Tingkat 3 Reguler 2
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta nikmat sehat, sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah “Kebijakan Kesehatan Nasional” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan
semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsi pemikiran
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari
keseluruhan makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Bab II Pembahasan
3
BAB I
PENDAHULUAN
Saat terjadi suatu wabah penyakit, tenaga kesehatan tidak hanya harus
memerhatikan penanganan pasien terinfeksi. Perawatan jenazah juga perlu
diprioritaskan dengan baik untuk mencegah penyakit menular seperti COVID-19 lebih
luas lagi. Prinsip yang sama pun berlaku dalam penanganan wabah COVID-19 yang
tengah merebak.
4
1.3 Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan masyarakat
mengetahui tentang garis besar sistem rujukan kesehatan yang ada di Indonesia serta
mengetahui prosedur tentang pemulasaraan jenazah covid 19.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rujukan dan Sistem Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang
lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu
unit). (Muchtar, 1977)
6
2.2 Macam Sistem Rujukan
a. Menurut Tata Hubungannya
1) Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi
tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
2) Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,
baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
b. Menurut Lingkup Pelayanannya
1) Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif)
dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan
penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah
sakit umum daerah. Disamping itu juga mencangkup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Rujukan medik dibagi
menjadi :
a) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge / personal
Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah
pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah
yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan.
2) Rujukan Kesehatan Masyarakat
7
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan operasional. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium
kesehatan, teknologi kesehatan.
a. Tujuan Umum
1. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara
terpadu.
2. Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan
rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.
8
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.
c. Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan Keseahatan
(Health Provider)
1) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang
terjalin.
3) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
9
rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit kesehatan tersebut, tidak
perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu.
b. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan peralatannya.
Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan keterampilan
tertentu. Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan penyakit, menjadi 3
golongan diantarannya :
1) Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit yang harus segera di
tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan kematian.
2) Penyakit yang bersifat menahun, yang penyembuhan dan pemulihannya
memerlukan waktu yang lama dan dapat menimbulkan beban pembiayaan
yang tidak dapat dipikul oleh penderita dan keluarganya.
3) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat, rehabilitas sosial, bagi
penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan jiwa
yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta perawatan
kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah.
10
c. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan. Jika penderita tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap
penderita dan keluarganya tentang rencana tersebut.
d. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan Penderita
f. Pengiriman Penderita
g. Tindak Lanjut Penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan).
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada
tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2.7 Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia
11
POSYANDU
MASYARAKAT
2.8 Pemulasaraan Jenazah Covid 19
a. Pengkategorian jenazah korban wabah penyakit menular seperti COVID-19 setelah
meninggal.
Penanganan jenazah harus dilakukan dengan lebih saksama selama
menghadapi pandemi COVID-19. Pasalnya, penyakit bisa saja menyebar dari
jenazah ke orang yang sehat melalui prosesi penanganan dan pemakaman.
Sebelum penanganan, jenazah perlu dikategorikan berdasarkan penyebab
kematian terlebih dulu. Hal ini akan menentukan tindakan yang perlu dilakukan
serta sejauh apa keluarga boleh melakukan kontak dengan jenazah sebelum dikubur
atau dikremasi.
Berdasarkan penularan dan risiko penyakit, berikut kategori yang umum
digunakan:
1. Kategori biru
Perawatan jasad dilakukan dengan prosedur standar karena penyebab kematian
bukan penyakit menular. Jenazah tidak perlu dibawa dengan kantong khusus.
Keluarga juga dibolehkan melihat jenazah secara langsung saat pemakaman.
2. Kategori kuning
Perawatan jenazah dilakukan dengan lebih hati-hati karena ada risiko paparan
penyakit menular. Tubuh harus dibawa dengan kantong jenazah, tetapi
keluarga boleh melihat jenazah saat pemakaman.
Kategori ini biasanya diberikan bila kematian disebabkan oleh HIV, hepatitis
C, SARS, atau penyakit lain sesuai anjuran tenaga kesehatan.
3. Kategori merah
Perawatan jenazah harus dilakukan dengan ketat. Jenazah harus dibawa dengan
kantong jenazah dan keluarga tidak dibolehkan melihat jenazah secara
langsung. Proses pemakaman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berwenang.
Kategori merah biasanya diberikan apabila kematian disebabkan oleh antraks,
rabies, ebola, atau penyakit lain sesuai saran tenaga kesehatan. COVID-19
termasuk dalam kategori ini.
12
b. Proses perawatan jenazah COVID 19
Penanganan jenazah COVID-19 harus dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
tata cara khusus. Tata cara ini bertujuan untuk mencegah penularan COVID-19
melalui aerosol dari jenazah ke petugas kamar jenazah, serta ke lingkungan dan
pengunjung pemakaman.
Selain kelengkapan APD, ada pula beberapa hal yang perlu diperhatikan
petugas guna menjaga keamanan dirinya, yakni:
13
Sebisa mungkin, mengurangi risiko terluka akibat benda tajam.
2. Menangani jenazah
Jenazah tidak boleh disuntik dengan pengawet ataupun dibalsem. Jenazah
dibungkus menggunakan kain kafan, lalu dibungkus kembali dengan bahan dari
plastik kedap air. Ujung kafan dan plastik kedap air harus diikat dengan kuat.
Setelah itu, jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang tidak mudah
tembus. Petugas harus memastikan tidak ada kebocoran cairan tubuh yang bisa
mencemari kantong jenazah. Kantong jenazah kemudian disegel dan tidak boleh
dibuka lagi.
14
Tidak hanya perawatan, penyimpanan jenazah dengan penyakit menular juga harus
dilakukan dengan cermat. Petugas harus memastikan kantong jenazah tetap dalam
kondisi tersegel sebelum bisa dimasukkan ke dalam peti kayu yang sudah
disiapkan.
Peti kayu ditutup dengan rapat, lalu ditutup kembali menggunakan lapisan berbahan
plastik. Peti yang sudah dilapisi plastik kemudian didisinfeksi sebelum dimasukkan
ke dalam ambulans.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Saat terjadi suatu wabah penyakit, tenaga kesehatan tidak hanya harus
memerhatikan penanganan pasien terinfeksi. Perawatan jenazah juga perlu
diprioritaskan dengan baik untuk mencegah penyakit menular seperti COVID-19 lebih
luas lagi. Prinsip yang sama pun berlaku dalam penanganan wabah COVID-19 yang
tengah merebak.
3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua
agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
16
DAFTAR PUSTAKA
17