Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................4


B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6

A. Tabel Sistem Periodik..............................................................................................6


B. Konfigurasi Elektron.........................................................................................23
BAB III PENUTUP............................................................................................................29

A. Kesimpulan..............................................................................................................29
B. Saran........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................30

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur dan sifat atau
materi dari skala atom hingga molekul, serta perubahan atau transformasi serta interaksi untuk
membentuk materi yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tentu dalam mempelajari ilmu
kimia ini akan sangat bermanfaat bila dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Salah satu
materi dari kimia sendiri yaitu system periodic dan konfigurasi electron.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas
dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu mengkaji persoalan
yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Dengan hal tersebut
sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini adalah sejarah perkembangan
system periodik unsur mulai dari pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga
pengelompokkan yang secara modern. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk
mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya. Pengelompokkan unsur mengalami sejarah
perkembangan, sifat logam, non logam, hukum-hukum, golongan, peride, dan sifat-sifat unsur
dalam system periodik modern.

Dalam fisika atom dan kimia kuantum, konfigurasi elektron adalah susunan elektron-
elektron pada sebuah atom, molekul, atau struktur fisik lainnya. Pengetahuan atas konfigurasi
elektron atom-atom sangat berguna dalam membantu pemahaman struktur tabel periodik unsur-
unsur. Konsep ini juga berguna dalam menjelaskan ikatan kimia yang menjaga atom-atom tetap
bersama. Elektron-elektron dapat berpindah dari satu aras energi yang lainnyadengan emisi atau
absorbsi kuantum energi dalam bentuk foton.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka di daptkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu system periodic?
2. Apa itu konfigurasi electron?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui tentang system periodic
2. Mengetahui tentang konfigurasi electron.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Sistem Periodik

1. Pengertian Sistem Periodik Modern


Sistem periodik modern adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan semua unsur
yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik unsur juga merupakan sistem
pengelompokan unsur berdasarkan hukum periodik, mencakup periode dan golongan yang
keduanya saling berhubungan dan menentukan keperiodikkan sifat unsur, disajikan ke dalam
bentuk tabel yang disebut Tabel Periodik Unsur. Sistem periodik modern disusun berdasarkan
nomor atom dan kemiringan sifat. Lajur-lajur horizontal disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom, sedangkan kolom vertikal disusun berdasarkan kemiringan sifat. Itulah sebabnya daftar
dimulai dengan hidrogen, sebab hidrogen mempunyai nomor atom I, Litium ditempatkan di
bawah hidrogen karena litium mempunyai kemiripan sifat dengan hidrogen. Sebagaimana
tampak dalam gambar, hidrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2, kemudian nomor atom 3, dan
unsur-unsur dalam satu kolom vertikal mempunyai kemiripan sifat satu dengan yang lainnya.
Sistem periodik unsur adalah sistem pengelompokan unsur berdasarkan hukum periodik,
mencakup periode dan golongan yang keduanya saling berhubungan dan menentukan
keperiodikan sifat unsur, disajikan ke dalam bentuk tabel yang disebut Tabel Periodik Unsur.
Tabel periodik adalah tabel data unsur yang sangat berguna. Tabel ini dirancang sedemikian rupa
sehingga setiap kolom vertikal mengandung unsur yang serupa secara kimia. Unsur-unsur dalam
kolom disebut golongan, atau famili. Unsur dalam beberapa golongan dapat mirip satu sama lain.
Unsur dalam golongan lain kurang serupa. Selain itu, Unsur-unsur dapat diklasifikasikan
menurut banyak cara. Cara yang paling tegas ialah berdasarkan wujud pada keadaan SATP
(Standard Ambient Temperature and Pressure). Atas dasar ini unsur-unsur dibedakan dalam
wujud gas (11 unsur), wujud cair (2 unsur), dan sisanya wujud padat.
Tabel periodik terdiri atas baris-baris mendatar yang disebut periode dan diberi nomor 1
sampai nomor 7 dimulai dari sebelah kiri tabel. Kolom-kolom tegak lurus disebut kelompok atau
golongan. Unsur-unsur pada golongan ini memiliki sifat-sifat yang sama. Sedangkan, periode
dan golongan diidentifikasi secara berbeda. Periode diberi label dari 1 sampai 7. Beberapa acuan
menggunakan nomor periode. Golongan umumnya diacu berdasarkan nomornya. Golongan
dapat diberi label dengan tiga cara berbeda.

a. Klasik: golongan utama diberi label IA sampai VIIA plus 0. Golongan transisi diberi
label IB sampai VIII (meskipun tidak dengan urutan itu).
b. Perubahan: golongan utama dan golongan transisi diberi label IA sampai VIII dan
kemudian IB sampai VIIB plus 0.
c. Modern: golongan diberi label dengan angka arab dari 1 sampai 18.

(sumber: https://blogmipa-kimia.blogspot.com/2017/04/sistem-periodik-unsur-modern.html )

2. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Modern

Pada tahun 1786, baru dikenal 26 unsur dan pada tahun 1870 sebanyak 60 unsur,
sedangkan kini sudah dikenal lebih dari 100 unsur. Setiap unsur mempunyai sifat kimia dan
fisika tertentu, dan cukup sulit diingat satu persatu. Sistem periodik unsur merupakan sebuah
tabel yang memuat semua unsur kimia yang dikenal oleh IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry) di dalam tabel itu unsur kimia dikelompokkan berdasarkan kenaikan
nomor atom kesamaan sifatnya. Sejarah perkembangan sistem periodik unsur dan penyusunan
sistem periodik unsur telah mengalami banyak penyempurnaan. Di abad kesembilan belas, ketika
para kimiawan masih samar-samar dalam memahami gagasan tentang atom dan molekul, dan
belum mengetahui adanya elektron dan proton. Mereka menyusun tabel periodik dengan
menggunakan pengetahuannya tentang massa atom. Mereka telah melakukan pengukuran massa
atom dari sejumlah unsur dengan teliti. Penyusunan unsur-unsur menurut massa atomnya dalam
tabel periodik tampak logis bagi para kimiawan yang berpendapat bahwa perilaku kimia
bagaimanapun juga harus berhubungan dengan massa atom.

Pada tahun 1864 kimiawan inggris Jhon Newlands memperhatikan bahwa jika unsur-unsur
yang telah dikenal pada waktu itu disusun menurut massa atom, maka setiap unsur kedelapan
memiliki sifat-sifat yang mirip. Newlands menyebut hubungan yang istimewa ini sebagai hukum
oktaf. Akan tetapi, “hukum” ini tidak cocok untuk unsur-unsur setelah kalsium, dan karya
Newlands tidak terima oleh masyarakat ilmiah. Lima tahun kemudian kimiawan Rusia Dmitri
Mendleev dan kimiawan Jerman Lothar Meyer secara terpisah mengusulkan penyusunan tabulasi
unsur-unsur lebih luas berdasarkan keteraturannya, sifat yang berulang secara periodik.
Penggolongan yang disusun oleh Mendleev lebih baik dibandingkan yang disusun oleh
Newlands karna disebabkan oleh dua hal. Pertama, ia menggolongkan unsur-unsur dengan lebih
tepat menurut sifat-sifatnya. Selain itu yang sama pentingnya yaitu adanya kemungkinan
meramal sifat-sifat beberapa unsur yang belum ditemukan. Misalnya, Mendeeliv mengusulkan
adanya unsur yang belum ditemukan yang disebutnya eka-aluminium.
Namun demikian, versi awal tabel periodik jelas memiliki ketidakkonsistenan. Misalnya,
massa atom argon (39,95 sma) lebih besar dari pada massa atom Galium (39,10 sma) jika unsur-
unsur ini semata-mata disusun berdasarkan kenaikan massa atom, argon akan menempati posisi
yang ditempati kalium dalam tabel periodik modern. Tetapi tidak ada kimiawan yang akan
menepatkan argon, suatu gas inert, dalam golongan yang sama dengan litium dan natrium, dua
golongan sangat reaktif. Hal ini dan pembedaan lainnya menyarankan adanya beberapa sifat
mendasarkan lainnya selain massa atom yang merupakan dasar sifat periodik yang teramati. Sifat
ini akhirnya ditemukan berkaitan dengan nomor atom.

Dengan menggunakan data dari percobaan hamburan sinar–α. Rutherford dapat


memperkirakan jumlah muatan positif dalam inti untuk beberapa unsur, tetapi sampai tahun 1913
tidak terdapat cara umum untuk nomor atom. Pada tahun yang sama seorang fisikawan muda
inggris Henry Moseley, menemukan terkaitan antara nomor atom dan frekuensi sinar x yang
dihasilkan dari penembakkan unsur yang sedang dikaji dengan elektro berenergi tinggi. Dengan
sedikit pengecualian, Moseley menemukan bahwa urutan kenaikan nomor atom sama dengan
urutan kenaikan massa atom. Misalnya, kalsium adalah unsur ke dua puluh dalam kenaikan
massa atom, dan kalium mempunyai nomor atom 20. Penyimpanan yang tadinya
membingungkan ilmuan sekarang menjadi masuk akal. Nomor atom argon adalah 18 dan kalium
adalah 19, jadi kalium harus ditempatkan setelah argon dalam tabel periodik.
Pada abad kesembilan belas kimiawan menemukan pengulangan periodik yang teratur
dalam sifat-sifat fisika dan unsur. Secara khusus, tabel periodik yang disusun oleh Mendeleev
menggolongkan unsur-unsur secara akurat dan dapat meramalkan sifat-sifat beberapa unsur yang
pada saat itu belum ditemukan.

3. Klasifikasi Unsur-unsur dalam Sistem Periodik Modern


a. Penggolongan Unsur Logam, Non-Logam, dan Semilogam
Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoiser yang mengelompokkan unsur
ke dalam logam dan non-logam pada waktu itu baru sekitar 20 jenis unsur yang sudah dikenal.
Oleh karena pengetahuan tentang sifat-sifat unsur masih sederhana, unsur-unsur tersebut
kelihatannya berbeda antara yang satu dengan yang lain, artinya belum terlihat adanya kemiripan
antara unsur yang satu dengan yang lainnya, tentu saja pengelompokan atas logam dan non-
logam masih sangat sederhana, sebab antara sesama logam pun masih terdapat banyak
perbedaan.

Golongan logam memiliki sifat yang umumnya berhubungan dengan logam-logam biasa
dijumpai di kehidupan sehari-hari. Logam umumnya berbentuk padat (dengan perkecualian
merkuri, Hg, yang berupa cairan), berkilap, merupakan penghantar (konduktor) yang baik untuk
listrik dan panas, ductile (mudah diulur menyerupai kawat) dan dapat ditempa (dapat dengan
mudah diratakan membentuk lempeng tipis). Semua logam ini cenderung kehilangan elektron
dengan mudah.

Kecuali untuk unsur-unsur yang berada pada perbatasan garis berbentuk tangga
(selebihnya tentang hal ini akan dijelaskan kemudian), unsur-unsur yang berada di sebelah kanan
garis dikelompokkan sebagai non-logam (bersama-sama dengan hidrogen). Non-logam memiliki
sifat yang berlawanan dengan logam. Non-logam bersifat rapuh, tidak mudah diulur dan
ditempa, merupakan konduktor yang tidak baik untuk panas dan listrik serta cenderung
memperoleh elektron pada suatu reaksi kimia. Beberapa non-logam berbentuk cair.

Metaloid atau semilogam memiliki sifat yang berada di antara logam dan non-logam.
Unsur-unsur ini memiliki nilai ekonomis karena sifat konduktivitasnya yang unik (hanya
menghantarkan arus listrik secara parsial), sehingga membuat unsur ini menjadi berharga untuk
industri semikonduktor dan keping komputer. Metaloid disebut juga semi-metal yaitu unsur yang
mempunyai sifat antara logam dan non logam. Contohnya: Boron, Silikon, Arsen, Germanium,
dll.

b. Pengelompokan Unsur Menurut Lavoisier


Pada 1789, Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan unsur
tersebut berdasarkan sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok yaitu
gas, tanah, logam, dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum karena ternyata
dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang memiliki sifat berbeda. Unsur
gas yang dikelompokan oleh Lavoisier adalah cahaya, kalor, oksigen, azote (nitrogen), dan
hidrogen. Unsur-unsur yang tergolong logam adalah sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam
flourida, dan asam borak. Adapun unsur-unsur logam adalah antimon, perak, arsenik, bismuth.
Kobalt, tembaga, timah, nesi, mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten,
dan seng. Adapun yang tergolong unsur tanah adalah kapur, magnesium oksida, barium oksida,
aluminium oksida, dan silikon oksida.
c. Pengelompokan Unsur Menurut Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner, seorang profesor kimia di Jerman,
mengemukakan bahwa massa atom relatif strontium sangat dekat dengan massa rata-rata dari dua
unsur lain yang mirip dengan strontium, yaitu kalsium dan barium. Dobereiner juga menemukan
beberapa kelompok unsur lain mempunyai gejala seperti itu.oleh karena itu, Dobereiner
mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok
tiga unsur yang disebut triade. Namun sayang, Dobereiner tidak berhasil menunjukkan cukup
banyak triade sehingga aturan tersebut bermanfaat. Selain itu, Dobereiner menemukan adanya
beberapa kelompok unsur yang memiliki kemiripan sifat, yang ada hubungannya dengan massa
atom. Contoh kelompok-kelompok triade: Cl, Br dan I, Ca, Sr dan Ba, S, Se dan Te.
Unsur-unsur yang mempunyai sifat yang sama disusun berdasarkan massa atomnya dalam
suatu triade yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga unsur. Unsur yang di tengah mempunyai
massa atom rata-rata dari jumlah massa atom kedua unsur yang mengapitnya dan sifatnya di
antara keduanya.

d. Hukum Oktaf Newlands


Pada tahun 1864, seorang ahli kimia dari inggris bernama A.R. Newlands mengumumkan
penemuannya yang disebut hukum oktaf. Newlands menyusun unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya Ternyata unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8, unsur ke-2
dan ke-9, dan seterusnya) menunjukkan kemiripan sifat. Daftar unsur yang disusun Newlands
berdasarkan hukum oktaf diberikan. J. Newlands merupakan orang pertama yang
mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif. Ia menyatakan bahwa
sifat-sifat unsur berubah secara teratur. Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur
kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya.

John Newlands menemukan hubungan antara sifat unsur dengan massa atom relatifnya.
Jadi unsur kedelapan mempunyai sifat yang sama dengan unsur pertama atau dengan kata lain
sifat unsur yang pertama akan terulang secara periodik pada urutan kedelapan. Penemuan John
Newlands dikenal dengan hukum oktaf. Hukum Oktaf Newlands ternyata hanya berlaku untuk
unsur-unsur ringan, kira-kira sampai dengan kalsium (Ar=40). Jika diteruskan, ternyata
kemiripan selalu dipaksakan misalnya, Ti mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan C
maupun Si.

Selain itu, sistem ini hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan yang memiliki massa atom
relatif (Ar) rendah. Namun demikian, hukum oktaf John Newlands telah menuju usaha yang
tepat untuk menyusun diagram unsur.

e. Sistem Periodik Mendeleev


Pada tahun 1869, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri Ivanovich Mendeleev,
berdasarkan pengamatannya terdapat 36 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan
bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Artinya, jika unsur-
unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara
periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu
lajur vertikal, yang disebut golongan, dan menyusun unsur-unsur itu berdasarkan kenaikan massa
atom relatifnya dalam satu lajur horizontal, yang disebut periode. Daftar periodik Mendeleev
yang dipublikasikan pada tahun 1872.

Mendeleev mengosongkan beberapa tempat. Hal itu dilakukannya untuk menetapkan


kemiripan sifat dalam golongan. Sebagai contoh, Mendeleev menempatkan Ti (Ar=48) pada
golongan IV dan membiarkan golongan III kosong, karena Ti lebih mirip dengan C dan Si, dari
pada B dan Al. Mendeleev yakin masih ada unsur yang belum dikenal yang akan menempati
golongan III tersebut. Bahkan, Mendeleev meramalkan sifat dari unsur yang belum dikenal itu
perkiraan itu berdasarkan sifat dari unsur lain yang sudah dikenal, yang letaknya berdampingan
dengan baik secara mendatar maupun tegak. Ketika unsur yang diramalkan tersebut ditemukan,
ternyata sifatnya sesuai dengan ramalan Mendeleev. Salah satu contoh adalah Garmanium (Ge)
yang ditemukan pada tahun 1886, yang oleh Mendeleev pada awalnya dinamai ekasilikon.
Dengan daftar sistem periodik unsur Mendeleev ini dapat diketahui:

1) Perubahan sifat-sifat yang teratur dari unsur-unsur dalam satu golongan ke golongan lain.
2) Hubungan antara valensi tertinggi unsur dengan nomor golongannya.
3) Ramalan sifat-sifat unsur yang belum diketahui pada saat itu.
4) Daftar ini tidak banyak berubah walaupun unsur-unsur gas mulia telah ditemukan.

f. Sistem Periodik Modern dari Henry G. Moseley


Pada awal abad 20, pengetahuan kita terhadap atom mengalami perkembangan yang
sangat mendasar. Para ahli menemukan bahwa atom bukanlah suatu partikel yang tak terbagi
melainkan terdiri dari partikel yang lebih kecil yang disebut partikel dasar atau partikel sub atom.
Kini atom diyakini terdiri atas tiga jenis partikel dasar yaitu proton, elektron, dan neuron. Jumlah
proton merupakan sifat khas dari unsur, artinya setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu
yang berbeda dari unsur lainya. Jumlah proton dalam satu atom ini disebut nomor atom. pada
1913, seorang kimiawan inggris bernama Henry Moseley melakukan eksperimen pengukuran
panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X dalam memperbaiki susunan Tabel Periodik
Mendelev. Moseley berhasil menemukan kesalahan dalam tabel periodik Mendeleev di mana
sifat yang dimiliki oleh unsur sangat banyak.
Pada tahun 1914, berdasarkan hasil eksperimen Henry G.J. Moseley tersebut, diperoleh
kesimpulan bahwa sifat dasar atom bukan didasari oleh massa atom relatif, melainkan
berdasarkan kenaikan jumlah proton. Hal tersebut diakibatkan adanya unsur-unsur yang
memiliki massa atom berbeda, tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop. Kenaikan
jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur tersebut. Pengelompokan unsur-
unsur sistem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum periodik Mendeleev, yang di
sebut juga sistem periodik bentuk panjang. Sistem periodik modern disusun berdasarkan
kebaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Lajur-lajur horizontal, yang disebut periode disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom, sedangkan lajur-lajur vertikal, yang disebut golongan,
disusun berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode dan 8
golongan. Setiap golongan dibagi lagi menjadi 8 golongan A (IA-VIIIA) dan 8 golongan B (IB-
VIIIB).

Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B disebut golongan


transisi. Golongan-golongan juga dapat ditandai dengan bilangan 1 sampai dengan 18 secara
berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini maka unsur transisi terletak pada golongan 3
sampai golongan 12. Pada periode 6 dan 7 terdapat masing-masing 14 unsur yang disebut unsur-
unsur transisi dalam, yaitu unsur-unsur antanida dan aktinida. Unsur-unsur transisi dalam semua
termasuk golongan IIIB. Unsur-unsur lantanida pada periode 6 golongan IIIB, dan unsur-unsur
aktinida pada periode 7 golongan IIIB. Penempatan unsur-unsur tersebut di bagian bawah tabel
periodik adalah untuk alasan teknis, sehingga daftar tidak terlalu panjang. Henry Moseley juga
menunjukkan bahwa urut-urutan unsur dalam sistem periodik Mendeleev sesuai dengan kenaikan
nomor atomnya. Penempatan tellurium (Ar=128) dan iodine(Ar=127) yang tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya (nomor atom
Te=52; I=53).

Daftar asli Mendeleyev mengalami banyak perubahan, namun masih terlihat pada sistem
periodik modern. Ada berbagai macam sistem periodik, tetapi yang sering digunakan adalah
sistem periodik panjang. Daftar ini disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom unsur-
unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi elektron yang mirip mempunyai sifat-sifat kimia yang
mirip. Jadi sifat unsur ini ada hubungannya dengan konfigurasi elektron. Berdasarkan penemuan-
penemuan oleh Rutherford dan Bohr dibuat teori atom modern karena teori Dalton yang klasik
tidak memenuhi syarat-syarat lagi. Dengan demikian maka susunan sistem periodik mengalami
pula perubahan-perubahan teori atom modern, yaitu:
1) Hukum Mendeleev diubah sifat-sifat suatu unsur adalah fungsi periodik dari pada nomor
atomnya.
2) Susunan sistem periodik oleh Julius Thomson dan Bohr diubah pula sehingga sesuai
dengan susunan elektron dari unsur-unsur.
Di zaman yang penuh dengan teknologi ini, sistem periodik unsur (SPU) dan struktur atom
merupakan materi yang abstrak dan paling mendasar dalam ilmu kimia. Penggunaan multimedia
pembelajaran berupa software pembelajaran mandiri (SPM) adalah salah satu cara alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini meneliti aspek-aspek yang dimiliki oleh
SPM yang efektif dan efisien. Diharapkan penggunaan multimedia pembelajaran berupa SPM ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan melalui
empat tahap, yaitu: penetapan, perancangan, pengembangan dan penyebaran.
Dalam suatu penelitian Mg/Al HTlc disintesis dari air asin bisa digunakan sebagai sorben
untuk MO (metil oren) dalam larutan. Adsorpsi MO diperkirakan terjadi terutama pada
permukaan luar melalui pesanan pseudo-kedua adsorpsi mencapai keseimbangan. Adsorpsi
isoterm baik dijelaskan oleh model Freundlich.

g. Pengelompokan Unsur-unsur Utama


Unsur golongan utama adalah unsur-unsur yang konfigurasi elektron terakhir atomnya
terdapat pada orbital s atau orbital p. Unsur golongan utama termasuk ke dalam unsur blok s dan
blok p. Unsur-unsur yang tersusun dari atom dengan konfigurasi elektron terakhirnya berada
pada orbital s, termasuk unsur-unsur blok s. Unsur-unsur yang tersusun dari atom dengan
konfigurasi elektron terakhirnya berada pada orbital s dan orbital p termasuk unsur-unsur blok p.
Unsur-unsur golongan utama atau representatif ditandai dengan konfigurasi elektronik tidak
penuh pada satu kulit terluar ns1-ns2 np (4-5). Unsur-unsur 30Zn, 48Cd, dan 80Hg masing-
masing mempunyai konfigurasi elektronik (18Ar) 3d10 4s2, (36Kr), 4d10 5s2, dan (54Xe) 4f14
5d10 6s2. Unsur-unsur ini dapat membentuk ion M2+ seperti unsur-unsur golongan M2 dengan
beberapa kemiripan, namun dengan perbedaan sifat-sifat di antara kedua kelompok ini.
Salah satu perbedaannya adalah bahwa unsur-unsur Zn dan Cd mempunyai sifat
kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan NH3,
ion-ion halida (X-) dan CN-. Perbedaan sifat-sifat di antara kedua kelompok ini mungkin
disebabkan oleh konfigurasi elektronik terluar yaitu 18 elektron bagi ion M2+ untuk kelompok
ini. Dengan penuhnya elektron (d10) untuk kelompok ini diduga ada hubungannya dengan sifat
polarisasi ion M2+ yang jauh lebih besar daripada sifat polarisasi ion-ion divalen dari kelompok
M2 sebagai akibat sifat orbital d yang mudah mengalami distorsi. Oleh karena itu ketiga unsur
tersebut sering dinyatakan pula sebagai kelompok unsur-unsur utama tetapi dengan notasi M2.

h. Pengelompokan Unsur-unsur Transisi


Batasan mengenai unsur transisi masih sering diperdebatkan. Dari satu sisi, unsur-unsur
transisi mencakup seluruh unsur-unsur dengan orbital nd(1-10) “sedang diisi elektron” menurut
prinsip Aufbau. Secara umum, batasan ini memberikan karakteristik konfigurasi elektronik (n-
1)d(1-10) ns(1-2), dan dengan demikian unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik (n-1)d(1-10)
ns2 yaitu Zn, Cd, dan Hg termasuk di dalamnya. Sebaliknya pandangan lain, yang lebih banyak
diikuti para ahli kimia, mempertimbangkan bahwa ketiga unsur kelompok terakhir ini
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari umumnya sifat-sifat kelompok unsur-unsur transisi,
misalnya dalam hal sifat magnetis dan warna. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipertimbangkan sebagai unsur-unsur transisi. Konfigurasi elektronik belum penuh pada salah
satu atau kedua kulit terluar yang melibatkan orbital d dengan karakteristik konfigurasi
elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2). Jadi jelas bahwa dengan batasan demikian ini ketiga unsur
tersebut (Zn, Cd, Hg) tidak termasuk sebagai unsur transisi. Sifat-sifat unsur transisi yaitu:
1) Oksida-oksida dan hidroksida logam-logam transisi (M+2, M+3) kurang bersifat basa dan
sukar larut.
2) Garam-garam logam-logam transisi kurang bersifat ionik dan juga kurang stabil terhadap
pemanasan.
3) Garam-garam dan ion-ion logam transisi dalam air lebih mudah terhidrat dan juga lebih
mudah terhidrolisis menghasilkan sifat agak asam.
4) Ion-ion logam transisi lebih mudah tereduksi.
i. Pengelompokan Unsur-unsur Inert atau Gas Mulia
Kelompok unsur-unsur inert yang sering disebut juga unsur-unsur gas mulia (noble gases)
terdiri atas 2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn. Kecuali He yang mempunyai konfigurasi
penuh 1s2, kelompok unsur ini ditandai dengan konfigurasi elektronik penuh untuk setiap orbital
dan dengan elektron valensi ns2 np6. Karakteristik pada orbital kulit terluar inilah yang biasanya
dikaitkan dengan sifat inert (lembam) unsur-unsur yang bersangkutan, yaitu sangat stabil dalam
arti sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Namun demikian akhir-akhir ini telah berhasil
dibuat beberapa senyawa xenon dan kripton seperti XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan KrF2. Unsur-
unsur inert ini sering juga diklasifikasikan sebagai golongan nol karena sifat kestabilan yang
tinggi, namun lebih sering diklasifikasikan sebagai golongan VIII utama atau M8. Perlu dicatat
bahwa konfigurasi elektronik unsur-unsur gas mulia dianggap sudah penuh, dan oleh karenanya
dipakai sebagai standar untuk menyatakan penuh atau tidak-penuhnya konfigurasi elektronik
kelompok unsur-unsur lain.

j. Hubungan Sistem Periodik dan Konfigurasi Elektron


Penyusunan unsur-unsur dalam sistem periodik panjang dapat dihubungkan dalam
konfigurasi elektron dalam orbital atom. Sesuatu ha l ini, hukum berkala dapat diungkapkan
secara lain yaitu sifat-sifat unsur berhubungan langsung dengan konfigurasi elektron dalam atom
unsur tersebut. Unsur-unsur dalam sistem periodik dapat dikelompokkan dalam jalur vertikal
yang disebut golongan dan jalur horizontal disebut periode.

a) Periode
Periode ditempatkan pada lajur horizontal dalam sistem periodik modern. Periode suatu
unsur menunjukkan suatu nomor kulit yang sudah terisi elektron (n terbesar) berdasarkan
konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah persebaran elektron dalam kulit-kulit atomnya.
Dalam sistem periodik modern terdapat 7 periode, yaitu:

1) Periode 1 (periode sangat pendek) berisi 2 unsur;

2) Periode 2 (periode pendek) berisi 8 unsur;

3) Periode 3 (periode pendek) berisi 8 unsur;

4) Periode 4 (periode panjang) berisi 18 unsur

5) Periode 5 (periode panjang) berisi 18 unsur;

6) Periode 6 (periode sangat panjang)berisi 32 unsur yaitu, 18 unsur seperti pada periode
4 atau ke-5, dan 14 unsur lagi merupakan deret lantanida;

7) Periode 7 (periode sangat panjang) berisi 28 unsur, belum lengkap karena maksimum
32 unsur. Pada periode ini terdapat deret aktinida.
b) Golongan
Golongan adalah lajur tegak pada tabel periodik unsur. Unsur-unsur yang ada dalam satu
lajur tegak adalah unsur-unsur segolongan, terdapat delapan golongan utama dan delapan
golongan transisi. Golongan utama tersebut adalah:

1) Golongan I A disebut golongan alkali (kecuali H) terdiri dari unsur-unsur H, Li, Na, K,
Rb, Cs, Fr.
2) Golongan II A disebut golongan alkali tanah yang terdiri dari unsur-unsur Be, Mg, Ca,
Sr, Ba, Ra.
3) Golongan III A disebut golongan baron aluminium yang terdiri dari unsur-unsur B, Al,
Ga, In, Ti, Uut.
4) Golongan IV A disebut golongan karbon-silicon yang terdiri dari unsur-unsur C, Si,
Ge, Sn, Pb, Uuq.
5) Golongan V A disebut golongan nitrogen-fosforus yang terdiri dari unsur-unsur N, P,
As, Sb, Bi, Uup.
6) Golongan VI A disebut golongan oksigen-belerang yang terdiri dari unsur-unsur O, S,
Se, Te, Po, Uuh.
7) Golongan VII A disebut golongan halogen yang terdiri dari unsur-unsur F, Cl, Br, I,
At
8) Golongan VIII A disebut golongan gas mulia yang terdiri dari unsur-unsur He, Ne,
Ar, Kr, Xe, RnGolongan transisi tersebut adalah:1) Golongan I B terdiri dari unsur-
unsur Cu, Ag, Au, Rg2) Golongan II B terdiri dari unsur-unsur Zn, Cd, Hg, Uub3)
Golongan III B terdiri dari unsur-unsur Se,Y, La, Ac4) Golongan IV B terdiri dari
unsur-unsur Ti, Zr, Hf, Rf5) Golongan V B terdiri dari unsur-unsur V, Nb, Ta, Db6)
Golongan VI B terdiri dari unsur-unsur Cr, Mo, W, Sg7) Golongan VI B terdiri dari
unsur-unsurMn, Te, Re,Bh8) Golongan VIII B terdiri dari unsur-unsur Fe, Ru, Os, Hs,
Co, Rh, Ir, Mt, Ni, Pd, Pt, Ds.
Elektron valensi adalah elektron terluar yang tidak terikat kuat yang mempunyai peranan
dalam pembentukan ikatan kimia. Berdasarkan konfigurasi elektron, unsur-unsur dalam sistem
periodik dibagi menjadi 4 blok, yaitu:

1) Unsur-unsur blok s, konfigurasi elektronnya = ns1-2.


2) Unsur-unsur blok p, konfigurasi elektronnya = np1-6.
3) Unsur-unsur blok d, konfigurasi elektronnya = (n-1)s2 (n-1)p2 (n-1)d1-10ns2.
4) Unsur-unsur blok f konfigurasi elektronnya = (n-2)f 1-14 (n-1)s2 (n-1)p2 (n-1)d1-10ns2.

Oleh karena unsur-unsur golongan gas mulia dahulu diduga tidak dapat bereaksi maka
unsur-unsur ini biasanya disebut golongan 0 (nol). SPU dibagi atas 8 golongan. Setiap golongan
dibagi atas golongan utama (A) dan golongan transisi (B). Penomoran golongan dilakukan
berdasarkan elektron valensi yang dimiliki oleh suatu unsur.

1) Jika konfigurasi elektron berakhir di blok s dan p maka pasti menempati golongan A.
2) Jika konfigurasi elektron berakhir di blok d maka menempati golongan B.
3) Jika konfigurasi elektron berakhir di blok f maka pasti menempati golongan B (Lantanida
n=6 dan Aktinida n=7 (golongan radio aktif)) Contoh 11Na = 1s2 2s2 2p6 3s1.
Dapat diketahui bahwa elektron terakhir pada n=3 memiliki elektron valensi 1, berarti
golongan 1 serta berakhir di sub kulit s berarti golongan A. Sehingga letak unsur tersebut dalam
TPU adalah golongan 1A periode 3.

4. Sifat Periodisitas

Sifat atom mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi
menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis konfigurasi
elektron dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan mengambil atau melepaskan
elektron valensi untuk mencapai pembentukan oktet. Ada dua macam keteraturan lainnya yang
penting. Pertama, elektron ditambahkan satu kali dari kiri ke kanan tabel. Pada peristiwa ini,
tarikan inti elektron kulit terluar bertambah, jadi elektron menjadi dekat ke inti dan mengikat
lebih kuat. Kedua, penurunan kolom pada tabel periodik, elektron terluar menjadi kurang kuat
ikatannya terhadap inti. Hal ini terjadi karena jumlah tingkat energi terisi yang utama bertambah
seiring penurunan unsur pada masing-masing golongan. Salah satu manfaat penataan unsur-
unsur di dalam tabel periodik unsur adalah pemahaman sifat-sifat kimiawi baik bagi unsur -unsur
dalam posisi periode maupun golongan.

1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom merupakan jarak elektron terluar ke inti atom dan menunjukkan ukuran suatu
atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara
mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya. Dalam suatu golongan, jari-jari
atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke atas, kulit
elektron semakin kecil. Dalam suatu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin
kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron semakin
banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elektron tetap sama sehingga tarikan inti
terhadap elektron terluar semakin kuat.

2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi (Ei) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari tiap
mol spesies dalam keadaan gas. Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom
netralnya) disebut sebagai energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua
disebut energi ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya.
Mudah dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih
mudah daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan
karena pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin
berkurang jumlahnya.

Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari-
jarinya semakin besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih kecil
berarti energi ionisasi kecil. Unsur-unsur yang segolongan: energi ionisasi makin ke bawah
makin kecil, karena elektron terluar akan jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga
elektron terluar makin mudah di lepaskan. Unsur-unsur yang seperiode: energi ionisasi pada
umumnya makin ke kanan makin besar, karena makin ke kanan gaya tarik inti makin kuat.

3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom
menerima elektron. Jika ion negatif yang terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan
elektron itu disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negatif.
Akan tetapi jika ion negatif yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan
membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang
mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap
elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas
elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elektron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semakin kecil daya tarik inti terhadap
elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas
elektron semakin besar. Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar,
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik
elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.

4. Keelektronegatifan
Suatu unsur dalam senyawa dapat mempunyai sepasang elektron yang dipakai bersama
yang membentuk ikatan kovalen, misalnya senyawa HCl. HCl (sepasang elektron yang dipakai
bersama). Pasangan elektron itu ditarik oleh atom H dan atom Cl, akibatnya berada di antara
keduanya. Akan tetapi daya tarik Cl lebih kuat dari pada H sehingga kedua elektron itu lebih
dekat ke atom Cl. Kekuatan daya tarik itu disebut Keelektronegatifan unsur. Kelektronegatifan
adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor yang
mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari-jari atom.
Unsur-unsur yang segolongan: keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil, karena gaya
tarik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik cenderung
melepaskan elektron.

Unsur-unsur yang seperiode: keelektronegatifan makin ke kanan makin besar


keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki oleh golongan VII A (unsur-unsur
halogen). Harga kelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga terkecil
terdapat pada fransium (Fr) yakni 0,7. Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan
bilangan oksidasi (biloks) unsur dalam suatu senyawa. Jika harga kelektronegatifan besar, berati
unsur yang bersangkutan cenderung menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif.
Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk
bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat bergantung pada elektron valensinya.
B. Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron adalah distribusi elektron dari atom atau molekul pada sebuah
orbital. Konfigurasi elektron menggambarkan elektron yang bergerak secara bebas dalam suatu
orbital.

Menurut hukum mekanika kuantum, untuk sistem dengan hanya satu elektron, elektron
dapat berpindah dari satu konfigurasi ke yang lain dengan emisi atau absorpsi energi dalam
bentuk foton. Untuk atau molekul dengan lebih dari satu elektron, hukum diatas tidak berlaku.

Konfigurasi yang pertama kali diusulkan adalah Model Atom Bohr, dan masih umum
tentang kulit dan subkulit. Yang dimaksud kulit dalam konfigurasi elektron adalah himpunan
elektron yang dapat menempati bilangan kuantum utama (n) yang sama. Atom ke n dapat
menampung 2n2 elektron. Contoh, jika kulit pertama dapat menampung 2 elektron, kulit kedua 8
elektron, dan kulit ketiga 18 elektron. Sedangkan yang dimaksud subkulit adalah sejumlah
elektron yang mempunyai bilangan kuantum azimut ℓ dalam suatu kulit. Nilai-nilai ℓ = 0, 1, 2, 3
melambangkan s, p , d, dan f. masing-masing subkulit maksimum dapat diisi dengan 2(2 ℓ+ 1)
elektron. Dengan demikian, s berisi maksimum 2 elektron, p berisi maksimum 6 elektron, d
berisi maksimum 10 elektron, dan f berisi maksimum 14 elektron.

1. Penulisan Model Panjang

Konfigurasi elektron yang paling umum (model panjang) dituliskan dalam bentuk nomor
urutan subkulit, nama subkulit yang diikuti angka superscript (pangkat) yang menyatakan jumlah
elektron. Sebagai contoh, hidrogen (H) hanya mempunyai sebuah elektron (nomor atom H
adalah 1). Maka konfigurasi elektron untuk hidrogen adalah 1s1 (dibaca satu-s-satu). Fosfor (P)
mempunyai nomor atom 15, maka konfigurasi elektron P adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3.

2. Penulisan Model Gas Mulia

Jika ingin menuliskan konfigurasi suatu elektron atom yang mempunyai nomor atom
yang tinggi, tentu akan merepotkan karena terlalu panjang. Ada satu model penulisan yang
direkomendasikan yaitu menggunakan nomor atom gas mulia. Sebagai contoh, konfigurasi
elektron P dapat dituliskan menjadi [Ne] 3s2 3p3. Dalam hal ini, nomor atom Neon adalah 10 dan
konfigurasinya adalah 1s2 2s2 2p6.
3. Pengisian Elektron

Konfigurasi suatu elektron tidak dituliskan secara sembarangan, melainkan berdasarkan


kenaikan energi. Urutan pengisian elektron dimulai dari 1s dan berakhir pada 8s. Secara
keseluruhan, urutan pengisian elektron adalah sebagai berikut:

1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, 8s

4. Konfigurasi Elektron Ion

Unsur yang mengalami ionisasi akan mengalami perubahan jumlah elektron. Sebagai
contoh adalah besi (Fe) yang mempunyai nomor atom 26 mempunyai konfiguraasi elektron [Ar]
3d6 4s2. Jika Fe terionisasi menjadi Fe2+, maka elektron Fe berkurang 2 buah dari jumlah asalnya.
Maka konfigurasi elektron Fe2+ adalah [Ar] 3d6. Ingat, jika sebuah atom mengalami ionisasi,
yang berkurang adalah elektron valensi (elektron terluar).

Aturan Penentuan Konfigurasi Elektron

Berdasarkan orbital:

1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit.
(sumber: https://rumuspintar.com/konfigurasi-elektron/ )

2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
keempat bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2
elektron yang memiliki spin yang berlawanan. Pauli mengemukakan hipotesisnya
yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak mungkin dua elektron mempunyai
keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron akan menempati subkulit 1s.
Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai nilai yang sama (n = 1, l = 0, m
= 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu bilangan kuantum spin(s)
harus mempunyai nilai berbeda ( + 1/2 atau -1/2 ).
Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya dapat terisi 2 elektron dengan
arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian elektron pada
orbital 1s digambarkan sebagai berikut.

Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron?
Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai
spin yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar
asas larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal
untuk tiap subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.

 orbital s maksimal 2 elektron

 orbital p maksimal 6 elektron

 orbital d maksimal 10 elektron, dan

 orbital f maksimal 14 elektron.

3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi
elektron dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan
dengan spin paralel yang paling banyak. Asas ini dikemukakan berdasarkan
penalaran bahwa energi tolak-menolak antara dua elektron akan minimum jika
jarak antara elektron berjauhan. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambaran
pengisian elektron pada orbital p

Contoh pengisian yang benar.

Contoh pengisian yang salah.

Untuk penulisan konfigurasi elektron yang mempunyai jumlah elektron besar


dapat dilakukan penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan dengan menuliskan
simbol dari unsur gas mulia yang mempunyai nomor atom di bawahnya, diikuti
dengan penulisan kekurangan jumlah elektron setelah gas mulia tersebut.

(sumber: https://www.studiobelajar.com/konfigurasi-elektron/ )
Contoh Soal Konfigurasi Elektron

1) Perhatikan konfigurasi elektron unsur-unsur dibawah ini.


a. 11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1
b. 20C a : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
c. 25Mn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2

Sederhanakan penulisan konfigurasi elektron tersebut.


Jawab :
Penulisan konfigurasi elektron Na, Ca, dan Mn tersebut dapat disederhanakan
menjadi
11 Na : [Ne] 3s1
20 C a : [Ar] 4s2
25Mn : [Ar] 4s2 3d5
2) Tentukan konfigurasi elektron dan jumlah elektron dalam setiap kulit elektron
atom unsur berikut.
a. Ni (Z = 28) b. Sr(Z = 38)
Jawab:

1. Ni (Z = 28) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8 atau [Ar] 4s2 3d8; K = 2 ; L = 8 ; M =
16 ; N = 2
2. Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2atau [Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M
= 18 ; N = 8 ; O = 2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-
aturan di atas. Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi setengah penuh atau
terisi penuh. Contohnya, Cr (Z = 24) : [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar]
4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z = 29) : [Ar] 4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar]
4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan dari
konfigurasi elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion
bermuatan positif) monoatomik Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron
dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar atom netral A. Pada anion (ion
bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan y-, sebanyak y elektron
ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang masih belum
penuh oleh electron.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem periodik modern adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan semua unsur
yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik unsur juga merupakan sistem
pengelompokan unsur berdasarkan hukum periodik, mencakup periode dan golongan yang
keduanya saling berhubungan dan menentukan keperiodikkan sifat unsur, disajikan ke dalam
bentuk tabel yang disebut Tabel Periodik Unsur.

Sejarah perkembangan sistem periodik banyak sekali mendapatkan teori dari para ahli
kimia. Sistem periodik unsur merupakan sebuah tabel yang memuat semua unsur kimia yang
dikenal oleh IUPAC (International Union of Pure and Appied Chemistry) di dalam tabel itu
unsur kimia dikelompokkan berdasarkan kenaikan nomor atom kesamaan sifatnya. Sejarah
perkembangan Sistem Periodik Unsur dan penyusunan Sistem Periodik Unsur telah mengalami
banyak penyempurnaan, dan sekarang kita mengenal sistem periodik modern.

B. Saran
Adanya pembahasan mengenai sistem periodik modern ini diharapkan dapat menjadi
alternatif dalam menjawab segala persoalan mengenai pembelajaran dalam dunia pendidikan
yang membahas sistem periodik modern
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Budiaman. 2005. Kimia untuk SMA/MA. Bandung: Yrama Widya.

Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas xi Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Harnanto, Ari dan Rumunten. 2009.Kimia untuk SMA/MA X.Jakarta:pusat perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional.

Keenan, Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia Untuk Universitas, Jilid 1, Penerbit Erlangga.

Mraz, Jaltson.2013.Azas Larangan Pauli.(Online)Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia untuk


SMA/MA Kelas XI. Jakarta ; Phibetahttps://www.ilmukimia.org/2014/04/konfigurasi-
elektron.html

Sugiyarto, Kristian H. 2012. Dasar-dasar Kimia Anorganik Transisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai