Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

PELAYANAN RUJUKAN DAN PEMULASARAAN JENAZAH

DI PUSKESMAS DIMASA PANDEMIK COVID-19

Disusun oleh Kelompok 11

Tingkat 3 Reguler 2

Prepti Ayu Maharani 1814401058

Muhammad Faisyal 1814401069

Choirun Nisa Mufti Ali 1814401078

Rika Yulianti 1814401087

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta nikmat sehat, sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah “Kebijakan Kesehatan Nasional” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan
semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsi pemikiran
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari
keseluruhan makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.

                    

                

Bandar Lampung, 16 September 2020

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................5

Bab II Pembahasan

2.1 Definisi Rujukan dan Sistem Rujukan..............................................................6


2.2 Macam Sistem Rujukan....................................................................................7
2.3 Tujuan Rujukan................................................................................................8
2.4 Manfaat Sistem Rujukan..................................................................................8
2.5 Tata Laksana Sistem Rujukan..........................................................................9
2.6 Prosedur Pelaksanaan Sistem Rujukan.............................................................9
2.7 Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia............................11
2.8 Pemulasaraan Jenazah Covid 19......................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................16

3.2 Saran ...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat
atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana
dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan
saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke
tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung
(pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan
baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian
yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat
menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang
seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan.

Saat terjadi suatu wabah penyakit, tenaga kesehatan tidak hanya harus
memerhatikan penanganan pasien terinfeksi. Perawatan jenazah juga perlu
diprioritaskan dengan baik untuk mencegah penyakit menular seperti COVID-19 lebih
luas lagi. Prinsip yang sama pun berlaku dalam penanganan wabah COVID-19 yang
tengah merebak.

1.2 Rumusan Masalah


Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengetahui pengertian rujukan dan sistem rujukan
2. Mengetahui macam macam sistem rujukan
3. Mengetahui tujuan rujukan
4. Mengetahui manfaat dari sistem rujukan
5. Mengetahui tata laksana sistem rujukan
6. Mengetahui prosedur pelaksanaan sistem rujukan
7. Mengetahui skema sistem rujukan pelayanan kesehatan di Indonesia
8. Mengetahui bagaimana pemulasaraan jenazah covid 19

4
1.3 Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan masyarakat
mengetahui tentang garis besar sistem rujukan kesehatan yang ada di Indonesia serta
mengetahui prosedur tentang pemulasaraan jenazah covid 19.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rujukan dan Sistem Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang
lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu
unit). (Muchtar, 1977)

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang


melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke
unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan


dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertical.

6
2.2 Macam Sistem Rujukan
a. Menurut Tata Hubungannya
1) Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi
tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
2) Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,
baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
b. Menurut Lingkup Pelayanannya
1) Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif)
dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan
penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah
sakit umum daerah. Disamping itu juga mencangkup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Rujukan medik dibagi
menjadi :
a) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge / personal
 Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
 Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah
pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah
yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan.
2) Rujukan Kesehatan Masyarakat

7
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan operasional. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium
kesehatan, teknologi kesehatan.

2.3 Tujuan Rujukan


Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain

1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya


2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium
dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

a. Tujuan Umum
1. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara
terpadu.
2. Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan
rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.

2.4 Manfaat Sistem Rujukan


a. Dari Sudut Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan (Policy Maker)
1) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja
antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
b. Dari Sudut Masyarakat Sebagai Pengguna Jasa Pelayanan (Health Consumer)

8
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.
c. Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan Keseahatan
(Health Provider)
1) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang
terjalin.
3) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

2.5 Tata Laksana Sistem Rujukan


a. Internal antar petugas di satu instansi
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e. Antara puskesmas dan RS, laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f. Internal antar bagian/unit pelayanan di dalam satu RS
g. Antara RS, laboratorium/fasilitas pelayanan lain dari RS

2.6 Prosedur Pelaksanaan Sistem Rujukan


Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal, yaitu :
a. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem rujukan.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara
administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya ssstem
rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat sistem rujukan mendapat
arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan
melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan dalam sistem

9
rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit kesehatan tersebut, tidak
perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu.
b. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan peralatannya.
Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan keterampilan
tertentu. Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan penyakit, menjadi 3
golongan diantarannya :
1) Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit yang harus segera di
tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan kematian.
2) Penyakit yang bersifat menahun, yang penyembuhan dan pemulihannya
memerlukan waktu yang lama dan dapat menimbulkan beban pembiayaan
yang tidak dapat dipikul oleh penderita dan keluarganya.
3) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat, rehabilitas sosial, bagi
penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan jiwa
yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta perawatan
kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah.

Sedangkan, langkah-langkah pelaksanaan dalam sistem rujukan, yaitu :


a. Menentukan Kegawatdaruratan Penderita
1) Pada tingkat kader, ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang
ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

10
c. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan. Jika penderita tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap
penderita dan keluarganya tentang rencana tersebut.
d. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan Penderita
f. Pengiriman Penderita
g. Tindak Lanjut Penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan).
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada
tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2.7 Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

RUMAH SAKIT TIPE A

Provinsi RUMAH SAKIT TIPE B

Kabupaten RUMAH SAKIT TIPE C & D

Kecamatan PUSKESMAS / BALKESMAS

Kelurahan PUSKESMAS PEMBANTU

DOKTER & BIDAN


PRAKTEK SWASTA

11
POSYANDU

MASYARAKAT
2.8 Pemulasaraan Jenazah Covid 19
a. Pengkategorian jenazah korban wabah penyakit menular seperti COVID-19 setelah
meninggal.
Penanganan jenazah harus dilakukan dengan lebih saksama selama
menghadapi pandemi COVID-19. Pasalnya, penyakit bisa saja menyebar dari
jenazah ke orang yang sehat melalui prosesi penanganan dan pemakaman.
Sebelum penanganan, jenazah perlu dikategorikan berdasarkan penyebab
kematian terlebih dulu. Hal ini akan menentukan tindakan yang perlu dilakukan
serta sejauh apa keluarga boleh melakukan kontak dengan jenazah sebelum dikubur
atau dikremasi.
Berdasarkan penularan dan risiko penyakit, berikut kategori yang umum
digunakan:
1. Kategori biru
Perawatan jasad dilakukan dengan prosedur standar karena penyebab kematian
bukan penyakit menular. Jenazah tidak perlu dibawa dengan kantong khusus.
Keluarga juga dibolehkan melihat jenazah secara langsung saat pemakaman.
2. Kategori kuning
Perawatan jenazah dilakukan dengan lebih hati-hati karena ada risiko paparan
penyakit menular. Tubuh harus dibawa dengan kantong jenazah, tetapi
keluarga boleh melihat jenazah saat pemakaman.
Kategori ini biasanya diberikan bila kematian disebabkan oleh HIV, hepatitis
C, SARS, atau penyakit lain sesuai anjuran tenaga kesehatan.
3. Kategori merah
Perawatan jenazah harus dilakukan dengan ketat. Jenazah harus dibawa dengan
kantong jenazah dan keluarga tidak dibolehkan melihat jenazah secara
langsung. Proses pemakaman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berwenang.
Kategori merah biasanya diberikan apabila kematian disebabkan oleh antraks,
rabies, ebola, atau penyakit lain sesuai saran tenaga kesehatan. COVID-19
termasuk dalam kategori ini.

12
b. Proses perawatan jenazah COVID 19
Penanganan jenazah COVID-19 harus dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
tata cara khusus. Tata cara ini bertujuan untuk mencegah penularan COVID-19
melalui aerosol dari jenazah ke petugas kamar jenazah, serta ke lingkungan dan
pengunjung pemakaman.

c. Prosedur Perawatan Jenazah COVID 19


1. Persiapan
Sebelum menangani jenazah, seluruh petugas harus memastikan keamanan
dirinya dengan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. APD yang
dibutuhkan yakni:
 Gaun kedap air sekali pakai dengan lengan panjang
 Sarung tangan non-steril yang menutupi bagian tangan
 Masker bedah
 Celemek karet
 Pelindung wajah atau kacamata/goggle
 Sepatu tertutup kedap air

Petugas harus memberikan penjelasan kepada pihak keluarga mengenai


perawatan khusus bagi jenazah yang meninggal akibat penyakit menular.
Keluarga juga tidak dibolehkan melihat jenazah tanpa mengenakan APD.

Selain kelengkapan APD, ada pula beberapa hal yang perlu diperhatikan
petugas guna menjaga keamanan dirinya, yakni:

 Tidak makan, minum, merokok, maupun menyentuh wajah saat berada di


ruang penyimpanan jenazah, autopsi, dan area untuk melihat jenazah.
 Menghindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh jenazah.
 Selalu mencuci tangan mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer
berbahan alkohol.
 Jika memiliki luka, menutupnya dengan plester atau perban tahan air.

13
 Sebisa mungkin, mengurangi risiko terluka akibat benda tajam.

2. Menangani jenazah
Jenazah tidak boleh disuntik dengan pengawet ataupun dibalsem. Jenazah
dibungkus menggunakan kain kafan, lalu dibungkus kembali dengan bahan dari
plastik kedap air. Ujung kafan dan plastik kedap air harus diikat dengan kuat.
Setelah itu, jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang tidak mudah
tembus. Petugas harus memastikan tidak ada kebocoran cairan tubuh yang bisa
mencemari kantong jenazah. Kantong jenazah kemudian disegel dan tidak boleh
dibuka lagi.

3. Mengantisipasi bila terkena darah atau cairan tubuh jenazah


Petugas medis yang melakukan perawatan terhadap jenazah dengan penyakit
menular berisiko terpapar penyakit yang sama. Apabila petugas terkena darah atau
cairan tubuh jenazah, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Jika petugas mengalami luka tertusuk yang cukup dalam, segera bersihkan luka
dengan air mengalir.
 Jika luka tusuk tergolong kecil, cukup biarkan darah keluar dengan sendirinya.
 Petugas medis yang terluka harus segera mendapatkan bantuan medis.
 Semua insiden yang terjadi saat menangani jenazah harus dilaporkan kepada
pengawas.

4. Disinfeksi dan penyimpanan jenazah


Perawatan jenazah ketika terjadi wabah penyakit menular umumnya juga
melibatkan desinfeksi. Disinfeksi biasanya dilakukan dengan menyemprotkan
disinfektan pada kantong jenazah serta petugas medis yang akan menangani
jenazah.
Jenazah dibawa menggunakan brankar khusus ke kamar jenazah oleh petugas. Jika
diperlukan autopsi, prosedur ini hanya boleh dilakukan oleh petugas khusus atas
izin keluarga dan direktur rumah sakit.
5. Penyimpanan jenazah di kamar jenazah

14
Tidak hanya perawatan, penyimpanan jenazah dengan penyakit menular juga harus
dilakukan dengan cermat. Petugas harus memastikan kantong jenazah tetap dalam
kondisi tersegel sebelum bisa dimasukkan ke dalam peti kayu yang sudah
disiapkan.
Peti kayu ditutup dengan rapat, lalu ditutup kembali menggunakan lapisan berbahan
plastik. Peti yang sudah dilapisi plastik kemudian didisinfeksi sebelum dimasukkan
ke dalam ambulans.

6. Persemayaman dan pemakaman


Setelah rangkaian proses perawatan selesai, jenazah diletakkan di ruang khusus
untuk disemayamkan. Jenazah sebaiknya tidak berada lebih dari empat jam di
tempat persemayaman dan harus segera dikebumikan.
Jenazah diantar dengan mobil jenazah khusus dari Dinas Pertamanan dan Hutan
Kota ke tempat pemakaman atau kremasi. Penguburan ataupun kremasi harus
dilakukan tanpa membuka peti jenazah.
Jika jenazah dikubur, penguburan dapat dilakukan di pemakaman berjarak 500
meter dari pemukiman terdekat dan 50 meter dari sumber air tanah. Jenazah harus
dikubur setidaknya pada kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup dengan tanah setinggi
satu meter.
Bila keluarga ingin jenazah dikremasi, lokasi kremasi setidaknya harus berjarak
500 meter dari pemukiman terdekat. Kremasi sebaiknya tidak dilakukan pada
beberapa jenazah sekaligus untuk mengurangi polusi asap.
Perawatan jenazah dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular bila
tidak dilakukan sesuai prosedur. Selama petugas dan pihak keluarga bekerja sama
menaati tata cara yang sudah ditetapkan, perawatan jenazah justru dapat membantu
mencegah penularan penyakit lebih lanjut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Saat terjadi suatu wabah penyakit, tenaga kesehatan tidak hanya harus
memerhatikan penanganan pasien terinfeksi. Perawatan jenazah juga perlu
diprioritaskan dengan baik untuk mencegah penyakit menular seperti COVID-19 lebih
luas lagi. Prinsip yang sama pun berlaku dalam penanganan wabah COVID-19 yang
tengah merebak.

3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua
agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika


Alimul, Aziz H. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Aziz Alimul H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
https://hellosehat.com/coronavirus/covid19/perawatan-jenazah-covid-19/

17

Anda mungkin juga menyukai