Anda di halaman 1dari 131

72

Lampiran 1

Alur Pikir

Irigasi dalam Perawatan Endodonti Bahan Irigasi


1. Keberhasilan perawatan endodonti 1. Sodium Hipoklorit
sangat bergantung pada preparasi • Diperkenalkan oleh Dakin pada
chemomechanical dan obturasi perang dunia I
saluran akar. • Pertama kali digunakan sebagai
2. Irigasi paling berperan penting pada terapi saluran akar oeh Walker
perawatan endodonti sebagai tahun 1936
disenfeksi dan membuang smear • Digunakan sebagai medikamen
layer selama dan sesudah proses oleh Grossman pada tahun 1941
preparasi. • Sodium hipoklorit 2,5% dan 5%
3. Bahan irigasi yang ideal adalah dapat melarutkan pulpa dan
• Memiliki sifat antimikroba jaringan nekrotik (Madden,
• Mampu melarutkan jaringan 1977)
pulpa vital ataupun nekrotik • Memiliki sifat antimikroba
• Tidak toksik • Toksisitas tinggi
• Memiliki tegangan permukaan • Tidak mampu mengeliminasi
yang rendah smear layer anorganik, sehingga
• Dapat menjadi pelumas yang harus dikombinasikan dengan
baik bahan irigasi lainnya.
• Mampu mencegah pembentukan 2. EDTA
smear layer selama instrumentasi • Bahan irigasi chelator
atau mengeliminasi smear layer • Mampu mengeliminasi smear
yang terbentuk. layer anorganik
4. Bahan irigasi yang sering digunakan • EDTA bereaksi dengan
adalah sodium hipoklorit, EDTA, jaringan anorganik dan
klorheksidin, MTAD atau kombinasi menggantikan ion kalsium dan
dari bahan-bahan tersebut. ion natrium sehingga

Universitas Sumatera Utara


73

5. Pada saat tindakan preparasi saluran membentuk senyawa baru yang


akar secara mekanis dengan larut dalam cairan irigasi.
instrumen endodonti, terjadi • EDTA juga memiliki efek
pembentukan lapisan/layer berupa antibakteri yang rendah dan
materi organik dan anorganik yang bahkan sama sekali tidak
disebut smear layer. Oleh karena itu, memiliki sifat antibakteri
sodium hipoklorit tidak dapat sehingga penggunaannya
mengeliminasi smear layer karena sebagai bahan irigasi harus
pada materi utama pada smear layer dikombinasikan dengan
adalah materi anorganik (Lester & NaOCl.
Boyde, 1977). • Calt & Serper (2002)
6. Ketebalan smear layer diperkirakan menyatakan bahwa 10 ml
1 µm dan sebahagian besar bahan irigasi 17% EDTA
mengandung materi anorganik. selama 1 menit efektif dalam
(Goldman et al, 1981) eliminasi smear layer, tetapi
7. Smear layer hanya ditemukan pada pengaplikasian EDTA 17%
bagian saluran akar yang setelah 10 menit dapat
diinstrumentasi, sedangkan pada menyebabkan erosi pada
saluran akar yang tidak peritubular dan intertubular
diinstrumentasi tidak ditemui adanya dentin.
smear layer. (Madder et al, 1984, 3. Klorheksidin
Shaper dan Zapke, 2000) • Memiliki efek antimikroba
8. Alasan utama smear layer harus yang terus-menurus dengan
dieliminasi karena smear layer durasi yang panjang
terdiri dari bakteri yang dapat • Tidak dapat mengeliminasi
bertahan hidup dan dapat smear layer.
bermultiplikasi serta dapat • Tidak dapat melarutkan sisa-
sisa jaringan nekrotik.
4. MTAD
berproliferasi ke dalam tubulus • Memiliki efek antimikroba

Universitas Sumatera Utara


74

dentin.(Brannstorm & Nyborg, • Dapat mengeliminasi smear


1973) layer anorganik
• MTAD disarankan
penggunaannya sebagai irigasi
final karena tidak dapat
melarutkan smear layer
organik .

• Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan
terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan efek samping atau
toksik pada jaringan.
• Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan
biokompatibel
• Prioritas dan fokus penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS
IPTEK 2015- 2019) tentang pengembangan dan penemuan bahan baru dari
tanaman tradisional dalam bidang kesehatan

Buah Lerak
• Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan adalah buah lerak. Buah lerak
telah digunakan sebagai insekstisida, nematisida, antiseptik, bahan dasar sampo
serta kosmetik.
• Khasiat farmakologik buah lerak antara lain sebagai antijamur, bakterisid,
antiinflamasi dan peluruh dahak.

Universitas Sumatera Utara


75

• Buah lerak ini terdiri dari biji yang mengandung minyak dan daging buah yang
mengandung saponin, alkaloid, polifenol, antioksidan, flavanoid serta tannin.
• Flavanoid diduga dapat merusak membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan
kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler.
• Senyawa polifenol menghambat enzim penting mikroorganisme, sedangkan
alkaloid sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan
sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.
• Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang diduga akan menyerang
lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar dan non polar sehingga
menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel bakteri. Saponin juga bersifat sebagai
surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan deterjen yang dapat melarutkan
kotoran.
• Penelitian Fitrawati J dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ektstrak etanol lerak
0,01% memiliki efek antifungal dan dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans
• Peneltian Irham dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01%
memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus Mutans
• Penelitian Sanny dan Nevi Y (2008) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM
0,25%
• Penelitian Elvia ER dan Nevi Y (2008) menyatakan bahwa ekstrak lerkak 0,01%
dan saponin buah lerak 0,008% dapat mencegah kebocoran mikro karena dapat
mengangkat smear layer
• Penelitian Marsha RD dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
25% mempunyai efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis
• Penelitian Mutia Pratiwi dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol
lerak 0,01% dapat menurunkan sel-sel radang pada tikus wistar jantan.
• Penelitian Bakti FU dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
memiliki efek anlagetik pada konsentrasi 2,5 % , 5%, dan 7,5%.

Universitas Sumatera Utara


76

• Siregar SN dan Nevi Y (2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 1.25%
diperoleh nilai LC50
• Penelitian Rosida IY (2013) menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak (Sapindus
rarak) 0,01% sebagai dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear layer
dan sama efektifnya dengan asam poliakrilat 10%
• Penelitian Fifin IS dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
25% mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah dari klorheksidin 2%
sehingga dengan nilai tegangan permukaan rendah suatu bahan irigasi dapat
berpenetrasi lebih dalam pada tubulus dentin.
• Penelitian Syarifah M dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa tegangan permukaan
ekstrak etanol lerak dengan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaan lebih
rendah dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.
• Penelitian Vivi L dan Nevi Y (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 25%
mempunyai efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis
• Penelitian Teo HY dan Nevi Y (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak
6,25%, 12,5% dan 25% memiliki efek untuk melarutkan jaringan pulpa pada waktu
kontak 2 menit, 5 menit dan 10 menit. Ekstrak lerak mempunyai daya untuk
melarutkan jaringan pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dari
segi konsentrasi dan waktu kontak.

Dari uraian diatas, banyak kelemahan dari sodium hipoklorit dan EDTA. Esktrak
etanol lerak memiliki beberapa kelebihan sesuai dengan syarat bahan irigasi. Namun,
sejauh ini belum ada penelitian tentang kebersihan dinding saluran akar jika
menggunakan ekstrak etanol lerak sebagai bahan irigasi.

Universitas Sumatera Utara


77

Timbul permasalahan :
• Apakah ada pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25%
terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi ?
• Apakah ada perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak
25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear
layer saluran akar gigi ?

Tujuan penelitian :
• Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25%
terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.
• Untuk mengetahui perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap
smear layer saluran akar gigi.

Judul Penelitian :
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM).

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 2

Alur Ekstraksi Lerak

Buah lerak 1 kg dicuci dan dikeluarkan bijinya sehingga diperoleh 940 gram
daging buah lerak

Daging buah dipotong kecil-kecil (±3mm).

Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering selama seminggu.

Lerak yang telah kering seberat 550 gram dihaluskan dengan blender dan diayak dan
didapat serbuk 500 gram.

500 gram simplisia dimaserasi dengan 800 ml pelarut etanol 70% selama 3 jam.

Pindahkan simplisia ke dalam perkolator dan tambahkan 200 ml etanol 70%.

Diamkan selama 24 jam, kemudian biarkan menetes.

Tambahkan etanol 70% berulang-ulang secukupnya secukupnya hingga selalu


terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia.

Ekstrak cair.

Diuapkan dengan vaccum rotavapor.

Ekstrak kental bewarna cokelat kekuningan.

Disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan dalam kulkas dan diberi label

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 3

Alur Persiapan Sampel

40 buah gigi premolar mandibula yang dicabut untuk keperluan perawatan ortodonti

Gigi direndam dalam larutan salin sebelum diberi perlakuan.

Mahkota gigi dipotong sampai batas cementoenamel junction

Panjang kerja seluruh sampel ditentukan dengan mengukur panjang gigi dan
dikurangi 1 mm

Preparasi Saluran Akar dengan menggunakan Protaper Universal NiTi rotary


instrument

Irigasi saluran akar sesuai dengan kelompok perlakuan

Ekstrak etanol buah Ekstrak etanol buah NaOCl 2,5% + Salin


lerak 25% lerak 25% dan EDTA 17%
NaOCl 2,5%

Saluran akar dikeringkan dengan paper point

Sampel akan diukur dari cementoenamel junction dari arah bukolingual sampai ke
ujung apeks dan diberi tanda

Universitas Sumatera Utara


80

Sampel yang diberi tanda akan bur dengan separating disk dan dibelah dengan
menggunakan chisel

Uji sampel dengan Scanning Electron Microscope.

Analisa Data

Universitas Sumatera Utara


81

Lampiran 4

Anggaran Penelitian

1. Kertas saring Rp 5.000


2. Set infus Rp 10.000
3. Separating disk Rp 80.000
4. K-File #10, #15 Rp 100.000
5. Protaper NiTi Rotary Instrument4 set @Rp 800.000 Rp 3.200.000
6. Spuit 5 ml + jarum two side-vented 30G 4 set @Rp 50.000 Rp 200.000
7. Endo accses 4 set @Rp 80.000 Rp 320.000
8. Chisel Rp 20.000
9. Biaya (SEM) 33 sampel @117.000 Rp 3.861.000
10. Buah lerak 1 kg Rp 25.000
11. Etanol 70% Rp 19.000
12. Kertas perkamen Rp 2.000
13. Plastik tertutup Rp 1.000
14. Kapas 1 bungkus Rp 3.000
15. Aluminium foil Rp 10.000
16. Akuades Rp 15.000
17. Larutan NaOCl 2,5% Rp 20.000
18. Larutan salin steril Rp 7.000
19. EDTA 17% Rp 120.000
20. Absorbent Paper Points Rp 40.000
21. Masker dan handscoon Rp 15.000
22. Biaya administrasi laboratorium Farmasi USU Rp 300.000 +

Total : Rp 8.373.000

Universitas Sumatera Utara


82

Lampiran 5

Jadwal Penelitian
Kegiatan Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Penentuan
masalah dan X X
survei ke
lab/lapangan
2. Penyusunan X X X X X
proposal
3. Ujian X
proposal
4. Perbaikan X
proposal
5. Pengambilan X
data
6. Analisis X
statistik
7. Penyusunan X
laporan
8. Diskusi tim
laporan X
penelitian
9. Perbaikan X

10. Ujian skripsi X

11. Perbaikan X
12. Penyerahan
skripsi ke X
departemen,
perpustakaan

Universitas Sumatera Utara


83

Lampiran 6

Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)


Kelompok I : Ekstrak etanol buah lerak 25% (Pembesaran 1000x)

Sampel 1

Sampel 2

Universitas Sumatera Utara


84

Sampel 3

Sampel 4

Universitas Sumatera Utara


85

Sampel 5

Sampel 6

Universitas Sumatera Utara


86

Sampel 7

Sampel 8

Universitas Sumatera Utara


87

Sampel 9

Sampel 10

Universitas Sumatera Utara


88

Kelompok II : Kombinasi Ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%
(Pembesaran 1000x)
Sampel 1

` Sampel 2

Universitas Sumatera Utara


89

Sampel 3

Sampel 4

Universitas Sumatera Utara


90

Sampel 5

Sampel 6

Universitas Sumatera Utara


91

Sampel 7

Sampel 8

Universitas Sumatera Utara


92

Sampel 9

Sampel 10

Universitas Sumatera Utara


93

Kelompok III : NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Pembesaran 1000x)

Sampel 1

Sampel 2

Universitas Sumatera Utara


94

Sampel 3

Sampel 4

Universitas Sumatera Utara


95

Sampel 5

Sampel 6

Universitas Sumatera Utara


96

Sampel 7

Sampel 8

Universitas Sumatera Utara


97

Sampel 9

Sampel 10

Universitas Sumatera Utara


98

Kelompok IV : Salin (Pembesaran 1000x)

Sampel 1

Sampel 2

Universitas Sumatera Utara


99

Sampel 3

Sampel 4

Universitas Sumatera Utara


100

Lampiran 7

Uji Kappa Statistik

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemeriksa 1 * 360 100.0% 0 .0% 360 100.0%
Pemeriksa 2

Pemeriksa 1 * Pemeriksa 2 Crosstabulation


Count
Pemeriksa 2
No smear Moderate Heavy smear
layer smear layer layer Total
Pemeriksa 1 No smear layer 63 0 0 63
Moderate smear 0 183 0 183
layer
Heavy smear layer 0 0 114 114
Total 63 183 114 360

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Measure of Kappa 1.000 .000 25.659 .000
Agreement
N of Valid Cases 360
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Universitas Sumatera Utara


101

Lampiran 8

Hasil Uji Kruskall- Wallis

Kruskall Wallis

NPar Tests
Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 10.60
Gigi 25%
Ekstrak etanol buah lerak 10 14.80
25% dan NaOCl 2,5%
NaOCl 2,5% dan EDTA 10 22.10
17%
Salin 10 34.50
Total 40

Test Statisticsa,b
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Chi-Square 28.162
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok perlakuan

Universitas Sumatera Utara


102

Lampiran 9

Hasil Uji Mann-Whitney

Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 9.00 90.00
Gigi 25%
Ekstrak etanol buah lerak 10 12.00 120.00
25% + NaOCl 2,5%
Total 20

Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 35.000
Wilcoxon W 90.000
Z -1.314
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
Exact Sig. [2*(1-tailed .280a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


103

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah 10 7.10 71.00
Gigi lerak 25%
NaOCl 2,5% + EDTA 10 13.90 139.00
17%
Total 20

Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 71.000
Z -2.952
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed .009a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


104

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Kebersihan Saluran Ekstrak etanol buah 10 5.50 55.00
Akar Gigi lerak 25%
Salin 10 15.50 155.00
Total 20

Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 55.000
Z -4.119
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed .000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
perlakuan

Universitas Sumatera Utara


105

NPar Tests

[DataSet0]
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 8.30 83.00
Gigi 25% + NaOCl 2,5%
NaOCl 2,5% + EDTA 10 12.70 127.00
17%
Total 20

Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U 28.000
Wilcoxon W 83.000
Z -2.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
Exact Sig. [2*(1-tailed .105a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


106

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Kebersihan Saluran Akar Ekstrak etanol buah lerak 10 5.50 55.00
Gigi 25% dan NaOCl 2,5%
Salin 10 15.50 155.00
Total 20

Test Statisticsb
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 55.000
Z -4.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed .000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan

Universitas Sumatera Utara


107

NPar Tests

Mann Whitney Test

Ranks
Kelompok perlakuan N Mean Rank
Kebersihan Saluran Akar NaOCl 2,5% dan EDTA 10 6.50
Gigi 17%
Salin 10 14.50
Total 20

Test Statisticsa,b
Kebersihan
Saluran Akar
Gigi
Chi-Square 12.667
df 1
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok perlakuan

Universitas Sumatera Utara


108

Lampiran 10

Surat Komisi Etik

Universitas Sumatera Utara


109

Lampiran 11

Surat Determinasi Tumbuhan

Universitas Sumatera Utara


110

Lampiran 12

Surat Penelitian Laboraturium Obat Trasdisional Farmasi USU

Universitas Sumatera Utara


111

Lampiran 13

Surat Penelitian Metalurgi LIPI

Universitas Sumatera Utara


67

DAFTAR PUSTAKA
1. Agrawal Vineet S, Rajesh M, Sonali K, Mukesh P. A contemporary overview of
endodontic irrigants – A review. Journal of Dental application 2014; 1(6): 105-
15.
2. Young GR, Parashos P, Messer HH. The principle of technique for cleaning root
canal. Australian Dental Journal 2007; 52(1 Suppl): 52- 3.
3. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics principles and practice. Missouri:
Saunders Elsevier, 2009: 258- 68.
4. Kocani F, Kamberi B, Dragusha E, Mrasori S, Haliti F. The cleaning efficiency of
the root canal after different instrumentation technique and irrigation protocol: A
SEM analysis. Journal of Stomatology 2012; 2: 69-76.
5. Peter OA, Scheonenberger K, Laib A. Effects of four Ni-Ti preparation technique
on root canal geometry assessed by micro computed tomography. Int Endod J
2001; 34: 221-30.
6. Dechichi P, Moura CCG. Smear layer: a brief review of general concepts. Part I.
characteristics, compounds, structure, bacteria and sealing. RFO UPF 2006;
11(2): 96-9.
7. Silveira LFM, Silveira CF, Martos J, De castro LAS. Evaluation of the different
irrigation regiments with sodium hypoclorite and EDTA in removing the smear
layer during root canal preparation. Journal of Microscopy and Ultrastructure
2013: 51-6.
8. Violich DR, Chandler NP. The smear layer in endodontics-a review. International
Endodontic Journal 2010; 43: 2-15.
9. Zakarea NA, Mohammad TH, Taqa AA, Chumbley S, Al- juad S, Batto H. A
newly prepared solution for the removal of the smear layer. International Journal
of Dental Science and Research 2014; 2(1):19-26.
10. Paul J. Recent trends in irrigation in endodontics. International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences 2014; 3(12): 941-52.
11. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics. 3 rd ed., India: Jaypee, 2014: 210-4.

Universitas Sumatera Utara


68

12. Biro Hukum dan Humas. Keputusan Menteri Ristek RI: Kebijakan strategis
nasional dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Jakstranas Iptek) 2015-2019.
13. Udarno L, Balitri. Lerak (Sapindus rarak) tanaman industri pengganti sabun.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 2009; 15(2): 7-8.
14. Nevi Y. Smear layer removal of saponin from lerak’s fruit 0,008% and NaOCl
5% as intracanal irrigant. Proceeding APDC ke-29, Jakarta, 2007.
15. Aizah N, Suharti S, Suci DM. Fortification lerak (Sapindus rarak) extract with
mineral mix (Ca, Mg, P and S) and its efects on fermentation characteristics and
bacterial protein synthesis in vitro. Skripsi. Bogor: IPB, 2011.
16. Nevi Y, Elvia RR. Pengaruh larutan ekstrak buah lerak terhadap pembentukan
celah mikro di apikal saluran akar. Dentika Dental Journal 2009;14(2): 203-7.
17. Teo HY. Pengaruh konsentrasi dan waktu kontak ekstrak etanol lerak (Sapindus
rarak DC) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap kelarutan
jaringan pulpa (penelitian in vitro). Skripsi. Medan: FKG USU, 2015: 43.
18. Rosida IY. Efektivitas ekstrak daging buah lerak (Sapindus rarak) 0,01% sebagai
dentin conditioner dalam membersihkan smear layer. Skripsi. Jember: FKG
UNEJ, 2012: 30-1.
19. Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans.
Dentika Dental Journal 2009; 14(1): 53-8.
20. Juni F. Efek antifungal berbagai sediaan buah lerak terhadap Candida albicans.
Proceeding Asyiah-DMII PSKG FK UNSYIAH, Banda Aceh, 2011.
21. Vivi L. Efek antibakteri ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap Porphyromonas gingivalis
(penelitian in vitro). Proceeding RDME ke-6 FKG USU, Medan, 2014.
22. Risya DM. Efek antibakteri ekstrak lerak dalam pelarut etanol terhadap
Enterococcus faecalis. Proceeding Program Kreativitas Mahasiswa DP3M Ditjen
Dikti Depdiknas, 2009: 24-7.
23. Nevi Y, Sanny. Efek antibakteri berbagai sediaan lerak terhadap Fusobacterium
nucleatum sebagai alternatif larutan irigasi intrakanal. Maj Kedokteran Gigi (Dent
J) 2009; 24(4): 147-52.

Universitas Sumatera Utara


69

24. Nevi Y, Fitrah UB. Efek analgetik ekstrak lerak sebagai bahan pereda nyeri gigi.
Dentika Dental Journal 2010;15(1): 51-6.
25. Mutia P. Efek ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) terhadap penurunan sel-
sel radang pada tikus wistar jantan (penelitian in vivo). Kongres IKORGI IX &
Seminar Ilmiah Nasional, 2010.
26. Fifin IS. Perbedaan tegangan permukaan antara ekstrak etanol lerak (Sapindus
rarak DC) dengan klorheksidin glukonat 2% sebagai bahan irigasi saluran akar.
Skripsi. Medan: FKG USU, 2013: 43.
27. Syarifah M. Perbedaan tegangan permukaan ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak
DC) dengan NaOCl 2,5% sebagai bahan irigasi saluran akar. Skripsi. Medan:
FKG USU, 2013: 42.
28. Siregar SN. Sitotoksisitas ekstrak etanol lerak (Sapindus rarak DC) terhadap sel
fibroblast sebagai bahan irigasi saluran akar secara in vitro. Skripsi. Medan: FKG
USU, 2011: 53.
29. Winter. Root canal irrigants and disinfectans. American Association of
endodontics 2011; 2-5.
30. Gulabivala K, Y-L Ng, Gilbertson M, Eames I. The fluid mechanics of root canal
irrigation. Physiological Measurement 2010;55.
31. Paragliola R et al. Comparison of smear layer removal using four final-rinse
protocol. International Dentistry- Australian 2011; 7(1): 50-2.
32. Grossman LI, Chandra BS, Gopikrishna V. Grossman’s endodontic practice. 13 th
ed., India: Wolter Kluwer Health, 2014: 327.
33. Kohli A. Textbook of endodontics. India: Elsevier, 2010: 154-67.
34. Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 10 th ed., Canada: Mosby
Elsevier, 2014: 258-60.
35. Guha C, Gurtu A, Mehrotra A. Manual irrigation agitation technique. Journal of
dental science and oral rehabilitation 2012: 8-10.
36. Gu Li-sha, Kim JR, Ling J, Choi KK, David H, Tay FR. Review of contemporary
irrigant agitation techniques and devices. JOE 2009; 35(6): 791- 800.

Universitas Sumatera Utara


70

37. Pasricha SK, Makkar S, Gupta P. Pressure alteration techniques in endodontics- A


review of literature. JCDR 2015; 9(3): 1-6.
38. Glassman G. Safety and efficacy considerations in endodontic irrigant. ADA
CERP 2011: 1-14.
39. Henny S. Efek penambahan kitosan blangkas (Tachypleus gigas) nanopartikel
pada varian semen ionomer kaca terhadap mikrostruktur dentin dan komposisi
kimia melalui SEM-EDX (in vitro). Tesis. Medan: FKG USU, 2014: 28-30.
40. Silveira LFM, Silveira CF, de Castro LAS, Neto JBC, Martos J. Crown- down
preflaring in the determination of the first apical file. Brazilian Oral Research
2010;24(2): 153-7.
41. Jain A, Bahuguna R. Pulpal morphology of apical third of root of mandibular first
premolar: A laboratory study. Priory Lodge Education Ltd.2010
42. Giardino L, Ambu E, Becce C, et al. Surface tension comparison of four common
root canal irrigant and two new irrigant containing antibiotic. J Endo 2006;
32(11): 1091-2.
43. Burklein S, Hinschitza K, Dammaschke T, Schafer E. Shaping ability and
cleaning effectivess of two single file system in severely curved root canal of
extracted teeth: Reciproc and Waveone versus Mtwo and ProTaper. International
Endodontic Journal 2011: 1-13.
44. Camara AC, Aguiar CM, de Figueiredo JAP. Assessment of the deviation after
biomechanical preparation of the coronal, middle, and apical third of root canals
instrumented with three hero rotary system. Journal of Endodontics
2007;33(12):1460-3.
45. Ferreira EL, Filho BF, Fidel RA, Fariniuk LF, Rached RN. The performance of
ProTaper system during the endodontic retreatment. RSBO 2006; 3(1): 64-8.
46. Ruddle CJ. The protaper advantage: shaping the future of endodontics. Advanced
endodontic 2001:1-9.
47. Shrivastava S, Nikhade P, Chandak M, Tibdewal G. Comparison of the cleaning
efficacy of conventional syringe irrigation, EndoVac and Laser in removing

Universitas Sumatera Utara


71

smear layer from the root canal wall using scanning electron microscope: An in
vitro study 2015;14(5): 45-50.
48. Erny D. Perubahan kekerasan dentin saluran akar menggunakan berbagai jenis
bahan irigasi. Tesis. Makassar: FKG UNHAS, 2015: 14-5. k
49. Bogra, Nikhil. Studi of dimercapto siccinic acid, sodium hypochlorite and their
combination used as irrigant in root canals. J Endod 2003; 15: 19-25.

Universitas Sumatera Utara


27

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap smear
layer dibandingkan dengan kombinasi NaOCl dan EDTA.

• Larutan irigasi ekstrak etanol buah


lerak 25%
• Kombinasi larutan irigasi ekstrak
Smear layer saluran
akar gigi
etanol buah lerak 25% dan NaOCl
2,5%
• Kombinasi larutan irigasi NaOCl
2,5% dan EDTA 17%

3.2 Hipotesa
Dari uraian diatas , dapat ditegakkan suatu hipotesis bahwa:
1. Ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25% dapat mengangkat smear
layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.
2. Ada perbedaan pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25%
dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear layer saluran akar
gigi.

Universitas Sumatera Utara


28

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium
Rancangan penelitian : Posttest only control group design

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat : 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU
2. Laboratorium Obat Tradisional Farmasi USU
3. Penelitian Metalurgi – LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia)
Waktu : Agustus 2015 s.d. April 2016

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian


Gigi-gigi premolar bawah yang telah dicabut untuk keperluan ortodonti

4.3.2 Sampel Penelitian


Gigi-gigi premolar bawah yang telah dicabut untuk keperluan ortodonti
dengan kriteria sampel penelitian seperti berikut :
1. Hanya memiliki satu saluran akar
2. Mahkota dan akar utuh serta tidak ada karies
3. Akar utuh dan relatif lurus
4. Akar dan foramen apikal telah terbentuk sempurna
5. Memiliki panjang gigi yang hampir sama untuk kelompok penelitian
(20- 25 mm)
6. Tidak ada kalsifikasi saluran akar

Universitas Sumatera Utara


29

4.3.3 Besar Sampel


Perhitungan besar sampel memakai rumus Steel dan Torrie (1995).14
n = (Zα + Zβ)2 2δ2 = (1,96 + 1,64)2 2(3,55)2
d2 (6,08)2
= 8,83
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = harga standar normal dari α = 0,05
Zβ = harga standar normal dari β = 0,10
d = penyimpangan yang ditolerir ( nilai d diperoleh dari penelitian Nevi Yanti
(2007)).14
δ = simpangan baku kelompok kontrol
Untuk menggenapkan sampel, maka jumlah yang dipakai untuk setiap
kelompok perlakuan adalah 10. Dalam penelitian ini digunakan 40 buah gigi yang
dibagi dalam empat kelompok masing- masing 10 sampel dengan perincian sebagai
berikut :
1. Kelompok I : 10 sampel gigi diirigasi dengan larutan ekstrak etanol buah
lerak 25%
2. Kelompok II : 10 sampel gigi diirigasi dengan larutan ekstrak etanol buah
lerak 25% dan NaOCl 2,5%
3. Kelompok III : 10 sampel gigi diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% dan
EDTA 17%
4. Kelompok IV : 10 sampel gigi diirigasi dengan larutan salin

Universitas Sumatera Utara


30

4.4 Variabel Penelitian

• Larutan irigasi ekstak etanol buah lerak


Variabel bebas Variabel tergantung

Smear layer saluran akar gigi


25%
• Kombinasi larutan irigasi ekstrak
etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%
• Kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5%
dan EDTA 17%

Variabel Terkendali Variabel tidak terkendali :


a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa Mbaturetno, a. Geografis tempat tumbuh
Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah) lerak (kondisi tanah, iklim,
b. Berat buah (940 gram)
curah hujan dan
c. Lamanya waktu pengeringan buah lerak (± 7 hari)
d. Suhu lemari pengeringan (± 40° C) lingkungan
e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 rpm) sekitar tanaman)
f. Waktu penghalusan (± 30 detik) a. Umur buah lerak
g. Waktu maserasi (3 jam) b. Perlakuan terhadap buah
h. Volume etanol untuk maserasi (800 ml) lerak selama tumbuh
i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no.42) c. Suhu dan lamanya waktu
j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit)
penyimpanan buah lerak
k. Suhu penguapan rotapavor (40° C)
l. Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal setelah dipetik dari pohon
sesuai kriteria inklusi sampel sampai pada pembuatan
m. Jarak waktu pencabutan gigi dengan perlakuan yang ekstrak etanol buah lerak
diberikan e. Variasi anatomi internal
n. Penyimpanan gigi dalam larutan salin saluran akar gigi
o. Teknik crown-down pressureless untuk preparasi f. Diameter awal saluran akar
saluran akar dengan ProTaper Universal Ni-Ti
g. Bentuk orifisi
Rotary Instrument
p. Master apical file pada F3 (tapering 9%) h. Ukuran foramen apikal dan
q. Teknik irigasi saluran akar adalah positive pressure apikal kontriksi
(menggunakan spuit dan jarum) i. Waktu kontak irigasi
r. Desain ujung jarum, yaitu two side-vented ekstrak etanol buah lerak
s. Ukuran jarum 30G 25%
t. Jarak penetrasi jarum irigasi adalah 1 mm dari
panjang kerja
u. Jumlah bahan irigasi di awal 5 ml dan akhir 5 ml
selama 60 detik
v. Jumlah bahan irigasi sewaktu pergantian file adalah 3
ml selama 36 detik

Universitas Sumatera Utara


31

4.4.1 Variabel Bebas


a. Larutan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25%
b. Kombinasi larutan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%
c. Kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%

4.4.2 Variabel Tergantung


a. Smear layer saluran akar gigi

4.4.3 Variabel Terkendali

a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa Mbaturetno, Kec. Sukoharjo,


Solo, Jawa Tengah)
b. Berat buah (940 gram)
c. Lamanya waktu pengeringan buah lerak (± 7 hari)
d. Suhu lemari pengeringan (± 40° C)
e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 rpm)
f. Waktu penghalusan (± 30 detik)
g. Waktu maserasi (3 jam)
h. Volume etanol untuk maserasi (800 ml)
i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no.42)
j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit)
k. Suhu penguapan rotapavor (40° C)
l. Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal sesuai kriteria inklusi
sampel
m. Jarak waktu pencabutan gigi dengan perlakuan yang diberikan
n. Penyimpanan gigi dalam larutan salin
o. Teknik crown-down pressureless untuk preparasi saluran akar dengan
ProTaper Universal Ni-Ti Rotary Instrument
p. Master apical file pada F3 (tapering 9%)
q. Teknik irigasi saluran akar adalah positive pressure (menggunakan
spuit dan jarum)

Universitas Sumatera Utara


32

r. Desain ujung jarum, yaitu two side-vented


s. Ukuran jarum 30G
t. Jarak penetrasi jarum irigasi adalah 1 mm dari panjang kerja setelah
preparasi dengan file F3
u. Jumlah bahan irigasi di awal 5 ml dan akhir 5 ml selama 60 detik
v. Jumlah bahan irigasi sewaktu pergantian file adalah 3 ml selama 36 detik
4.4.4 Variabel tidak terkendali
a. Geografis tempat tumbuh lerak (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan
lingkungan sekitar tanaman)
b. Umur buah lerak
c. Perlakuan terhadap buah lerak selama tumbuh
d. Suhu dan lamanya waktu penyimpanan buah lerak setelah dipetik dari
pohon sampai pada pembuatan ekstrak buah lerak
e. Variasi anatomi internal saluran akar gigi
f. Diameter awal saluran akar
g. Bentuk orifisi
h. Ukuran foramen apikal dan apikal kontriksi
i. Waktu kontak irigasi ekstrak etanol buah lerak 25%

Universitas Sumatera Utara


33

4.5 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Satuan Skala


Bebas Ukur Ukur

1. Ekstrak Ekstrak yang diperoleh dengan Timbangan Gram dan Nominal


etanol lerak melakukan ekstraksi 940 gr buah dan beaker milliliter
lerak dan dilarutkan dengan pelarut glass
etanol 800 ml untuk dimaserasi dan
kemudian dimasukkan kedalam
perkolator sambil menambahkan
etanol hingga selalu terdapat selapis
cairan penyari dan kemudian
diuapkan dengan vacuum rotavapor
sehingga didapatkan ekstrak kental
lerak sebanyak 240 gram
2. Ekstrak Hasil ekstraksi buah lerak sebanyak Timbangan Gram dan Nominal
etanol lerak 25 g yang dilarutkan dalam akuades dan milliliter
25% sampai dengan 100 ml. erlenmeyer

3. Larutan Larutan yang dibuat dengan Erlenmeyer Mililiter Nominal


irigasi pengenceran bahan aktif NaOCl
NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia) dengan
2,5% akuades sehingga diperoleh larutan
irigasi NaOCl 2,5% dengan
menggunakan rumus C1 V1 = C2 V2

4. EDTA 17% Bahan irigasi komersil yang Spuit Mililiter Nominal


mengandung EDTA 17%
(Rainbow, EU)

Universitas Sumatera Utara


34

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Satuan Skala


Tergantung Operasional Ukur Ukur

1. Smear layer Keberadaan Menggunakan Dengan 1 = Tidak Ordinal


saluran akar smear layer three point menggunakan ada smear
gigi pada saluran scoring oleh Scanning layer
akar gigi Torabinejad Electron
setelah (2003). Microscope 2 = Moderate
preparasi dan (SEM) smear layer.
irigasi saluran (-) smear
akar. layer
dipermukaan
saluran akar,
tetapi
terdapat di
tubulus
dentin.

3 = Smear
layer
menutupi
permukaan
saluran akar
dan tubulus
dentin.

Universitas Sumatera Utara


35

4.6 Alat dan Bahan Peneltian


4.6.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang dipakai adalah
1. Timbangan (Home Line, China)
2. Timbangan analitik (Vibra, Japan)
3. Pisau (Samwoo, Jepang)
4. Blender (Samwoo, Jepang)
5. Perkolator
6. Kertas saring (Whatmann no.42, England)
7. Set infuse (Gea Medical, Indonesia)
8. Vaccum rotavavor (Antriebs ATB, England )
9. Botol Plastik
10. Separating disk
11. Beaker glass (Pyrex®, USA)
12. Erlenmeyer (Pyrex®, USA)
13. Micromotor (Sunburst, Korea)
14. Handpiece straight (NSK,Japan)
15. K-file #10 dan #15 (Diadent, Europe)
16. Penggaris endo
17. ProTaper NiTi Rotary Instrument (Dentsply- Maillefer, Switzerland)
18. Endomotor (Smart- Dentsply, USA)
19. Spuit 5 ml (Tanscoject®, Germany)
20. Jarum irigasi berbentuk two side-vented 30G (Tanscoject®, Germany)
21. Bais (Swordfish,China)
22. Penggaris logam, jangka dan spidol hitam
23. Chisel
24. Auto Fine Coater (JEOL JFC- 1600)
25. Holder sampel
26. Carbon tip
27. Scanning Electron Microscope (SEM) – JEOL JSM-63

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar 12. Bais (Swordfish,China) Gambar 13. Endomotor (Smart-


Dentsply, USA)

C
A B D
Gambar 14. A. Mikromotor (Sunburst, Korea) B.Handpiece straight (NSK,Japan)
C. Separating disk D. Spuit 5 ml (Tanscoject®, Germany) dan
jarum irigasi berbentuk two side-vented 30G (Tanscoject®,Germany)

C
A B
Gambar 15. A. ProTaper Universal NiTi Rotary Instrument (Dentsply-
Maillefer, Switzerland) B. K-file #10 dan #15 (Diadent, Europe) C.Penggaris
endo

Universitas Sumatera Utara


37

Gambar 16. Auto Fine Coater Gambar 17. Scanning Electron


(JEOL JFC- 1600) Microscope (SEM) –
JEOL JSM-63

4.6.2 Bahan Penelitian


Bahan penelitian yang dipakai adalah
1. Buah lerak 940 gram (Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah)
2. Etanol 70% (Kimia Farma, Indonesia)
3. Kertas perkamen
4. Plastik penutup
5. Kapas (Bio Panca, Indonesia)
6. Aluminium foil (Total Wrap, Indonesia)
7. Akuades steril (Widatra bhakti, Indonesia)
8. Larutan NaOCl 2,5% yang diperoleh dari pengenceran NaOCl 5,25%
(Bayclin, Indonesia)
9. Larutan salin (Widatra bhakti, Indonesia)
10. Larutan EDTA 17% (Rainbow, EU)
11. Absorbent Paper Points (Dochem, China)
12. Masker dan handscoon (Sempercare®, Malaisya)

Universitas Sumatera Utara


38

A B C

D E F

Gambar 18. A. Buah lerak (Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah) B. Ekstrak etanol
buah lerak 25% C. Akuades steril (Widatra bhakti, Indonesia)
D. Larutan salin (Widatra bhakti, Indonesia) E. Larutan NaOCl 2,5%
yang diperoleh dari pengenceran NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia)
F. Larutan EDTA 17% (Rainbow, EU) G. Absorbent Paper Points
(Dochem, China)

Universitas Sumatera Utara


39

4.7 Prosedur Penelitian


4.7.1 Ekstraksi Buah lerak
Buah lerak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir (Gambar 19) kemudian
diambil bijinya lalu ditimbang sebanyak 940 gram (Gambar 20) dan daging buah
dipotong kecil selebar ± 3 mm (Gambar 21) lalu dikeringkan dalam lemari pengering
(Gambar 22) pada temperatur ± 40°C selama seminggu (Gambar 23). Potongan
daging buah yang telah kering ditimbang sebanyak 550 gram (Gambar 24), kemudian
dihaluskan dengan blender (Gambar 25) dan didapat serbuk simplisia 500 gram
(Gambar 26) lalu disimpan dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol 70%
sebanyak 800 ml untuk dimaserasi (Gambar 27) lalu disimpan dalam wadah tertutup
dan diamkan selama 3 jam sambil sesekali diaduk (Gambar 28). Massa dipindahkan
sedikit demi sedikit ke dalam perkolator (Gambar 29) sambil sesekali ditekan,
kemudian tuangkan etanol 70% sebanyak 200 ml. Biarkan sampai cairan mulai
menetes, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Buka keran perkolator dan
cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/ menit, etanol ditambahkan
berulang- ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas
simplisia. Perkolasi dihentikan jika cairan yang keluar terakhir (perkolat) sudah
jernih. Perkolat diuapkan dengan vaccum rotavavor (Gambar 30) pada suhu tidak
lebih dari 50° C hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu.
Ekstrak lerak dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan dalam kulkas.

Gambar 19. Pencucian buah Gambar 20. Penimbangan lerak


buah lerak

Universitas Sumatera Utara


40

Gambar 21. Pemotongan daging Gambar 22. Buah lerak yang sudah
buah lerak dipotong dikeringkan
dalam lemari pengering

Gambar 23. Potongan lerak di Gambar 24. Potongan lerak yang


lemari pengering sudah kering

Gambar 25. Potongan lerak yang sudah Gambar 26. Simplisia lerak
kering dihaluskan dengan blender

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 27. Penambahan etanol Gambar 28. Serbuk simpilisa yang


70% untuk maserasi telah ditambah etanol
70% didiamkan selama
3 jam sambil sesekali
diaduk

Gambar 29. Simplisia di dalam Gambar 30. Perkolat diuapkan


perkolator vacuum rotavavor

4.7.2 Persiapan Sampel


Sampel sebanyak 40 buah premolar mandibula yang dicabut untuk keperluan
perawatan ortodonti dan direndam dalam larutan salin sebelum diberi perlakuan.
Sampel dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing- masing sebanyak 10 sampel.

Universitas Sumatera Utara


42

4.7.3 Perlakuan Sampel


Mahkota gigi dipotong sampai batas cementoenamel junction, lalu panjang
kerja seluruh sampel ditentukan dengan mengukur panjang gigi dan dikurangi 1 mm.
Kemudian, irigasi saluran akar menggunakan spuit 5 ml dengan jenis jarum two-side
vented berukuran 30G. Pengaplikasian teknik irigasi ini dengan jarum irigasi
dibengkokkan dan posisi jarum hendaknya longgar di dalam saluran akar dengan
tujuan agar terjadi refluks dari bahan irigasi dan debris akan terbawa ke koronal
saluran akar. Panjang penetrasi jarum yang direkomendasikan adalah 1 mm dari
panjang kerja. Pemberian bahan irigasi sesuai dengan kelompok perlakuan masing-
masing yaitu:
• Kelompok I :
Irigasi awal dengan larutan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml selama 60 detik ,
setiap pergantian instrumen diirigasi dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 3 ml
selama 36 detik dan irigasi final dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml
selama 60 detik. Bilas dengan larutan salin sebanyak 2 ml
• Kelompok II :
Irigasi awal dengan larutan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 5 ml selama 60 detik
dan NaOCl 2,5% sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian instrumen
diirigasi dengan ekstrak etanol lerak 25% sebanyak 3 ml selama 36 detik dan NaOCl
2,5% sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi final dengan NaOCl 2,5% sebanyak
5 ml selama 60 detik. Bilas dengan larutan salin sebanyak 2 ml
• Kelompok III :
Irigasi awal dengan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap
pergantian instrumen diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 3 ml selama 36
detik, setelah selesai preparasi diirigasi dengan EDTA 17% sebanyak 5 ml selama
60 detik dan final rinse dengan salin sebanyak 2 ml.

Universitas Sumatera Utara


43

• Kelompok IV :
Irigasi awal dengan larutan salin sebanyak 5 ml selama 60 detik, setiap pergantian
instrumen diirigasi dengan larutan salin sebanyak 3 ml selama 36 detik dan irigasi
final dengan larutan salin sebanyak 5 selama 60 detik.
Setelah irigasi awal sesuai dengan kelompok perlakuan masing- masing,
preparasi saluran akar menggunakan teknik crown-down pressureless menggunakan
ProTaper Universal NiTi rotary instrument (Dentsply- Maillefer, Switzerland).
Sebelum menggunakan file S1, negosisasi dan penentuan glide path saluran akar
dengan k-file #10 (Gambar 31) sepanjang seberapa file bisa masuk, irigasi dan
negoisasi juga saluran akar dengan k-file #15 (Gambar 32) sepanjang seberapa file
bisa masuk sepanjang kerja dan irigasi saluran akar. Kedalaman k-file #15 dapat
masuk ke dalam saluran akar dijadikan acuan untuk preparasi dengan file S1 dan S2.
Dengan menggunakan endomotor, setiap file ProTaper digunakan pada speed 300
rpm dan torque 2,5 Ncm. Preparasi dengan ProTaper dimulai dengan file S1 (purple
ring, size 17, tapering 2% - 11%) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan
brushing (Gambar 33), irigasi dan kemudian preparasi dengan S2 (white ring, size
20, tapering 4% - 11,5) sampai kedalaman k-file #15 dengan gerakan brushing
(Gambar 34). Kemudian k-file #10 dinegoisasi sampai sepanjang kerja. Irigasi dan
preparasi dengan S1 kemudian S2 sepanjang kerja dengan gerakan brushing. Setiap
pergantian file selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10. Irigasi
saluran akar dan preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai
sepanjang kerja dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 35), irigasi,
preparasi dengan F2 (red ring , size 25 dan tapering 8%) sampai sepanjang kerja
dengan gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 36), irigasi dan kemudian
preparasi dengan F3 (blue ring, size 30, tapering 9%) sampai sepanjang kerja dengan
gerakan non-brushing (up and down) (Gambar 37). Irigasi final sesuai kelompok
perlakuan masing- masing (Gambar 38).

Universitas Sumatera Utara


44

Gambar 31. Negoisasi saluran akar Gambar 32. Negoisasi saluran akar
dengan k-file #10 dengan k-file #15

Gambar 33. Preparasi dengan Gambar 34.Preparasi dengan


ProTaper Universal ProTaper Universal
NiTi rotary instrument rotary NiTi instrument
file S1 file S2

Gambar 35. Preparasi dengan Gambar 36. Preparasi dengan


ProTaper Universal ProTaper Universal
NiTi rotary instrument NiTi rotary instrument
file F1 file F2

Universitas Sumatera Utara


45

Gambar 37. Preparasi dengan Gambar 38. Irigasi saluran


ProTaper Universal akar dengan
NiTi rotary instrument ekstrak etanol
file F3 buah lerak 25%

4.7.4 Pengamatan pada Sampel


Setelah diirigasi, saluran akar dikeringkan dengan paper point. Kemudian
setiap sampel akan diukur dari cementoenamel junction dari arah bukal/lingual
sampai ke ujung apeks dengan menggunakan jangka dan penggaris lalu diberi tanda
dengan menggunakan spidol hitam. Sampel yang diberi tanda akan bur dengan
separating disk dan dibelah dengan menggunakan chisel. Lalu dimasukkan kedalam
botol kecil. Sampel kemudian dilihat dibawah Scanning Electron Microscope (SEM)
– JEOL JSM-6390A.
Beberapa prosedur harus dilakukan agar sampel dapat masuk ke dalam ruang
vacuum yaitu :
1. Sampel diletakkan pada holder sample, dimana sampel dilekatkan dengan
double tip dan ditutupi dengan carbon tip agar sampel dapat dilihat pada SEM dan
menjadikan sampel menjadi konduktor yang baik.
2. Sampel dicoating dengan Auto Fine Coater (JEOL JFC-1600) yang
bertujuan untuk mengeringkan sampel agar dapat masuk ke dalam ruang vaccum dan
juga melapisi sampel dengan platina emas. (Gambar 39)

Universitas Sumatera Utara


46

3. Sampel dimasukkan ke dalam ruang vaccum di dalam SEM (Gambar 40),


dilakukan pembesaran 10x dan 1000x. Pembesaran 10x (Gambar 41) dilakukan
untuk menentukan daerah sepertiga apikal saluran akar yang dipreparasi
(Gambar 42). Untuk pembesaran 1000x, hasil foto akan dibagi menjadi 9 area
pengamatan (Gambar 43) lalu dinilai dengan menggunakan metode scoring melalui
pengamatan double blind yang dilakukan sebanyak 2x oleh orang yang berbeda.
Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer yang diberikan pada 9
area pengamatan dapat ditentukan dengan penggunaan skor Torabinejad (2003)
(Gambar 44).

Gambar 39. Sampel dicoating dengan Gambar 40. Sampel yang telah dicoating
alat Auto Fine Coater dimasukkan ke dalam ruang
(JEOL JFC-1600) vaccum pada alat SEM

Gambar 41. Hasil SEM dengan Gambar 42. Daerah yang dilingkari
pembesaran 10x akan diamati dengan
pembesaran 1000x

Universitas Sumatera Utara


47

Gambar 43. Foto dengan pembesaran 1000x dibagi menjadi 9 area pengamatan

Gambar 44. Penentuan skor Torabinejad dengan menggunakan SEM pada


pembesaran 1000x. (1) = tidak ada smear layer pada permukaan
saluran akar, seluruh tubulus bersih dan terbuka. (2) = moderate
smear layer. Tidak ada smear layer yang terlihat pada permukaan
saluran akar, tetapi tubulus dentin terdapat smear layer. (3)= Heavy
smear layer. Smear layer melapisi permukaan saluran akar dan
tubulus dentin.

Universitas Sumatera Utara


48

4.8 Analisa data


Data hasil penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan 3 uji statistik, yaitu:
1. Kappa statistik digunakan untuk variasi yang dapat diukur dalam situasi
apapun dimana dua atau lebih pengamat independen mengevaluasi hal yang sama.
2. Uji analisis Kruskall Wallis untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan diantara semua kelompok perlakuan pada pengangkatan smear layer.
3. Uji analisis Mann- Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan yang
signifikan diantara masing-masing kelompok perlakuan pada pengangkatan smear
layer.

Universitas Sumatera Utara


49

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Ekstraksi Buah Lerak


Buah lerak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir kemudian diambil bijinya
lalu ditimbang dan didapat sebanyak 940 gram daging buah lerak. Daging buah
dipotong kecil selebar ± 3 mm dan dikeringkan dalam lemari pengering pada
temperatur ± 40°C selama seminggu. Buah lerak yang telah kering dihaluskan dengan
blender dan dilarutkan dengan pelarut etanol untuk dimaserasi dan kemudian
dimasukkan ke dalam perkolator sambil menambahkan etanol. Hasil perkolat
diuapkan dengan alat vaccum rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental lerak yang
bewarna coklat kekuningan sebanyak 240 gram. Ekstrak kental ini kemudian
disimpan dalam wadah tertutup (Gambar 45) dan disimpan dalam kulkas.

Gambar 45. Ekstrak kental lerak yang bewarna coklat kekuningan


sebanyak 240 gram

Universitas Sumatera Utara


50

5.2 Hasil Pengukuran Kebersihan Dinding Saluran Akar Gigi


Penelitian ini dilakukan terhadap 40 buah sampel gigi premolar mandibula
yang dibagi secara random ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah 10
sampel gigi yang diirigasi dengan larutan ekstrak etanol buah lerak 25%, kelompok
kedua adalah 10 sampel gigi yang diirigasi dengan kombinasi ekstrak etanol buah
lerak 25% dan NaOCl 2,5%, kelompok ketiga adalah 10 sampel gigi yang diirigasi
dengan larutan NaOCl 2,5% disetiap pergantian file dan larutan EDTA 17% sebagai
final rinse, dan kelompok keempat adalah 10 sampel sebagai kelompok kontrol yang
diirigasi dengan larutan salin. Masing- masing kelompok tersebut akan dilihat pada
scanning electron microscope (SEM) sesuai dengan pembesaran yang disarankan
yaitu 1000x.

2 1 2

1 1 1

2 1 2

Gambar 46. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok larutan ekstrak etanol buah lerak 25% (1000x)

Universitas Sumatera Utara


51

2 2 2

2 2 2

2 2 2

Gambar 47. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok kombinasi larutan ekstrak etanol buah lerak 25%
dan NaOCl 2,5% (1000x)

2 2 2

2 2 2

2 2 3

Gambar 48. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada
kelompok yang diirigasi larutan NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% (1000x)

Universitas Sumatera Utara


52

3 3 3

3 3 3

3 3 3

Gambar 49. Hasil SEM dan skor yang diberikan oleh pengamat pada
kelompok yang diirigasi larutan salin (1000x)

Pengamatan pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang pengamat untuk


mengurangi subjektivitas pengamat yang dapat mempengaruhi data. Hasil dari
scoring dua pengamat akan diuji dengan menggunakan kappa statistik untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil scoring antara dua pengamat. Hasil dari
kappa statistik ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji kappa statistik pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah
lerak (Sapindus rarak DC) dengan sodium hipoklorit dan EDTA terhadap
smear layer saluran akar gigi

Asymp. Std. Approx.


a b
Value Error Approx. T Sig.
Measure of Agreement Kappa 1.000 .000 25.659 .000
N of Valid Cases 360

Pada tabel 1, hasil uji kappa statistik diperoleh nilai kappa = 1 yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengamatan hasil skor diantara pengamat 1
dan 2, sehingga dapat mengambil hasil skor dari pengamat 1 atau 2. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara


53

analisis selanjutnya dipakai hasil skor dari pengamat 1. Hasil skor dari pengamat 1
diambil nilai mediannya dari setiap sampel pada semua kelompok perlakuan dan
nilai median yang diperoleh dari setiap sampel pada semua kelompok perlakuan akan
dilakukan uji analisis Kruskall Wallis untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan antara semua kelompok perlakuan terhadap smear layer saluran akar gigi.
Dari hasil uji statistik Kruskall Wallis diperoleh nilai p<0,05 (p= 0,000) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh bahan irigasi dari ekstrak etanol buah
lerak 25%, kombinasi larutan ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%,
kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% dan salin terhadap smear layer
saluran akar gigi. Hasil uji Kruskall Wallis yang lengkap dapat dilihat pada
lampiran 8. Untuk melihat masing-masing perbedaan diantara masing-masing
kelompok perlakuan digunakan uji Mann-Whitney.

Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney antara masing-masing kelompok perlakuan

Kelompok n Jumlah Nilai Median Setiap P


Kelompok Perlakuan
Ekstrak etanol buah lerak 25% 10 14
0.189
Kombinasi ekstrak etanol buah 10 17
lerak 25% dan NaOCl 2,5%
Ekstrak etanol buah lerak 25% 10 14
0.003*
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% 10 22
Ekstrak etanol buah lerak 25% 10 14
0.000*
Salin 10 30
Kombinasi ekstrak etanol buah 10 17
lerak 25% dan NaOCl 2,5% 0.028*
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% 10 22
Kombinasi ekstrak etanol buah 10 17
lerak 25% dan NaOCl 2,5% 0.000*
Salin 10 30
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% 10 22
0.000*
Salin 10 30
Keterangan : * = signifikan bila p<0.05
n = jumlah sampel

Universitas Sumatera Utara


54

Dari hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok yang diirigasi dengan ekstrak etanol buah lerak 25% dengan
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dalam mengangkat smear
layer pada sepertiga apikal saluran akar dengan nilai p>0,05 (p=0.189). Namun,
dilihat dari nilai median, ekstrak etanol buah lerak 25% memiliki nilai median
(Me=14) yang lebih rendah dibandingkan kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25%
dan NaOCl 2,5% (Me=17). Jumlah nilai median yang rendah dari ekstrak etanol buah
lerak 25% menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalm mengangkat smear layer
pada sepertiga apikal saluran akar dibandingkan kombinasi ekstrak etanol buah lerak
25% dan NaOCl 2,5%.
Kelompok ekstrak etanol buah lerak 25% menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan kelompok yang diirigasi dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% dengan p<0,05 (p=0,003). Pada tabel 2, nilai median dari ekstrak etanol
buah lerak 25% (Me=14) juga lebih rendah dari kelompok yang diirigasi dengan
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22) yang menunjukkan bahwa ekstrak
etanol buah lerak 25% lebih baik mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
Kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
dengan p<0,05 (p=0,028) dan nilai median dari kombinasi ekstrak etanol buah lerak
25% dan NaOCl 2,5% (Me=17) yang lebih rendah dari kelompok yang diirigasi
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22). Hal tersebut menunjukkan
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% lebih baik mengangkat
smear layer pada sepertiga apikal dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA
17%.
Salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan kelompok
lainnya dengan p<0,05 (0,000). Jumlah nilai median salin paling tinggi (Me= 30)
berarti menunjukkan tidak ada pengaruh salin terhadap smear layer saluran akar gigi.

Universitas Sumatera Utara


55

BAB 6
PEMBAHASAN

Kompleksitas anatomi saluran akar, invasi mikroorganisme ke dalam tubulus-


tubulus dentin dan pembentukan smear layer selama instrumentasi merupakan
hambatan terbesar dalam proses pembersihan dan pembentukan (cleaning dan
shaping) saluran akar.29 Tindakan instrumentasi mekanis dengan instrumen endodonti
hanya dapat mengangkat jaringan pulpa vital ataupun nekrotik dari saluran akar
utama saja, tetapi tidak pada saluran akar yang tidak terinstrumentasi (termasuk kanal
aksesoris, ramifikasi saluran akar, fins, isthmi dan cul-de-sac).4,29
Pembersihan saluran akar paling sulit pada daerah sepertiga apikal yang
dihubungkan dengan anatomi atau morfologi saluran akar. Diameter saluran akar
bagian ini lebih kecil dibandingkan bagian lainnya, sehingga smear layer yang
terbentuk dari hasil preparasi saluran akar lebih mudah menunpuk di bagian apikal.14
Banyak daerah di sepertiga apikal saluran akar yang tidak terpreparasi karena
bentuknya yang oval atau konfigurasinya yang iregular.40 Jain dan Bahuguna (2010)
menyatakan bahwa daerah sepertiga apikal merupakan daerah saluran akar yang
paling banyak kanal aksesorisnya (84,74%)41, sehingga tindakan irigasi saluran akar
merupakan tahap paling penting yang akan menunjang keberhasilan perawatan
saluran akar karena tindakan irigasi mampu membersihkan saluran akar sampai ke
daerah sepertiga apikal dan daerah- daerah saluran akar yang tidak dapat dicapai
dengan instrumentasi secara mekanis.1,29
Bahan irigasi yang sering digunakan dalam bidang endodonti adalah sodium
hipoklorit. Bahan ini memiliki sifat antimikroba spektrum luas, dapat melarutkan
jaringan dan smear layer organik, tetapi tidak dapat melarutkan smear layer
anorganik.1 Bagaimanapun juga, penggunaan NaOCl harus dikombinasikan dengan
bahan irigasi lainnya berupa bahan chelating untuk dapat menyingkirkan smear layer
anorganik dari saluran akar.10,33 EDTA adalah salah satu bahan chelating yang efektif

Universitas Sumatera Utara


56

menghilangkan smear layer anorganik dan sering dikombinasikan dengan NaOCl.30


Namun, kombinasi NaOCl dan EDTA kurang efektif mengangkat smear layer pada
sepertiga apikal saluran akar. Selain itu, kombinasi kedua bahan tersebut
mengakibatkan peningkatan sifat erosif pada dentin dibandingkan penggunaan bahan
irigasi tersebut secara tunggal.9 Sehingga, banyak penelitian yang mencari alternatif
untuk mencapai larutan irigasi yang ideal. Pada penelitian ini digunakan bahan alami
ekstrak etanol buah lerak sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena hampir
memenuhi syarat- syarat sebagai bahan irigasi, yaitu tegangan permukaan ekstrak
etanol buah lerak 5-25% lebih rendah dibandingkan NaOCl 2,5%27 sehingga ekstrak
etanol buah lerak dapat berdifusi dan berpenetrasi lebih baik sampai ke sepertiga
apikal dan daerah yang tidak terinstrumentasi saluran akar, seperti daerah kanal-
kanal aksesoris dan ramifikasi saluran akar.42 Efek antibakteri ekstrak etanol buah
lerak berkisar antara 0,01%- 25%; terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi
0,01%19, Fusobacterium nucleatum pada konsentrasi 0,25%23 dan bakteri
Porphyromonas gingivalis21 dan Enterococcus faecalis22 dengan nilai KBM 25% dan
kemampuannya dalam melarutkan jaringan pulpa berkisar antara 6,25%-25% dan
lebih efektif dibandingkan NaOCl 2,5%.17 Oleh karena itu, ekstrak etanol buah lerak
25% lebih dimungkinkan memiliki pengaruh untuk memenuhi syarat- syarat sebagai
bahan irigasi dan akan diuji pengaruhnya terhadap smear layer saluran akar gigi.
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat smear layer pada semua
kelompok perlakuan, namun dalam skor yang berbeda- beda. Masih terdapatnya
smear layer pada semua kelompok perlakuan dimungkinkan karena instrumen
preparasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan ProTaper
Universal NiTi Rotary Instrument dan teknik irigasi yang digunakan juga masih
secara manual yaitu menggunakan spuit dan jarum yang akan mempengaruhi
pendistribusian bahan irigasi untuk membersihkan saluran akar gigi sampai ke daerah
sepertiga apikal saluran akar.
Preparasi saluran akar menggunakan ProTaper Universal NiTi Rotary
Instrument menghasilkan lebih banyak smear layer dibandingkan dengan preparasi
saluran akar dengan instrumen konvensional dan dapat membuang maktriks dentin

Universitas Sumatera Utara


57

yang cukup banyak sehingga dapat menurunkan ikatan adhesive antara bahan
obturasi dan permukaan saluran akar.8 Penggunaan instrument rotary lainnya seperti
lightspeed, iRace, K3, Mtwo, Reciproc dan lain sebagainya perlu diteliti juga
pengaruhnya dalam membersihkan saluran akar pada daerah sepertiga apikal saluran
akar. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Burklein et al. (2011) menyatakan bahwa
preparasi saluran akar menggunakan Mtwo dan Reciproc menunjukkan tingkat
kebersihan saluran akar yang lebih baik di daerah sepertiga apikal saluran akar
dibandingkan dengan ProTaper.43
Preparasi saluran akar menggunakan ProTaper walaupun memperlihatkan
tingkat kebersihan saluran akar yang lebih buruk dibanding Mtwo dan Reciproc,
penelitian Camara et.al (2007) menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada
instrumen saluran akar yang dapat mempreparasi dinding saluran akar secara
sempurna.44 Pemilihan penggunaan ProTaper Universal NiTi rotary instrument
dalam penelitian ini dikarenakan ProTaper memiliki desain khusus dengan beberapa
kelebihan, yaitu desain taper yang progresif dari ProTaper yang akan meningkatkan
fleksibilitas dan efisiensi ProTaper dalam memotong dentin. Preparasi saluran akar
dengan ProTaper juga mengurangi jumlah file yang dipakai untuk preparasi saluran
akar, penggunaannya lebih sederhana dan waktu preparasi saluran akar yang lebih
singkat. Selain itu, desain flute yang terdapat pada ProTaper berfungsi
mengumpulkan jaringan lunak dan serpihan dentin yang akan dibuang dari saluran
akar dan helical angle dan pitch yang bervariasi dari ProTaper mengizinkan blade
untuk mengeluarkan debris yang telah dikumpulkan di dalam flute. Sehingga,
ProTaper lebih efesien mengangkat debris yang terbentuk selama preparasi saluran
akar.45,46
Masih terdapatnya smear layer pada semua kelompok perlakuan juga
dipengaruhi teknik irigasi yang digunakan dalam penelitian ini masih secara manual
yaitu menggunakan spuit dan jarum. Tindakan pembilasan secara mekanis dengan
teknik irigasi menggunakan spuit dan jarum relatif lemah dan kurang mampu
mendistribusikan bahan irigasi ke daerah-daerah saluran akar yang tidak
terinstrumentasi; seperti pada kanal-kanal aksesoris dan ramifikasi saluran akar.35

Universitas Sumatera Utara


58

Penelitian Shrivastava et al. (2015) menyatakan bahwa penggunaan teknik irigasi


dengan EndoVac lebih efektif membersihkan saluran akar pada area sepertiga apikal
saluran akar dibandingkan teknik irigasi secara manual menggunakan spuit dan
jarum.47 Penggunaan EndoVac menggunakan tekanan negatif mampu membersihkan
lebih banyak debris secara signifikan hingga 1 mm dari panjang kerja di banding
teknik irigasi konvensional menggunakan spuit dan jarum. EndoVac memungkinkan
distribusi bahan irigasi sampai ke sepertiga apikal dan mengatasi efek vapour lock
pada bagian apikal saluran akar. Teknik irigasi EndoVac dapat membersihkan debris
pada daerah apeks tanpa menyebabkan bahan irigasi ekstrusi ke apikal.34,38,47
Penggunaan teknik irigasi secara manual dengan spuit dan jarum walaupun
tidak sebaik teknik irigasi dengan Endovac dalam membersihkan saluran akar, teknik
ini masih luas digunakan oleh para praktisi dokter gigi umum maupun endodontis dan
dianggap sebagai teknik irigasi yang cukup efisien dan mampu mengatur kedalaman
penetrasi jarum dalam saluran akar dan volume cairan yang digunakan. Dalam
penggunaan teknik irigasi dengan spuit dan jarum, perlu diperhatikan faktor- faktor
yang dapat meningkatkan efisiensi pembersihan saluran akar berupa jarak ujung
jarum terhadap ujung apeks, volume cairan irigasi dan ukuran jarum irigasi.35,36,37
Pada penelitian ini, kedalaman jarak penetrasi jarum adalah 1 mm dari
panjang kerja. Penetrasi jarum 1-1,5 mm dari panjang kerja direkomendasikan
menjadi penetrasi yang ideal.34 Jarak ujung jarum yang semakin dekat terhadap ujung
apeks memungkinkan bahan irigasi dapat berpenetrasi lebih baik ke apikal.35,36,37
Namun, penetrasi jarum yang semakin dekat dengan apeks dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya ekstrusi debris. Desain ujung jarum dan ukuran jarum
mempengaruhi tekanan apikal yang dihasilkan sehingga menyebabkan terjadinya
ekstrusi debris.35,36 Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan
jarum dengan desain jarum ujung tertutup (closed- ended needle, two-side-vented)
dan ukuran jarum 30G. Jarum dengan ujung tertutup memberi efek ekstrusi yang
lebih kecil dibandingkan dengan jarum ujung terbuka karena lubang jarum pada
closed- ended needle, two-side-vented berada di lateral sehingga tekanan larutan tidak
menuju ke arah apikal, tetapi ke dinding saluran akar. Jarum berukuran 30G memberi

Universitas Sumatera Utara


59

laju aliran yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum 28G dan kemungkinan
terjadinya ekstrusi lebih kecil.37 Ukuran jarum juga akan menentukan seberapa dalam
bahan irigasi mencapai apeks. Ukuran jarum 30 G mampu mencapai saluran akar
dengan ukuran preparasi apikal 25.37 Dalam penelitian ini, bagian apikal saluran akar
dipreparasi sampai dengan file F3 (size 30) sehingga ukuran jarum 30 G berarti dapat
masuk mencapai apikal, sehingga pendistribusian bahan irigasi dapat semaksimal
mungkin mencapai apikal dan akan meningkatkan kontaknya bahan irigasi dengan
dinding dentin sehinggga sangat mempengaruhi proses pembersihan saluran akar
pada daerah sepertiga apikal.35,36,37
Untuk melihat kemampuan setiap kelompok perlakuan dalam mengangkat
smear layer dapat dilihat berdasarkan jumlah nilai median hasil skor dari gambaran
SEM pada setiap kelompok perlakuan. Pada tabel 2, kelompok ekstrak etanol buah
lerak 25% diperoleh nilai median 14, kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan
NaOCl 2,5% (Me=17), kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Me=22) dan salin
(Me=30). Jumlah nilai median yang semakin rendah menunjukkan kemampuan bahan
irigasi yang semakin baik dalam mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
saluran akar.
Dari hasil nilai median terlihat bahwa ekstrak etanol buah lerak 25% paling
efektif dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar, kemudian
diikuti oleh kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dan kelompok
yang diirigasi dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Walaupun, nilai
median tiap kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan, tetap digunakan uji
statistik Kruskall Wallis untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antara kelompok perlakuan. Dari hasil uji Kruskall Wallis menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengaruh antar kelompok perlakuan bahan irigasi terhadap smear layer
saluran akar gigi pada sepertiga apikal saluran akar gigi dengan nilai p<0,05
(p=0.000).
Hasil gambaran scanning electron microscope menunjukkan larutan ekstrak
etanol buah lerak 25% sudah dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal
saluran akar. Kemampuan ekstrak etanol buah lerak dalam mengangkat smear layer

Universitas Sumatera Utara


60

disebabkan adanya saponin yang merupakan komponen aktif dari ekstrak etanol buah
lerak yang beperan sebagai surfaktan atau deterjen dapat menurunkan tegangan
permukaan.14 Hal ini sesuai dengan penelitian Fifin (2013) yang menyatakan bahwa
ekstrak etanol buah lerak 25% memiliki tegangan permukaan yang rendah
dibandingkan bahan irigasi klorheksidin glukonat 2%26 dan penelitian Syarifah
(2013) juga menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak 5-25% memiliki tegangan
permukaan yang rendah dibandingkan NaOCl 2,5%.27
Tegangan permukaan yang rendah dari ekstrak etanol buah lerak 25% dapat
meningkatkan penetrasi larutan irigasi sampai ke sepertiga apikal saluran akar pada
saluran akar utama dan juga pada daerah saluran akar yang tidak dapat dicapai oleh
instrumentasi seperti ke daerah –daerah ramifikasi saluran akar dan kanal aksesori
dan meningkatkan kontaknya bahan irigasi dengan dinding dentin42, sehinggga sangat
mempengaruhi peran bahan irigasi tidak hanya dalam melarutkan smear layer, tetapi
juga terhadap efek antibakteri dan kemampuannya dalam melarutkan jaringan pulpa
sampai ke daerah sepertiga apikal dan ke saluran akar yang tidak dapat dicapai oleh
tindakan intrumentasi saluran akar.29,27,42
Struktur kimia saponin buah lerak terdiri atas glycoside (senyawa polar) dan
pentacyclic triterpenoid (senyawa non polar) menunjukkan bahwa saponin termasuk
golongan surfaktan (senyawa permukaan aktif) yang dapat dapat melarutkan senyawa
polar dan non polar.14 Gugus-gugus hidrofil dan hidrofob yang terdapat pada saponin
menyebabkan larutan ini bersifat sebagai surfaktan (menurunkan tegangan
permukaan). Dengan menurunnya tegangan permukaan air, permukaan air ditarik
lebih kuat ke permukaan yang dicuci akibatnya air menyebar menutupi permukaan
padatan sehingga lebih membasahi. Selain itu, ujung gugus hidrofob ditarik oleh
minyak pada kotoran, menerobos dan melunakkan minyak, lalu memecah minyak
dan kotoran sehingga terbentuk misel pada permukaan partikel kotoran, kemudian
gugus hidrofob ditarik oleh air sehingga partikel kotoran terlepas dan terbawa oleh air
pembilasan dan mekanisme tersebut dihubungkan dengan kemampuan ekstrak etanol

Universitas Sumatera Utara


61

buah lerak yang mengandung saponin dalam membungkus dan melarutkan smear
layer yang terbentuk saat instrumentasi, sehingga tidak melekat ke dinding saluran
akar.14
Kemampuan buah lerak dapat melarutkan smear layer organik dihubungkan
dengan penelitian Teo HY (2015) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak
6,25%-25% dapat melarutkan jaringan pulpa, dimana jaringan pulpa merupakan salah
satu komponen organik dari smear layer.17 Selain itu, ekstrak etanol buah lerak juga
dihubungkan dapat melarutkan smear layer organik dan anorganik berdasarkan
penelitian Rosida IY (2012) yang melaporkan bahwa ekstrak buah lerak 0,01% yang
digunakan sebagai bahan dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear
layer dan sama efektifnya dengan asam poliakrilat 10%.18 Hasil penelitian tersebut
menunjukkan smear layer yang terbentuk dari preparasi kavitas. Preparasi kavitas
dalam penelitian tersebut sampai batas dentin, sehingga smear layer yang terbentuk
berasal dentin yang terpreparasi. Seperti diketahui, dentin terdiri dari 70% komponen
anorganik dan 20% komponen organik.48 Gugus hidrofilik (senyawa polar) dan gugus
hidrofobik (senyawa non polar) pada saponin buah lerak dimungkinkan akan
melarutkan smear layer organik yang bersifat polar dan non polar, sedangkan smear
layer anorganik berasal dari komponen anorganik dentin yang sebahagian besar
mengandung kalsium hidroksiapatit dan trikalsium posfat merupakan senyawa non
polar yang akan dilarutkan oleh gugus hidrofobik (senyawa non polar) dari saponin
buah lerak.14
Kemampuan ekstrak etanol buah lerak dalam mengangkat smear layer sesuai
dengan penelitian Nevi Yanti (2007) yang membuktikan saponin buah lerak 0,008%
dapat membersihkan dinding saluran gigi14 dan penelitian Elvia Rizka (2008) yang
menunjukkan ekstrak buah lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di apikal
saluran akar yang berarti dapat mengangkat smear layer.16 Ekstrak etanol buah lerak
0,01% sudah dapat mencegah kebocoran mikro di apikal saluran akar, tetapi tidak
lebih efektif dari kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%.16 Walaupun demikian,
ekstrak etanol buah lerak 25% perlu diteliti lebih lanjut efeknya terhadap erosi dentin

Universitas Sumatera Utara


62

karena kemampuannya yang dapat mengangkat smear layer sehingga kemungkinan


adanya efek ekstrak etanol buah lerak juga dapat melarutkan dentin yang normal.
Penggunaan bahan irigasi NaOCl 2,5% dikombinasi dengan EDTA 17%
sering digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar untuk mendapat efek
penyingkiran smear layer organik dan anorganik. NaOCl dapat melarutkan jaringan
organik melalui reaksi saponifikasi, netralisasi dan chloramination. Dalam reaksi
saponifikasi, NaOCl akan menurunkan asam lemak dan mengubahnya menjadi fatty
acid salt (sabun) dan glycerol yang menurunkan tegangan permukaan NaOCl. NaOCl
menetralkan asam amino dan membentuk air dan garam dalam reaksi netralisasi.
Reaksi netralisasi asam amino menurunkan pH dengan cara mengeluarkan ion
ˉ) yang terdapat dalam NaOCl, ketika berkontak
hidroksil. Asam hipoklorit (HOCl
dengan jaringan organik akan melepaskan klorin yang dikombinasikan dengan gugus
asam amino sehingga menghasilkan chloramines dalam reaksi chloramination.1,10
Sedangkan, EDTA dapat melarutkan jaringan anorganik dengan membuang ion
logam seperti kalsium dan mengikatnya secara kimia melalui dua atom nitrogen
pada group amino dan empat atom oksigen pada group karborsil sehingga
menyebabkan dekalsifikasi dentin.1,16
Hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p>0,05 (p=0,189).
Kelompok perlakuan yang diirigasi dengan ekstrak etanol buah lerak 25% dan
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% berarti memiliki
kemampuan yang sama dalam mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran
akar. Namun, jika dilihat dari nilai median pada tabel 2 dan hasil gambaran SEM,
ekstrak etanol buah lerak 25% jika dikombinasikan dengan larutan irigasi NaOCl
2,5% efeknya menjadi berkurang dalam mengangkat smear layer. Hal ini mungkin
disebabkan oleh reaksi inaktivasi yang terjadi antara senyawa yang ada di dalam
ekstrak buah lerak. Adanya kandungan ekstrak lerak selain saponin seperti flavanoid,
polifenol, dan alkaloid secara tidak langsung mungkin mempengaruhi kerja
saponin.19,20

Universitas Sumatera Utara


63

Kemampuan dalam mengangkat smear layer antara bahan irigasi ekstrak


etanol buah lerak 25% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% secara
statistik juga berbeda signifikan dengan p<0.05 (p=0,003). Kelompok bahan irigasi
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% juga terdapat perbedaan kemampuan dalam
mengangkat smear layer (p=0,028).
Larutan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25% dan kombinasi ekstrak etanol
buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% lebih baik dalam mengangkat smear layer pada
sepertiga apikal saluran akar jika dibandingkan dengan kelompok yang diirigasi
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Hal ini sesuai dengan penelitian Silveira et
al. (2013) melaporkan bahwa kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% walaupun
terbukti efektif menyingkirkan smear layer organik dan anorganik pada bagian
sepertiga koronal dan sepertiga tengah saluran akar, tetapi tidak efektif pada sepertiga
apikal saluran akar.7 Berkurangnya kemampuan bahan irigasi tersebut dalam
melarutkan smear layer pada sepertiga apikal dihubungkan dengan variasi anatomi
saluran akar terutama pada bagian apikal saluran akar.3 Penelitian Syarifah (2013)
menyatakan bahwa tegangan permukaan dari ekstrak etanol buah lerak yang lebih
rendah dari NaOCl 2,5% menyebabkan ekstrak etanol buah lerak lebih mampu
berpenetrasi ke area saluran akar sampai ke daerah sepertiga apikal saluran akar
utama, dan saluran akar yang tidak dapat dicapai oleh instrumentasi seperti pada
daerah kanal-kanal aksesoris dan ramifaksi saluran akar27, sehinggga sangat
mempengaruhi kemampuan bahan irigasi tersebut dalam mengangkat smear layer
saluran akar.27 Sedangkan, tegangan permukaan ekstrak etanol buah lerak
dibandingkan dengan larutan EDTA 17% belum pernah diteliti.
Salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan kelompok
lainnya dalam kemampuannya mengangkat smear layer dengan p<0,05 (0,000). Salin
sebagai kelompok kontrol sama sekali tidak memiliki efek pembersih dalam
mengangkat smear layer. Hal ini sesuai dengan penelitian Bogra (2003) yang
menyatakan bahwa penggunaan salin sebagai bahan irigasi tidak dapat membuka
tubulus dentin dan keseluruhan dinding saluran akar tertutup debris.49

Universitas Sumatera Utara


64

Kemampuan bahan irigasi dalam mengangkat smear layer yang diteliti di


scanning electron microscope dengan pembesaran 1000X terlihat bahwa ekstrak
etanol buah 25% sudah dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran
akar, sehingga ekstrak etanol buah lerak dapat dikembangkan sebagai alternatif
bahan irigasi karena hampir memenuhi persyaratan bahan irigasi. Dalam penelitian
ini terdapat kendala dengan penggunaan ekstrak etanol buah lerak 25% sebagai bahan
irigasi. Bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25% sulit keluar dari jarum irigasi
sehingga waktu kontak ekstrak etanol buah lerak tidak dapat dikendalikan. Hal
tersebut dimungkinkan larutan dari ekstrak etanol buah lerak yang cukup kental,
sehingga perlu diteliti lebih lanjut pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak
terhadap smear layer pada konsentrasi yang lebih rendah dari 25%. Warna dari
ekstrak etanol buah lerak 25% yang terlihat sangat pekat dan untuk penelitian
lebih lanjut dilihat pengaruh ekstrak etanol buah lerak terhadap diskolorisasi gigi.
Hasil yang diperoleh dari uji laboratorium ini juga perlu penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak terhadap smear layer di
apikal saluran akar secara klinis.

Universitas Sumatera Utara


65

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Penelitian pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak dengan NaOCl
dan EDTA terhadap smear layer terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan
dalam mengangkat smear layer saluran akar gigi antara kelompok yang diirigasi
dengan ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi ekstrak etanol buah lerak
dan NaOCl 2,5% (p=0,189). Tetapi, ada perbedaan kemampuan dalam mengangkat
smear layer antara bahan irigasi ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (p=0,003) dan diperoleh ekstrak etanol buah lerak 25%
lebih baik mengangkat smear layer. Kelompok bahan irigasi kombinasi ekstrak
etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kelompok yang diirigasi kombinasi
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% juga terdapat perbedaan kemampuan dalam
mengangkat smear layer (p=0,028) dan diperoleh kombinasi ekstrak etanol buah
lerak 25% dan NaOCl 2,5% juga lebih baik mengangkat smear layer pada sepertiga
apikal. Sedangkan salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan
kelompok lainnya (p=0,000) dan menunjukkan tidak ada pengaruhnya terhadap
smear layer saluran akar gigi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah lerak 25%
sudah dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar dan lebih
efektif dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.

7.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan melihat pengaruh ekstrak etanol buah
lerak terhadap erosi dentin.
2. Perlu diteliti lebih lanjut efek ekstrak etanol buah lerak terhadap
diskolorisasi gigi.

Universitas Sumatera Utara


66

3. Penelitian lebih lanjut unntuk melihat pengaruh bahan irigasi ekstrak


etanol buah lerak terhadap smear layer pada konsentrasi yang lebih rendah dari 25%.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan preparasi saluran akar dengan Mtwo dan
Reciproc yang dapat meningkatkan kebersihan saluran akar di bagian apikal saluran
akar.
5. Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan teknik irigasi dengan
Endovac agar dapat mengangkat smear layer yang lebih baik.
6. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh bahan irigasi
ekstrak etanol buah lerak terhadap smear layer di apikal saluran akar secara klinis.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kompleksitas anatomi saluran akar, invasi mikroorganisme ke dalam tubulus-


tubulus dentin dan pembentukan smear layer selama instrumentasi merupakan
hambatan terbesar dalam proses pembersihan dan pembentukan (cleaning dan
shaping) saluran akar dengan instrumentasi secara mekanis.29 Instrumentasi saluran
akar secara mekanis dengan instrumen endodonti hanya dapat mengangkat jaringan
pulpa vital ataupun nekrotik dari saluran akar utama saja, tetapi tidak pada saluran
akar yang tidak terinstrumentasi; seperti pada kanal-kanal aksesoris dan ramifikasi
saluran akar (Gambar 1).4,5,29,30

Gambar 1. Kompleksitas anatomi saluran akar30

Irigasi saluran akar merupakan tahap paling penting yang akan menunjang
keberhasilan perawatan saluran akar karena tindakan irigasi mampu membersihkan
daerah- daerah saluran akar yang tidak dapat dicapai dengan instrumentasi mekanis.
Larutan irigasi mampu berpenetrasi ke dalam tubulus- tubulus dentin dan mematikan
mikroorganisme. Larutan irigasi juga memudahkan pengeluaran dan melarutkan

Universitas Sumatera Utara


8

smear layer yang terbentuk selama tahap instrumentasi saluran akar.1 Kemampuan
bahan irigasi dalam mengangkat smear layer menjadi pertimbangan penting selama
perawatan saluran akar karena smear layer dapat menimbulkan dampak yang
merugikan dalam perawatan saluran akar sehingga diperlukan bahan irigasi yang juga
mampu menyingkirkan smear layer.4,6

2.1 Smear Layer dalam Saluran Akar


Smear layer adalah lapisan yang terbentuk pada saluran akar yang telah
dipreparasi dan tidak dijumpai pada saluran akar yang tidak dipreparasi.6 Komposisi
secara pasti dari smear layer belum dapat ditentukan. Namun, beberapa penelitian
menyatakan bahwa smear layer mengandung material organik dan anorganik.
Material organik berupa jaringan pulpa vital ataupun nekrotik, sel-sel darah, kolagen,
protein koagulan, prosesus odontoblas, bakteri dan hasil produk bakteri (endotoksin
dan eksotoksin).4,6 Material anorganik dari komponen anorganik dentin yang
sebahagian besar mengandung kalsium hidroksiapatit dan trikalsium posfat.7
Gambaran smear layer pada scanning electron microscope terlihat seperti
lapisan tidak teratur, struktur amorf dan berbentuk granul-granul yang menutupi
dinding saluran akar sampai ke tubulus dentin.3 Morfologi smear layer terdiri atas dua
lapisan. Lapisan pada bagian superfisial berupa lapisan longgar dengan ketebalan 1-2
µm dan terdiri dari komponen organik dan partikel dentin. Lapisan yang lebih dalam
berbentuk partikel-partikel yang lebih kecil meluas ke dalam tubulus dentin sampai
kedalaman 40 µm dan sebahagian besar dibentuk oleh potongan-potongan dentin
pada saat preparasi saluran akar.6,8 Goldman et al (1981) menyatakan bahwa
ketebalan smear layer diperkirakan 1 µm dan sebahagian besar mengandung
komponen anorganik. Eick et al. (1970) menyimpulkan bahwa ukuran smear layer
bervariasi antara 0,5- 15 µm.8
Banyak kontroversi dari para ahli yang menyatakan apakah smear layer
harus dihilangkan atau tidak dari saluran akar. Namun, para peneliti umumnya
mendukung penyingkiran smear layer karena kenyataannya keberadaan smear layer
lebih banyak menimbulkan dampak negatif pada perawatan saluran akar. Bakteri

Universitas Sumatera Utara


9

kemungkinan dapat tertinggal pada smear layer walaupun setelah tindakan preparasi
chemomechanical. George et al. (2005) menyatakan bahwa smear layer dapat
menjadi substrat bagi bakteri sehingga bakteri dapat bertahan hidup pada smear layer,
berkembang dan berproliferasi ke dalam tubulus dentin.6,8 Smear layer juga sebagai
penghalang terhadap adaptasi dan penetrasi bahan sealer ke tubulus dentin sehingga
dapat memicu terjadinya celah mikro di apikal saluran.6,9 Shahravan et al. (2007)
meneliti pengaruh smear layer terhadap pembentukan celah mikro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyingkiran smear layer akan mengurangi terjadinya celah
mikro di apikal saluran akar.9
Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer dapat ditentukan
dengan penggunaan skor Torabinejad (2003). Penentuan skor Torabinejad dengan
menggunakan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x. Skor 1 berarti
tidak ada smear layer pada permukaan saluran akar, seluruh tubulus bersih dan
terbuka (Gambar 2A), skor 2 dikategorikan dalam moderate smear layer dengan
tidak ada smear layer yang terlihat pada permukaan saluran akar, tetapi tubulus
dentin terdapat smear layer (Gambar 2B) dan skor 3 dikategorikan sebagai heavy
smear layer dengan keadaan smear layer melapisi permukaan saluran akar dan
tubulus dentin (Gambar 2C).9

A B

Gambar 2. A.Tidak ada smear layer, B. Moderate smear layer, C. Heavy smear
layer31

Universitas Sumatera Utara


10

2.2 Tindakan Irigasi dalam Perawatan Saluran Akar


Instrumentasi mekanis pada saluran akar harus selalu disertai dengan irigasi
saluran akar untuk menyingkirkan mikroorganisme secara maksimum, membersihkan
saluran akar dari semua jaringan nekrotik ataupun vital, produk- produk yang
dihasilkan oleh bakteri dan membersihkan serpihan dentin yang menumpuk selama
dan sesudah pembentukan saluran akar (shaping).2,10
Irigasi yang optimal dapat dicapai dengan penggunaan bahan irigasi yang
memenuhi persyaratan dalam perawatan saluran akar. Bahan irigasi yang optimal
diharapkan mampu membersihkan saluran akar sampai ke sepertiga apikal saluran
karena kompleksitas anatomi saluran akar terletak di bagian apeks.1,29 Saluran akar
pada bagian tersebut memiliki diameter yang lebih sempit yang akan menyulitkan
preparasi saluran akar.14 Anatomi saluran akar yang sangat kompleks pada bagian
sepertiga apikal dan adanya daerah yang tidak terinstrumentasi pada saluran akar
dibutuhkanlah bahan irigasi yang mampu membersihkan saluran akar sampai ke
sepertiga apikal sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam perawatan saluran
akar.1,29
Adapun syarat- syarat bahan irigasi yang ideal adalah :3,32
a. Mempunyai sifat antimikroba
b. Mampu melarutkan jaringan pulpa vital ataupun nekrotik
c. Tidak toksik
d. Dapat menjadi pelumas yang baik; adanya sifat pelumas dari bahan irigasi
akan memudahkan instrumen masuk ke dalam saluran akar selama cleaning dan
shaping dan menurunkan potensi terjadinya fraktur pada instrumen.
e. Mempunyai tegangan permukaan yang rendah; larutan irigasi harus
memiliki tegangan permukaan yang rendah agar dapat dengan mudah berpenetrasi
sampai ke daerah sepertiga apikal saluran dan dapat mengalir pada daerah yang tidak
terjangkau oleh instrumentasi.
f. Dapat menyingkirkan smear layer yang terbentuk setelah preparasi saluran
akar secara mekanis

Universitas Sumatera Utara


11

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas larutan irigasi, yaitu:11,33


a. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi larutan irigasi, maka larutan irigasi akan semakin
baik efektivitasnya. Namun, penggunaan larutan irigasi dengan konsentrasi tinggi
lebih bersifat toksik daripada konsentrasi rendah.
b. Kontak
Larutan irigasi harus dapat berkontak dengan substrat (mikroba, jaringan
organik) agar mampu melarutkan atau mengangkat debris keluar saluran akar.
c. Kuantitas bahan irigasi yang digunakan
Barber et al membuktikan bahwa semakin banyak larutan irigasi yang
digunakan, semakin tinggi pula efektivitas bahan irigasi tersebut.
d. Ukuran diameter jarum irigasi
Ukuran diameter jarum irigasi yang semakin kecil disarankan penggunaannya
pada tindakan irigasi saluran akar karena dapat masuk ke dalam saluran akar lebih
dalam untuk debridemen yang lebih baik.
e. Temperatur bahan irigasi
Larutan irigasi yang dihangatkan dapat meningkatkan efektivitasnya dalam
tindakan irigasi saluran akar. Misalnya, bahan irigasi sodium hipoklorit (NaOCl)
yang dihangatkan pada suhu 60-70°C sebelum irigasi lebih efektif dalam melarutkan
jaringan organik.
f. Frekuensi irigasi
Peningkatan frekuensi irigasi selama instrumentasi dapat memberikan
keuntungan yaitu; lebih baik dalam melarutkan jaringan dan fungsi larutan irigasi
dalam saluran akar semakin efektif.
g. Diameter saluran akar
Tindakan irigasi saluran akar akan lebih baik jika diameter saluran akar
diperlebar dengan preparasi saluran akar secara mekanis (shaping).

Universitas Sumatera Utara


12

2.3 Jenis- Jenis Bahan Irigasi Saluran Akar


Hingga saat ini, belum ada bahan irigasi tunggal yang dapat memenuhi
persyaratan bahan irigasi yang ideal sehingga penggunaan bahan irigasi harus
dikombinasi untuk memenuhi kriteria tersebut. Beberapa bahan irigasi yang sering
digunakan dan sedang berkembang adalah sodium hipoklorit, EDTA, klorheksidin,
MTAD.10,11

2.3.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)


Sodium hipoklorit pertama kali digunakan pada perang dunia pertama oleh
ahli kimia Henry Drysdale Dakin untuk mengobati luka infeksi. Konsentrasi yang
digunakan Dakin adalah 0,5%. Pada tahun 1936, Walker menyarankan penggunaan
sodium hipoklorit untuk perawatan saluran akar. Grossmann juga menggunakan 5%
larutan ini untuk bahan medikamen saluran akar 1,11,34
Konsentrasi NaOCl yang sering digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar
berkisar antara 0,5% - 5,25%. Dalam bidang endodonti, NaOCl memiliki aktivitas
antibakteri spektrum luas melawan mikroorganisme dan biofilm di sistem saluran
akar, termasuk juga mikroba yang sulit disingkirkan dari saluran akar, seperti
Enterococcus faecalis, Actinomyces dan Candida.34
NaOCl pada konsentrasi 0,5% dan 1% sudah dapat melarutkan jaringan
nekrotik. Madden et al. (1977) melaporkan bahwa NaOCl pada konsentrasi 2,5% dan
5% lebih baik melarutkan jaringan organik daripada NaOCl 0,5%. Penggunaan
konsentrasi NaOCl yang disarankan sebagai bahan irigasi adalah 2,5% karena cukup
aman digunakan dibandingkan NaOCl 5% dan mempunyai efek melarutkan jaringan
organik dan antibakteri yang efektif.3,34
Larutan NaOCl bertindak sebagai pelarut organik dan lemak. Dalam air,
sodium hipoklorit berionisasi menjadi sodium hidroksida (NaOH) dan asam
hipoklorit (HOCL). Ketika NaOCl berkontak dengan jaringan organik, beberapa
reaksi kimia terjadi, seperti asam lemak bereaksi dengan senyawa sodium hidroksida
(NaOH) membentuk sabun (soap) dan glyscerol (alcohol) yang mengurangi tegangan
permukaan NaOCl (reaksi saponifikasi) (Gambar 3). Asam amino bereaksi dengan

Universitas Sumatera Utara


13

membentuk garam dan air (reaksi netralisasi). Reaksi netralisasi asam amino
menurunkan pH dengan cara mengeluarkan ion hidroksil (Gambar 4). Asam
hipoklorit (HOClˉ) merupakan zat yang terdapat dalam larutan NaOCl, yang ketika
berkontak dengan jaringan organik bertindak sebagai pelarut dan menghasilkan klorin
yang kemudian bereaksi dengan gugus asam amino membentuk chloramines yang
menghalangi metabolisme sel. (Gambar 5).1,10

Gambar 3. Reaksi saponifikasi1

Gambar 4. Reaksi netralisasi1

Gambar 5. Reaksi chlroamination1

Kelemahan NaOCl sebagai bahan irigasi adalah konsentrasi tinggi bersifat


toksik pada jaringan dan ekstrusi NaOCl ke apikal dapat menyebabkan kerusakan sel
serta dapat menyebabkan inflamasi gingiva jika berkontak dengan gingiva. Karena
tingkat toksisitasnya, ekstrusi NaOCl harus dihindarkan.1,10,34

Universitas Sumatera Utara


14

Tegangan permukaan NaOCl yang tinggi juga menyebabkan NaOCl kurang


bisa berpenetrasi ke saluran akar yang lebih dalam, memiliki bau dan rasa yang tidak
enak serta memiliki keterbatasan dalam menyingkirkan smear layer secara
keseluruhan. NaOCl tidak dapat meyingkirkan smear layer anorganik sehingga
penggunaannya harus dikombinasikan dengan bahan chelating untuk menyingkirkan
smear layer anorganik setelah preparasi saluran akar. EDTA adalah salah satu bahan
chelating yang sering dikombinasikan dengan NaOCl.1,10,34
Penelitian Grawehr et al. (2003) menyatakan bahwa EDTA dapat menahan
kalsium ketika penggunaannya dikombinasikan dengan NaOCl, sehingga mengurangi
jumlah klorin pada NaOCl dan akan menghilangkan efek NaOCl dalam melarutkan
jaringan. Irigasi dalam jangka pendek dengan NaOCl setelah EDTA pada preparasi
chemomechanical dapat menyebabkan erosi yang berlebihan pada permukaan dentin
dinding saluran akar.1

2.3.2 EDTA
EDTA (ethylene diamine tetraacetid acid) adalah bahan chelating yang
paling sering digunakan. Pada tahun 1957, Nygaard-Ostby menggunakan bahan ini
pertama kali pada perawatan saluran akar. Konsentrasi EDTA yang digunakan
berkisar antara 15% -17%. Bahan ini memiliki kemampuan menyingkirkan smear
layer anorganik dengan cara mendemineralisasi jaringan anorganik.1,3 Selain itu,
EDTA juga berperan sebagai pelumas, emulsifikasi, membantu preparasi saluran akar
dengan memperlebar saluran akar yang sempit dan saluran akar yang mengalami
dekalsifikasi. 9,11,34
EDTA relatif tidak toksik dan sedikit menyebabkan iritasi. Serper dan Calt
melaporkan bahwa EDTA lebih efektif pada pH netral daripada pH 9 dalam tindakan
cleaning dan shaping saluran akar. Penggunaan 5 ml dari EDTA 17% sebagai irigasi
final selama 3 menit efisien dapat mengangkat smear layer dari saluran akar. Aplikasi
EDTA 17% selama 1 menit dengan teknik irigasi ultrasonik juga efektif mengangkat
smear layer dan debris pada bagian apikal saluran akar.1,34

Universitas Sumatera Utara


15

Penggunaan EDTA juga tidak dapat dijadikan sebagai bahan irigasi tunggal
dalam perawatan saluran akar karena memiliki efek antibakteri yang lemah dan tidak
dapat melarutkan smear layer organik. Efek EDTA pada dentin tergantung pada
konsentrasi dan lamanya waktu berkontak dengan dentin. Hasil penelitian Calt dan
Serper (2002) menunjukkan bahwa irigasi dengan 10 ml dari EDTA 17% selama 10
menit dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intertubular dentin yang
berlebihan.1

2.3.3 Klorheksidin Glukonat


Klorheksidin dikembangkan pada tahun 1940 melalui penelitian- penelitian di
laboratorium. Bahan ini merupakan antiseptik ampuh yang sering digunakan untuk
kontrol plak pada rongga mulut pada konsentrasi 0,1- 0,2% dan konsentrasi 2%
sebagai larutan irigasi saluran akar.1,11,34 Klorheksidin memiliki sifat antimikroba
yang cukup baik dan efek antimikrobanya akan berfungsi pada pH 5,5 dan 7. Bahan
irigasi ini bersifat bakteriostatis pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisid pada
konsentrasi tinggi karena dapat menyebabkan kerusakan sel, koagulasi dan presipitasi
protein dan asam nukleat. Dibandingkan NaOCl 5,25%, klorheksidin 2% lebih efektif
melawan bakteri Enterococcus faecalis6 dan tingkat toksisitasnya juga lebih
rendah.1,11
Bahan irigasi ini tidak dapat melarutkan jaringan organik dan smear layer
serta efek antibakteri yang lemah pada bakteri gram negatif dan tidak menunjukkan
pengaruhnya pada biofilm sehingga penggunaan klorheksidin biasanya hanya sebagai
final rinse pada perawatan saluran akar. 1,3,10,11,29

2.3.4 MTAD
MTAD (mixture of tetracycline, acid, and detergent) adalah larutan irigasi
yang mengandung doksisiklin 3%, asam sitrat 4,25%, dan detergen (Tween 80).
MTAD pertama kali diperkenalkan oleh Torabinejad et.al sebagai alternatif dari
EDTA untuk menyingkirkan smear layer. MTAD merupakan kombinasi beberapa
komponen untuk mendapatkan efek antibakteri dan sifat chelating. Asam sitrat yang

Universitas Sumatera Utara


16

terdapat pada MTAD akan menyingkirkan smear layer, sehingga akan mengizinkan
doksisiklin yang memiliki sifat antibakteri untuk masuk ke tubulus dentin. MTAD
tidak dapat melarutkan jaringan organik, sehingga penggunaannya lebih disarankan
sebagai irigasi final setelah saluran akar diirigasi dengan sodium hipoklorit. 1,3,34

2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC) sebagai Alternatif Bahan Irigasi
Saluran Akar
Buah lerak (Sapindus rarak DC) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari
Asia Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan
keadaan iklim. Tanaman ini lebih dikenal dengan nama lerak, namun di daerah lain
lerak memiliki nama yang berbeda-beda. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan
nama Rerek, Werak/Lerak (Jawa), Kalikea (Jambi), Kanikia (Minang), Lamuran
(Sumatera Selatan) dan buah sabun (Tapanuli Selatan).13,15
Menurut taksonominya, Sapindus rarak DC diklasifikasikan dalam :13,15
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Dycotyledonae
• Ordo : Sapindales
• Suku : Sapindaceae
• Marga : Sapindus
• Spesies : Sapindus rarak
Sapindus rarak DC merupakan tanaman rimba yang memiliki tinggi rata-rata
10 m, walaupun bisa mencapai tinggi 42 m dengan diameter batangnya 1 m. Tanaman
ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 sampai 1500 m diatas permukaan
laut. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih kotor dan berakar tunggang.
Daun tanaman ini majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga
lerak berbentuk tandan, melekat di pangkal, warna kuning keputihan, dan daun
mahkotanya empat. Tanaman ini mempunyai buah yang keras, bulat dengan diameter
± 2 cm dan berwarna kuning kecoklatan. Permukaan buah licin atau mengkilat,
bijinya bulat, keras dan bewarna hitam. Daging buah sedikit berlendir dan aromanya

Universitas Sumatera Utara


17

13,15
wangi. Buah lerak terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji. Buah lerak sering
digunakan sebagai pencuci kain batik di Jawa, biasa juga digunakan untuk mencuci
emas, sebagai pembersih muka guna menghilangkan jerawat dan sebagai obat
penyakit kulit terutama penyakit kudis.13 Khasiat farmakologik buah lerak antara lain
sebagai antijamur, bakterisid, antiinflamasi dan peluruh dahak.14

Gambar 6. Buah lerak berasal dari Desa Mbaturetno,


Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah

Tumbuhan lerak memiliki potensi sebagai bahan irigasi dikarenakan adanya


kandungan sifat fitokimia yang memenuhi syarat sebagai bahan irigasi. Hasil
penelitian memaparkan bahwa kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak
mengandung saponin dan flavanoid, sedangkan kulit buahnya juga mengandung
alkaloid dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak mengandung tanin.
Dengan demikian, ekstrak buah lerak mengandung saponin, flavanoid, alkaloid dan
polifenol.15,16 Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang diduga akan
menyerang lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar dan non polar
sehingga menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel bakteri. Saponin juga bersifat
sebagai surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan deterjen yang dapat
melarutkan kotoran.16 Flavanoid diduga dapat merusak membran sel karena sifatnya
yang lipofilik dan kemampuannya membentuk kompleks dengan protein
ekstraseluler. Senyawa polifenol menghambat enzim penting mikroorganisme,

Universitas Sumatera Utara


18

sedangkan alkaloid sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat
melawan sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.16
Penelitian penggunaan buah lerak di bidang kedokteran gigi sebagai alternatif
bahan irigasi saluran akar juga telah dilakukan. Buah lerak telah terbukti memiliki
efek antibakteri dan antifungal. Ekstrak lerak 0,01% memiliki efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans19 dan efek antifungal terhadap Candida albicans.20
Bahan ini juga memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis21 dan
Enterococcus faecalis22 dengan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum) 25% serta
terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM (Kadar Hambat
Minimum) 0,25%.23 Penelitian juga membuktikan bahwa ekstrak etanol lerak
24
memiliki efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan efek antiinflamasi
pada konsentrasi 0,01%.25
Ekstrak etanol lerak pada konsentrasi 6,25%, 12,5% dan 25% memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa yang lebih baik dibandingkan dengan NaOCl
2,5%.25 Tegangan permukaan ekstrak etanol lerak 25% juga lebih rendah dari
klorheksidin 2%26 dan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaannya lebih
rendah dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.27 Selain itu, penelitian lainnya
menyatakan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di
apikal saluran akar.16 Ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 0,01% sebagai dentin
conditioner efektif juga mampu membersihkan smear layer dan sama efektifnya
dengan asam poliakrilat 10%.18 Uji toksisitas terhadap buah lerak juga telah
dilakukan dan hasilnya diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol lerak berada pada
konsentrasi 1,25%.28

2.5 Teknik Irigasi Saluran Akar


Penggunaan bahan irigasi saluran akar sudah menjadi konsensus umum yang
sangat diperlukan untuk melarutkan jaringan organik maupun anorganik dan
menyingkirkan mikroorganisme dari saluran akar.34 Selain penggunaan bahan irigasi
yang tepat, bahan irigasi harus berkontak dengan seluruh dinding saluran akar untuk

Universitas Sumatera Utara


19

pembersihan yang efektif.32 Distribusi bahan irigasi ke dalam saluran akar juga
dipengaruhi oleh teknik irigasi saluran akar yang digunakan.34,35
Berbagai macam teknik irigasi saluran akar terus dikembangkan untuk
pendistribusian bahan irigasi mencapai ke semua daerah saluran akar. Teknik irigasi
dengan agitasi dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar yaitu: teknik irigasi
manual dan dengan bantuan mesin. Bagaimanapun juga, tidak ada bukti pasti yang
menunjukkan bahwa adanya penggunaan alat- alat ini secara klinis dengan hasil
perawatan yang lebih baik.34,36

2.5.1 Teknik Irigasi Manual


Teknik irigasi dengan agitasi manual adalah teknik pemberian bahan irigasi ke
saluran akar menggunakan tangan tanpa bantuan mesin. Teknik irigasi manual dapat
dilakukan dengan spuit dan jarum, agitasi dengan brushes dan agitasi dinamik
manual.36

2.5.1.1 Teknik Irigasi dengan Spuit dan Jarum


Irigasi secara konvensional dengan spuit telah direkomendasikan sebagai
metode pemberian bahan irigasi yang efisien sebelum adanya teknik aktivasi
ultrasonik pasif. Teknik ini masih digunakan secara luas oleh dokter gigi umum dan
spesialis endodonti. Pengaplikasian teknik ini dalam mendistribusikan bahan irigasi
ke dalam saluran akar adalah melalui jarum dengan ukuran yang bervariasi baik
secara pasif atau dengan agitasi.37
Teknik ini dilakukan dengan menggerakkan jarum dengan gerakan naik-
34,35
turun. Spuit dengan volume yang besar akan menghemat waktu, namun
tekanannya lebih sulit dikontrol dan menyebabkan bahan irigasi ekstrusi ke apikal.
Penggunaan spuit dengan volume 1-5 ml lebih dianjurkan dengan tujuan keamanan
sewaktu irigasi dilakukan.37 Pengaplikasian teknik irigasi ini dengan cara jarum
irigasi dibengkokkan dan posisi jarum hendaknya longgar di dalam saluran akar
dengan tujuan agar terjadi refluks dari bahan irigasi dan debris akan terbawa ke
koronal saluran akar.37

Universitas Sumatera Utara


20

Beberapa jenis jarum terbaru memiliki desain ujung yang terbuka dan
beberapa lainnya memiliki desain closed-ended, side vented channel (Gambar 7).
Setiap desain jarum memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Jarum ujung
terbuka dapat menghasilkan tekanan shear dinding yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kemampuan membersihkan debris dentin pada dinding saluran akar.
Jarum ujung terbuka juga dapat memasukkan bahan irigasi dalam saluran akar lebih
efisien jika dibandingkan dengan ujung tertutup. Akan tetapi, jarum ujung terbuka
dapat meningkatkan tekanan pada apikal sehingga menyebabkan ekstrusi debris dan
bahan irigasi ke jaringan periapikal sedangkan jarum tertutup dapat menghindari
ekstrusi bahan irigasi ke jaringan periapikal karena lubang jarum berada di lateral
sehingga tekanan larutan tidak menuju ke arah apikal, tetapi ke arah dinding saluran
akar.37

Gambar 7. A-C (Open ended needles) : A (Flat needle),


B (Bevealed needles), C (Notched needles),
D-F (Closed- ended needles): D (Side vented),
E (Double side vented) dan F (Multivented
needles) 37

Efisiensi pembersihan saluran akar menggunakan teknik ini dapat dipengaruhi


oleh jarak ujung jarum terhadap ujung apeks, volume cairan irigasi dan ukuran jarum
irigasi. Jarak ujung jarum yang semakin dekat terhadap ujung apeks memungkinkan
bahan irigasi dapat penetrasi lebih baik ke apikal. Namun, penetrasi jarum dalam
saluran akar yang lebih dalam meningkatkan kemungkinan ekstrusi bahan irigasi.

Universitas Sumatera Utara


21

Ukuran jarum yang semakin kecil akan memungkinkan penetrasi jarum lebih dalam
mencapai apeks sehingga debridemen saluran akar lebih efektif.35,36

2.5.1.2 Teknik Irigasi Manual dengan Brushes


Teknik ini digunakan sebagai pelengkap debridemen. Penggunaan alat ini
secara tidak langsung mempengaruhi perpindahan cairan irigasi saluran akar. Suatu
studi melaporkan adanya peningkatan kebersihan pada sepertiga koronal saluran akar
yang diirigasi menggunakan jarum Navitip FX dengan brushes (Gambar 8)
dibandingkan tanpa brushes. Namun, perbedaan tingkat kebersihan pada sepertiga
tengah dan sepertiga apikal saluran akar tidak ada perbedaan secara signifikan.35

Gambar 8. Navitip FX dengan menggunakan brushes35

2.5.1.3 Teknik Irigasi Dinamik Manual


Bahan irigasi harus kontak secara langsung dengan saluran akar untuk
mendapatkan tindakan pembersihan yang efektif. Namun, bahan irigasi sulit untuk
mencapai bagian apikal saluran akar karena efek vapour lock. Teknik ini
menggunakan bahan obturasi saluran akar seperti gutta-percha dimasukkan ke dalam
saluran akar sepanjang kerja setelah bahan irigasi diberikan pada saluran akar. Bahan
irigasi diagitasi dengan menggeserkan gutta- percha dengan gerakan naik- turun.
Aliran hidrodinamik akan terbentuk dengan gerakan naik- turun yang berulang
sehingga terjadi pergerakan bahan irigasi pada daerah apikal sehingga gas yang
terkurung turut teragitasi.35,36

Universitas Sumatera Utara


22

2.5.2 Teknik Irigasi dengan Bantuan Mesin


Teknik irigasi dengan bantuan mesin merupakan teknik penghantaran bahan
irigasi ke dalam saluran akar dengan bantuan mesin. Teknik ini pada umumya
terbagi atas sonik, ultrasonik dan irigasi dengan negative pressure (tekanan negatif).36

2.5.2.1 Teknik Irigasi Sonik


Teknik irigasi sonik merupakan metode yang efektif dalam mendisinfeksi
saluran akar dengan bekerja pada frekuensi 1-6 kHz dan menghasilkan shear stress
yang lebih rendah dibandingkan irigasi ultrasonik. Endoactivator system adalah salah
satu alat irigasi sonik. Endoactivator system (Gambar 9) efektif membersihkan debris
dari saluran akar lateral, menyingkirkan smear layer dan kumpulan biofilm di sekitar
saluran akar yang melengkung pada gigi molar. Namun, kekurangan endoactivator
adalah tipnya terlihat secara radiolusen pada ronsen foto sehingga sulit diidentifikasi
jika tersisa dalam saluran akar.36,38

Gambar 9. Irigasi Sonik dengan endoactivator 38

2.5.2.2 Teknik Irigasi Ultrasonik


Irigasi dengan ultrasonik menghasilkan frekuensi tinggi namun dengan
amplitudo rendah dibandingkan dengan irigasi sonik. File tersebut didesain untuk
osilasi dengan frekuensi ultrasonik antara 25- 30 kHz. Pergerakan file ultrasonik yang
stabil mendukung pembersihan saluran akar. File ultrasonik ini harus bergerak bebas
tanpa berkontak dengan dinding saluran akar untuk bekerja secara efektif.34-36

Universitas Sumatera Utara


23

Irigasi ultrasonik pasif dapat menyingkirkan smear layer dan penggunaan


teknik ini setelah instrumentasi dengan tangan ataupun rotary dapat mengurangi
jumlah bakteri secara signifikan. Teknik ultrasonik terbukti efektif membersihkan
debris dan bakteri dari saluran akar, tetapi tidak dapat melewati vapor lock pada
apikal.37,38

2.5.2.3 Teknik Irigasi dengan Negative Pressure (Tekanan Negatif)


Pendekatan lain untuk memudahkan akses bahan irigasi adalah menggunakan
teknik irigasi dengan tekanan negatif. EndoVac adalah salah satu alat yang
menggunakan teknik irigasi bertekanan negatif. Sistem ini menggunakan prinsip
tekanan negatif melalui sistem evakuasi bertekanan tinggi yang memungkinkan
lewatnya bahan irigasi dengan volume yang besar. Penggunaan EndoVac
(Gambar 10) menggunakan tekanan negatif mampu membersihkan lebih banyak
debris secara signifikan hingga 1 mm dari panjang kerja di banding teknik irigasi
konvensional. Tekanan negatif pada apikal memungkinkan bahan irigasi sepertiga
apikal dan mengatasi efek vapour lock. Teknik irigasi ini dapat membersihkan debris
pada daerah apeks tanpa menyebabkan bahan irigasi ekstrusi ke apikal.34,38

Gambar 10. EndoVac38

Universitas Sumatera Utara


24

2.5.2.4 Laser
Beberapa penelitian melaporkan bahwa laser dapat digunakan untuk
menguapkan jaringan di saluran akar utama, mengangkat smear layer dan
mengeliminasi sisa-sisa jaringan pada bagian apikal saluran akar. Efisiensi
penggunaan laser tergantung pada banyak faktor yaitu waktu pemaparan, penyerapan
cahaya pada jaringan dan geometri saluran akar. Namun, kesulitan utama penggunaan
laser ini adalah akses probe yang relatif besar dari alat laser ini ke ruang saluran akar
yang kecil.29

2.6 SEM (Scanning Electron Microscope)


Eick et al. (1970) untuk pertama kalinya melaporkan bahwa SEM menjadi
suatu alat yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi smear layer dalam saluran
akar gigi. Smear layer yang terdiri dari partikel yang berukuran yang sangat kecil
antara 0,5- 15 µm hanya dapat dideteksi secara jelas dengan SEM karena alat
tersebut dapat menghasilkan gambaran permukaan sampel dengan resolusi yang
sangat tinggi dan bahkan dapat mengungkapkan secara detail berukuran kurang dari 1
nm.8,39
SEM merupakan jenis mikroskop elektron yang menggambarkan sampel
dengan memindainya menggunakan pancaran elektron berenergi tinggi yang
membentuk pola pindaian. Elektron akan berinteraksi dengan atom pada sampel dan
menghasilkan sinyal yang mengandung informasi tentang topografi permukaan
sampel, komposisi dan sifat lainnya seperti konduktivitas listrik. Jenis sinyal yang
dihasilkan oleh SEM mencakup elektron sekunder (secondary electrons), elektron
yang memencar (back-scattered electrons), sinar X, cahaya (cathodoluminescence),
elektron pada spesimen dan elektron yang ditransmisikan. Sinyal dihasilkan dari
interaksi benturan elektron dengan atom pada atau didekat permukaan sampel.
Gambaran sampel diambil secara digital dan akan ditampilkan pada layar monitor dan
disimpan di dalam komputer.39

Universitas Sumatera Utara


25

Pembesaran pada SEM dapat dikendalikan mulai dari 10 sampai 500.000


kali. SEM memiliki kondenser dan lensa objektif yang berfungsi memfokuskan sinar
kepada suatu tempat dan bukan menggambar keseluruhan specimen. Spesimen yang
akan digambar oleh SEM harus dapat mengalirkan listrik (electrically conductive).
Spesimen yang terbuat dari metal hanya memerlukan sedikit tindakan preparasi untuk
digambar oleh SEM. Tetapi bagi spesimen yang tidak dapat mengantarkan listrik
harus dilapisi (coating) dengan suatu zat yang bersifat sebagai konduktor. Pelapis
yang biasa digunakan adalah emas, aloi emas/paladium, platinum, osmium, iridium,
tungsten, chromium dan graphite.39
Sinar elektron dihasilkan pada bagian atas mikroskop oleh elektron gun.
Elektron akan mengikuti jalur vertikal melalui mikroskop yang tetap dalam keadaan
vakum. Sinar melewati area elektromagnetik dan lensa yang memfokuskan sinar
turun ke arah sampel. Ketika sinar mengenai sampel, elektron dan sinar x akan
dikeluarkan dari sampel. Detektor akan mengumpulkan sinar x, backscattered
elektron, dan elektron sekunder. Detektor akan merubahnya menjadi sinyal yang
menghasilkan gambaran dan selanjutnya ditampilkan pada layar monitor.39

Gambar 11. Scanning Electron Microscope (SEM)

Universitas Sumatera Utara


26

2.7 Kerangka Teori

Infeksi Saluran Akar

Perawatan Saluran Akar

Preparasi Chemomechanical Obturasi

Cleaning dan Shaping

Jenis File, Taper dan Size Irigasi

Bahan Irigasi Teknik Irigasi

Teknik Irigasi
Syarat Jenis
Manual
Antimikroba
Sodium Hipoklorit
Teknik Irigasi
Melarutkan jaringan pulpa Bantuan Mesin
vital ataupun nekrotik Klorheksidin
Glukonat
Tidak Toksik
EDTA
Lubrikan
MTAD
Tegangan permukaan
rendah
Ekstrak Etanol
Mampu menyingkirkan Lerak
smear layer
?

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeliminasi semua jaringan vital
ataupun nekrotik, mikroorganisme dan mencegah terjadinya infeksi rekuren.1,2
Tujuan perawatan saluran akar tersebut salah satunya dapat dicapai dengan preparasi
saluran akar (cleaning dan shaping) secara kemomekanis.1,2 Preparasi kemomekanis
melibatkan tindakan instrumentasi secara mekanis dengan menggunakan instrumen
endodonti dan pembersihan saluran akar secara kimiawi dengan bahan irigasi saluran
akar.2
Tindakan instrumentasi secara mekanis berperan dalam pembentukan dan
pelebaran saluran akar (shaping) untuk memfasilitasi tindakan irigasi dan obturasi
saluran akar.3 Insrumentasi secara mekanis sekaligus juga dapat membersihkan
saluran akar dengan mengangkat jaringan pulpa yang terinflamasi ataupun nekrotik
dari saluran akar.4 Walaupun demikian, penelitian Peters et al. (2001) menyatakan
bahwa insrumentasi secara mekanis dengan teknik apapun tetap meninggalkan 35%
atau lebih daerah saluran akar yang tidak terinstrumentasi (termasuk kanal aksesoris,
ramifikasi saluran akar, fins, isthmi dan cul-de-sac).5 Oleh karena itu, instrumentasi
mekanis harus selalu disertai dengan irigasi saluran akar untuk dapat membersihkan
saluran akar sampai ke daerah sepertiga apikal dan saluran akar yang tidak dapat
dicapai oleh tindakan instrumentasi secara mekanis.1 Irigasi saluran akar juga
berperan dalam melarutkan smear layer yang terbentuk akibat tindakan instrumentasi
secara mekanis.1 Pada saat tindakan instrumentasi mekanis, terdapat perubahan pada
dinding dentin bagian dalam dan terbentuk lapisan mikro yang disebut dengan smear
layer.4
Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi
dan menyumbat tubulus dentin.6 Gambaran smear layer pada scanning electron
microscope terlihat seperti lapisan tidak teratur, struktur amorf dan berbentuk granul-

Universitas Sumatera Utara


2

granul.3,6 Penelitian menyatakan bahwa smear layer terdiri dari komponen organik
berupa jaringan pulpa vital ataupun nekrotik, sel-sel darah, kolagen, prosesus
odontoblast, protein koagulan, bakteri, hasil produk bakteri dan komponen anorganik
yang berasal dari komponen anorganik dentin yang sebahagian besar mengandung
kalsium hidroksiapatit dan trikalsium posfat.4,6,7
Keberadaan smear layer dapat menyebabkan kegagalan pada perawatan
saluran akar. Bakteri kemungkinan dapat tertinggal pada smear layer walaupun
setelah tindakan preparasi chemomechanical.6 George et al. (2005) menyatakan
bahwa smear layer dapat menjadi substrat bagi bakteri sehingga bakteri dapat
bertahan hidup pada smear layer, berkembang dan berproliferasi ke dalam tubulus
dentin.6,8 Smear layer juga sebagai penghalang terhadap adaptasi dan penetrasi bahan
sealer ke tubulus dentin dan dapat memicu terjadinya celah mikro di apikal saluran
akar.6,8 Shahravan et al. (2007) meneliti pengaruh smear layer terhadap pembentukan
celah mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyingkiran smear layer akan
mengurangi terjadinya celah mikro di apikal saluran akar.8
Penyingkiran smear layer menjadi pertimbangan penting dalam perawatan
saluran akar.8 Tindakan instrumentasi mekanis harus selalu disertai irigasi saluran
akar dengan penggunaan bahan irigasi yang dapat menyingkirkan smear layer.
Namun, belum ada bahan irigasi tunggal yang dapat secara bersamaan memiliki
kemampuan menyingkirkan smear layer secara keseluruhan.7,9 Selain dapat
menyingkirkan smear layer, bahan irigasi yang ideal juga harus memiliki sifat
antimikroba, melarutkan jaringan pulpa vital ataupun nekrotik, lubrikan (pelumas),
tidak toksik dan tegangan permukaan rendah.12 Bahan irigasi yang paling sering
digunakan adalah sodium hipoklorit (NaOCl) ataupun kombinasinya dengan larutan
lain.7
Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan bahan irigasi yang paling banyak
digunakan dalam perawatan saluran akar.1 Bahan ini memiliki sifat antimikroba yang
cukup kuat dan dapat melarutkan sisa-sisa jaringan pulpa (vital atau nekrotik).1
Namun, penggunaan NaOCl dengan konsentrasi tinggi bersifat toksik dan ekstrusi
NaOCl ke apikal saluran akar dapat menyebabkan kerusakan jaringan periapikal.1

Universitas Sumatera Utara


3

Penggunaan NaOCl tidak dapat digunakan sebagai bahan irigasi tunggal karena tidak
efektif dalam menyingkirkan smear layer anorganik.10 Sehingga, penggunaan NaOCl
harus dikombinasikan dengan bahan irigasi lainnya berupa bahan chelating untuk
mendapatkan efek penyingkiran smear layer anorganik dari saluran akar.1,10
EDTA (ethylenediaminetetraacetid acid) adalah salah satu bahan chelating
yang efektif menghilangkan smear layer anorganik dan relatif tidak toksik.7,11
Namun, EDTA memiliki efek antibakteri yang lemah dan tidak mampu melarutkan
jaringan organik sehingga tidak dapat melarutkan smear layer organik. Selain itu,
EDTA juga dapat memberikan efek erosi pada dentin.7,9 Çalt and Serper (2002)
melaporkan bahwa penggunaan EDTA 17% selama 10 menit sebagai bahan irigasi
dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intertubular dentin. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, larutan ini harus dikombinasikan dengan bahan
irigasi lain yang mampu melarutkan jaringan organik dan efek antibakteri yang cukup
kuat.7,9
Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan dua kombinasi bahan irigasi
yang berbeda yaitu NaOCl dan EDTA. Silveira et al. (2013) melaporkan bahwa
kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% terbukti efektif menyingkirkan smear layer
organik dan anorganik pada bagian sepertiga koronal dan sepertiga tengah saluran
akar, tetapi tidak efektif pada sepertiga apikal saluran akar.7,9 Kombinasi kedua bahan
ini juga tidak luput dari kekurangan. Walaupun dapat menyingkirkan smear layer,
penggunaan kombinasi NaOCl dan EDTA juga dapat menimbulkan efek erosi pada
dentin.1,9,10
Akibat kelemahan yang dimiliki oleh bahan- bahan irigasi tersebut,
penggunaan bahan alami sebagai bahan irigasi alternatif saluran akar terus
dikembangkan dan diharapkan memiliki khasiat lebih baik dan lebih biokompatibel
sehingga dapat digunakan secara klinis. Hal ini sesuai dengan prioritas dan fokus
penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS IPTEK 2015- 2019) tentang
pengembangan dan penemuan bahan baru dari tanaman tradisional dalam bidang
kesehatan.12

Universitas Sumatera Utara


4

Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan irigasi
saluran akar adalah buah lerak (Sapindus rarak DC). Lerak telah digunakan sebagai
bahan untuk mencuci batik, mencuci perhiasan dari logam mulia, pembersih wajah,
menghilangkan jerawat, obat penyakit kulit terutama penyakit kudis, bahan dasar
sampo serta kosmetik.13 Khasiat farmakologik buah lerak antara lain sebagai
antijamur, bakterisid, antiinflamasi dan peluruh dahak.14 Komponen aktif dari buah
lerak berupa saponin, alkaloid, polifenol, dan flavanoid.16
Kandungan utama buah lerak adalah saponin yang merupakan senyawa aktif
permukaan bersifat sebagai surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan bersifat
sebagai deterjen yang dapat melarutkan kotoran sehingga dihubungkan kemungkinan
efek buah lerak terhadap smear layer organik dan anorganik.14 Kemampuan buah
lerak dapat melarutkan smear layer organik dihubungkan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak etanol buah lerak 6,25%-25% dapat
melarutkan jaringan pulpa, dimana jaringan pulpa merupakan salah satu komponen
organik dari smear layer.17 Selain itu, ekstrak etanol buah lerak dihubungkan dapat
melarutkan smear layer organik dan anorganik berdasarkan penelitian sebelumnya
yang melaporkan bahwa ekstrak buah lerak 0,01% yang digunakan sebagai bahan
dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear layer dan sama efektifnya
dengan asam poliakrilat 10%.18
Penelitian penggunaan buah lerak di bidang kedokteran gigi sebagai alternatif
bahan irigasi saluran akar juga telah dilakukan. Buah lerak telah terbukti memiliki
efek antibakteri dan antifungal. Ekstrak buah lerak 0,01% memiliki efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans19 dan efek antifungal terhadap Candida albicans.20
Bahan ini juga memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis21 dan
Enterococcus faecalis22 dengan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum) 25% serta
terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM (Kadar Hambat
Minimum) 0,25%.23 Penelitian juga membuktikan bahwa ekstrak etanol lerak
24
memiliki efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan efek antiinflamasi
pada konsentrasi 0,01%.25

Universitas Sumatera Utara


5

Ekstrak etanol lerak pada konsentrasi 6,25%, 12,5% dan 25% memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa yang lebih baik dibandingkan dengan NaOCl
2,5%.17 Tegangan permukaan ekstrak etanol lerak 25% lebih rendah dari klorheksidin
2%26 dan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaannya lebih rendah
dibandingkan dengan NaOCl 2,5%.27 Uji toksisitas terhadap buah lerak juga telah
dilakukan dan hasilnya diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol lerak berada pada
konsentrasi 1,25%.28 Selain itu, penelitian lainnya menyatakan bahwa ekstrak etanol
buah lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di apikal saluran akar.16
Dari penelitian- penelitian sebelumnya, buah lerak dapat digunakan sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar karena hampir memenuhi persyaratan bahan
irigasi. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai kemampuan ekstrak
etanol lerak sebagai bahan irigasi saluran akar dalam menyingkirkan smear layer.
Konsentrasi ekstrak etanol lerak yang akan digunakan untuk melihat kemampuannya
dalam menyingkirkan smear layer adalah 25%. Pemilihan konsentrasi 25%
didasarkan pada tegangan permukaan ekstrak etanol lerak pada konsentrasi tersebut
lebih rendah dibandingkan bahan irigasi yang sering digunakan, memiliki
kemampuan melarutkan jaringan pulpa dan efek antibakteri yang cukup efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang timbul:
1. Apakah ada pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25%
terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi ?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap
smear layer saluran akar gigi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi
25% terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.

Universitas Sumatera Utara


6

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol


buah lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap
smear layer saluran akar gigi.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan mengetahui ekstrak etanol lerak dapat menyingkirkan smear layer,
akan diperoleh manfaat, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang pengembangan ekstrak
etanol buah lerak sebagai alternatif larutan irigasi saluran akar.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi/ referensi
tambahan tentang larutan irigasi dari ekstrak etanol lerak untuk digunakan dalam
perawatan saluran akar bagi bidang ilmu kedokteran gigi khususnya endodonti.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan
material kedokteran gigi yang berasal dari bahan alami sehingga limbahnya lebih
mudah terurai dan bersifat biokompatibel dengan cara kerja yang berbeda dari bahan
terdahulu.
2. Sebagai informasi bagi dokter gigi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan gigi masyarakat menggunakan bahan alami yang mudah didapat dengan
harga terjangkau.
3. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengembangkan
pembudidayaan tanaman tradisional lerak.

Universitas Sumatera Utara


2

Fakultas Kedokteran Gigi


Departemen Konservasi Gigi
Tahun 2016

Aini Ramadhani
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM)
xv + 71 halaman
Penggunaan bahan irigasi saluran akar merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perawatan endodontik. Bahan irigasi yang saat ini dianjurkan adalah
larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% yang merupakan gold standard bahan irigasi,
tetapi hingga saat ini belum ada bahan irigasi yang memenuhi syarat bahan irigasi
yang ideal. Buah lerak dapat dijadikan alternatif bahan irigasi saluran akar karena
hampir memenuhi syarat sebagai bahan irigasi. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat pengaruh bahan irigasi terhadap smear layer saluran akar gigi.
Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut
etanol dan diperoleh 240 gram ekstrak kental lerak. Kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 25% untuk digunakan sebagai bahan irigasi. Sebanyak 40 sampel gigi
dipreparasi dengan Protaper Universal Ni-Ti Rotary Instrument dan diirigasi sesuai
kelompok perlakuan masing-masing, yaitu I: ekstrak etanol buah lerak 25%, II:
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% + NaOCl 2,5%, III : NaOCl 2,5% + EDTA
17% dan IV: salin. Gigi kemudian dibelah arah bukolingual. Pengujian sampel
dengan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x pada bagian 1/3 apikal
dan pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer ditentukan dengan
skor Torabinejad (2003). Analisis data menggunakan uji Kruskall-Wallis dan Mann-
Whitney.

Universitas Sumatera Utara


3

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan dalam


mengangkat smear layer saluran akar gigi antara kelompok yang diirigasi dengan
ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi ekstrak etanol buah lerak dan
NaOCl 2,5% (p=0,189). Tetapi, ada perbedaan signifikan antara ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (p=0,003), kombinasi
ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% (p=0,028). Sedangkan salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara
signifikan dengan kelompok lainnya (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol buah lerak 25% sudah dapat mengangkat smear layer pada 1/3 apikal saluran
akar dan lebih efektif dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
Kata Kunci: lerak, irigasi saluran akar, smear layer
Daftar Rujukan : 49 (2001-2015)

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH BAHAN IRIGASI ANTARA EKSTRAK ETANOL
BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) DENGAN
SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP
SMEAR LAYER SALURAN AKAR GIGI
(STUDI SEM)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
AINI RAMADHANI
NIM: 120600105

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016

Universitas Sumatera Utara


2

Fakultas Kedokteran Gigi


Departemen Konservasi Gigi
Tahun 2016

Aini Ramadhani
Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM)
xv + 71 halaman
Penggunaan bahan irigasi saluran akar merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perawatan endodontik. Bahan irigasi yang saat ini dianjurkan adalah
larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% yang merupakan gold standard bahan irigasi,
tetapi hingga saat ini belum ada bahan irigasi yang memenuhi syarat bahan irigasi
yang ideal. Buah lerak dapat dijadikan alternatif bahan irigasi saluran akar karena
hampir memenuhi syarat sebagai bahan irigasi. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat pengaruh bahan irigasi terhadap smear layer saluran akar gigi.
Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut
etanol dan diperoleh 240 gram ekstrak kental lerak. Kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 25% untuk digunakan sebagai bahan irigasi. Sebanyak 40 sampel gigi
dipreparasi dengan Protaper Universal Ni-Ti Rotary Instrument dan diirigasi sesuai
kelompok perlakuan masing-masing, yaitu I: ekstrak etanol buah lerak 25%, II:
kombinasi ekstrak etanol buah lerak 25% + NaOCl 2,5%, III : NaOCl 2,5% + EDTA
17% dan IV: salin. Gigi kemudian dibelah arah bukolingual. Pengujian sampel
dengan scanning electron microscope pada pembesaran 1000x pada bagian 1/3 apikal
dan pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer ditentukan dengan
skor Torabinejad (2003). Analisis data menggunakan uji Kruskall-Wallis dan Mann-
Whitney.

Universitas Sumatera Utara


3

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan dalam


mengangkat smear layer saluran akar gigi antara kelompok yang diirigasi dengan
ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi ekstrak etanol buah lerak dan
NaOCl 2,5% (p=0,189). Tetapi, ada perbedaan signifikan antara ekstrak etanol buah
lerak 25% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (p=0,003), kombinasi
ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan
EDTA 17% (p=0,028). Sedangkan salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara
signifikan dengan kelompok lainnya (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol buah lerak 25% sudah dapat mengangkat smear layer pada 1/3 apikal saluran
akar dan lebih efektif dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
Kata Kunci: lerak, irigasi saluran akar, smear layer
Daftar Rujukan : 49 (2001-2015)

Universitas Sumatera Utara


4

PENGARUH BAHAN IRIGASI ANTARA EKSTRAK ETANOL


BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) DENGAN
SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP
SMEAR LAYER SALURAN AKAR GIGI
(STUDI SEM)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
AINI RAMADHANI
NIM: 120600105

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 13 Juni 2016

Pembimbing: Tanda tangan

1. Nevi Yanti,drg., Sp.KG., M.Kes


NIP: 19631127 199203 2 004 ...........................................

2. Widi Prasetia, drg


NIP : 19800213 200912 1 004 ...........................................

ii

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 13 Juni 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Nevi Yanti, drg., Sp.KG., M.Kes

ANGGOTA : 1. Widi Prasetia, drg

2. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp.KG(K)

3. Wandania Farahanny, drg., MDSc.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang
tua tercinta, Ayahanda Purmansyah dan Ibunda Kasmi, Abang Aan, Abang Doni,
Kak Ade, Kak Ira atas doa, semangat, nasehat dan dukungan baik secara moral
maupun materi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada:
1. Prof. H. Nazruddin,drg., Ph.D., C.Ort., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu
dalam kelancaran skripsi ini.
3. Nevi Yanti, drg., Sp.KG., M.Kes selaku dosen pembimbing utama telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan
bimbingan, nasehat dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini
hingga selesai.
4. Widi Prasetia, drg selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat
dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Erliera, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik yang telah banyak memberikan
motivasi, nasehat, dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Dennis, drg., MDSc.,Sp.KG, Gary Wijaya, drg, Fitri Yunita B,drg., MDSc dan
Susi, drg yang memberi saran dan motivasi serta membantu peneliti untuk
menyelesaikan penelitian di Departemen Konservasi Gigi FKG USU
7. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran, bantuan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini beserta pegawai atas bantuan dan
motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,
yang telah mendidik, membimbing dan membantu selama menuntut ilmu di masa
pendidikan.
9. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si, Apt selaku Kepala Bagian Laboratorium Obat
Tradisional Farmasi USU yang telah banyak memberikan masukan, dukungan
dan membantu selama kegiatan penelitian di laboratorium.
10. Maya Fitria, SKM, M.Kes yang telah membantu dan meluangkan waktunya
untuk berdiskusi dalam pengolahan data statistik.
11. Teman-Teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen
Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Keyko, Andi,
Devi, Prajogo, Charin, Angel, Vincent, Monica, Prajoko, Afifah, Arief,
Wulandari, Yenni, Eka dan Anastasia atas dukungan dan bantuannya selama
pengerjaan skripsi.
12. Sahabat-sahabat penulis: Faddilla, Kelvin Q. Xiong, Buana LG, Arfita
Sipahutar, Ratna, Yeyen, Debi, Nazlia, Desi dan teman-teman stambuk 2012
yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas dukungan semangat, doa
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
13. Sahabat- sahabat penulis : Novira Ginting, Delina Fitri, Putri Rahmadhani dan
Yuriza Ananda atas dukungan, semangat, doa dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis selama ini.
Semoga Allah Swt. membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada
kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila

Universitas Sumatera Utara


terdapat kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan
masyarakat.

Medan, Juni 2016


Penulis,

(AINI RAMADHANI)
NIM: 120600105

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ........................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7


2.1 Smear Layer dalam Saluran Akar ............................................. 8
2.2 Tindakan Irigasi dalam Perawatan Saluran Akar 10
2.3 Jenis- Jenis Bahan Irigasi Saluran Akar ................................... 12
2.3.1 Sodium Hipoklorit ................................................................. 12
2.3.2 EDTA ..................................................................................... 14
2.3.3 Klorheksidin Glukonat ........................................................... 15
2.3.4 MTAD ................................................................................... 15
2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC) sebagai Alternatif Bahan
Irigasi Saluran Akar ................................................................. 16
2.5 Teknik Irigasi Saluran Akar .................................................... 18
2.5.1 Teknik Irigasi Manual ........................................................... 19
2.5.1.1 Teknik Irigasi dengan Spuit dan Jarum .............................. 19

vii

Universitas Sumatera Utara


2.5.1.2 Teknik Irigasi Manual dengan Brushes .............................. 21
2.5.1.3 Teknik Irigasi Dinamik Manual ......................................... 21
2.5.2 Teknik Irigasi Bantuan Mesin ............................................... 22
2.5.2.1 Teknik Irigasi Sonik ........................................................... 22
2.5.2.2 Teknik Irigasi Ultrasonik ................................................... 22
2.5.2.3 Teknik Irigasi dengan Negative Pressure (Tekanan
Negatif) ............................................................................. 23
2.5.2.4 Laser .................................................................................. 24
2.6 SEM (Scanning Electron Microscope) ..................................... 24
2.7 Kerangka Teori ......................................................................... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESI PENELITIAN ............ 26


3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 27
3.2 Hipotesa .................................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 28


4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 28
4.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 28
4.3.2 Sampel Penelitian ................................................................. 28
4.3.3 Besar Sampel ........................................................................ 29
4.4 Variabel Penelitian ................................................................... 30
4.4.1 Variabel Bebas ....................................................................... 31
4.4.2 Variabel Tergantung .............................................................. 31
4.4.3 Variabel Terkendali ............................................................... 31
4.4.4 Variabel Tidak Terkendali ..................................................... 32
4.5 Definisi Operasional ................................................................. 33
4.6 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 35
4.6.1 Alat Penelitian ....................................................................... 35
4.6.2 Bahan Penelitian .................................................................... 37
4.7 Prosedur Penelitian ................................................................... 39
4.7.1 Ekstraksi Buah Lerak ............................................................. 39
4.7.2 Persiapan Sampel ................................................................... 41
4.7.3 Perlakuan Sampel .................................................................. 42
4.7.4 Pengamatan pada Sampel ...................................................... 45
4.8 Analisa Data .................................................................... 48

BAB 5 HASIL PENELITIAN .................................................................... 49


5.1 Ekstraksi Buah Lerak ................................................................ 49
5.2 Hasil Pengukuran Kebersihan Dinding Saluran Akar Gigi .... 50

BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................. 55

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 65
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 65
7.2 Saran ......................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67

LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji kappa statistik pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol
Buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan sodium hipoklorit dan
EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi ................................... 52

2. Hasil uji Mann-Whitney antara masing-masing kelompok perlakuan . 53

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tidak ada smear layer, B. Moderate smear layer, C. Heavy


smear layer ...................................................................................... 9

2. Kompleksitas Anatomi Saluran Akar .............................................. 7

3. Reaksi saponifikasi ......................................................................... 13

4. Reaksi netralisasi ............................................................................ 13

5. Reaksi chlroamination..................................................................... 13

6. Buah lerak berasal dari Desa Mbaturetno, Kec. Sukoharjo, Solo,


Jawa Tengah .................................................................................... 17

7. A-C (Open ended needles) : A (Flat needle), B (Bevealed


needles), C (Notched needles), D-F (Closed- ended needles): D
(Side vented), E (Double side vented) dan F (Multivented needl .... 20

8. Navitip FX dengan menggunakan brushes ...................................... 21

9. Irigasi Sonik dengan endoactivator ................................................ 22

10. EndoVac .......................................................................................... 23

11. Scanning Electron Microscope (SEM) ............................................ 25

12. Bais (Swordfish,China .................................................................... 36

13. Endomotor (Smart- Dentsply, USA) .............................................. 36

14. A. Mikromotor (Sunburst, Korea) B.Handpiece straight


(NSK,Japan) C. Separating disk D. Spuit 5 ml (Tanscoject®,
Germany) dan jarum irigasi berbentuk two side-vented 30G
(Transcoject®, Germany) ............................................................... 36

xi

Universitas Sumatera Utara


15. A. Protaper NiTi Rotary Instrument (Dentsply- Maillefer,
Switzerland) B. K-file #10 dan #15 (Diadent, Europe) C.
Penggaris endo ................................................................................. 36

16. Auto Fine Coater (JEOL JFC- 1600 ............................................... 37

17. Scanning Electron Microscope (SEM) – JEOL JSM-63 ................. 37

18. A. Buah lerak (Kec. Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah) B. Ekstrak


etanol buah lerak 25% C. Akuades steril (Widatra bhakti,
Indonesia) D. Larutan salin (Widatra bhakti, Indonesia) E.
Larutan NaOCl 2,5% yang diperoleh dari pengenceran NaOCl
5,25% (Bayclin, Indonesia) F. Larutan EDTA 17% (Rainbow,
EU) G. Absorbent Paper Points (Dochem, China) ......................... 38

19. Pencucian buah buah lerak ............................................................ 39

20. Penimbangan lerak ......................................................................... 39

21. Potongan lerak di lemari pengering ................................................. 40

22. Potongan daging buah lerak ........................................................... 40

23. Potongan lerak dilemari pengering ................................................. 40

24. Potongan lerak yang sudah kering ................................................... 40

25. Potongan lerak yang sudah kering dihaluskan dengan blender ....... 40

26. Simplisia lerak ................................................................................ 40

27. Penambahan etanol 70% untuk maserasi ....................................... 41

28. Serbuk simpilisa yang telah ditambah etanol 70 %


didiamkan selama 3 jam sambil sesekali diaduk .......................... 41

29. Simplisia di dalam perkolator .......................................................... 41

30. Perkolat diuapkan dengan vaccum rotavavor .................................. 41

31. Negoisasi saluran akar dengan k-file #10 ........................................ 44

xii

Universitas Sumatera Utara


32. Negoisasi saluran akar dengan k-file #15 ........................................ 44

33. Preparasi dengan Protaper Universal NiTi rotary instrument file


S1 ........................................................................................... 44

34. Preparasi dengan Protaper Universal NiTi rotary instrument file


S2 ........................................................................................... 44

35. Preparasi dengan Protaper Universal NiTi rotary instrument file


F1 ........................................................................................... 44

36. Preparasi dengan Protaper Universal NiTi rotary instrument file


F2 ........................................................................................... 44

37. Preparasi dengan Protaper Universal NiTi rotary instrument file


F3 ........................................................................................... 45

38. Irigasi saluran akar dengan ekstrak etanol buah lerak 25%............. 45

39. Sampel dicoating dengan Auto Fine Coater (JEOL JFC-1600) ...... 46

40. Sampel yang telah dicoating dimasukkan ke dalam ruang vaccum


pada alat SEM .................................................................................. 46

41. Hasil SEM dengan pembesaran 10x ................................................ 46

42. Daerah yang dilingkari akan diamati dengan pembesaran 1000x ... 46

43. Foto dengan pembesaran 1000x dibagi menjadi 9 area


pengamatan ...................................................................................... 47

44. Penentuan skor Torabinejad dengan menggunakan SEM pada


pembesaran 1000x. (1) = tidak ada smear layer pada permukaan
saluran akar, seluruh tubulus bersih dan terbuka. (2) = moderate
smear layer. Tidak ada smear layer yang terlihat pada
permukaan saluran akar, tetapi tubulus dentin terdapat smear
layer. (3) = heavy smear layer. Smear layer melapisi permukaan
saluran akar dan tubulus dentin ...................................................... 47

45. Ekstrak kental lerak yang bewarna coklat kekuningan sebanyak


240 gram ......................................................................................... 49

xiii

Universitas Sumatera Utara


46. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok larutan ekstrak etanol buah
lerak 25% ........................................................................................ 50

47. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok kombinasi larutan ekstrak etanol
buah lerak 25% dan NaOCl 2,5%.................................................... 51

48. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok larutan NaOCl 2,5% dan EDTA
17% ........................................................................................... 51

49. Hasil SEM dengan pembesaran 1000x dan skor yang diberikan
oleh pengamat pada kelompok larutan salin ................................... 52

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur Pikir

2. Alur Ekstraksi Buah Lerak

3. Alur Persiapan Sampel

4. Anggaran Penelitian

5. Jadwal Penelitian

6. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)

7. Hasil Uji Kappa Test

8. Hasil Uji Kruskal-Wallis

9. Hasil Uji Mann-Whitney

10. Surat Komisi Etik

11. Surat Determinasi Tumbuhan

12. Surat Penelitian Laboraturium Obat Trasdisional Farmasi USU

13. Surat Penelitian Metalurgi LIPI

xv

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai