran akar.
Skripsi. Medan: FKG USU, 2013: 43.
27. Syarifah M. Perbedaan tegangan permukaan ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak
DC) dengan NaOCl 2,5% sebagai bahan irigasi saluran akar. Skripsi. Medan:
FKG USU, 2013: 42.
28. Siregar SN. Sitotoksisitas ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) terhadap sel
fibroblast sebagai bahan irigasi saluran akar secara in vitro. Skripsi. Medan: FKG
USU, 2011: 53.
29. Winter. Root canal irrigants and disinfectans. American Association of
endodontics 2011; 2-5.
30. Gulabivala K, Y-L Ng, Gilbertson M, Eames I. The fluid mechanics of root canal
irrigation. Physiological Measurement 2010;55.
31. Paragliola R et al. Comparison of smear layer removal using four final-rinse
protocol. International Dentistry- Australian 2011; 7(1): 50-2.
32. Grossman LI, Chandra BS, Gopikrishna V. Grossman’s endodontic practice. 13 th
ed., India: Wolter Kluwer Health, 2014: 327.
33. Kohli A. Textbook of endodontics. India: Elsevier, 2010: 154-67.
34. Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 10 th ed., Canada: Mosby
Elsevier, 2014: 258-60.
35. Guha C, Gurtu A, Mehrotra A. Manual irrigation agitation technique. Journal of
dental science and oral rehabilitation 2012: 8-10.
36. Gu Li-sha, Kim JR, Ling J, Choi KK, David H, Tay FR. Review of contemporary
irrigant agitation techniques and devices. JOE 2009; 35(6): 791- 800.
smear layer from the root canal wall using scanning electron microscope: An in
vitro study 2015;14(5): 45-50.
48. Erny D. Perubahan kekerasan dentin saluran akar menggunakan berbagai jenis
bahan irigasi. Tesis. Makassar: FKG UNHAS, 2015: 14-5. k
49. Bogra, Nikhil. Studi of dimercapto siccinic acid, sodium hypochlorite and their
combination used as irrigant in root canals. J Endod 2003; 15: 19-25.
BAB 3
3.2 Hipotesa
Dari uraian diatas , dapat ditegakkan suatu hipotesis bahwa:
1. Ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25% dapat mengangkat smear
layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.
2. Ada perbedaan pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25%
dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear layer saluran akar
gigi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
3 = Smear
layer
menutupi
permukaan
saluran akar
dan tubulus
dentin.
C
A B D
Gambar 14. A. Mikromotor (Sunburst, Korea) B.Handpiece straight (NSK,Japan)
C. Separating disk D. Spuit 5 ml (Tanscoject®, Germany) dan
jarum irigasi berbentuk two side-vented 30G (Tanscoject®,Germany)
C
A B
Gambar 15. A. ProTaper Universal NiTi Rotary Instrument (Dentsply-
Maillefer, Switzerland) B. K-file #10 dan #15 (Diadent, Europe) C.Penggaris
endo
A B C
D E F
Gambar 18. A. Buah lerak (Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah) B. Ekstrak etanol
buah lerak 25% C. Akuades steril (Widatra bhakti, Indonesia)
D. Larutan salin (Widatra bhakti, Indonesia) E. Larutan NaOCl 2,5%
yang diperoleh dari pengenceran NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia)
F. Larutan EDTA 17% (Rainbow, EU) G. Absorbent Paper Points
(Dochem, China)
Gambar 21. Pemotongan daging Gambar 22. Buah lerak yang sudah
buah lerak dipotong dikeringkan
dalam lemari pengering
Gambar 25. Potongan lerak yang sudah Gambar 26. Simplisia lerak
kering dihaluskan dengan blender
• Kelompok IV :
Irigasi awal dengan larutan salin sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian
instrumen diirigasi dengan larutan salin sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi
final dengan larutan salin sebanyak 5 selama 60 detik.
Setelah irigasi awal sesuai dengan kelompok perlakuan masing- masing,
preparasi saluran akar menggunakan teknik crown-down pressureless menggunakan
ProTaper Universal NiTi rotary instrument (Dentsply- Maillefer, Switzerland).
Sebelum menggunakan file S1, negosisasi dan penentuan glide path saluran akar
dengan k-file #10 (Gambar 31) sepanjang seberapa file bisa masuk, irigasi dan
negoisasi juga saluran akar dengan k-file #15 (Gambar 32) sepanjang seberapa file
bisa masuk sepanjang kerja dan irigasi saluran akar. Kedalaman k-file #15 dapat
masuk ke dalam saluran akar dijadikan acuan untuk preparasi dengan file S1 dan S2.
Dengan menggunakan endomotor, setiap file ProTaper digunakan pada speed 300
rpm dan torque 2,5 Ncm. Preparasi dengan ProTaper dimulai dengan file S1 (purple
ring, size 17, tapering 2% - 11%) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan
brushing (Gambar 33), irigasi dan kemudian preparasi dengan S2 (white ring, size
20, tapering 4% - 11,5) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan brushing
(Gambar 34). Kemudian k-file #10 dinegoisasi sampai sepanjang kerja. Irigasi dan
preparasi dengan S1 kemudian S2 sepanjang kerja dengan gerakan brushing. Setiap
pergantian file selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10. Irigasi
saluran akar dan preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai
sepanjang kerja dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 35), irigasi,
preparasi dengan F2 (red ring , size 25 dan tapering 8%) sampai sepanjang kerja
dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 36), irigasi dan kemudian
preparasi dengan F3 (blue ring, size 30, tapering 9%) sampai sepanjang kerja dengan
gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 37). Irigasi final sesuai kelompok
perlakuan masing- masing (Gambar 38).
Gambar 31. Negoisasi saluran akar Gambar 32. Negoisasi saluran akar
dengan k-file #10 dengan k-file #15
Gambar 39. Sampel dicoating dengan Gambar 40. Sampel yang telah dicoating
alat Auto Fine Coater dimasukkan ke dalam ruang
(JEOL JFC-1600) vaccum pada alat SEM
Gambar 41. Hasil SEM dengan Gambar 42. Daerah yang dilingkari
pembesaran 10x akan diamati dengan
pembesaran 1000x
Gambar 43. Foto dengan pembesaran 1000x dibagi menjadi 9 area pengamatan
BAB 5
HASIL PENELITIAN
2 1 2
1 1 1
2 1 2
Gambar 46. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok larutan ekstrak etanol buah lerak 25% (1000x)
2 2 2
2 2 2
2 2 2
Gambar 47. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok kombinasi larutan ekstrak etanol buah lerak 25%
dan NaOCl 2,5% (1000x)
2 2 2
2 2 2
2 2 3
Gambar 48. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada
kelompok yang diirigasi larutan NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% (1000x)
3 3 3
3 3 3
3 3 3
Gambar 49. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok yang diirigasi larutan salin (1000x)
Tabel 1. Hasil uji kappa statistik pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah
lerak (Sapindus rarak DC) dengan sodium hipoklorit dan EDTA terhadap
smear layer saluran akar gigi
Pada tabel 1, hasil uji kappa statistik diperoleh nilai kappa = 1 yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengamatan hasil skor diantara pengamat 1
dan 2, sehingga dapat mengambil hasil skor dari pengamat 1 atau 2. Oleh karena itu,
analisis selanjutnya dipakai hasil skor dari pengamat 1. Hasil skor dari pengamat 1
diambil nilai mediannya dari setiap sampel pada semua kelompok perlakuan dan
nilai median yang diperoleh dari setiap sampel pada semua kelompok perlakuan akan
dilakukan uji analisis Kruskall Wallis untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan antara semua kelompok perlakuan terhadap smear layer saluran akar gigi.
Dari hasil uji statistik Kruskall Wallis diperoleh nilai p<0,05 (p= 0,000) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh bahan irigasi dari ekstrak etanol buah
lerak 25%, kombinasi larutan ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%,
kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% dan salin terhadap smear layer
saluran akar gigi. Hasil uji Kruskall Wallis yang lengkap dapat dilihat pada
lampiran 8. Untuk melihat masing-masing perbedaan diantara masing-masing
kelompok perlakuan digunakan uji Mann-Whitney.
Dari hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok yang diirigasi dengan ekstrak etanol buah lerak 25% dengan
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dalam mengangkat smear
layer pada sepertiga apikal saluran akar dengan nilai p>0,05 (p=0.189). Namun,
dilihat dari nilai median, ekstrak etanol buah lerak 25% memiliki nilai median
(Me=14) yang lebih rendah dibandingkan kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25%
dan NaOCl 2,5% (Me=17). Jumlah nilai median yang rendah dari ekstrak etanol buah
lerak 25% menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalm mengangkat smear layer
pada sepertiga apikal saluran akar dibandingkan kombinasi ekstrak etanol buah lerak
25% dan NaOCl 2,5%.
Kelompok ekstrak etanol buah lerak 25% menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan kelompok yang diirigasi dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% dengan p<0,05 (p=0,003). Pada tabel 2, nilai median dari ekstrak etanol
buah lerak 25% (Me=14) juga lebih rendah dari kelompok yang diirigasi dengan
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22) yang menunjukkan bahwa ekstrak
etanol buah lerak 25% lebih baik mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
Kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
dengan p<0,05 (p=0,028) dan nilai median dari kombinasi ekstrak etanol buah lerak
25% dan NaOCl 2,5% (Me=17) yang lebih rendah dari kelompok yang diirigasi
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22). Hal tersebut menunjukkan
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% lebih baik mengangkat
smear layer pada sepertiga apikal dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA
17%.
Salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan kelompok
lainnya dengan p<0,05 (0,000). Jumlah nilai median salin paling tinggi (Me= 30)
berarti menunjukkan tidak ada pengaruh salin terhadap smear layer saluran akar gigi.
BAB 6
PEMBAHASAN
yang cukup banyak sehingga dapat menurunkan ikatan adhesive antara bahan
obturasi dan permukaan saluran akar.8 Penggunaan instrument rotary lainnya seperti
lightspeed, iRace, K3, Mtwo, Reciproc dan lain sebagainya perlu diteliti juga
pengaruhnya dalam membersihkan saluran akar pada daerah sepertiga apikal saluran
akar. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Burklein et al. (2011) menyatakan bahwa
preparasi saluran akar menggunakan Mtwo dan Reciproc menunjukkan tingkat
kebersihan saluran akar yang lebih baik di daerah sepertiga apikal saluran akar
dibandingkan dengan ProTaper.43
Preparasi saluran akar menggunakan ProTaper walaupun memperlihatkan
tingkat kebersihan saluran akar yang lebih buruk dibanding Mtwo dan Reciproc,
penelitian Camara et.al (2007) menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada
instrumen saluran akar yang dapat mempreparasi dinding saluran akar secara
sempurna.44 Pemilihan penggunaan ProTaper Universal NiTi rotary instrument
dalam penelitian ini dikarenakan ProTaper memiliki desain khusus dengan beberapa
kelebihan, yaitu desain taper yang progresif dari ProTaper yang akan meningkatkan
fleksibilitas dan efisiensi ProTaper dalam memotong dentin. Preparasi saluran akar
dengan ProTaper juga mengurangi jumlah file yang dipakai untuk preparasi saluran
akar, penggunaannya lebih sederhana dan waktu preparasi saluran akar yang lebih
singkat. Selain itu, desain flute yang terdapat pada ProTaper berfungsi
mengumpulkan jaringan lunak dan serpihan dentin yang akan dibuang dari saluran
akar dan helical angle dan pitch yang bervariasi dari ProTaper mengizinkan blade
untuk mengeluarkan debris yang telah dikumpulkan di dalam flute. Sehingga,
ProTaper lebih efesien mengangkat debris yang terbentuk selama preparasi saluran
akar.45,46
Masih terdapatnya smear layer pada semua kelompok perlakuan juga
dipengaruhi teknik irigasi yang digunakan dalam penelitian ini masih secara manual
yaitu menggunakan spuit dan jarum. Tindakan pembilasan secara mekanis dengan
teknik irigasi menggunakan spuit dan jarum relatif lemah dan kurang mampu
mendistribusikan bahan irigasi ke daerah-daerah saluran akar yang tidak
terinstrumentasi; seperti pada kanal-kanal aksesoris dan ramifikasi saluran akar.35
laju aliran yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum 28G dan kemungkinan
terjadinya ekstrusi lebih kecil.37 Ukuran jarum juga akan menentukan seberapa dalam
bahan irigasi mencapai apeks. Ukuran jarum 30 G mampu mencapai saluran akar
dengan ukuran preparasi apikal 25.37 Dalam penelitian ini, bagian apikal saluran akar
dipreparasi sampai dengan file F3 (size 30) sehingga ukuran jarum 30 G berarti dapat
masuk mencapai apikal, sehingga pendistribusian bahan irigasi dapat semaksimal
mungkin mencapai apikal dan akan meningkatkan kontaknya bahan irigasi dengan
dinding dentin sehinggga sangat mempengaruhi proses pembersihan saluran akar
pada daerah sepertiga apikal.35,36,37
Untuk melihat kemampuan setiap kelompok perlakuan dalam mengangkat
smear layer dapat dilihat berdasarkan jumlah nilai median hasil skor dari gambaran
SEM pada setiap kelompok perlakuan. Pada tabel 2, kelompok ekstrak etanol buah
lerak 25% diperoleh nilai median 14, kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan
NaOCl 2,5% (Me=17), kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22) dan salin
(Me=30). Jumlah nilai median yang semakin rendah menunjukkan kemampuan bahan
irigasi yang semakin baik dalam mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
saluran akar.
Dari hasil nilai median terlihat bahwa ekstrak etanol buah lerak 25% paling
efektif dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar, kemudian
diikuti oleh kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dan kelompok
yang diirigasi dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Walaupun, nilai
median tiap kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan, tetap digunakan uji
statistik Kruskall Wallis untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antara kelompok perlakuan. Dari hasil uji Kruskall Wallis menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengaruh antar kelompok perlakuan bahan irigasi terhadap smear layer
saluran akar gigi pada sepertiga apikal saluran akar gigi dengan nilai p<0,05
(p=0.000).
Hasil gambaran scanning electron microscope menunjukkan larutan ekstrak
etanol buah lerak 25% sudah dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
saluran akar. Kemampuan ekstrak etanol buah lerak dalam mengangkat smear layer
disebabkan adanya saponin yang merupakan komponen aktif dari ekstrak etanol buah
lerak yang beperan sebagai surfaktan atau deterjen dapat menurunkan tegangan
permukaan.14 Hal ini sesuai dengan penelitian Fifin (2013) yang menyatakan bahwa
ekstrak etanol buah lerak 25% memiliki tegangan permukaan yang rendah
dibandingkan bahan irigasi klorheksidin glukonat 2%26 dan penelitian Syarifah
(2013) juga menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak 5-25% memiliki tegangan
permukaan yang rendah dibandingkan NaOCl 2,5%.27
Tegangan permukaan yang rendah dari ekstrak etanol buah lerak 25% dapat
meningkatkan penetrasi larutan irigasi sampai ke sepertiga apikal saluran akar pada
saluran akar utama dan juga pada daerah saluran akar yang tidak dapat dicapai oleh
instrumentasi seperti ke daerah –daerah ramifikasi saluran akar dan kanal aksesori
dan meningkatkan kontaknya bahan irigasi dengan dinding dentin42, sehinggga sangat
mempengaruhi peran bahan irigasi tidak hanya dalam melarutkan smear layer, tetapi
juga terhadap efek antibakteri dan kemampuannya dalam melarutkan jaringan pulpa
sampai ke daerah sepertiga apikal dan ke saluran akar yang tidak dapat dicapai oleh
tindakan intrumentasi saluran akar.29,27,42
Struktur kimia saponin buah lerak terdiri atas glycoside (senyawa polar) dan
pentacyclic triterpenoid (senyawa non polar) menunjukkan bahwa saponin termasuk
golongan surfaktan (senyawa permukaan aktif) yang dapat dapat melarutkan senyawa
polar dan non polar.14 Gugus-gugus hidrofil dan hidrofob yang terdapat pada saponin
menyebabkan larutan ini bersifat sebagai surfaktan (menurunkan tegangan
permukaan). Dengan menurunnya tegangan permukaan air, permukaan air ditarik
lebih kuat ke permukaan yang dicuci akibatnya air menyebar menutupi permukaan
padatan sehingga lebih membasahi. Selain itu, ujung gugus hidrofob ditarik oleh
minyak pada kotoran, menerobos dan melunakkan minyak, lalu memecah minyak
dan kotoran sehingga terbentuk misel pada permukaan partikel kotoran, kemudian
gugus hidrofob ditarik oleh air sehingga partikel kotoran terlepas dan terbawa oleh air
pembilasan dan mekanisme tersebut dihubungkan dengan kemampuan ekstrak etanol
buah lerak yang mengandung saponin dalam membungkus dan melarutkan smear
layer yang terbentuk saat instrumentasi, sehingga tidak melekat ke dinding saluran
akar.14
Kemampuan buah lerak dapat melarutkan smear layer organik dihubungkan
dengan penelitian Teo HY (2015) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak
6,25%-25% dapat melarutkan jaringan pulpa, dimana jaringan pulpa merupakan salah
satu komponen organik dari smear layer.17 Selain itu, ekstrak etanol buah lerak juga
dihubungkan dapat melarutkan smear layer organik dan anorganik berdasarkan
penelitian Rosida IY (2012) yang melaporkan bahwa ekstrak buah lerak 0,01% yang
digunakan sebagai bahan dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear
layer dan sama efektifnya dengan asam poliakrilat 10%.18 Hasil penelitian tersebut
menunjukkan smear layer yang terbentuk dari preparasi kavitas. Preparasi kavitas
dalam penelitian tersebut sampai batas dentin, sehingga smear layer yang terbentuk
berasal dentin yang terpreparasi. Seperti diketahui, dentin terdiri dari 70% komponen
anorganik dan 20% komponen organik.48 Gugus hidrofilik (senyawa polar) dan gugus
hidrofobik (senyawa non polar) pada saponin buah lerak dimungkinkan akan
melarutkan smear layer organik yang bersifat polar dan non polar, sedangkan smear
layer anorganik berasal dari komponen anorganik dentin yang sebahagian besar
mengandung kalsium hidroksiapatit dan trikalsium posfat merupakan senyawa non
polar yang akan dilarutkan oleh gugus hidrofobik (senyawa non polar) dari saponin
buah lerak.14
Kemampuan ekstrak etanol buah lerak dalam mengangkat smear layer sesuai
dengan penelitian Nevi Yanti (2007) yang membuktikan saponin buah lerak 0,008%
dapat membersihkan dinding saluran gigi14 dan penelitian Elvia Rizka (2008) yang
menunjukkan ekstrak buah lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di apikal
saluran akar yang berarti dapat mengangkat smear layer.16 Ekstrak etanol buah lerak
0,01% sudah dapat mencegah kebocoran mikro di apikal saluran akar, tetapi tidak
lebih efektif dari kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%.16 Walaupun demikian,
ekstrak etanol buah lerak 25% perlu diteliti lebih lanjut efeknya terhadap erosi dentin
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penelitian pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak dengan NaOCl
dan EDTA terhadap smear layer terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan
dalam mengangkat smear layer saluran akar gigi antara kelompok yang diirigasi
dengan ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi ekstrak etanol buah lerak
dan NaOCl 2,5% (p=0,189). Tetapi, ada perbedaan kemampuan dalam mengangkat
smear layer antara bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (p=0,003) dan diperoleh ekstrak etanol buah lerak 25%
lebih baik mengangkat smear layer. Kelompok bahan irigasi kombinasi ekstrak
etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kelompok yang diirigasi kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% juga terdapat perbedaan kemampuan dalam
mengangkat smear layer (p=0,028) dan diperoleh kombinasi ekstrak etanol buah
lerak 25% dan NaOCl 2,5% juga lebih baik mengangkat smear layer pada sepertiga
apikal. Sedangkan salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan
kelompok lainnya (p=0,000) dan menunjukkan tidak ada pengaruhnya terhadap
smear layer saluran akar gigi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah lerak 25%
sudah dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar dan lebih
efektif dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
7.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan melihat pengaruh ekstrak etanol buah
lerak terhadap erosi dentin.
2. Perlu diteliti lebih lanjut efek ekstrak etanol buah lerak terhadap
diskolorisasi gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi saluran akar merupakan tahap paling penting yang akan menunjang
keberhasilan perawatan saluran akar karena tindakan irigasi mampu membersihkan
daerah- daerah saluran akar yang tidak dapat dicapai dengan instrumentasi mekanis.
Larutan irigasi mampu berpenetrasi ke dalam tubulus- tubulus dentin dan mematikan
mikroorganisme. Larutan irigasi juga memudahkan pengeluaran dan melarutkan
smear layer yang terbentuk selama tahap instrumentasi saluran akar.1 Kemampuan
bahan irigasi dalam mengangkat smear layer menjadi pertimbangan penting selama
perawatan saluran akar karena smear layer dapat menimbulkan dampak yang
merugikan dalam perawatan saluran akar sehingga diperlukan bahan irigasi yang juga
mampu menyingkirkan smear layer.4,6
kemungkinan dapat tertinggal pada smear layer walaupun setelah tindakan preparasi
chemomechanical. George et al. (2005) menyatakan bahwa smear layer dapat
menjadi substrat bagi bakteri sehingga bakteri dapat bertahan hidup pada smear layer,
berkembang dan berproliferasi ke dalam tubulus dentin.6,8 Smear layer juga sebagai
penghalang terhadap adaptasi dan penetrasi bahan sealer ke tubulus dentin sehingga
dapat memicu terjadinya celah mikro di apikal saluran.6,9 Shahravan et al. (2007)
meneliti pengaruh smear layer terhadap pembentukan celah mikro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyingkiran smear layer akan mengurangi terjadinya celah
mikro di apikal saluran akar.9
Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer dapat ditentukan
dengan penggunaan skor Torabinejad (2003). Penentuan skor Torabinejad dengan
menggunakan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x. Skor 1 berarti
tidak ada smear layer pada permukaan saluran akar, seluruh tubulus bersih dan
terbuka (Gambar 2A), skor 2 dikategorikan dalam moderate smear layer dengan
tidak ada smear layer yang terlihat pada permukaan saluran akar, tetapi tubulus
dentin terdapat smear layer (Gambar 2B) dan skor 3 dikategorikan sebagai heavy
smear layer dengan keadaan smear layer melapisi permukaan saluran akar dan
tubulus dentin (Gambar 2C).9
A B
Gambar 2. A.Tidak ada smear layer, B. Moderate smear layer, C. Heavy smear
layer31
membentuk garam dan air (reaksi netralisasi). Reaksi netralisasi asam amino
menurunkan pH dengan cara mengeluarkan ion hidroksil (Gambar 4). Asam
hipoklorit (HOClˉ) merupakan zat yang terdapat dalam larutan NaOCl, yang ketika
berkontak dengan jaringan organik bertindak sebagai pelarut dan menghasilkan klorin
yang kemudian bereaksi dengan gugus asam amino membentuk chloramines yang
menghalangi metabolisme sel. (Gambar 5).1,10
2.3.2 EDTA
EDTA (ethylene diamine tetraacetid acid) adalah bahan chelating yang
paling sering digunakan. Pada tahun 1957, Nygaard-Ostby menggunakan bahan ini
pertama kali pada perawatan saluran akar. Konsentrasi EDTA yang digunakan
berkisar antara 15% -17%. Bahan ini memiliki kemampuan menyingkirkan smear
layer anorganik dengan cara mendemineralisasi jaringan anorganik.1,3 Selain itu,
EDTA juga berperan sebagai pelumas, emulsifikasi, membantu preparasi saluran akar
dengan memperlebar saluran akar yang sempit dan saluran akar yang mengalami
dekalsifikasi. 9,11,34
EDTA relatif tidak toksik dan sedikit menyebabkan iritasi. Serper dan Calt
melaporkan bahwa EDTA lebih efektif pada pH netral daripada pH 9 dalam tindakan
cleaning dan shaping saluran akar. Penggunaan 5 ml dari EDTA 17% sebagai irigasi
final selama 3 menit efisien dapat mengangkat smear layer dari saluran akar. Aplikasi
EDTA 17% selama 1 menit dengan teknik irigasi ultrasonik juga efektif mengangkat
smear layer dan debris pada bagian apikal saluran akar.1,34
Penggunaan EDTA juga tidak dapat dijadikan sebagai bahan irigasi tunggal
dalam perawatan saluran akar karena memiliki efek antibakteri yang lemah dan tidak
dapat melarutkan smear layer organik. Efek EDTA pada dentin tergantung pada
konsentrasi dan lamanya waktu berkontak dengan dentin. Hasil penelitian Calt dan
Serper (2002) menunjukkan bahwa irigasi dengan 10 ml dari EDTA 17% selama 10
menit dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intertubular dentin yang
berlebihan.1
2.3.4 MTAD
MTAD (mixture of tetracycline, acid, and detergent) adalah larutan irigasi
yang mengandung doksisiklin 3%, asam sitrat 4,25%, dan detergen (Tween 80).
MTAD pertama kali diperkenalkan oleh Torabinejad et.al sebagai alternatif dari
EDTA untuk menyingkirkan smear layer. MTAD merupakan kombinasi beberapa
komponen untuk mendapatkan efek antibakteri dan sifat chelating. Asam sitrat yang
terdapat pada MTAD akan menyingkirkan smear layer, sehingga akan mengizinkan
doksisiklin yang memiliki sifat antibakteri untuk masuk ke tubulus dentin. MTAD
tidak dapat melarutkan jaringan organik, sehingga penggunaannya lebih disarankan
sebagai irigasi final setelah saluran akar diirigasi dengan sodium hipoklorit. 1,3,34
2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC) sebagai Alternatif Bahan Irigasi
Saluran Akar
Buah lerak (Sapindus rarak DC) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari
Asia Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan
keadaan iklim. Tanaman ini lebih dikenal dengan nama lerak, namun di daerah lain
lerak memiliki nama yang berbeda-beda. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan
nama Rerek, Werak/Lerak (Jawa), Kalikea (Jambi), Kanikia (Minang), Lamuran
(Sumatera Selatan) dan buah sabun (Tapanuli Selatan).13,15
Menurut taksonominya, Sapindus rarak DC diklasifikasikan dalam :13,15
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Dycotyledonae
• Ordo : Sapindales
• Suku : Sapindaceae
• Marga : Sapindus
• Spesies : Sapindus rarak
Sapindus rarak DC merupakan tanaman rimba yang memiliki tinggi rata-rata
10 m, walaupun bisa mencapai tinggi 42 m dengan diameter batangnya 1 m. Tanaman
ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 sampai 1500 m diatas permukaan
laut. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih kotor dan berakar tunggang.
Daun tanaman ini majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga
lerak berbentuk tandan, melekat di pangkal, warna kuning keputihan, dan daun
mahkotanya empat. Tanaman ini mempunyai buah yang keras, bulat dengan diameter
± 2 cm dan berwarna kuning kecoklatan. Permukaan buah licin atau mengkilat,
bijinya bulat, keras dan bewarna hitam. Daging buah sedikit berlendir dan aromanya
13,15
wangi. Buah lerak terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji. Buah lerak sering
digunakan sebagai pencuci kain batik di Jawa, biasa juga digunakan untuk mencuci
emas, sebagai pembersih muka guna menghilangkan jerawat dan sebagai obat
penyakit kulit terutama penyakit kudis.13 Khasiat farmakologik buah lerak antara lain
sebagai antijamur, bakterisid, antiinflamasi dan peluruh dahak.14
sedangkan alkaloid sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat
melawan sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.16
Penelitian penggunaan buah lerak di bidang kedokteran gigi sebagai alternatif
bahan irigasi saluran akar juga telah dilakukan. Buah lerak telah terbukti memiliki
efek antibakteri dan antifungal. Ekstrak lerak 0,01% memiliki efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans19 dan efek antifungal terhadap Candida albicans.20
Bahan ini juga memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis21 dan
Enterococcus faecalis22 dengan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum) 25% serta
terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM (Kadar Hambat
Minimum) 0,25%.23 Penelitian juga membuktikan bahwa ekstrak etanol lerak
24
memiliki efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan efek antiinflamasi
pada konsentrasi 0,01%.25
Ekstrak etanol lerak pada konsentrasi 6,25%, 12,5% dan 25% memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa yang lebih baik dibandingkan dengan NaOCl
2,5%.25 Tegangan permukaan ekstrak etanol lerak 25% juga lebih rendah dari
klorheksidin 2%26 dan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaannya lebih
rendah dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.27 Selain itu, penelitian lainnya
menyatakan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di
apikal saluran akar.16 Ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 0,01% sebagai dentin
conditioner efektif juga mampu membersihkan smear layer dan sama efektifnya
dengan asam poliakrilat 10%.18 Uji toksisitas terhadap buah lerak juga telah
dilakukan dan hasilnya diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol lerak berada pada
konsentrasi 1,25%.28
pembersihan yang efektif.32 Distribusi bahan irigasi ke dalam saluran akar juga
dipengaruhi oleh teknik irigasi saluran akar yang digunakan.34,35
Berbagai macam teknik irigasi saluran akar terus dikembangkan untuk
pendistribusian bahan irigasi mencapai ke semua daerah saluran akar. Teknik irigasi
dengan agitasi dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar yaitu: teknik irigasi
manual dan dengan bantuan mesin. Bagaimanapun juga, tidak ada bukti pasti yang
menunjukkan bahwa adanya penggunaan alat- alat ini secara klinis dengan hasil
perawatan yang lebih baik.34,36
Beberapa jenis jarum terbaru memiliki desain ujung yang terbuka dan
beberapa lainnya memiliki desain closed-ended, side vented channel (Gambar 7).
Setiap desain jarum memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Jarum ujung
terbuka dapat menghasilkan tekanan shear dinding yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kemampuan membersihkan debris dentin pada dinding saluran akar.
Jarum ujung terbuka juga dapat memasukkan bahan irigasi dalam saluran akar lebih
efisien jika dibandingkan dengan ujung tertutup. Akan tetapi, jarum ujung terbuka
dapat meningkatkan tekanan pada apikal sehingga menyebabkan ekstrusi debris dan
bahan irigasi ke jaringan periapikal sedangkan jarum tertutup dapat menghindari
ekstrusi bahan irigasi ke jaringan periapikal karena lubang jarum berada di lateral
sehingga tekanan larutan tidak menuju ke arah apikal, tetapi ke arah dinding saluran
akar.37
Ukuran jarum yang semakin kecil akan memungkinkan penetrasi jarum lebih dalam
mencapai apeks sehingga debridemen saluran akar lebih efektif.35,36
2.5.2.4 Laser
Beberapa penelitian melaporkan bahwa laser dapat digunakan untuk
menguapkan jaringan di saluran akar utama, mengangkat smear layer dan
mengeliminasi sisa-sisa jaringan pada bagian apikal saluran akar. Efisiensi
penggunaan laser tergantung pada banyak faktor yaitu waktu pemaparan, penyerapan
cahaya pada jaringan dan geometri saluran akar. Namun, kesulitan utama penggunaan
laser ini adalah akses probe yang relatif besar dari alat laser ini ke ruang saluran akar
yang kecil.29
Teknik Irigasi
Syarat Jenis
Manual
Antimikroba
Sodium Hipoklorit
Teknik Irigasi
Melarutkan jaringan pulpa Bantuan Mesin
vital ataupun nekrotik Klorheksidin
Glukonat
Tidak Toksik
EDTA
Lubrikan
MTAD
Tegangan permukaan
rendah
Ekstrak Etanol
Mampu menyingkirkan Lerak
smear layer
?
BAB 1
PENDAHULUAN
granul.3,6 Penelitian menyatakan bahwa smear layer terdiri dari komponen organik
berupa jaringan pulpa vital ataupun nekrotik, sel-sel darah, kolagen, prosesus
odontoblast, protein koagulan, bakteri, hasil produk bakteri dan komponen anorganik
yang berasal dari komponen anorganik dentin yang sebahagian besar mengandung
kalsium hidroksiapatit dan trikalsium posfat.4,6,7
Keberadaan smear layer dapat menyebabkan kegagalan pada perawatan
saluran akar. Bakteri kemungkinan dapat tertinggal pada smear layer walaupun
setelah tindakan preparasi chemomechanical.6 George et al. (2005) menyatakan
bahwa smear layer dapat menjadi substrat bagi bakteri sehingga bakteri dapat
bertahan hidup pada smear layer, berkembang dan berproliferasi ke dalam tubulus
dentin.6,8 Smear layer juga sebagai penghalang terhadap adaptasi dan penetrasi bahan
sealer ke tubulus dentin dan dapat memicu terjadinya celah mikro di apikal saluran
akar.6,8 Shahravan et al. (2007) meneliti pengaruh smear layer terhadap pembentukan
celah mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyingkiran smear layer akan
mengurangi terjadinya celah mikro di apikal saluran akar.8
Penyingkiran smear layer menjadi pertimbangan penting dalam perawatan
saluran akar.8 Tindakan instrumentasi mekanis harus selalu disertai irigasi saluran
akar dengan penggunaan bahan irigasi yang dapat menyingkirkan smear layer.
Namun, belum ada bahan irigasi tunggal yang dapat secara bersamaan memiliki
kemampuan menyingkirkan smear layer secara keseluruhan.7,9 Selain dapat
menyingkirkan smear layer, bahan irigasi yang ideal juga harus memiliki sifat
antimikroba, melarutkan jaringan pulpa vital ataupun nekrotik, lubrikan (pelumas),
tidak toksik dan tegangan permukaan rendah.12 Bahan irigasi yang paling sering
digunakan adalah sodium hipoklorit (NaOCl) ataupun kombinasinya dengan larutan
lain.7
Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan bahan irigasi yang paling banyak
digunakan dalam perawatan saluran akar.1 Bahan ini memiliki sifat antimikroba yang
cukup kuat dan dapat melarutkan sisa-sisa jaringan pulpa (vital atau nekrotik).1
Namun, penggunaan NaOCl dengan konsentrasi tinggi bersifat toksik dan ekstrusi
NaOCl ke apikal saluran akar dapat menyebabkan kerusakan jaringan periapikal.1
Penggunaan NaOCl tidak dapat digunakan sebagai bahan irigasi tunggal karena tidak
efektif dalam menyingkirkan smear layer anorganik.10 Sehingga, penggunaan NaOCl
harus dikombinasikan dengan bahan irigasi lainnya berupa bahan chelating untuk
mendapatkan efek penyingkiran smear layer anorganik dari saluran akar.1,10
EDTA (ethylenediaminetetraacetid acid) adalah salah satu bahan chelating
yang efektif menghilangkan smear layer anorganik dan relatif tidak toksik.7,11
Namun, EDTA memiliki efek antibakteri yang lemah dan tidak mampu melarutkan
jaringan organik sehingga tidak dapat melarutkan smear layer organik. Selain itu,
EDTA juga dapat memberikan efek erosi pada dentin.7,9 Çalt and Serper (2002)
melaporkan bahwa penggunaan EDTA 17% selama 10 menit sebagai bahan irigasi
dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intertubular dentin. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, larutan ini harus dikombinasikan dengan bahan
irigasi lain yang mampu melarutkan jaringan organik dan efek antibakteri yang cukup
kuat.7,9
Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan dua kombinasi bahan irigasi
yang berbeda yaitu NaOCl dan EDTA. Silveira et al. (2013) melaporkan bahwa
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% terbukti efektif menyingkirkan smear layer
organik dan anorganik pada bagian sepertiga koronal dan sepertiga tengah saluran
akar, tetapi tidak efektif pada sepertiga apikal saluran akar.7,9 Kombinasi kedua bahan
ini juga tidak luput dari kekurangan. Walaupun dapat menyingkirkan smear layer,
penggunaan kombinasi NaOCl dan EDTA juga dapat menimbulkan efek erosi pada
dentin.1,9,10
Akibat kelemahan yang dimiliki oleh bahan- bahan irigasi tersebut,
penggunaan bahan alami sebagai bahan irigasi alternatif saluran akar terus
dikembangkan dan diharapkan memiliki khasiat lebih baik dan lebih biokompatibel
sehingga dapat digunakan secara klinis. Hal ini sesuai dengan prioritas dan fokus
penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS IPTEK 2015- 2019) tentang
pengembangan dan penemuan bahan baru dari tanaman tradisional dalam bidang
kesehatan.12
Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan irigasi
saluran akar adalah buah lerak (Sapindus rarak DC). Lerak telah digunakan sebagai
bahan untuk mencuci batik, mencuci perhiasan dari logam mulia, pembersih wajah,
menghilangkan jerawat, obat penyakit kulit terutama penyakit kudis, bahan dasar
sampo serta kosmetik.13 Khasiat farmakologik buah lerak antara lain sebagai
antijamur, bakterisid, antiinflamasi dan peluruh dahak.14 Komponen aktif dari buah
lerak berupa saponin, alkaloid, polifenol, dan flavanoid.16
Kandungan utama buah lerak adalah saponin yang merupakan senyawa aktif
permukaan bersifat sebagai surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan bersifat
sebagai deterjen yang dapat melarutkan kotoran sehingga dihubungkan kemungkinan
efek buah lerak terhadap smear layer organik dan anorganik.14 Kemampuan buah
lerak dapat melarutkan smear layer organik dihubungkan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak 6,25%-25% dapat
melarutkan jaringan pulpa, dimana jaringan pulpa merupakan salah satu komponen
organik dari smear layer.17 Selain itu, ekstrak etanol buah lerak dihubungkan dapat
melarutkan smear layer organik dan anorganik berdasarkan penelitian sebelumnya
yang melaporkan bahwa ekstrak buah lerak 0,01% yang digunakan sebagai bahan
dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear layer dan sama efektifnya
dengan asam poliakrilat 10%.18
Penelitian penggunaan buah lerak di bidang kedokteran gigi sebagai alternatif
bahan irigasi saluran akar juga telah dilakukan. Buah lerak telah terbukti memiliki
efek antibakteri dan antifungal. Ekstrak buah lerak 0,01% memiliki efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans19 dan efek antifungal terhadap Candida albicans.20
Bahan ini juga memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis21 dan
Enterococcus faecalis22 dengan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum) 25% serta
terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM (Kadar Hambat
Minimum) 0,25%.23 Penelitian juga membuktikan bahwa ekstrak etanol lerak
24
memiliki efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan efek antiinflamasi
pada konsentrasi 0,01%.25
Ekstrak etanol lerak pada konsentrasi 6,25%, 12,5% dan 25% memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa yang lebih baik dibandingkan dengan NaOCl
2,5%.17 Tegangan permukaan ekstrak etanol lerak 25% lebih rendah dari klorheksidin
2%26 dan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaannya lebih rendah
dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.27 Uji toksisitas terhadap buah lerak juga telah
dilakukan dan hasilnya diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol lerak berada pada
konsentrasi 1,25%.28 Selain itu, penelitian lainnya menyatakan bahwa ekstrak etanol
buah lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di apikal saluran akar.16
Dari penelitian- penelitian sebelumnya, buah lerak dapat digunakan sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar karena hampir memenuhi persyaratan bahan
irigasi. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai kemampuan ekstrak
etanol lerak sebagai bahan irigasi saluran akar dalam menyingkirkan smear layer.
Konsentrasi ekstrak etanol lerak yang akan digunakan untuk melihat kemampuannya
dalam menyingkirkan smear layer adalah 25%. Pemilihan konsentrasi 25%
didasarkan pada tegangan permukaan ekstrak etanol lerak pada konsentrasi tersebut
lebih rendah dibandingkan bahan irigasi yang sering digunakan, memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa dan efek antibakteri yang cukup efektif.
Aini Ramadhani
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM)
xv + 71 halaman
Penggunaan bahan irigasi saluran akar merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perawatan endodontik. Bahan irigasi yang saat ini dianjurkan adalah
larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% yang merupakan gold standard bahan irigasi,
tetapi hingga saat ini belum ada bahan irigasi yang memenuhi syarat bahan irigasi
yang ideal. Buah lerak dapat dijadikan alternatif bahan irigasi saluran akar karena
hampir memenuhi syarat sebagai bahan irigasi. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat pengaruh bahan irigasi terhadap smear layer saluran akar gigi.
Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut
etanol dan diperoleh 240 gram ekstrak kental lerak. Kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 25% untuk digunakan sebagai bahan irigasi. Sebanyak 40 sampel gigi
dipreparasi dengan Protaper Universal Ni-Ti Rotary Instrument dan diirigasi sesuai
kelompok perlakuan masing-masing, yaitu I: ekstrak etanol buah lerak 25%, II:
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% + NaOCl 2,5%, III : NaOCl 2,5% + EDTA
17% dan IV: salin. Gigi kemudian dibelah arah bukolingual. Pengujian sampel
dengan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x pada bagian 1/3 apikal
dan pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer ditentukan dengan
skor Torabinejad (2003). Analisis data menggunakan uji Kruskall-Wallis dan Mann-
Whitney.
SKRIPSI
Oleh:
AINI RAMADHANI
NIM: 120600105
Aini Ramadhani
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM)
xv + 71 halaman
Penggunaan bahan irigasi saluran akar merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perawatan endodontik. Bahan irigasi yang saat ini dianjurkan adalah
larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% yang merupakan gold standard bahan irigasi,
tetapi hingga saat ini belum ada bahan irigasi yang memenuhi syarat bahan irigasi
yang ideal. Buah lerak dapat dijadikan alternatif bahan irigasi saluran akar karena
hampir memenuhi syarat sebagai bahan irigasi. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat pengaruh bahan irigasi terhadap smear layer saluran akar gigi.
Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut
etanol dan diperoleh 240 gram ekstrak kental lerak. Kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 25% untuk digunakan sebagai bahan irigasi. Sebanyak 40 sampel gigi
dipreparasi dengan Protaper Universal Ni-Ti Rotary Instrument dan diirigasi sesuai
kelompok perlakuan masing-masing, yaitu I: ekstrak etanol buah lerak 25%, II:
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% + NaOCl 2,5%, III : NaOCl 2,5% + EDTA
17% dan IV: salin. Gigi kemudian dibelah arah bukolingual. Pengujian sampel
dengan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x pada bagian 1/3 apikal
dan pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer ditentukan dengan
skor Torabinejad (2003). Analisis data menggunakan uji Kruskall-Wallis dan Mann-
Whitney.
SKRIPSI
Oleh:
AINI RAMADHANI
NIM: 120600105
ii
TIM PENGUJI
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang
tua tercinta, Ayahanda Purmansyah dan Ibunda Kasmi, Abang Aan, Abang Doni,
Kak Ade, Kak Ira atas doa, semangat, nasehat dan dukungan baik secara moral
maupun materi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada:
1. Prof. H. Nazruddin,drg., Ph.D., C.Ort., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu
dalam kelancaran skripsi ini.
3. Nevi Yanti, drg., Sp.KG., M.Kes selaku dosen pembimbing utama telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan
bimbingan, nasehat dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini
hingga selesai.
4. Widi Prasetia, drg selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat
dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Erliera, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik yang telah banyak memberikan
motivasi, nasehat, dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
iv
(AINI RAMADHANI)
NIM: 120600105
vi
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 6
vii
viii
LAMPIRAN
ix
Tabel Halaman
1. Hasil uji kappa statistik pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol
Buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan sodium hipoklorit dan
EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi ................................... 52
Gambar Halaman
5. Reaksi chlroamination..................................................................... 13
xi
25. Potongan lerak yang sudah kering dihaluskan dengan blender ....... 40
xii
38. Irigasi saluran akar dengan ekstrak etanol buah lerak 25%............. 45
39. Sampel dicoating dengan Auto Fine Coater (JEOL JFC-1600) ...... 46
42. Daerah yang dilingkari akan diamati dengan pembesaran 1000x ... 46
xiii
47. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok kombinasi larutan ekstrak etanol
buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%.................................................... 51
48. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok larutan NaOCl 2,5% dan EDTA
17% ........................................................................................... 51
49. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok larutan salin ................................... 52
xiv
Lampiran
1. Alur Pikir
4. Anggaran Penelitian
5. Jadwal Penelitian
xv