Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG
Andis Triyanto
*)
Widyaiswara Ahli Muda BPSDMD Provinsi Jawa Tengah
ABSTRAK
Imunisasi masih menjadi andalan dalam mengendalikan
penyebaran berbagai penyakitinfeksi, khusunya penyakit yang menjangkiti
anak-anak. Salah satu usaha atau cara dalam menurunkan angka
kematian bayi adalah melalui usaha imunisasi sebagai upaya pencegahan
dini suatu penyakit melalui program lima imunisasi dasar lengkap (LIL).
Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun1956. Program
Imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam
pencegahan penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Hal ini menunjukkan bahwa imunisasi BCG pada bayi masih
sangat diperlukan dalam mengurangi jumlah penderita TBC khususnya
TBC pada anak yang mana pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi
BCG akan menentukan keberhasilan pemberian imunisasi BCG pada
anaknya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan
desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan tehnik survey dengan
pendekatan crossectional. Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi
(0-12 bulan) yang ada di Desa Purworejo Kecamatan Margoyoso. Pada
penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dengan besar
sampel 30 sampel. Analisa data dilakukan secara deskriptif yang disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase.
Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran tingakat
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi (0-12 bulan) tentang pemberian
imunisasi BCG. Sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 17 orang (56,7%), Ibu dengan pengetahuan cukup sebanyak 11
(36,7%) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 2
orang (6,7%). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang
melakukan imunisasi BCG pada anaknya sebagian besar mempunyai
tingkat pengetahuan yang masih kurang.
Andis Triyanto
*)
Widyaiswara Young Expert BPSDMD Central Java Province
ABSTRACT
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Imunisasi sebagai
usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Tugas
utama tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap
orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap anak.
Pemeberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi
pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut, tetapi juga memberikan
dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk
anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu
sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak
Indonesia (Ranuh; 2005).
Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan dilakukan secara terarah, berkesinambungan dan realistis
sesuai pertahapannya. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
ssecara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan,
antara lain ditunjukkan dengan penungkatan status kesehatan, yaitu :
penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 34 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2007 dan target yang dicapai pada tahun 2015 untuk angka
kematian bayi adalah menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.Untuk
angka kematian balita dari 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007
dan target yang dicapai pada tahun 2015 adalah 32 per 1000 kelahiran
hidup (Prasetyawati, 2012; h.07).
Salah satu usaha atau cara dalam menurunkan angka kematian
bayi adalah melalui usaha imunisasi sebagai upaya pencegahan dini
suatu penyakit melalui program Lima Imunisasi dasar Lengkap (LIL).
Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun1956. Pada tahun
1977, imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi
dalam rangka pencegahan penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). (Prastyowati, 2012; h. 78).
Imunisasi diberikan kepada bayi antara umur 0-12 bulan, yang
yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1,2,3,4), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B
(1,2,3) serta Campak (Marimbi, 2010; h. 109). Imunisasi BCG termasuk
salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Pemberian imunisasi ini akan
memberikan kekbalan aktif terhadap penyakit TBC, imunisasi ini diberikan
hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan (Mari,bi, 2010; h. 123).
Indonesia termasuk negara endemis TBC (Penyakit TBC terus-
menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan
penderita tertinggi di dunia. TBC disebabkan kuman Mycobacterium
Tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet yaitu butiran air di
udara yang terbawa keluar dari penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
Gejalanya antara lain : berat badan anak susah bertambah, sulit makan,
mudah sakit, batuk berulang, demam serta berkeringat malam hari, juga
diare presisten. Masa inkubasi rata-rata berlangsung 8-12 minggu
(Marimbi, 2010; h. 148).
Menurut Wallgren (1956) menyatakan bahwa sesudah mendapat
imunisasi BCG, seorang anak masih dapat menderita infeksi tuberkulosis
primer, namun tidak akan mendapat komplikasi berat, misalnya meningitis,
tuberkulosis millier, dan lain-lain. Hal ini merupakan keuntungan terbesar
dari vaksinasi BCG (Ruspeno dan Husein, 2007; h.18).
Vaksin BCG sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah anak lahir,
ini mengingat prevalensi penyakit tuberculosos di Indonesia masih tinggi
dan kekebalan terhadap penyakit ini tidak diturunkan dari ibu karena
jenisnya adalah imunisasi seluler. Berdasarkan program bahwa cakupan
BCG harus mencapai target 90% pertahun sehingga anak terbebas dari
penyakit TBC.
Berdasarkan data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
pada tahun 2019, cakupan pemberian imunisasi BCG yaitu 95,4% yang
meliputi cakupan di Puskesmas Sukolilo I sebanyak 88,7%, Puskesmas
Sukolilo II ada 98,1%, Puskesmas Kayen 87,7%, Puskesmas
Tambakromo 109.6%, Puskesmas Winong I 101,6%, Puskesmas Winong
II 98,6%, Puskesmas Pucakwangi I 97,7%, Puskesmas Pucakwangi II
99,0%, Puskesmas Jaken 92,2%, Puskesmas Batangan 91,2%,
Puskesmas Juwana 89,2%, Puskesmas Jakenan 94,5%, Puskesmas Pati
I 88,3%, Puskesmas Pati II 97,9%, Puskesmas Gabus I 90,4%,
Puskesmas Gabus II 100,2% Puskesmas Margorejo 90,6%,
Puskesmas Gembong 104,9%, Puskesmas Tlogowungu 95,1%,
Puskesmas Wedarijaksa I 92,3%, Puskesmas Wedarijaksa II 104,2%,
Puskesmas Trangkil 112,8%, Puskesmas Margoyoso I 108,3%,
Puskesmas Margoyoso II 86,0%, Puskesmas Gunungwungkal 97,2%,
Puskesmas Cluwak 97,0%, Puskesmas Tayu I 94,8%, Puskesmas Tayu II
91,9%, Puskesmas Dukuhseti 88,0%. Berdasarkan data di atas
prosentase puskesmas yang paling rendah cakupan pemberian imunisasi
BCG adalah Puskesmas Margoyoso II.
Hasil survey pendahuluan di Puskesmas Margoyoso diperoleh data
cakupan imunisasi BCG di Desa Waturoyo sebanyak 130 %, Desa
Purworejo ada 73,68%, Desa Purwodadi 86,11%, Desa Ngemplak Lor
105,88%, Desa Semerak 128%, Desa Tanjungrejo 109,09%, Desa Tegal
Arum 185,71%, Desa Sonean 174,02%, Desa ngemplak Kidul 126,55%,
Desa Sidomukti 148,14%. Berdasarkan hasil survey tersebut diperoleh
bahwa Desa Purworejo cakupan pemberian imunisasi BCG
prosentasenya paling rendah ada 73,68%. Hal ini dimungkinkan
pengetahuan ibu dalam memberikan imunisasi BCG pada bayi (0-12
bulan) masih kurang, dikarenakan kesibukan dalam pekerjaan sehari-
harinya sebagian besar sebagai buruh pengupas ketela, dimana
Margoyoso II mata pencaharian sebagian besar penduduk mempunyai
ladang ketela. Ditinjau dari psikologis 30 ibu yang mempunyai bayi (0-12
bulan) di Desa Purworejo merasa takut kalau berkurang penghasilannya
disaat waktunya tersita untuk memberikan imunisasi BCG pada bayinya di
fasilitas kesehatan. Sehingga pelaksanaan pemberian imunisasi BCG
pada bayi (0-12 bulan) hanya dilakukan apabila waktu saat melakukan
aktifitas sehari- hari menjalankan pekerjaaannya sebagai buruh sudah
mulai berkurang dan tidak ada lagi proses produksi pengolahan ketela di
wilayah setempat. Beberapa informasi yang diberikan oleh Bidan desa
setempat sebagian besar bayi (0-12 bulan) terdapat gejala batuk, berat
badan yang menurun, panas, lesu serta pilek dikarenakan kebiasaan ibu
menidurkan anak di lantai dengan kondisi higiene sanitasi lingkungan
masih belum baik. Beberapa hal tersebut di atas yang mendasari
dilaksanakannya penelitian dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi (0-12 bulan) di Desa
Purworejo (Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II) Kabupaten Pati.
B. PERUMUSAN MASALAH
Vaksin BCG sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah anak lahir,
hal mengingat prevalensi penyakit tuberculosis di Indonesia masih tinggi
dan kekebalan terhadap penyakit itu tidak diturunkan dari ibu karena
jenisnya adalah imunitas seluler. Berdasarkan program bahwa cakupan
BCG harus mencapai target 90% pertahun sehingga anak terbebas dari
penyakit TBC.
Dari 10 desa yang ada di wilayah Puskesmas Margoyoso II yang
cakupan imunisasinya paling rendah adalah Desa Purworejo dengan
prosentase sebesar 73,68%. Ditinjau dari segi ekonomi, Pendidikan, serta
pekerjaan masyarakat di Desa Purworejo Kecamatan Margoyoso, maka
akan berpengaruh terhadap pengetahuan. Penulis berminat untuk
mengetahui “ Bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi
BCG pada Bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo (Wilayah Kerja
Puskesmas Margoyoso II) Kabupaten Pati ?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
imunisasi BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo (Wilayah
Kerja Puskesmas Margoyoso II) Kabupaten Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi
BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo (Wilayah Kerja
Puskesmas Margoyoso II).
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang waktu pemberian
imunisasi BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo
(Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II).
c. Mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian
imunisasi BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo
(Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II).
d. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang syarat-syarat
pemberian imunisasi BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa
Purworejo (Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II).
e. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi pemberian
imunisasi BCG pada bayi (0 - 12 bulan) di Desa Purworejo
(Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II).
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Institusi Pemerintah
Sebagai bahan masukan informasi penunjang di bidang kesehatan
bagi tenaga kesehatan medis maupun paramedis serta sebagai bahan
acuan dalam peningkatan peran serta masyarakat di tingkat
kecamatan dan desa dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam
menentukan Angka Kebutuhan Diklat di Kabupaten dan Kota Wilayah
Provinsi Jawa Tengah di bidang Kesehatan.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan kompetensi peneliti sebagai Widyaiswara
spesialisasi di bidang kesehatan masyarakat.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat akan lebih meningkat pengetahuannya tentang
imunisasi BCG bagi kesehatan bayi serta Lima Imunisasi Dasar
Lengkap (LIL) pada bayi.
E. KEASLIAN PENELITIAN
No Nama Judul Samp Metode Hasil
Pengarang el
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui pancaindera manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman rasa serta raba, sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo S, 2007; h. 139).
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo S
(2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang menghadapi
perilaku baru dalam diri orang tersebut yang berurutan yaitu :
1) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulasi terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulasi
3) Evaluation, (menimbang - nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoptioni, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran serta sikapnya terhadap stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011; h.12-14), pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tndakan seseorang (oven behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku ynag didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya dengan mengingat kembali sesuatu yang telah
dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Untuk mengukur seseorang dikatakan tahu yaitu antara
lain : dapat menyebutkan, menguraikan dan mendefinisikan
dan menyatakan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar.
3) Aplikasi (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.
Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hokum, rumus,
metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu objek
kedalam komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan unutk
melakukan atau menghubungkan bagian-bagian dalam satu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap materi objek.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012; h. 87). Dalam penelitian ini
alat ukur yang digunakan adlah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (arikunto, 2010; h. 194).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberia
imunisasi BCG menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup
dan menggunakan skala Guttman dengan diberi skors atau nilai
jawaban masing-masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2009; h.96).
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi
‘positivisme’ dan disesuiakan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria
dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2005; h. 321). Validitas
merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam
penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut penelitian
kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu
berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti
semula (Sugiyono, 2009; h. 267-269). Oleh karena itu untuk
menghindari unsur subjektifitas dari peneliti diperlukan suatu
keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data yang
sebagai pembanding dari data, pembanding data tersebut yaitu
triangulasi sumber yang dicapai dengan :
1) Membandingkan data yang didapat dengan hasil kuesioner.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan
orang pemerintah.
5) Membandingkan hasil kuesioner dengan isi suatu dokumen
berkaitan (Moleong, 2005; h. 331).
�
X= x 100 %
�
Keterangan :
X : Hasil Prosentase
� : Frekuensi Hasil Penelitian
6. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek manusia yang memiliki
kebebasan dalam menentukan dirinya maka peneliti harus
memahami hak dasar manusia (Hikayat, 2017 dalam Setyawan, A
dan Saryono, 2010, h. 129). Pada penelitian ini menjunjung tinggi
prinsip etika penelitian yang merupakan standar etika dalam
melakukan penelitian sebagaimana yang ditemukan oleh Polit dan
Beck (2006) dalam Setyawan, A dan Saryono 2010; h. 129) sebagai
berikut :
a. Prinsip Manfaat
Prinsip manfaat mengharuskan peneliti untuk memperkecil
risiko dan memaksimalkan manfaat untuk manusia secara
individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini
meliputi hak untuk mendapatkan perlindungan dari kejahatan
dan kegelisahan dan hak untuk mendapatkan perlindungan dari
eksploitasi.
b. Prinsip menghormati martabat manusia
Prinsip ini meliputi :
1) Hak untuk menentukan pilihan
Yaitu hak untuk memutuskan dengan sukarela apakah
ikut ambil bagian dalam suatu penelitian tanpa resiko yang
merugikan. Hal ini meliputi hak untuk mendapat
pertanyaan, mengungkapkan keberatan serta menarik diri.
2) Hak mendapatkan data yang lengkap
Menghormati martabat manusia meliputi hak-hak
masyarakat untuk memberi informasi, keputusan sukarela
tentang keikutsertaan penelitian yang memerlukan
ungkapan data lengkap.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan
manusia dengan menghargai hak-hak memberikan perawatan
secara adil dan hak untuk menjaga privasi manusia.
Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian ini
antara lain :
1) Dalam mengambil karya orang lain selalu mencantumkan
nama dan sumber.
2) Mengaplikasikan inform consent. Sebelum pelaksanaan
penelitian inform consent selalu diberikan sebagai lembar
persetujuan untuk menjadi responden
3) Tidak mencantumkan nama (anonymity) responden pada
lembar observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disampaikan.
4) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti (confidentiality).
56.7%
60.0%
50.0%
36.6%
40.0%
30.0%
20.0%
6.7%
10.0%
0.0%
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi BCG Pada Bayi
Jumlah 54 100
SIMPULAN
1. Pengetahuan ibu/responden mengenai imunisasi BCG pada bayi
(0-12 bulan) masuk kategori baik sejumlah 6,7% atau sebanyak 2
orang ibu yang mempunyai bayi (0-12 bulan)
2. Pengetahuan responden/ibu yang mempunyai bayi (0-12 bulan)
tentang imunisasi BCG yang diberikan pada bayi (0-12 bulan) masuk
dalam kategori cukup sejumlah 11 orang responden/ibu yang memiliki
bayi (0-12 tahun) atau sekitar 36,6%.
3. Pengetahuan ibu/responden yang memiliki bayi (0-12 bulan) masuk
kategori kurang sebesar 56,7% atau sejumlah 17 orang ibu yang
memiliki bayi (0-12 bulan) yang ada di Desa Purworejo Kabupaten
pati.
4. Sebagian besar pengetahuan ibu/responden yang memiliki bayi
(0-12 bulan) yang ada di Desa Purworejo Kecamatan Margoyoso
Kabupaten Pati masuk kategori kurang tentang pemberian imunisasi
pada bayi (0-12 bulan). Pengalaman dan perilaku dalam memberikan
imunisasi BCG pada bayi (0-12 bulan) lebih didasari pada
pengetahuan ibu yang memiliki bayi (0-12 bualn) untuk memberikan
imunisasi BCG pada bayi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup ada di dalam domain kognitif yang
mempunyai 6 tingkatan meliputi : tahu (Know), memahami
(Comprehension), aplikasi (Aplication), analisis (Analysis), sintesis
(Syntesis), evaluasi (Evaluation).
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta; 2010. h. 161.194
Ditjen PP & PL Depkes RI, Modul Pelatihan Imunisasi Dasar Pelaksana
imunisasi.Jakarta;2008
Hadinegoro, S. Imunisasi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005
Marimbi Hanum, Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 109-111. 122-123.
135-137.148-149
Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya; 2005. h. 321. 331
Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2005. h. 46
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2012. h. 103. 165
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007. h. 139
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2012. h. 35-36. 115. 124. 137. 182
Prasetyawati, Eka. Kesehatan ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta: Nuha
Medika; 2012. h. 07.78
Proverawati dan Andhini. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha
Medika: 2010. H.08-09. 38. 40-49
Ranuh, Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta: bali Pustaka; 2005
Ruspenodan Hussen, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika; 2007.
h.18. 573-574
Setyawan, Ari dan Saryono. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2010. h. 54. 86-87. 127
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta; 2008. h. 06. 85. 143. 267-269
Wawan dan Dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 12-14. 16-18