NIM : 010001800046 Mata Kuliah : Hk. Waris Dosen : Dr. Ning Adiasih, SH, MH.
JAWABAN!
1. Perbedaan Asas yang mendasar daru HWI & HWB
- HWI Menurut Ijbari, Peralihan harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya. - HWB ahli waris dengan sendirinya secara otomatis karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, dan segala hak serta segala kewajiban dari seorang yang meninggal. 2. Hukum Waris Islam sistem perwarisan nya tertutup, bartinya ahli waris yang terdekat menutup ahli waris lain untuk mewaris. Dan Hukum Waris Barat juga sistem pewarisan nya tertutup, artinya golongan terdekat menutup golongan ahli waris lain untuk mewaris. 3. Hukum Waris Barat mengenal lembaga Legitime Portie ( bagian mutlak ), Legitime Portie ini dapat kita temukan dalam Pasal 913 KUHPerdata. Sedangkan, Hukum Waris Islam tidak mengenal legitime portie 4. Mati kalalah Menurut Ahlussunnah Wal jamaah – saudara baru mendapa waris bila pewaris TIDAK punya anak dan bapak. Contohnya, jika seorang nenek yang tidak memiliki anak akan tetapi memiliki adik saudara seayah, maka adiknya dapat menjadi ahli waris tersebut. Dan menurut Pasal 834 KUHPerdata. Hak hereditas petitio yakni hak untuk menggugat seseorang atau ahli waris lainnya yang menguasai sebagian atau seluruh harta warisan yang menjadi haknya. Contohnya, jika ada seorang bapak yang meninggal dunia dan meninggalkan harta warisnya kepada 4 anaknya. Dan harta warisannya sudah di bagi rata kepada keempat anaknya, karna 3 anaknya masih belum cukup umur untuk menerima dan memegang harta warisan yang diberikan. Maka dipercayakan kepada kaka paling tertuanya, akan tetapi sang kaka yang paling tua diam-diam menjual warisan tersebut untuk keperluan pribadinya tanpa diketahui para sang adik. Disaat sang adik sudah cukup umur dan mengerti, salah satu dari mereka meminta hak dari warisan tersebut tapi sang kaka tertua tidak bisa memberikannya karena sudah di bayarkan untuk keperluan pribadinya. Maka sang adik dapat mengunakan hak herditas petition nya untuk menggugat ahli waris lain atau kaka tertuanya karena telah menguasai seluruh harta warisan sang ayah yang harusnya di bagikan secara adil. 5. A. Menurut hukum waris barat, yang menjadi ahli warisnya adalah golongan pertama yaitu anak-anak dari keturunannya yaitu 4 orang anak, dan janda yang hidup paling lama yaitu istrinya. B. anak-anak beserta keturunan mereka dan janda atau duda yang hidup paling lama masing-masing memperoleh satu bagian yang sama. Jika terdapat 4 orang anak dan janda, maka masing-masing mendapat 1/5 bagian. C. menurut asas bilateral maka masing-masing anak perempuan maupun anak laki-laki, pembagiannya sama dan tidak boleh dibeda-bedakan. Dan kedua anak perempuan pewaris dan kedua anak laki-lakinya memiliki harta warisan secara adil tanpa dibeda-bedakan. 6. A. Menurut kelompok ahli waris, keutamaan pertama itu adalah Anak, baik laki-laki maupun perempuan, atau ahli waris pengganti kedudukan anak yang meninggal dunia. Maka BESARNYA BAGIAN BAGIAN ANAK : PASAL 176 Anak Perempuan bersama anak laki : 2 : 1. B. berdasarkan hukum waris islam Bagi orang yang berbeda Agama tidaklah dapat saling waris-mewaris yang ditemukan ketentuan dalam sebuah hadist Usamah putra Zaid, ia berkata bahwa Bersabda Rasulullah SAW: “Orang Islam tidak mempunyai hak waris atas orang kafir, dan orang kafir tidak punya hak waris atas orang Islam”. C. Menurut saya, bagaimanapun anak yang berpindah agama tetaplah anak kandung si pewaris. Maka ia berhak mendapatkan hak waris yang diberikan oleh orang tuanya yang sudah meninggal akan tetapi Mengacu pada Pasal 1 dan 2 jo Pasal 49 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, personal keislaman ditentukan oleh pewaris. Dalam kasus ini, karena pewaris H. Sanusi-Hj Suyatmi beragama Islam, maka yang diterapkan dalam pembagian waris adalah hukum Islam. Konsekuensinya, Sri Widyastuti terhijab untuk mendapatkan harta waris dari orang tuanya.